AMBON, KEINDAHAN TANAH MANISE …
Ketika seorang sepupu saya (kebetulan namanya juga Tuti …. hwalah, nggak kreatif banget ya keluarga kami ini) mengabarkan bahwa ia akan ke Ambon, langsung saya teriak : ikut dong! Saya sudah lama ingin ke Maluku, salah satu bagian dari wilayah Indonesia yang terletak nun jauh di utara, yang terdiri dari pulau-pulau kecil. Sepupu saya oke banget mendapat teman jalan. Kebetulan kami seumur dan memiliki minat yang sama : suka jalan-jalan, menikmati keindahan alam, dan mempelajari budaya.
Tapi karena waktu tinggal 3 hari, dan Tuti sepupu saya sudah pesan tiket duluan, saya tidak berhasil mendapatkan pesawat yang sama dengannya. Dia dan ibunya mengambil rute Yogya – Surabaya – Ambon, saya memakai jalur Yogya – Jakarta – Ambon. Penerbangan Yogya – Jakarta tidak masalah, karena saya mendapatkan flight jam 19.00 dari Yogya, tapi flight Jakarta – Ambon berangkat jam 01.30 dini hari! Alamak! Bagaimana mungkin saya menunggu sendirian di bandara dari jam 20.00 sampai jam 01.30? Tapi dasar sudah ngebet ke Ambon, apa pun saya lakoni. Pokoknya berangkat dulu, soal nunggu 5 jam di bandara, aah … gimana entar!
Alhamdulillah saya selamat dan baik-baik saja selama nunggu di bandara Soekarno-Hatta. Cuma, menjelang tengah malam, ruang tunggu bandara dinginnya minta ampuuun …. Meskipun sudah memakai jaket, brrr ….. tetap saja saya mengkeret kedinginan. Herannya, dengan jam penerbangan yang ‘gila’ (di tengah malam buta), ternyata penumpang penuh padat.
Setelah terbang selama 3 jam, halloo …. saya menginjakkan kaki di tanah Manise pada jam 07.00 pagi waktu setempat (Ambon lebih cepat 2 jam dari Jakarta). Begitu mendarat, saya langsung terkesima melihat bandara Ambon yang sangat bagus. Waduh, Yogya kalah nih. Ngiri deh gue ….
Bandara Ambon yang cantik. Bandara ini mulai dioperasikan pada tahun 2004, terletak sekitar 40 km dari kota Ambon.
Beberapa tahun yang lalu, Ambon porak poranda oleh kerusuhan antar umat beragama. Ambon cukup lama menjadi daerah konflik, yang mengakibatkan ribuan jiwa melayang dan puluhan ribu bangunan rusak berantakan. Pada waktu itu, datang di Ambon benar-benar memasuki kancah peperangan. Setiap orang harus jelas identitasnya, “merah” (Kristen) atau “putih” (Islam). Seseorang yang salah masuk ke wilayah yang bukan golongannya, benar-benar menghadang maut.
Syukurlah konflik berdarah yang berlangsung selama hampir 5 tahun itu akhirnya mencapai perdamaian pada tahun 2005. Ketika saya memasuki Ambon (dengan naik taksi sendirian dari bandara, karena sepupu saya baru akan tiba pada jam 14.00) sisa-sisa kerusuhan itu sudah tidak terlihat lagi. Tidak ada satu pun tentara saya lihat di sepanjang jalan. Semuanya terlihat aman dan damai. Banyak bangunan baru, yang didirikan untuk menggantikan bangunan lama yang hancur ketika terjadi kerusuhan.
Ambon sudah mengalami metamorfose menjadi kota baru yang lebih baik, dengan semangat perdamaian baru menyambut hari esok. Semoga perdamaian ini benar-benar bisa dijaga oleh semua pihak, mengingat begitu banyak sudah nyawa, harta, dan kehidupan yang hancur akibat kerusuhan.
Sebuah masjid di Ambon, dengan spanduk terbentang di pagarnya, yang berisi ajakan untuk selalu menjaga perdamaian dan menghargai perbedaan.
Di ambon terdapat cukup banyak hotel, dari yang berbintang 3 seperti Ambon Manise Hotel, bintang 2 Mutiara Hotel, hingga hotel-hotel kecil tak berbintang. Dari bandara ke kota Ambon kita bisa memakai taksi resmi bandara dengan tarif Rp. 150.000,-. Untuk transportasi di dalam kota ada angkot, banyak yang masih baru, berwarna hijau muda terang. Becak juga banyak hilir mudik. Jika menyewa mobil, tarif dalam kota Rp. 50.000 per jam, minimal 3 jam. Untuk tujuan luar kota, tergantung jaraknya. Kami menyewa mobil kijang yang masih cukup baru dengan tarif Rp. 500.000,- sehari untuk keliling ke berbagai tujuan di dalam kota, ke Hilla, pantai Natsepa, dan tempat penyulingan minyak kayu putih di Suli. Jika menyewa mobil, sebaiknya tarif dibicarakan dengan jelas di depan.
Sebagian jalan-jalan di Ambon cukup macet dengan banyaknya kendaraan. Rasanya terlalu banyak mobil di jalan-jalan kota Ambon yang sempit. Ohya, satu saran lagi, jika kita belum tahu sama sekali tentang Ambon, datang saja ke Dinas Pariwisata Ambon. Di sana tersedia brosur dan buku petunjuk lengkap tentang berbagai obyek wisata di Ambon. Kita tinggal memilih yang sesuai dengan keinginan kita serta waktu yang tersedia.
