JERMAN, KEJAYAAN BANGSA ARIA …
Setelah mengunjungi Brussel, Brugge, Antwerpen, dan Paris (baca Paris, Ketika Para Dewa Berkarya ), sebenarnya kami ingin ke Roma. Tapi ‘ndilalah’, unfortunately, waktu itu ada hari besar Katholik entah apa, sehingga Vatican penuh padat dengan peziarah. Orang yang akan pergi ke Italy sudah memesan tiket pesawat dan hotel sejak tiga bulan sebelumnya. Memang masih ada tiket pesawat, tapi mahalnya ‘ampyun-ampyun’ dan jadwalnya sangat jelek : berangkat dari Amsterdam hari Selasa sore dan kembali dari Roma hari Kamis pagi. Praktis kami hanya punya waktu satu hari di Roma. Dengan biaya yang begitu mahal, rasanya it doesn’t make a sense.
Kakak saya lalu mengusulkan untuk pergi ke Berlin. Saya dan suami amin-amin saja, manut tuan rumah. Ya iyalah, wong nggak berani jalan sendiri. Maka berangkatlah kami pagi-pagi dari Amsterdam, naik mobil ke Berlin (baca : Ngebut Di Jerman, Wuzzz … ).
Apa yang terbayang dalam benak kita ketika mendengar nama Berlin? Hitler, Nazi, Tembok Berlin, Einstein, Bundesliga? Betul semua. Apa lagi? Banyak. Baca saja ‘laporan padangan mata’ reporter Tutinonka’s Veranda …
Gerbang Brandenburg, landmark kota Berlin
The Reichstag, gedung parlemen Jerman dengan kubah kaca di atapnya
Berlin adalah ibukota dan kota terbesar di Jerman (luas 892 km2) dengan jumlah penduduk 3,4 juta jiwa. Semenjak zaman kerajaan Prusia pada abad ke 17 hingga sekarang ini, Berlin selalu menjadi ibukota negara. Setelah Perang Dunia ke II, Berlin dibagi menjadi dua, Berlin barat dikuasai oleh Amerika, Inggris dan Perancis, serta Berlin Timur yang berada dibawah kekuasaan Uni Soviet. Perang dingin akibat perbedaan politik blok Barat dan blok Timur membuat Pemerintahan Uni Soviet pada 13 Agustus 1961 membangun Tembok Berlin yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur. Tembok ini tingginya 4 meter, dilengkapi dengan aliran listrik bertegangan tinggi serta kawat berduri. Berlin Barat yang berada di wilayah Jerman Timur menjadi kota terisolir yang diblokade oleh Soviet.
Tembok Berlin di wilayah Berlin Barat, penuh dengan gambar-gambar yang menarik. Foto dari wilayah Berlin Timur sangat sulit dibuat, karena pengawasan yang sangat ketat.
Represi yang dilakukan Pemerintah Komunis Uni Soviet serta kehidupan ekonomi yang sulit membuat banyak orang Berlin Timur berusaha menyeberangi Tembok Berlin untuk masuk ke Berlin Barat. Upaya ini menghadapi risiko kematian, karena Tembok Berlin dijaga ketat oleh tentara Soviet dan setiap orang yang mencoba melompati tembok ini akan ditembak tanpa ampun. Satu-satunya gerbang yang bisa dilewati orang untuk melintas dari Berlin Barat ke Berlin Timur (tidak sebaliknya) adalah Checkpoint Charlie, yang dijaga sangat ketat oleh tentara.
Pada tahun 1989 tekanan kuat dari rakyat Berlin Timur akhirnya membuat Pemerintah Rusia membuka akses bagi mereka untuk pergi ke Berlin Barat. Pada bulan November 1989, terjadi peristiwa bersejarah dengan diruntuhkannya Tembok Berlin, yang selama 28 tahun telah memisahkan penduduk Berlin Timur dengan saudara-saudaranya di Berlin Barat. Kemudian pada 3 Oktober 1990 kedua Jerman bersatu, membentuk negara Federal Republik Jerman.
Pada saat ini, tak banyak lagi yang tersisa dari Tembok Berlin. Checkpoint Charlie yang pada masa lalu menjadi pos pemeriksaan paling menyeramkan bagi penduduk Berlin, sekarang menjadi tempat kunjungan wisata yang menarik turis dari seluruh manca negara. Berbagai souvenir yang berkaitan dengan Tembok Berlin dan tentara Soviet banyak dijual di sekitar Checkpoint Charlie. Pos pemeriksaan ini boleh dimasuki oleh siapa saja, untuk mengenang gagalnya upaya memenjarakan kebebasan suatu bangsa.
Sisa-sisa Tembok Berlin di sisi Berlin Timur.
