KAMPUANG NAN JAUH DI MATO ….
Sumatera Barat adalah sekeping firdaus yang diciptakan Tuhan di muka bumi. Alamnya sungguh permai, rumah adatnya penuh dengan ukiran indah, kain songket dan sulaman tangannya cantik menawan, tariannya mempesona, dan makanannya menggoyang lidah pecinta kuliner di seluruh penjuru Nusantara.
Bukittinggi menghamparkan seluruh keindahan Sumatera Barat. Kota yang berjarak sekitar dua jam bermobil dari Padang ini terletak di dataran tinggi yang berhawa sejuk. Jika anda suka menikmati keindahan alam yang spektakuler, perjalanan darat dari Pekanbaru (Riau) ke Bukittinggi akan menjadi petualangan yang mengasyikkan. Dikelilingi oleh gunung Singgalang dan gunung Marapi, Bukittinggi memiliki pemandangan alam yang benar-benar elok. Sebagai kota tujuan wisata, Bukittinggi memiliki banyak hotel dari berbagai kelas. Salah satu hotel yang cukup representatif adalah The Hill (sebelumnya bernama Novotel) yang terletak di tengah kota, hanya beberapa meter dari Jam Gadang dan Gedung Hatta.
Kota Bukittinggi tampak nun di kejauhan. Di sini bunga-bunga yang indah berwarna-warni tumbuh dengan sendirinya di seluruh tempat, tanpa ditanam dan dirawat secara khusus.
Jam Gadang, saksi sejarah kota Bukittinggi, terus berdetak mengikuti nafas kehidupan masyarakat Minangkabau melintasi zaman.
Dari Jam Gadang yang menjadi saksi sejarah kota Bukittinggi, kita bisa pergi ke Rumah Baanjuang yang terdapat di dalam kebun Binatang. Rumah Baanjuang adalah museum yang berbentuk rumah tradisional Minangkabau. Di dalamnya tersimpan berbagai benda budaya yang berkaitan dengan adat budaya Minangkabau, seperti peralatan masak, perhiasan, pakaian adat, alat musik tradisional, senjata, replika rumah adat, berbagai motif ukiran, buku-buku tentang budaya Minangkabau, dan yang sangat menarik adalah uang-uang lama yang pernah dipakai sebagai alat tukar di Indonesia. Salah satu uang lama itu adalah uang kertas bernilai Rp. 10,- dengan gambar Tuanku Imam Bonjol, salah seorang tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat. Uang ini dikeluarkan pada tahun 1948 dan hanya berlaku di Indonesia Barat. Di Rumah Baanjuang juga terdapat pelaminan adat Minangkabau. Pengunjung bisa menyewa pakaian adat dan berfoto di pelaminan ini, hanya dengan membayar Rp. 20.000,-.
Rumah Baanjuang dengan patung wanita berbusana adat di halaman depan. Terdapat juga bangunan lumbung padi, yang sekarang sudah tidak difungsikan.
Pelaminan Pengantin Adat Minangkabau. Jika anda berkunjung bersama pasangan, anda bisa menyewa pakaian pengantin dan berfoto di pelaminan ini, maka jadilah anda Pengantin Minang.
Uang kertas yang sangat sederhana bergambar Tuanku Imam Bonjol. Uang ini dikeluarkan oleh “Republik Indonesia Propinsi Sumatera”, ditandatangani oleh Gubernur Propinsi Sumatera pada tahun 1948, dan hanya berlaku untuk daerah barat.
Ngarai Sianok yang panjangnya beberapa kilometer sangat dekat dengan kota Bukittinggi, bisa kita lihat hanya dengan berjalan beberapa ratus meter dari kota. Ngarai ini sangat terkenal, dan konon dulu di dasar ngarai yang kedalamannya mencapai puluhan meter ini hidup kawanan kerbau liar. Tempat lain yang wajib dikunjungi adalah danau Maninjau, yang bisa ditempuh dalam waktu sekitar setengah jam dari kota. Permukaan air danau Maninjau sangat tenang, berwarna biru jernih dan berkilau seperti cermin, memantulkan bukit dan langit yang ada di atasnya. Memandangi permukaan danau Maninjau akan membuat hati tenteram, pikiran jernih, dan hidup terasa damai bagai di surga ….