Patung Selamat Datang di depan Taman Makam Pahlawan Kapahaha
Pada papan besar ini tertulis “Welcome. You are entering Amboina The Capital of The Moluccas Province, and the settlement of the Head Quarters of The Korem 174 Pattimura”. Tidak ada teks dalam bahasa Indonesia. Lho? Jadi ini ucapan selamat datang kepada orang asing kah?
Tepat di depan patung selamat datang ini terletak Taman Makam Pahlawan Kapahaha, makam untuk para pejuang yang gugur semasa penjajahan maupun sesudahnya. Di makam ini terbaris rapi dalam dua blok yang terpisah, pusara untuk pejuang yang beragama Kristen (dengan nisan berbentuk salib) dan pusara untuk pejuang yang beragama Islam (dengan nisan berbentuk kubah masjid). Terdapat juga bangunan Tembok Abadi, berisi nama-nama para pejuang yang dimakamkan disitu.
Taman Makam Pahlawan Kapahaha, menghadap ke teluk Ambon.
Ambon memiliki banyak pahlawan, antara lain Martha Christina Tiahahu dan Pattimura. Martha Tiahahu ditangkap Belanda dan dibawa ke Jawa, tetapi selama berada di kapal ia menolak makan dan akhirnya meninggal pada 2 Januari 1818, padaumur 18 tahun. Ia dimakamkan di laut. Monumennya dibuat di sebuah tempat yang indah di Karangpanjang, menghadap ke laut Amboina yang biru.
Pattimura berasal dari Saparua, melakukan perlawanan sengit terhadap Belanda pada tahun 1817. Monumen Pattimura berada di lokasi tempat ia dieksekusi Belanda, yaitu di Jalan Slamet Riyadi, tidak jauh dari Kantor Gubernur Ambon. Patung yang ditempatkan di monumen tersebut (saat ini dalam proses renovasi) adalah patung Pattimura yang baru. Patung yang lama ditempatkan di halaman Museum Siwalima. Pada saat ini patung tersebut hanya dibaringkan begitu saja di atas tumpukan beberapa ban bekas. Mudah-mudahan suatu saat nanti patung ini akan dipasang dengan lebih baik, dengan posisi berdiri tegak, sebagaimana Pattimura dulu tegak menghadang Belanda.
Patung lama Pattimura dibaringkan di halaman depan Museum Siwalima.
Museum Siwalima terdiri atas dua bangunan yang terpisah jarak beberapa ratus meter. Museum pertama adalah Museum Kelautan, berisi sejarah kelautan masyarakat Ambon, benda-benda dan binatang-binatang laut, serta berbagai properti yang berkaitan dengan kehidupan laut. Di museum ini terdapat tiga buah kerangka ikan paus, masing-masing panjangnya 9 meter, 17 meter dan 19 meter.
Kerangka ikan paus yang panjangnya 19 meter, ditemukan terdampar di pantai Ambon pada 1987.
Bangunan Museum Siwalima yang kedua adalah museum etnografi. Disini disimpan segala benda yang berkaitan dengan budaya orang Maluku. Tepat di depan pintu masuk kita disambut dengan tulisan “Usu Mae Upu”, yang artinya “Mari Silahkan Masuk”. Di dalam museum terdapat berbagai bangunan asli Maluku, pakaian adat, alat-alat pertanian, perlengkapan upacara adat, uang lama, guci-guci pada masa penjajahan Jepang, dan sebagainya. Perempuan muda Maluku disebut “jujaro”, sedangkan lelaki muda disebut “mungare”.
Salah satu pakaian tradisional Maluku
Pakaian adat untuk para bangsawan
Sebagai kota pantai, Ambon memiliki hasil kerajinan kerang dan perhiasan mutiara yang sangat indah. Hiasan dinding dari kerang ini bisa kita jumpai di Batu Merah, demikian juga kalung, gelang, dan cincin bermata mutiara air tawar yang sangat cantik. Harga hiasan dinding ini mulai dari Rp. 150.000 yang berukuran kecil, hingga Rp. 600.000 untuk yang berukuran besar. Sungguh menggoda hati untuk membeli hiasan dinding ini, tetapi karena piguranya ditutup dengan kaca, membawanya dalam pesawat menjadi problem yang tidak mudah. Tetapi penjual disini ternyata sudah mahir mengepak pajangan dinding ini dengan baik, sehingga kami bisa menentengnya dengan mudah dan tidak khawatir kacanya pecah. Jadi kalau suatu saat anda berkunjung kesini, jangan ragu-ragu membeli pajangan yang indah ini untuk dipasang di dinding rumah. Kenangan dari Ambon, oii ….
Hiasan dinding dari kerang dan perhiasan dari mutiara air tawar yang sangat cantik.
Dari kota Ambon kami meluncur ke Hila, sebuah desa di tepi teluk Ambon, berjarak sekitar satu jam perjalanan dengan mobil. Desa di tepi pantai ini sangat permai. Rumah-rumah di tepi jalan berjajar cantik, dengan hiasan, taman, tiang, jendela, dan teras yang mungil indah. Sungguh mengherankan bahwa di desa yang agak terpencil dan jauh dari kota ini kita menjumpai rumah-rumah yang demikian cantik. Keindahan rumah di desa nelayan ini mencerminkan kehidupan ekonomi mereka yang cukup baik. Menurut driver yang mengatarkan kami, banyak orang dari desa ini yang sekolah di kota. Mungkin itulah sebabnya rumah-rumah disini sudah tersentuh selera keindahan yang bagus.
