Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Mei, 2008

Umbul Binangun, kolam utama untuk para putri

TAMAN TEMPAT RAJA MANDI, SEMEDI, DAN MENUJU ILLAHI

Tamansari adalah taman tempat Raja dan keluarganya tetirah. Tamansari mencakup komplek seluas 12 hektar yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1757. Arsitek bangunan ini berasal dari Portugis, sehingga nuansa Portugis terasa sangat kental pada bentuk bangunan, dipadu dengan relief Jawa yang terdapat pada hampir seluruh bagian. Aslinya, komplek ini dikelilingi oleh air. Raja menuju ke Tamansari dari Keraton dengan mendayung perahu melewati jembatan gantung yang terletak di depan gerbang istana, wilayah utara atau selatan Kemandungan.

Usia tua membuat banyak bagian dari bangunan yang dibuat tanpa semen ini rusak. Gempa besar yang terjadi beberapa kali dalam kurun waktu 250 tahun menyumbang kerusakan di banyak bagian. Renovasi telah dilakukan beberapa kali, terakhir pada tahun 2004 dengan bantuan dari Yayasan Calouste Gulbenkian Portugal. Ketika saya mengunjungi Tamansari pada Mei 2008, baru saja ditemukan situs baru di sebelah selatan pesanggrahan tempat bertapa Raja, yang sedang dalam proses ekskavasi dan renovasi.

(lebih…)

Read Full Post »

TOLONG HENTIKAN AIRMATAKU …

Jika Anda kagum melihat mata indah pada foto di atas, harap dicatat dengan huruf kapital, bahwa itu bukan mata saya (hehe …). Mata saya biasa-biasa saja, putih lonjong dengan bulatan hitam di tengah, dan jelas tak seindah mata entah siapa di atas.

Sejak beberapa minggu terakhir ini mata kanan saya agak bermasalah. Setiap bangun pagi terasa pedih, seperti ada sesuatu yang mengganjal, sehingga air mata jatuh bercucuran (padahal sungguh mati saya tidak sedang sedih). Kalau dilihat sih mata saya normal-normal saja, tidak merah atau bengkak, tidak blobok’en juga, tapi saya sungguh merana karena bercucuran air mata. Saya juga khawatir, kalau-kalau ini gejala penyakit mata serius seperti katarak atau glaukoma. Waduh …

Tidak terbayangkan bagaimana kalau saya kehilangan penglihatan karena terkena katarak atau glaukoma. Sebagian besar aktivitas hidup saya mempergunakan mata sebagai panca indera utama : menulis, membaca, nonton berita televisi, menikmati keindahan alam-seni-budaya. Bagaimana kalau penglihatan saya menjadi gelap dan saya tidak bisa melihat apa-apa? Astaghfirullah …

(lebih…)

Read Full Post »

MONA LISA … SENYUM MISTERIUS SANG JELITA

Siapa tak kenal lukisan Mona Lisa? Ah, mungkin ada juga, mereka-mereka yang hidup di Mars, Yupiter, atau di planet-planet lain. Tapi bagi penduduk bumi, rasanya Mona Lisa tak perlu menunjukkan KTP untuk memperkenalkan dirinya.

Dalam bahasa Itali, ‘Mona’ atau ‘Madonna’ berarti ‘Lady’. Jadi “Mona Lisa” adalah “Lady Lisa”. Nama asli wanita ini adalah Lisa del Giocondo, isteri seorang saudagar sutera yang sangat kaya dari Florentine bernama Francesco del Giocondo. Lukisan ini dibuat sebagai hadiah untuk rumah baru pasangan ini bertepatan dengan kelahiran putera kedua mereka, Andrea. Jika kita perhatikan, ada yang terasa aneh pada wajah wanita molek ini. Apakah gerangan sebabnya? Ternyata, keanehan itu disebabkan Mona Lisa tidak memiliki alis dan bulu mata. Menurut ahli sejarah, pada masa itu seorang wanita yang sopan dan terhormat memang selalu mencukur alis matanya, karena dianggap bulu yang tumbuh di atas mata itu tidak sedap dipandang (mungkin mereka tidak tahu, bahwa alis berfungsi untuk menahan keringat dari kening agar tidak masuk ke mata, atau barangkali wanita bangsawan zaman dulu tidak pernah keringatan ya?)

(lebih…)

Read Full Post »

LEGENDA YANG TERKUBUR DI BAWAH LAUT

Cleopatra adalah legenda abadi. Kemasyhurannya tak lekang sepanjang zaman, kisahnya selalu menarik untuk ditelisik, dan pesonanya menjadi misteri yang selalu menggelitik hati.