Danau Maninjau, permukaannya biru berkilau seperti cermin, memantulkan bayangan bukit dan langit yang ada di atasnya. Foto diambil dalam cuaca mendung dan kabut menyelimuti danau.
Tidak jauh dari kota Bukittinggi, kita bisa mengunjungi Koto Gadang, tempat berbagai kerajinan dan kain sulaman dibuat oleh tangan-tangan terampil. Sulaman tangan dan bordir Padang sangat halus dan indah. Saya mengunjungi seorang penyulam dan melihat langsung bagaimana dia bekerja. Kebanyakan sulaman yang dibuat adalah untuk selendang. Kain yang disulam dibentangkan dan dijepit di sebuah rangka yang menyerupai dipan (balai-balai), sehingga penyulam bisa menusukkan dan menarik benang dengan mudah, kain tidak berubah posisi. Ada dua jenis sulaman, yaitu sulam ‘suji’ dan sulam ‘kepala peniti’. Satu selendang berukuran lebar 50 cm dan panjang 175 cm bisa diselesaikan dalam waktu dua minggu. Keindahan selendang ini sepadan dengan harganya yang cukup mahal, antara Rp. 750.000,- hingga Rp. 1.500.000,-
Selendang sulaman tangan dari Koto Gadang. Renda berwarna kuning keemasan di ujung selendang itu juga dibuat dengan tangan dari benang emas.
Kerajinan songket, bordir dan ukir juga banyak dibuat di Pandai Sikek, sekitar setengah jam bermobil dari Bukittinggi. Berbagai produk dari bahan songket dan bordir bisa diperoleh disini, seperti tas, dompet, sandal, pakaian, dan berbagai souvenir. Mukena dengan bordir Padang sudah terkenal keindahannya, bisa diperoleh baik yang memakai bahan sutera maupun katun. Harganya sangat bervariasi, dari Rp. 300.000,- hingga Rp. 2.000.000,-
Untuk melihat peninggalan kerajaan tertua di Sumatera Barat, kita pergi ke Batu Sangkar. Di sini sangat banyak dijumpai peninggalan-peninggalan sejarah seperti prasasti Pagaruyung, rumah asli Bundo Kanduang (cikal bakal orang Minang yang juga ibunda Raja Adityawarman), makam Adityawarman, istana Silindung Bulan, dan Istana Pagaruyung. Sayang sekali istana Pagaruyung ini ludes terbakar karena tersambar petir pada tahun 2005, dan sampai sekarang belum dibangun kembali. Sungguh menyedihkan melihat lokasi bekas istana besar yang sekarang tinggal berupa tanah kosong yang luas, hanya menyisakan pintu gerbang dan beberapa papan nama. Wakil Presiden Yusuf Kalla sudah memancangkan pondasi untuk membangun kembali istana ini, namun dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mendirikan kembali bangunan adat yang sangat cantik ini, serta membuat duplikat seluruh benda-benda sejarah yang ikut musnah terbakar.
Prasasti Pagaruyung I (prasasti Adityawarman) terdapat di Batu Sangkar. Tinggi prasasti sekitar dua setengah meter, tulisan dengan huruf Melayu kuno. Prasasti ini terdapat di depan rumah Bundo Kanduang.
Istana Silindung Bulan di Batu Sangkar. Istana ini milik salah seorang putri bangsawan kerabat Raja Adityawarman bernama Silindung Bulan.
Dari Bukittinggi, kita pergi ke Padang melalui jalan darat yang berkelok-kelok tajam dan naik turun menyusuri punggung bukit. Kita bisa melihat keelokan lembah Anai dari sebuah gardu pandang di sisi jalan, melihat jalan berkelok-kelok nun jauh di bawah. Cukup membuat miris membayangkan bahwa kita akan turun melalui jalan yang curam dan berkelok-kelok itu, tetapi ketika jalan itu benar-benar kita lewati dengan mobil, ternyata kita bisa melewatinya dengan baik-baik saja. Ohya, ketika melewati kota Padang Panjang, jangan lupa mampir untuk makan sate Padang yang sangat ueenak ….