Salah satu rumah nelayan di desa Hila
Di Hila terdapat Benteng Amsterdam, yang dulu dipakai Belanda untuk mempertahankan Ambon terhadap serangan yang datang dari laut. Juga terdapat masjid tua Wapauwe Keitetu yang didirikan pada abad ke 14, yang sampai sekarang masih berfungsi dengan baik. Konon, masjid tua Wapauwe ini muncul tiba-tiba di desa itu, dipindahkan oleh seorang ulama sakti dari tempat lain. Akan kebenaran cerita ini, wallahu a’lam … Selain itu terdapat juga Masjid Raya Hila yang cantik, dengan dominasi wana hijau dan kuning terang.
Benteng Amsterdam, menghadap ke teluk Ambon.
Bagian dalam Masjid Tua Wapauwe Kaitetu yang seluruhnya terbuat dari kayu
Masjid Raya Hila, dengan pemandangan bukit hijau yang elok.
Teluk Ambon memiliki pantai yang tenang dan indah. Di beberapa tempat, hutan bakau tumbuh dengan subur, menciptakan panorama yang sulit kita lupakan. Oh Amboina, Ambon Manise …
Teluk yang tenang, kapal yang cantik, anak-anak bermain di pasir …
Pohon bakau yang tumbuh di pantai, menghadirkan panorama yang melankolis
Penduduk Ambon yang beragama Islam jumlahnya sekitar 60 persen, pemeluk Kristen sekitar 36 persen dan sisanya adalah umat agama lain, antara lain Hindu. Kami terheran-heran mendapati sebuah pura Hindu Bali yang terawat dengan baik di dekat Museum Siwalima. Pura ini terletak di ketinggian, cukup membuat nafas sedikit tersengal ketika menaikinya. Sebagaimana pura Hindu Bali, segala yang ada di dalam pura ini indah dengan ukiran dan warna-warni cemerlang.
Gapura di bagian dalam pura
Hanya dua hari dua malam kami berada di Ambon. Banyak tempat belum sempat kami kunjungi, banyak makanan belum tercecap lidah kami, tetapi cukup banyak kekayaan alam dan budaya Tanah Manise yang telah kami lihat. Ambon memang indah, dan semoga keindahan ini akan terjaga selamanya.
Selamat tinggal Ambon, kami akan meneruskan langkah ke Makassar, negeri indah yang lain di Nusantara ini …
lama ga buka blog bu tuti, sekalinya dibuka… e… si empunya blog lagi jalan-jalan. ya deh, selamat bersenang-senang. ditunggu cerita-cerita selanjutnya (sekali-sekali oleh2nya bukan hanya gambar dan cerita dong. sekali2 yang bentuknya tiga dimensi. :p)
Bu Tuti, saya iri dan jalus banget. Meskipun saya lahir di Ambon, nggak pernah tuh menginjakkan kaki di situ semenjak usia 2 tahun. Ayah saya keburu dipindah ke Surabaya sehingga nggak pernah menikmati keindahan tanah Ambon, apalagi pantai-pantainya. Satu-satunya imajinasi keindahan tersebut datang dari ibu saya yang sampai sekarang tetap menganggap pantai-pantai di Ambon sebagai pantai terindah didunia, meskipun sudah saya tunjukkan pantai di Bali maupun Lombok. Tetap saja pantai Ambon terbaik di dunia. Namun itu kan dulu, apakah pantainya masih tetap indah? Lima tahun yang lalu konon seorang polisi yang baru saja dipindah dari Ambon ke Jogja bilang ke saya kalau pantai Ambon luar biasa indahnya. Apalagi pelabuhannya. Mengagumkan. Mungkinkah itu pertanda kalau pantai Ambon tidak berubah? Tentu saya tidak bisa menjawabnya. Menurut bu Tuti bagaimana keindahannya? Bagaimana perbandingannya dengan pantai-pantai di Bali ataupun Lombok, atau bahkan pantai-pantai di Indonesia bagian barat. Buat saya sekarang untuk membayangkan keindahannya cukup menyanyi dan bermain piano lagu “Gunung Salahutu” saja. Kapan-kapan deh saya kesana. Maturnuwun laporan pandangan matanya.
Hai Ida,
Terimakasih sudah mampir ke blog ini lagi. Cerita selanjutnya akan saya tulis begitu ada waktu (halah, kayak orang penting yang sibuk aja … hehe). Oleh-oleh yang tiga dimensi? Ada tuh … orang Ambon, tapi harap dijemput sendiri ke Ambon … hehe …
Halo Pak Eko,
Wah …. saya baru tahu kalau Pak Eko ternyata kelahiran Ambon. Hanya numpang lahir atau memang ada darah Ambon, Pak?
Iya, pantai Ambon memang sangat cantik. Saya hanya sempat melihat pantai-pantai yang ada di teluk Ambon, dan karena berada di teluk, airnya sangat tenang. Indah Pak, betul. Saya sempat juga ke pantai Natsepa (disini makanan yang terkenal adalah rujak, karena sambalnya khas). Pada jam 16.00, pantai ini sudah mulai dilanda pasang naik. Ombak cukup besar menghantam tepi jalan, menciptakan suasana yang eksotik, sekaligus menantang adrenalin.
Lebih bagus mana, pantai Bali dan Lombok dengan pantai-pantai di Ambon? Waduh …. saya nggak bisa menilai, Pak. Semua bagus sih. Saya sudah melihat pantai Kuta dan Sanur, tapi belum pernah ke Senggigi (insya Allah tujuan perjalanan berikutnya …. siapa mau ikut?).