Adalah Frank Goddio, seorang ilmuwan yang selama 10 tahun melakukan penelitian dan ekspedisi untuk menemukan istana Ratu Cleopatra. Berdasarkan berbagai data yang diperolehnya, Goddio yakin bahwa reruntuhan istana Cleopatra ada di salah satu titik di bawah permukaan teluk Alexandria. Empat abad setelah tewasnya Cleo karena bunuh diri dengan membiarkan dirinya dipatuk ular, sebuah gempa besar dan ombak raksasa (tsunami) meruntuhkan dan menyapu bersih istana Cleopatra.

Lukisan kematian Cleopatra

Teluk Alexandria memiliki kedalaman antara 6 – 30 kaki, dengan luas 1 mil persegi. Petunjuk pencarian istana Cleopatra dimulai dari kisah seorang pedagang Yunani bernama Strabo. Tiga tahun setelah kejatuhan Cleopatra, ia mengunjungi Alexandria dan bercerita tentang sebuah kota yang dikelilingi tembok tinggi. Kota ini memiliki mercu suar besar yang menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia kuno. Mercu suar dengan lampunya yang besar inilah yang memanggil pelaut dari berbagai penjuru dunia datang melabuhkan kapalnya di pelabuhan Alexandria.

(lebih…)

Read Full Post »

MANUSIA SELALU BERAKSI …

Memotret obyek manusia bisa dilakukan secara ‘sengaja’, yaitu dengan model dan property yang di-set secara khusus, bisa juga dilakukan dengan cara ‘mencuri’ tanpa sepengetahuan obyek yang dipotret. Kedua cara ini memiliki kesulitan masing-masing. Memotret model membutuhkan teknik dan penguasaan kamera yang tinggi, lighting yang tepat, serta adanya ‘chemistry’ antara model dengan fotografer. Sedangkan memotret obyek secara mencuri membutuhkan kesabaran, kejelian, dan kecepatan mengambil moment, karena seringkali obyek yang bagus itu hanya terjadi sesaat.

Dikutuk Setan

Foto “Dikutuk Setan” saya ambil di arena Sekaten di Alun-alun Utara Yogyakarta pada tahun 2007. Pada jam 17.00 sore, belum banyak penonton yang datang. Penjaga stand Rumah Hantu ini berteriak-teriak memanggil penonton agar masuk ke standnya, tetapi tidak ada seorangpun yang datang. Karena kelelahan dan putus asa, dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Adegan ini terjadi hanya dalam hitungan menit. Saya memang sudah mengamati dia beberapa lama, maka begitu ada moment bagus, langsung saya jepret. Dapet deh! Latar belakang gambar setan dan posisi duduknya sungguh ekspresif!

(lebih…)

Read Full Post »

Read Full Post »

Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya !!

(Foto : tutinonka. Diambil di halaman Monumen Yogya Kembali, tanggal 19 Mei 2008 jam 14.00, ketinggian balon sekitar 25 meter. Kamera Canon A630)

Read Full Post »

BANGUNAN, SUDUT MATA, DAN MATAHARI

Sebenarnya menggelikan kalau saya mengajak Anda memotret, karena pengetahuan saya tentang fotografi masih secuil kuku semut saja. Tapi egp-lah (emang gue pikirin … halah .. !!). Saya hanya ingin menggelitik Anda yang selama ini mungkin belum tertarik pada dunia fotografi untuk — mudah-mudahan — tergerak membeli kamera (pinjam juga boleh deh …. ) dan mulai membidik segala sesuatu di sekitar Anda melalui viewfinder kamera.

Gedung dan bangunan adalah obyek yang paling mudah difoto, karena mereka diam tak bergerak, sabar menunggu kita belajar mengoperasikan kamera (bandingkan dengan memotret anak kecil atau binatang yang susah banget diatur). Tapi memotret outdoor gedung memiliki musuh yang tak bisa kita taklukkan, yaitu matahari. Tanpa cahaya matahari yang bagus, tak usahlah membuang waktu dan tenaga untuk memotret bangunan, karena hasilnya pasti mengecewakan.

Gedung Bank Indonesia Yogyakarta

Saat yang paling bagus untuk memotret bangunan adalah jam 7 – 9 pagi dan jam 15 – 17 sore. Pada jam-jam itu sinar matahari datang dengan sudut yang tepat untuk memberikan bayangan pada bangunan gedung, sehingga gedung akan tampak berdimensi. Gedung Bank Indonesia di atas saya foto pada jam 9 pagi (tebak : gedung tersebut menghadap ke arah mana?).