Tidak seperti Bukittinggi yang sejuk, kota Padang cukup panas karena terletak di tepi pantai. Garis pantai berhadapan langsung dengan kota, menyajikan pemandangan yang biru menawan. Di Padang terdapat museum Adityawarman yang megah dengan taman luas di sekelilingnya. Sebagian isi museum ini sama dengan Rumah Baanjuang di Bukittinggi, sebagian berbeda, sehingga kedua museum ini saling melengkapi. Di museum Adityawarman kita bisa melihat banyak bagan yang menjelaskan srtruktur sistem budaya Matrilineal yang berlaku di Minangkabau. Kita juga bisa membaca sendi-sendi budaya Minangkabau yang masih dipegang teguh. Salah satunya adalah tentang Padusi (Perempuan) yang saya kutipkan di bawah ini. Aslinya teks ini sangat panjang, sehingga disini saya kutipkan sebagian saja.
PARAMPUAN (PADUSI)
Sipaik sipaik baiak parampuan. Mamacik Taratik jo sopan. Mamakai baso jo basi. Tahu pulo dihereang gendeang. Mamakai raso jo pareso. Manaruah malu jo pareso. Manjauhi sumbang jo salah. Muluk manih baso katuju. Kato baiak kucindam murah. Baso baiak gulo dibibie.
Setelah kasak-kusuk kesana-kemari, saya berhasil mendapatkan terjemahan dari petuah di atas dari seorang teman baik. Bahasa yang dipakai pada petuah tentang Padusi ini adalah bahasa Minang klasik yang biasanya dipergunakan pada upacara adat, pada acara sambah-menyambah. Terjemahan berikut adalah arti yang paling mendekati dari petuah di atas.
Sifat-sifat baik wanita : Menjaga sikap dan kesopanan. Menjaga perkataan dan bisa berbasa-basi. Memahami isyarat. Memakai rasa dan memiliki tenggang-rasa. Memiliki rasa malu dan selalu mawas diri. Menjauhi segala yang sumbang dan salah. Bermulut manis dan berbicara dengan menyenangkan. Kata-katanya baik dan sopan. Bahasanya manis seperti gula di bibir.
(Wah, kayaknya sih saya lulus ….. hehehe … Dasar!)
Panorama pantai nan elok di kota Padang
Museum Adityawarman di Padang. Ini patungnya yang berukuran raksasa, bukan reporternya yang kerdil … hehehe …
Met siang bu, lam kenal….saya Arpan
Salut atas blog yang ibu buat….bersama surat ini saya sekalian mohon izin bu….blog ibu kebetulan saya link ke blog saya…abisnya bagus banget sih….
Terusin ya bu….nulisnya…saya paling seneng kalau mbahas semua
budaya yang kita miliki….
Kalo nggak ada yang mbahas nanti org luar lagi yang ngaku aku
😀
Arpan, Jakarta 18 Juni 2008
Met siang juga, Mas Arpan.
Bersama surat ini saya berterimakasih Mas Arpan sudah berkenan nge-link blog saya (tapi mosok ‘kebetulan’ sih? Kan proses nge-link perlu beberapa step yang mustahil terjadi secara ‘kebetulan’ … hehehe, bercanda nih …).
Terimakasih atas kunjungannya ke blog ini. Insya Allah saya masih akan menulis buanyaak lagi tentang budaya dan wisata di negeri kita, karena Indonesia memang sangat kaya dan indah. Bahan sudah banyak, tinggal nunggu ditulis aja.
Kalau tidak ada halangan, minggu depan saya akan ke Ambon, Makassar, dan Toraja. Insya Allah akan saya tulis juga reportasenya.
Request liputan ke Toraja ya bu… v penasaran soalnya waktu di yk, teman v yang kebetulan orang Toraja, pernah memperlihatkan upacara adat penguburan neneknya. Kalo v liat suasananya kaya berbau mistis gitu, tapi bagaimana dengan pendapat ibu?
Salam Ibu
Memang alam Indonesia dimana-mana indah banget, ira kebetulan pernah tugas ke beberapa daerah di JAWA, SUMATERA, KALIMANTAN, SULAWESI, Subahanallah indah-indah….