Pantai dan desa yang indah menurut saya adalah Hila. Rumah-rumah mungil yang cantik di Hila mengingatkan saya pada Volendaam, kota kecil di Belanda. Meskipun rumah-rumah di Volendaam lebih indah, tapi untuk ukuran sebuah desa di Ambon, rumah-rumah di Hila sungguh sedap dipandang.
Sebagai putra kelahiran Ambon, kayaknya Pak Eko memang wajib untuk berkunjung ke Tanah Manise. Banyak sekali obyek yang bisa dilihat. Penerbangan kesana juga tidak sulit. Kalau sempat, bagus juga ke Bandaneira, Pak.
wah..
foto2nya menggambarkan ke-manise-an nya ..
menarik sekali..
Terimakasih, oRiDo …..
Tukang fotonya juga manise kok … hue he he …
waduh, paling jauh cuma baru sampe ujung pandang…
ujung pandang mah udah kayak kota-kota besar di jawa.
sempet ke tana toraja. nah di sini juga asyik.
jadi pingin ke ambon, bu!
Hello Mbak Tuti
Mbak, mbok dipajang dong foto-foto bersama sepupu dan Ibu nya itu. Katanya sepupunya namanya juga Tutik (dengan K).
Kapan main ke Banten? Meski deket-deket saja namun banyak ragam budaya yang dapat dipetik.
Nanti saya anterin deh
Saat ini perjalanannya sampai di mana? Atau sudah kembali ke Yogya?!
Wass ww.
Dik Aryo,
Keindahan pantai-pantai di Ambon itu masih asli, masih ‘nature’ banget. Jadi beda dengan pantai Ancol, gitu. Ayo ke Ambon, biar kenal tanah air kita. Tapi karena Dik Aryo masih kecil (paling baru 2 tahun kalau lihat fotonya … hehe … ), harus ditemenin ibu ya …. mosok anak kecil jalan-jalan sendiri, nanti diculik orang ….
Sigit,
Hallo pembaca, ini sepupu saya yang lain lagi (eh, sak jane yang sepupu saya adalah ibunya ding).
Di Ambon tidak ada foto yang bareng-bareng, lha wong ibunya Tutik sibuk penataran, terus kami (duo Tuti) fotonya bergantian. Besok kalau aku nulis cerita perjalanan di Makassar, ada foto yang bareng-bareng.
Ke Banten? Mau dong. Tapi harus bawa keranjang ya, untuk mewadahi budaya yang bisa dipetik itu (kesannya kok kayak metik mangga aja, gitu lho … hehehe …).
Saya sudah pulang ke Yogya Ademe & Ayeme (kalau Ambon Manise, Yogya adem ayem).
Sudah kembali ke Jogja ya Bu… mendadak saya kangen Jogja… kangeeeeen sekali. Kalau kangen saya ke kota Kudus karena memang Ibu dan saudara-saudara saya ada di sana, dan juga karena ponakan saya yang lucu. Tapi kalau kangen Jogja..benar2 karena merindukan suasana Jogja. Sejauh mana pun saya pergi… saya akan selalu merindukan Jogja yang “berhati nyaman”
Insya Allah satu setengah purnama lagi saya akan tiba di Jogja.. halah kok mendadak puitis hehe:D
Haloo Jeng Zahliy,
Iya, saya sudah kembali ke Yogya lagi. Sama seperti Jeng Zahliy, saya selalu merasa nyaman di Yogya. Tapi pergi ke tempat lain, blusukan dan kelayapan ke berbagai pelosok nusantara (dan pelosok dunia) adalah saat-saat yang selalu membuat saya bergairah …
Jeng Zahliy asli dari Kudus? Wah, kota rokok, kota badminton, dan kota santri juga ya. Saya suka rumah Kudus, tapi nggak mampu beli karena harganya mahallll. Jadi beli yang murah saja, soto Kudus …. hehehe
Ohya, Jeng Zahliy ada di belahan dunia mana sekarang? Di Malesio ya? Kalau nggak salah, Jeng dapat beasiswa S3 ke Thailand kan? Selamat, selamat, selamat. Mumpung masih muda, belum punya tanggungan, kejar terus ilmu sampai ke Negeri Gajah.
Iya deh, saya tunggu satu setengah purnama lagi ….
Eh, jadi ingat lagunya Ermi Kuliet :
Dua purnama, tanpa terasa berlalu sudah.
Namun tiada pernah kudengar kabarmu, oh sayang.
Mungkin dirimu telah bersama dengan yang lain
Hingga diriku begitu saja engkau lupakan
(kaciaaan deh … hehehe)
Alhamdulillah Bu, saya sudah di negeri Gajah Putih, kendati belum pernah melihat Gajah Putih di sini. Tahun depan, saya dibiayai DIKTI. Mohon doa supaya lancar dan memperoleh ilmu yang barakah….amien.
Iya Bu, saya asli Kudus, rumah saya dekat Menara Kudus tapi rumah saya bukan dari gebyok kudus yang sekarang banyak diperdagangkan itu. Teman saya ada yang punya usaha jual-beli rumah Adat Kudus, bisa tengok di http://www.rajajoglo.com/ –> mode “makelar” on š
Bandaranya indah ya…saya cuma sempat transit dalam perjalanan ke Sorong sekitar 13 tahun yang lalu, saat itu masih sangat sederhana, dipinggir laut.