Saran yang sangat penting untuk diperhatikan adalah, jangan memotret dengan menentang sinar matahari. Selain obyek akan kelihatan gelap, langit juga akan tampak putih. Padahal langit biru dengan mega-mega putih berarak adalah idaman setiap fotografer. Langit biru akan kita dapatkan dengan memotret membelakangi matahari.

Monumen Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta

Ini contoh foto yang gagal total. Monumen ini menghadap ke barat, dan saya foto pada jam 9 pagi (iseng saja, mumpung ada di tempat itu). Saya tidak mungkin memotretnya dari depan, karena akan menentang matahari yang sinarnya menyilaukan. Oleh karena itu saya mencoba memotretnya dari arah selatan, dan hasilnya adalah foto yang jelek nggak ketulungan. Langit di bagian kanan foto tampak putih, karena ada matahari. Berangsur-angsur langit membiru ke arah kiri, ke arah yang berlawanan dengan matahari. Detail monumen sama sekali tidak muncul, tenggelam dalam kegelapan …

(lebih…)

Read Full Post »

Keben, gerbang masuk ke kediaman Sultan

PUSAT BUDAYA JAWA YANG KHARISMATIK

Siapa pun pasti setuju, bahwa jika berbicara tentang pariwisata Yogyakarta, Kraton sebagai pusat budaya Jawa adalah tempat yang tidak boleh tidak harus dikunjungi. Kraton Yogyakarta, selain masih utuh terpelihara, juga memiliki eksistensi dalam kehidupan sosial politik yang masih berlaku. Hingga saat ini, Sultan Yogya adalah pemegang tampuk kekuasaan sebagai Gubernur, sedangkan Wakil Gubernur dijabat oleh Paku Alam.

Bangunan paling depan dari kompleks Kraton Yogyakarta adalah Pagelaran, yang menghadap langsung ke Alun-alun Utara. Pagelaran mengalami renovasi besar-besaran pada tahun 1927, pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII. Bangunan luas ini disangga oleh 8 buah tiang berwana putih, yang konon pada pondasi masing-masing tiang ditanam emas murni seberat 4,5 kg. Tiang yang berjumlah 8 menunjukkan pada urutan sultan, yakini HB VIII. Simbol 8 ini juga digambarkan pada motif lantai yang bersegi 8.

Tiang putih berjumlah 8 buah di Pagelaran, serta lantai bermotif segi 8 yang menyimbolkan urutan Sultan HB VIII.

(lebih…)

Read Full Post »

BERITA MALAM YANG TAK TERDUGA


Bergegas aku keluar dari kamar Warni, langsung menerobos dapur. Ketika keluar dari pintu dapur, oppss!! Aku nyaris bertubrukan dengan sesosok tubuh anak lelaki. Topo! Kami sama-sama terkejut. Topo memandangku dengan heran dan penuh pertanyaan. Aku benar-benar tak tahu harus berubah wujud menjadi apa, untuk mengingkari kehadiranku disitu. Sungguh aku berharap saat itu menjadi jin yang bisa merubah diri menjadi kucing atau ayam. Tapi aku tetap saja masih manusia, dan jantungku yang belum lekat benar ke tangkainya sekarang meloncat-loncat hampir copot.

Aku meninggalkan Topo tanpa mengucapkan sepatah kata pun, bergegas ke rumah seperti dikejar hantu. Masuk melalui pintu samping, Ibu mencegatku di depan dapur.

“Mana kukusannya?” Ibu bertanya.

Whaatt?? Kukusan? Ku-ku-san …? Apaan sih?

“Mana kukusannya? Kok lama sekali to kamu ini? Aku sudah selesai membungkus nagasarinya, tinggal dikukus.” Ibu kelihatan agak kesal.

Astaghfirullah. Kukusan itu masih tergantung di dinding gedek dapur Warni. Sama sekali sudah lenyap dari ingatanku.

“Eee … Warni nggak ada, Bu. Rumahnya sepi …” aku menjawab sekenanya.

“Kalau begitu pinjam saja ke rumah Bu Prapto.”

Bu Prapto adalah tetangga sebelah rumah. Ibu rupanya benar-benar sudah terobsesi oleh kukusan. Mati hidup beliau sudah diabdikan untuk benda sepele dari anyaman bambu itu.

“Aku mau pergi, Bu.” sahutku sambil meloloskan diri pergi ke kamar.

“Hei, Ning! Hei …. ! Woalah, bocah ki piye to … “

Aku tak mendengarkan omelan Ibu, bergegas pergi ke kamar. Ada sesuatu yang harus segera kulakukan …..

(lebih…)

Read Full Post »

Older Posts »