Nanti kalo Ibu ke padang lagi contact2 Ira ya, dah dua bulan ini ira pindah kerja kepadang (sekalian pulang kampung). jadi bisa nemenin tar jalan2, hehe
Banyak banget yang indah diPadang, cuma kayanya belum ter explor dengan baik, dan masalah klasik yang ada dimana2, yang bikin daerah wisata dipadang jadi kurang “mantep” yaitu sampahnya, kaya qt yg ga punya tempat sampah aja, heheh ato emang kebiasaan qt dimana2 ga dipadang aja, suka buang sampah sembarangan.
Buat sodara2 yang punya bisnis di parawisata, Padang masih banyak lho wilayahnya yg sangat bisa dikembangkan dengan lebih optimal….
.: AYO QT BANGUN INDONESIA :.
Bangkit negriku harapan itu masih ada….. 😉
Saya belum pernah ke Bukittinggi tapi sering dapat oleh-olehnya.
Yang unik, bros sederhana berbentuk rumah gadang.
Menurut cerita teman saya, bros itu dibeli di sebuah persewaan baju pengantin yang menjual souvenir pernikahan.
Oya, kapan bu bagi-bagi novel lagi.
Hehe..
Hallo V,
Mudah-mudahan rencana perjalanan saya ke Toraja dapat terlaksana tanpa ada halangan. Memang benar bagi orang Toraja kematian dan penguburan adalah peristiwa besar. Upacara penguburan dilakukan berhari-hari, dengan biaya yang sangat besar. Untuk menunggu biaya terkumpul, kadang kala orang yang sudah mati tersebut disimpan dulu selama bertahun-tahun …
Mudah-mudahan saat saya kesana besok pas ada upacara pemakaman, sehingga bisa melihat langsung.
Hallo Ira,
Wah, ternyata Ira ‘urang awak’ ya. Saya ke Bukittinggi dan Padang pada bulan Desember 2007. Semoga suatu saat saya diberi kesempatan untuk mengunjungi Sumbar lagi, terutama Bukittinggi yang sangat indah. Di Padang saya belum sempat kemana-mana, baru ke museum Adityawarman saja dan sedikit keliling kota, maklum hanya punya waktu 2 jam sebelum boarding ke pesawat menuju Jakarta.
Soal kebersihan obyek wisata, kayaknya dimana-mana sama, Ira. Selain sampah, yang sangat menyedihkan biasanya adalah kebersihan toilet umum. Toilet umum di banyak tempat wisata benar-benar menyerupai horror. Mengapa ya bangsa kita sangat sulit menjaga kebersihan? Apakah karena terbiasa membuang segala sampah, limbah, dan kotoran ke sungai?
Irna, hallo …
Bros berbentuk rumah gadang? Wah, saya kok nggak pernah lihat ya di toko souvenir. Pantas saja, adanya di persewaan pengantin. Apa mesti jadi pengantin dulu ya, supaya bisa punya bros rumah gadang … hehe …
Kapan bagi-bagi novel lagi? Wah, harus menerbitkan yang baru dulu, Ira. Tunggu ya. Mudah-mudahan ada penerbit yang mau menjalankan ‘proyek rugi’ menerbitkan novel saya …. hehehe …
hehe……….sanang bana awak nagari awak di posting ama si Mbak Tuti.
atau jangan2 si mbak Tuti urang awak juo nan marantau ka Jogja……hihi…jadi panggia Uni jadinyo…hehe
tips : Kalo mo ke Bukittinggi jika hari liburan apalagi skarang, mestinya pesan hotel dulu..khawatirnya nggak dapet hotel..karena udah pada penuh…….berbagi pengalaman..hehe
Halo Uda Alex,
Syukurlah, tulisan saya tentang Ranah Minang disukai orang Minang. Kalau tulisan saya ada yang salah atau kurang lengkap, tolong dikoreksi atau dilengkapin ya. Maklum di Bukittinggi dan Padang cuma 3 hari. Tapi benar-benar puas, sudah melihat hampir semua keindahan Sumatera Barat.