Keluarga saya, sepupu jauh ada yang terkena korban kerusuhan di Ambon. Suami isteri dosen di Universitas Patimura, rumahnya dibakar, bahan skripsi anaknyapun ikut terbakar. Syukurlah Ambon sekarang sudah tenang, semoga begitu seterusnya….
Jeng Zahliy,
Emang gajah putih bener ada ya?
Saya pernah ke masjid dan menara Kudus, malam-malam, karena mampir dari Rembang waktu njagong pernikahan putri Gus Mus. Kalau tidak salah ingat, di belakang masjid ada makam yang sangat “indah” (soalnya diberi kelambu dan gordin mewah, jadi seperti kamar pengantin … hehe). Banyak orang berdoa dan mencari berkah disitu. Wah, itu kan syirik ya. Kenapa dibiarkan (kelihatannya malah dipelihara?).
Terimakasih untuk jasa ‘makelaran’nya … hehe. Tapi kayaknya saya memang belum berniat membeli gebyok Kudus. Mau ditaruh dimana, wong rumah saya kecil dan sudah penuh ….
Mbak Enny Edratna,
Bandara Ambon memang bagus, dan masih baru. Bandara ini juga terletak di pinggir teluk Ambon. Dari bandara ke kota Ambon kita menyusuri tepi teluk yang berbentuk huruf U (ya iyalah, mana ada teluk berbentuk huruf X … hehe). Bisa juga nyebrang teluk memakai kapal ferry, bisa lebih cepat, tapi kapal ini hanya ada pada jam-jam tertentu saja.
Ketika berangkat ke Ambon, saya hampir-hampir tidak ingat bahwa wilayah ini pernah dilanda kerusuhan hebat. Yang terbayang di benak saya malah taman laut (yang ternyata adanya di Bunaken, juauuh dari Ambon … geografi saya dapat nilai berapa ya dulu?). Dari ngobrol-ngobrol dengan sopir mobil yang kami sewa, nampaknya trauma atas kerusuhan dulu itu masih sangat menggores benak orang Ambon dari kedua belah pihak. Bisa dimaklumi, karena harta dan nyawa yang menjadi korban sangat banyak.
Assalamu’alaikum Bu Tuti, sudah kembali alhamdulillah, saya merindukan tulisan2 ini dan menunggu oleh2 berupa foto2 seperti ini. Mau berbagi cerita Bu, kalau Pantai Senggigi bagus juga tapi agak kotor (waktu itu saya menginap di Senggigi Beach) tidak seperti di Kuta atau foto-foto yang ibu ambil di pantai Ambon ini. Waktu makan pagi di Hotel Senggigi Beach aroma pantai terasa banget amis sekali, jadi meskipun restorannya menghadap ke pantai (pemandangannya bagus dan lepas -red) tapi karena baunya amis, jadi kurang nyaman untuk menikmati makanan. Beda sewaktu misalnya kita menikmati makanan di Kartika Plaza Hotel Bali dengan pemandangan ke pantai kuta tapi tidak bau aroma pantai yang amis. Wah saya jadi ingin pergi ke Ambon Bu……, senangnya…..selamat dech buat Bu Tuti, dan terimakasih oleh-olehnya di Blog ini.
Wa’alaikumsalam Mbak Hana,
Alhamdulillah saya sudah pulang dan membawa oleh-oleh yang tidak akan habis dinikmati oleh berapa orang pun …
Wah, sayang sekali ya kalau pantai Senggigi yang indah itu kondisinya kotor dan bau amis. Apakah pemerintah daerah setempat tidak punya perhatian pada obyek wisata yang sangat potensial ini? Tahun ini lagi gencar dipromosikan Visit Indonesia Year lho!
Waktu saya ke Kuta tahun 2006, pantai baru saja dilanda ombak tinggi. Sampah dan kayu-kayu batang pohon banyak berserakan di pantai. Pada waktu sore awan menutup horison, sehingga saya tidak berhasil memotret sunset. Rupanya saya mengunjungi Kuta pada saat yang kurang tepat ya …
Pengin ke Ambon? Baguslah, supaya kenal keindahan tanah air kita yang bak ratna mutu manikam ini …
assalamualaikum mba…
wah,kemaren ke ambon ya? kok gak bilang2..
kan ntar gw bisa ajak liat2 tempat-tempat bersejarah yang lain… hehehe…
kunjungi blog saya ya, di http://fairiz.multiply.com
mungkin ada yang mau mba tanyain lebih lanjut tentang sejarah di maluku yang unik en so on.
makasih…
wassalam..
Assalamu’alaikum Rizal,
Gimana mau bilang-bilang, wong belum kenal … hehe…
Sayang sekali di Ambon kemarin waktunya sangat singkat, jadi banyak tempat belum sempat saya kunjungi. Semoga lain kali bisa ke Ambon lagi.
Iya deh, saya akan berkunjung ke blog Rizal, insya Allah.
Terimakasih kunjungannya ya ….
Wassalam.
aneh banget sich karangannya?????????????????????????????????
Tuti :
Bukannya yang aneh komentarnya?
Assalamualaikum…
Salam kenal, bu…
Saya dita… saya sebenarnya tertarik dengan tulisan ibu mengenai ambon, karena bertepatan dengan tema skripsi saya. kalau boleh saya minta tolong… apakah ibu juga mengetahui sejarah ambon itu sendiri mengenai penjajahan jepang di Ambon tahun 1942. saya saat ini sedang kuliah S1 ddan sedang dalam penulisan skripsi, saat ini saya membutuhkan bahan-bahan yang lebih banyak lagi mengenai penjajahan jepang di Ambon 1942…
Tuti :
Salam kenal juga, Dita …
Terimakasih sudah mengunjungi blog saya, tetapi sayang sekali saya tidak memiliki referensi mengenai sejarah Ambon dalam masa penjajahan Jepang. Saya ke Ambon hanya tiga hari, utuk tujuan wisata, jadi tidak banyak mempelajari sejarahnya.
Mungkin Dita bisa mencari ke Perpustakaan Nasional ya. Semoga skripsinya lancar dan sukses.
mohon bantuannya, ya bu…
Bah… enaknya jalan jalan ke Maluku… saya koq nggak diajak sih… ikut dong… he..he..he…
tetapi membaca dan melihat foto postingannya aja udah bisa ikut merasakan… ditunggu lanjutannya yah….
Tuti :
Memang asyik jalan-jalan ke Maluku, meskipun ada sedikit rasa was-was juga, karena wilayah itu kan belum lama mengalami konflik yang keras dan berkepanjangan.
Kisah lanjutannya silahkan baca ‘petualangan’ saya di Toraja di https://tutinonka.wordpress.com/2008/07/09/tana-toraja-melong-tongan/ dan jalan-jalan di Makassar di https://tutinonka.wordpress.com/2008/07/06/makassar-angin-mamiri-berdendang/
saya teringin nak berjalan di sana dan melihat kehidupan penduduk di sana..boleh join…
dari kuala lumpur
Tuti :
Silahkan, berjalan dan melihat kehidupan penduduk di Ambon sungguh elok …
saya mencari teman untuk mengembara bersama2. kepada sesiapa yang suka mengembara..terutama ke indonesia, sila hubungi saya, kazo’25 dari kuala lumpur…
Tuti :
Sila … kami di Indonesia akan sangat senang menerima kunjungan dan kembara teman-teman dari Kuala Lumpur …
woowww,,
Ambon emanG GreaT bgt,,, hehhhehe
Liad ambon lebih jelas lagi di Blog ku yaahh
Tuti :
Oke …. segera meluncur ke blog Parker …
Thanks.
Terima Kasih buat m’bak Tuti dengan informasinya tentang ambon. Sudah kira-kira 18 tahun saya tidak pulang ke Ambon, rindu juga mau pulang ke Ambon.
Tahun 1999 rumah orang tua saya di hancurkan. Semoga damai yang kini sudah terjalin benar-benar suci dan abadi.
Sekali lagi terima kasih/matur nuwun.
Tuti :
Perdamaian di Ambon memang harus dijaga dengan sungguh-sungguh. Perbedaan yang tajam antara kedua golongan serta trauma kerusuhan masa lalu masih sangat mudah menyulut pertikaian baru. Semoga semua pihak mampu mengendalikan diri dan beriktikad baik untuk bersama-sama hidup berdampingan dengan damai.
Assalamualaikum,
Saya amat teruja dgn keindahan Ambon sepertimana yg digambarkan dalam artikel ini. Insyaallah saya mungkin akan ke sana suatu hari nanti untuk merasai kenikmatan kehidupan masyarakat dan pemandangan indah di sana. Berapa harikah mencukupi untuk melawat sekitar Pulau Ambon ini? Adakah pesawat untuk menyambung perjalanan dari Ambon ke Pulau Ternate?
Apakah perkara yang dikira wajib untuk saya lawati di Ambon dan adakah terdapat homestay untuk saya tinggal merasai pengalaman hidup masyarakat di sana?
Tuti :
Untuk mengunjungi semua tempat wisata bersejarah di sekitar Ambon, minimal memerlukan waktu 2 hari. Informasi tentang tempat-tempat wisata bisa diperoleh dari Kantor Dinas Pariwisata Ambon. Mengenai penerbangan dari Ambon ke Ternate, saya kurang paham.
Di Ambon ada beberapa hotel yang cukup bagus. Adapun untuk homestay, saya kurang paham juga, apakah ada tersedia. Mohon dimaafkan atas keterbatasan informasi yang bisa saya sampaikan.
Kalau membaca artikel Bu Tuti,, saya teringat Ambon Manise.. dulu tahun 1988 saya datang di Ambon bekerja di PT.Mina Kartika ( kapal penangkapan udang ).. tinggal di Mess Kuda Mati.. begitu komplik pecah tahun 1999 akhir.. saya berangkat meninggalkan Ambon menuju kampung halaman saya di Dumai – Riau.. jika ada teman saya yang melihat – mengunjungi blog bu tuti.. salam hangat saya buat teman saya Arifin Bajo yang tinggal di Asrama Batu Merah Ambon..
Saya do’akan semoga Kota Ambon Manise tetap aman dan Damai…
Beta inga deng temang-2 waktu makan ikang bakar deng colo-colo…. bukan main paling nikmat ale..
Tuti :
Hallo, adakah di antara pembaca yang merasa dirinya teman Mas Eko? Ngaku aja. Nggak usah mungkir atau pura-pura nggak kenal …. wakaka š
mo nanya…….tau rental mobil di ambon? yang murah gitu…trims
Tuti :
Wah … enggak tahu. Saya dulu nyewa mobil lewat pegawai hotel …
Hallo bu Tuti salam kenal..
Saya “Nyong” Ambon yg kuliah udh selesai dan msh aja di Jogja sini masih doyan Gudek mgkn hehe
Wah cuman 2 hari tapi field notesnya kaya antropolog yg bikin etnografi..salut deh..bawa apa bu kenang2an dri Ambon?