Saya orang Yogya asli kok Uda Alex, tapi saya mencintai budaya dan keindahan seluruh Nusantara. Indonesia ini benar-benar indah dan kaya. Marilah kita kenali, sayangi, dan jaga tanah air kita ini. Oke? Yuuk ……
sass salm sadonya awakk nio kenal sama urang2 padang ba,, caronyo nio dapek kawan2 sakapuang a, kini awak di pakan.,,.,lah agak lupo jo budayo padang.,.,
tujuan ciek lah
Tuti :
Alamak … mati aku, dikira orang Padang ‘kali ya. Halo Yadi, aku ini wong Jowo asli, gak ngerti bahasa Padang ….
Salam aja deh.
Huahahahaha…
Mari saya bantu mengartikannya :
Salam semuanya, saya mau kenal sama orang-orang Padang, gimana caranya biar dapat teman sekampung. Sekarang saya di Pekan (Pekanbaru-red), sudah lupa dengan budaya padang. Tunjukkan satu lah
Kalau di Pekanbaru dekat dengan saya dong ? halo .. pak Yadi masih online ?
Well, memang alam Sumatera Barat indah nian mbak. Saya yang asli dari sana pun dak bosan-bosan menelusuri daerahnya. Mungkin ada satu tempat yang saya rekomendasikan untuk mbak kalau masih sempat ke Sumbar nanti. Tempat wisata ini baru kemarin waktu lebaran saya singgah kesana. Pergilah ke Kota Painan, kemudian pergilah ke puncak bukit Langkisau dan pantai Carocok. Subhanallah, indah sekali.
Tuti :
Terimakasih Bang Surya, kalau sudah diterjemahin gitu, saya bisa juga melihat kemiripan bunyinya dengan bahasa Indonesia. Tapi kalau belum, wah … nebak-nebak aja susah …
Mudah-mudahan saya bisa pergi ke Sumbar lagi. Kepengin ke Bukittinggi dan Payakumbuh. Juga ke Painan yang Bang Surya sebutkan. Sayangnya tugas saya ke Pekanbaru sudah selesai, jadi kalau mau ke Sumbar rasanya agak susah karena harus betul-betul meluangkan waktu (dan biaya juga …hehe). Dulu saya ke Bukittinggi dari Pekanbaru lewat jalan darat. Ngeri juga, tapi pemandangannya sangat indah.
good…good… good
hehehehe rancak bana…
makasih bunda udah mau meliput nagari nan rancak di sebelah barat sumatera…
kayanya sy ada niat untuk bulan madu ke bukit tinggi deh… doain yah bunda… mau nikah ni insya allah desember08…
dhie urg awak calon jg urang awak….
semoga sehat selallu bunda biar bisa jalan2 terus wassalam…
Tuti :
Wah … selamat menempuh hidup baru ya, Dhie. Selamat berbulan madu juga. Bukittinggi memang tempat yang sangat cocok untuk berbulan madu. Hawanya sejuk, alamnya indah.
Terimakasih doanya, semoga saya bisa jalan-jalan lagi. Terakhir saya jalan-jalan ke Surabaya dan sekitarnya, Agustus 2008. Sudah baca LPM (laporan pandangan mata) saya?
Ah Ambo satuju ibu …
satuju sekaleee …
Saya juga jatuh cinta sama ranah minang …
Bukan saja sama ranahnya …
Tapi pada padusinya juga …
Memang elok Ranah Minang …
Tuti :
Saya baru tahu, kalau Om Trainer ternyata pecinta padusi. Kalau saya seneng padusan Om (dua kali sehari di kamar mandi, kalau udara panas dan tubuh keringatan terus, bisa tiga kali … )
Memang betul, ranah Minang sangat indah. Lembah Harau adalah fenomena alam yang menakjubkan. Juga alam di Payakumbuh.
Sering pulang kampuang ya Om?
tulisan yg keren dan komplit ttg minang
jadi rindu kampuang saya…
bravo mbak
Tuti :
Saya yang bukan urang awak saja rindu pada ranah Minang, apalagi Puti yang lahir disana. Kapan mau pulang kampuang Puti?
Salam, terimakasih sudah berkunjung
asslm ww.
Bravo untuk mbak Tuti (without k)
Saya, orang minang yang kebetulan sekarang merantau ke negeri lain. Wah senang sekali dengan adanya blog mbak ini, saya terbantu sekali waktu mau presentasi dan harus mencari ilustrasi tentang alam minang kabau. Maaf ya mbak, fotonya saya ambil untuk background presentasi saya, tanpa permisi.
Ada banyak tempat di Sumbar yang tak kalah eloknya, danau Singkarak, danau kembar, Air terjun, Hutan lumut di Singgalang, misalnya, Pokoknya mbak harus kembali lagi nanti kembali ke ranah minang!
Mana novel terbarunya mbak?
Wassalam.
Tuti :
Bravo juga untuk Em Tandow. Alhamdulillah jika tulisan saya mengenai Ranah Minang bisa membantu anda dalam menyampaikan presentasi tentang tanah kelahiran. Silahkan saja foto saya dipakai. Hanya saja, lazimnya jika kita memakai foto milik orang lain, kita sebutkan sumbernya/pemilik fotonya.
Memang benar, masih banyak tempat di Sumbar yang belum saya kunjungi. Doakan suatu saat saya bisa kembali kesana ya.
Novel terbaru? Wah …. sudah lama nggak nulis novel lagi. Malah keasyikan nge-blog, nulisnya macem-macem ….
Wassalam.
ya, mantap blog nya, terimakasih atas ulasan ranah minang nya, sekira nanti mau ke sumbar, saya siap bantu. jangan ragu mbak.
Roni
Tuti :
Waaah … saya kepengin sekali ke Sumbar lagi. Masih banyak yang belum sempat saya kunjungi. Kapan ya bisa kesana (*melamun*)
Terimakasih, Roni …
ranah minang menghasilkan manusia2 cendikia yang telah mendarmakan bakti untuk nusa dan bangsa, tapi karena banyak yang merantau justru kampung halamannya kurang dibangun, kapan nich bisa melihat propinsi sumbar maju pesat menjadi percontohan propinsi terbaik se indonesia?
maaf mbak jadi oot
Tuti :
Ranah Minang memang melahirkan putera-putera terbaik bangsa, seperti Hatta, Emil Salim, dan lain-lain. Banyak (bahkan sebagian besar) orang Minang yang merantau mengirimkan uang hasil jerih payah mereka ke kampung halaman, karena merupakan kebanggaan jika bisa menunjukkan kesuksesan di rantau.
Hehe … nggak apa-apa oot, Mas Ario. Terimakasih sudah mampir …
Terimakasih banyak atas sajian yang saya di blog ini… semua yang lezat menurut selera saya saya santap… tapi jangan cemas mbak… ga saya habisin kok
Bravo…
Tuti :
Terimakasih juga sudah bersedia menyantap hidangan gratis di blog ini, nggak pakai kupon dan nggak antri lagi … 😀
assalamu alaikum bu…
terima kasih sudah berbagi info ttg Indonesia. Kebetulan saya dan suami membuat website ttg Indonesia dlm bhs JErman dan dalam waktu dekat ini bersama teman2 menyelenggarakan Indonesian Day di Cologne, Jerman. Mohon info soal baju adat bu, apa Ibu tau kira2 berapa harganya ? Trims.
Tuti :
Wa’alaikumsalam Mbak Vania …
Senang sekali Mbak dan suami telah membuat website dalam bahasa Jerman, yang pastinya akan mempromosikan negara kita kepada dunia luar (khususnya Jerman).
Tentang baju adat, harganya sangat bervariasi, tergantung dari kualitasnya. Kain songket Padang misalnya, harganya mulai dari 300 ribuan sampai 3 juta. Yang paling bagus adalah kain songket Palembang, harganya bisa sampai 5 juta. Itu baru kain songketnya, belum perlengkapan lain. Tapi kain-kain ini memang hasil karya seni yang bermutu tinggi, buatan tangan yang memakan waktu lama (satu kain songket bisa membutuhkan waktu sampai 2 bulan), sehingga memilikinya tidaklah rugi.