Tuti :
Hallo Thomas, salam kenal juga …
Selamat ya, kuliahnya sudah selesai …. dan bisa menikmati rasa gudeg š
Memang cuma dua hari, tapi banyak jalan kemana-mana. Terimakasih pujiannya š Dari Ambon saya cuma bawa mutiara dan hiasan kerang yang banyak dijual di Batu Merah. Habis, mau bawa ‘Nyong’ Ambon nggak kuat … š
pengen kenlan ma orang ambon nie. Bisa ka???
Tuti :
Silahkan yang merasa dirinya orang ambon … š
ambon itu memang indah……………………………………… i love ambon…………………..
Tuti :
Setuju! I love Ambon too š
halo bu tuti salam kenal,,, sy nyong ambon yg skrg gawe di sby,,,
dangke lai su tulis hal2 yg indah dari beta pung tana potong pusa,,,,,,,, (trima kasih ibu sdh tulis hal yg indah2 dari tnah kelahiranku)
ga ada deh bu pantai yg bs ngalahin yg pantai2 yg ada di ambon,,,,,
skali lagi matur nuwun buat tulisannya bu tuti,,,,,,
Tuti :
Sama-sama, Cliff. Memang Ambon sangat indah. Maka dari itu, semoga kedamaian dan kerukunan bisa terus dipertahankan di sana. Sungguh sayang kalau keindahan itu tercabik-cabik oleh perselisihan antar warga yang sebenarnya sama-sama pemilik tanah Ambon.
Salam š
Mantep!
Makasih ya buat foto dan ceritanya…. š
Tuti :
Sama-sama, Hendra …
Mantep to, apik to …. hahaha (tertawa ala Mbak Surip)
Terima kasih telah menulis keindahan tanah Maluku khususnya Ambon.
Saya lahir dan tumbuh besar di Ambon..namun setelah berkeluarga saya menetap di Jakarta.
Tulisan & foto2 ini membuat saya rindu kepada tanah kelahiran saya.
Danke Bu…
Tuti :
Iya, Ambon memang indah, sayang saya cuma sekejap di sana, belum sempat melihat semuanya. Semoga suatu saat saya bisa berkunjung kembali …
Kapan terakhir pulang kampung, Anita?
bu tutiiiii……
salam kenal ya..
aq mau ke ambon ni..mgkn bulan april mei…aq tu sebenernya pengen info about ambon selengkap2nya…tentang aaapa aja deh…
makasih sblmya…
Tuti :
salam kenal juga, Pramastutie (eh, panggilannya Tuti jugakah? š )
Selamat menikmati Ambon Manise. Kalau pengin dapat informasi lengkap, datang saja ke Dinas Pariwisata di kota Ambon. Mereka punya info dan brosur lengkap kok. Stafnya juga helpfull.
Tante ke Ambon??
wah kok gak ketemu kita yaa…
salam kenal yahhh.. Aku dari Ambon loh tanteee… Ambon keren kan??? hehehehe
Tuti :
Gak ketemu ya? Sisipan di jalan ‘kali … š
Salam kenal juga Fiyaa. Iya, Ambon memang keren abis …
Tapi Yogya juga keren loh … š
sangatt bagus.
cerita yg sangat menarik.
saya pun jadi bangga sebagai anak asli maluku/ambon.
salutt aku buat penulisnya.
salam kenal.
Tuti :
Terimakasih Ale …
salam kenal juga ya š
Selamat datang di Ambon
nah saya anak ambon asli
dan kenapa ibu belum ke tempat wisatanya seperti pantai natsepa dll
pasirnya putih lautnya biru
ke ambon atau maluku harus ke situ bu
itu sangat bgus
dan salam kenal ya bu
Tuti :
Terimakasih …
Saya juga ke Natsepa, tapi cuma sebentar karena pas hujan lebat.
Salam kenal juga, Fatah š
wah, saya salut trnyata ada org yg skalipun bukan org asli ambon trnyata mnghargai tanah kelahiran saya.
trima kasih bnyk ya mba, lwat hal2 sprti ini pariwisata indonesia pasti akan lbh brkembang krn pngetahuan org2 ttg Ambon & juga kota2 lainnya di indonesia trus brtmbah dan juga sdikit demi sdikt memudarkan anggapan negatif ttg Ambon š
TQ God Bless…
Tuti :
Ya, negeri kita memang sangat kaya dan indah. Bagi saudara-saudara kita setanah air yang tidak pernah berkunjung ke mana-mana, mungkin kurang menyadari ini. Maka saya menuliskan apa yang pernah saya lihat, agar kita semakin cinta tanah air dan mau menjaganya sehingga kekayaan kita tidak punah.
Berbanggalah kita memiliki Ambon Manise š
Salam kenal bu Tuti
saya juga anak ambon bu, saya ingin mengucapkan terimakasih buat bu tuti karena sudah menampilkan Keindahan Maluku di situs ibu š
ini menjadi kebanggaan tersendiri buat saya dan seluruh warga maluku, karena memiliki tanah kelahira yg seindah ini.
saya juga menginginkan hal yg sama seperti ibu, yaitu kedamaian di tanah MALUKU. karena maluku memiliki ikatan darah yg sangat kuat, hal yang seperti itu harus dijaga untuk selamanya.. š
ok Dangke sekali lagi bu
Salam PELA & GANDONG voor Maluku
Salam kenal Ibu Tuti š
Terimakasih sudah meliput daerah kami tercinta Ambon Manise š
disini memang kaya akan kebudayaan yang beraneka ragam.
bagaimana kalau lain kali, jika anda berkesempatan kunjungi daerah kami yang lain juga ,
seperti di kepulauan Tanimbar, karena disana banyak sektor pariwisata yang sangat menarik .
Kami akan sangat senang menerima kedatangan anda kembali, jika anda berkenan š
Tuti :
Salam kenal juga, Flo …
Ya, Ambon memang manise … keindahannya eksotis …
Saya pasti senang sekali jika suatu saat berkesempatan mengunjungi Pulau Tanimbar. Semoga …
Terimakasih sekali atas undangannya yang sangat ramah, Flo š
baru baru ini sy dri ambon mengikuti PW PTAI, sungguh indah panorama keindahan kota tersebut dan yang paling berkesan bagi saya ketika berwisata bersama rombongan pramuka menuju ke negri Hila, di sana kami dapat menyaksikan peninggalan sejarah yang maha indah dan sampai sekrang masih terjaga eksistensinya sprti benteng amsterdam, gereja Tua dan mesjid tua
halo bu tuti salam kenal,,saya adith,,,nyonk ambon tp skrg krja di kualalumpur,!
thank’s bu,,uda tulis hal2 yg indah dari beta pung kampong,,,,!!!
sya jd rindu ingin pulang ke ambon!!!!
Assalamualaykum….
Salam kenal bu…beta Henny berdarah Jawa Ambon (JAMBON) tinggal di Singapore,lg kangen kota Ambon eh mampir ke blog ibu Tuti.
Bagus tlisannya tentang Kota Ambon,thanks.
Ah.. jadi ingin cepat-cepat ke Ambon. Sepertinya menyenangkan lihat pantai dan sekalian nyoba nyelam ke sana š
Waduh Mba… Artikel yang sangat Bermutu…..
Terima Kasih Banyak.. Walaupun artikel ini hanya cerita pribadi mba.. tetapi sangat menarik untuk di baca..
Saya sangat tertarik dan terharuh karena banyak sekali SISI POSITIF yang mba sisipkan dalam artikel ini…. DANKE banyak/ terima kasih.
Saya Pemuda Asli Ambon…
Buat teman-teman… jangan segan-segan untuk datang ke ambon…
AMBON 100% AMAN..
kita di AMBON semua bersaudara… mau MUSLIM atau pun KRISTIANI… !!
Tak kenal maka tak sayang,, jangan Ngomong POSITIF atau NEGETIF tentang ambon kalo belum pernah datang ke AMBON…
DANKE BANYAK mba…
A.M.A.T.O.O.O…. !
ALHAMDULIILLAH BU AKU JUA PERNAH MENGUNJUNGI DESA KAITETU KETIKA TAHUN 1999 MENGUNJUNGI KELUARGA DI DESA KAITETU SEBELAH PELABUHAN. Panorama Ambon manise benar-benar manis. Aku juga sempat bersujud di Masjid tua Wapaue.
Saya orang Ambong, mama dari Asilulu desa yag ga jauh dari Hila n terkenal karena pulau tiganya n papa saya dari siri sori islam di pulau saparua sekarang tinggal di jakarta…saya senang sekali baca laporan perjalanan bu Tuti..sayang ibu ga ke pulau tiga di ambon yang terkenal karena kepiting kelapanya dan pemandangan bawah laut yg indah dan ke desa siri sori di saparua dengan mesjidnya yang indah…pasti ibu senang sekali…dari Ambon ke saparua harus ke desa Tulehu n dari sana pakai kapal cepat ke saparua kl 1 jam..semoga ibu dapat jalan2 ke Ambon lagi dan memberikan coverage yang lebih luas….
Assalamualaikum
salam kenal bu dari saya Echa
makasih ya infonya tentang kota Ambon,meskipun saya bukan asli suku ambon tapi setelah melihat artikel ibu ini saya jadi kagum dengan keindahan Kota Ambon yg sangat bagus & indah gk bakalan menyesal deh klo datang ke kota Ambon MAnise. Jempol buat Ambon.. dan rencanax tggl 27 Nov saya mau berkunjung ke kota Ambon untuk pertama x nya ..
jadi gk sabar pengen cepat” ke kota Ambon.. š
Assalamu’alaikum.wr.wb Bu Tuti
Saya yg trtarik dengan artikel di blog ibu ttg Ambon. Ambon memang kota yg manis lawang.e.
Dankje Bny Su kas Info Par Dunia Ttg AMbon mNise, Smoga sa ada rang aleng yg mau pi pardidu ka ambon.
(Trima kasih bnyk sudah mmbrikan info kpd dunia tentang kota ambon. smoga saja ada org lain yg mau ikut pergi jalan2 ke kota ambon)
Wassalamu’alaikum.wr.wb
Alhamdulillah… Satu lagi basudara dari Jogya ” Mba Tuti “, bisa kasih sekilas info ttg Keindahan & Kedamain dari Negeri ” Pela – Gandong Manise “. Atas nama orang Maluku Kami ucapkan banyak terimakasih buat Mba Tuti & basudara yg lain, yg turut memuji & mendukung tulisan Mba Tuti ttg ” AMBON MANISE “.
Terima kasih ibu untuk ulasannya. Saya mendukung ibu tulis terus apa yang ibu kunjungi. Sangat bagus tulisan itu dan pasti berguna untuk orang lain.
Ambon, kota manise (indah), yan mempesona,..wisata sejarah yang tiada tara..www.pakodetiket.com