Demikian sedikit informasi dari saya. Semoga Indonesian Day di Cologne sukses.
salam,
waw… reportase yang mantap kali bu tuti…
jadi kangen pulang kampung, hehe… 😀
kalau suatu saat ke bukittinggi lagi, bolehlah kita rencanakan bareng, siapa tahu bisa kopdar di sana, hehehe… 😀
Tuti :
Boleh, boleh …. saya memang kepengin ke Bukittinggi lagi, tapi belum tahu kapan. Siapa tahu bisa kopdar dengan teman-teman bloger dari Padang dan Bikittinggi. Wah, asyiik ….
wah rajin benar ibu, terus bloging ya
Tuti :
Iya dong, pokoknya go-blog … ! 😀
salam kenal buk…saya juga orang minang bu..jadi tambah bangga dengan postingan ibu ini..hehehe
juga jadi kangen ne buk..tapi liburnya masih lama…hikshiks
Tuti :
Lha sekarang tinggal di mana, Frezy? Emang udah berapa lama nggak pulkam?
Salam kenal juga ya …
sekarang nge kos buk di bandung…
udah berapa bulan ya…kira2 2 bulan buk..kan lebaran kemaren pulang…hehehee
oya buk…kesenian minang juga bagus2 lo buk,…contohnya tari piring…itu keren banget buk..
Tuti :
Saya juga bisa tari piring …. tapi piringnya diikat ke tangan … 😀
Wow, cerita syik banget mbak Tuti. Jadi terngiang-ngiang kembali kota padang, bukit tinggi, sawah lunto, yang elok dan pantainya yang indah. Saya juga pernah berkunjung kesana dan sangat senang dgn keindahan kota itu da suasana pantai, pasar & makanannya yang khas & sedap.
Sayang sa’at ini kota padang sudah berbeda dgn yang dulu kita pernah lihat akibat musibah gempa bbrp waktu lalu.
Semoga kota padang bisa segera bangkit dan tetap bisa mempesona seperti dulu sebelum gempa. Amien
Best regard,
Bintang
Tuti :
Saya lebih banyak menjelajah di Bukittinggi Mbak, kalau di Padang cuma sepintas saja menjelang pulang. Saya dengar dari Uda Vizon yang ke Padang sesudah gempa, yang banyak rusak adalah gedung-gedung tinggi dan besar, sedangkan rumah-rumah tinggal tidak terlalu banyak yang rusak. Jadi semoga saja masih banyak yang tersisa dari keindahan Padang serta Bukittinggi.
salam hangat 🙂
iya mbak…eh..mbak ato ibuk ne…takut kemudaan n ketuaan..hehe..
makasih doanya buat kampung saya…
semoga bisa segera bangkit dari keterpurukan ini…amin…salam kenal ya mbak/buk..hehe
Tuti :
Haiyah, kok bingung sih manggil saya? Panggil saja Tuan Putri … hehehe 😀
Wah, ternyata Mbak Tuti sudah menjelajah ke kampung saya … wah, terima kasih atas posting ini ya Mbak … saya selalu menikmati kisah perjalanan di Sum-Bar yang ditulis bukan oleh orang setempat .. seperti yang Mbak Tuti tulis ini …
Kapan ke sana lagi ?
Tuti :
Belum menjelajah sampai tuntas sih, tapi tempat-tempat yang terindah kayaknya sudah sempat saya kunjungi seperti danau Maninjau, Lembah Arau, Bukittinggi, Ngarai Sianok, dll.
Kapan ke sana lagi? Wah … penginnya sih secepatnya, Mas … 😀
siang” etek tuti knalkan> hendra punya banyak anthorium hendra mau jual borongan hendra jg org padang untuak biaya kuliah tek ,dijual borongan anturium total 78 pot.
“jenis-jenisnya”
anturium gelombang cinta
tris jati
king cobra
cermani
cobra centong
anda berminat serius lokasi bogor hub segera ir.riko rizal hendra”081383249709
harga nego/cuci gudang secepatnya siapa cepat itu dapat
ko link lengkap nyo!! http://bogor.olx.co.id/riko-rizal-hendra-iid-96127490
menarik sangat..
lihat rumah minang di malaysia juga ya.
Tuti :
Terimakasih, akan segera berkunjung ke sana …
[…] http://www.tutinonka.wordpress.com […]
Kampoeng den jauah dimato.
[…] Ranah Minang, Indah Nian … | Tuti Nonka’s Veranda – 18/6/2008 · KAMPUANG NAN JAUH DI MATO …. Sumatera Barat adalah sekeping firdaus yang diciptakan Tuhan di muka bumi. Alamnya sungguh permai, rumah …… […]