Checkpoint Charlie, pos pemeriksaan bagi pelintas batas Berlin Barat dan Berlin Timur
Transportasi umum di Berlin diatur dengan rapi jali. Ada U-Bahn, kereta api bawah tanah yang menghubungkan 170 stasiun di seluruh sudut Berlin. Ada juga S-Bahn, kereta di permukaan tanah yang menghubungkan 166 stasiun. Untuk berkeliling kota Berlin, wisatawan dapat membeli tiket bus, yang berlaku ke tujuan mana pun pada hari dikeluarkannya tiket itu. Dari hotel, kami jalan kaki sebentar ke stasiun U-Bahn untuk pergi ke Alexanderplatz, di pusat kota. Disini, kami membeli tiket bus untuk melakukan city tour. Dengan satu tiket itu, kami bisa naik turun dimana saja, di tempat-tempat yang kami inginkan. Bus datang ke halte setiap 5 menit (bener-bener 5 menit, bukan 5 menit plus sekian jam …).
Meskipun banyak bangunan yang hancur karena dibombardir pada Perang Dunia II, Berlin masih menyisakan bangunan-bangunan bersejarah yang indah. Gerbang Brandenburg adalah ikon dan landmark kota Berlin. The Reichstag Building, gedung parlemen yang sempat rusak parah pada Perang Dunia II direnovasi pada tahun 1950, kemudian pada tahun 1990 direnovasi ulang oleh arsitek Inggris Norman Foster. Gedung ini memiliki kubah kaca pada atapnya, dimana dari atas kubah kaca ini orang dapat mengikuti jalannya sidang-sidang di parlemen.
Schloss Bellevue yang terletak di sebelah barat pusat kota menjadi tempat tinggal Presiden Jerman. Adapun bangunan terbesar yang ada di Berlin adalah Schloss Charlottenburg. Bangunan ini pun sempat hancur pada Perang Dunia II, namun sudah direnovasi dan kini berdiri megah seperti aslinya dulu.
Sebagaimana Amsterdam, Berlin juga memiliki sangat banyak museum. Di kota ini terdapat 153 museum, sebagian dikelola oleh UNESCO World Heritage Site yang terdapat di antara Spree dan Kupfergraben. Altes Museum, Neues Museum, Alte Nationalgalerie, Pergamon Museum dan Bode Museum terdapat di Lutsgarten. Di Pergamon Museum terdapat salah satu pintu gerbang yang sangat indah, Ishtar Gate of Babylon.
Berlin juga merupakan pusat ilmu dan riset. Disini terdapat 62.000 ilmuwan yang melakukan penelitian dan pengembangan sains. Sekitar 130.000 mahasiswa belajar di berbagai disiplin ilmu. Di Berlin terdapat tiga universitas besar, yaitu Freie Universitat Berlin, Technische Universitat Berlin, dan Humboldt Universitat zu Berlin.
Pada waktu kami ke Berlin, kebetulan kota itu sedang memperingati Hari Einstein. Di berbagai sudut kota dipasang baliho-baliho besar bergambar ilmuwan yang terkenal dengan Teori Relativitas itu. Humboldt Universitaet adalah tempat Einstein, Max Planck, dan ilmuwan-ilmuwan lain mengembangkan fisika, matematika, dan science. Di bagian atas gedung Humboldt Universitaet tertulis besar-besar kalimat Einstein berbunyi “Ich Habe keine besonder Begabung, sondern bin nur Leidenschaftlich neugierig”. Apa artinya? Aduh, mana saya tahu ….
Di depan patung Alexander von Humbloldt, pendiri Humboldt Universitaet
Apa lagi yang ada di Berlin? The Fernsehturm (TV Tower) di Alexanderplatz setinggi 368 meter. Gedung olahraga raksasa yang akan dipakai pada The World Championships in Athletics pada tahun 2009. Gedung-gedung opera, 270 movie theatres. Berlin juga merupakan kota film yang memproduksi ribuan film setiap tahun. Festival fim Berlin diadakan setiap tahun pada bulan Februari.
Ohya, diam-diam (soalnya saya nggak pernah dengar) ternyata Berlin sudah menjalin Sister City dengan Jakarta pada tahun 1993. Wah, asyik juga. Mudah-mudahan Jakarta bisa meniru penataan kota berlin, paling tidak pada mass transportationnya yang tertib dan nyaman.
Mbak, untuk terjemahan bahasa Jermannya bisa konsultasi sama Mbak Elys Welt ‘kali ….
Tulisan E merah di halaman Humboldt Universitet itu apa artinya ya? Einstein, atau E = mc2 (rumus Relativitas?)
Rizal,
Betul! Halo Mbak Elys, bisa tolong terjemahin kata-kata Einstein di atas? Syukur-syukur sekalian kasih kursus singkat bahasa Jerman buat kita-kita, supaya nggak cuma ngerti “Ich liebe dich” …
Wah, saya juga nggak sempat tanya, tulisan E merah itu apa artinya. Tapi mungkin dua-duanya ya, “Einstein” dan “E=mc2”. Ato saya balik kesana buat nanyain? Hehe …
Saya pernah membaca cerita orang-orang yang mencoba melintasi tembok berlin. Ada yang berhasil, tapi lebih banyak yang gagal. Menyedihkan sekali.
Bagi saya, Jerman selalu mengingatkan pada Hitler dan Nazi. Ada film tentang Dr. Mengele, yang melakukan rekayasa genetik kepada anak-anak Jerman untuk me’murni’kan ras Aria (sudah agak lupa detil ceritanya …). Yang jelas, rekayasa ini sangat kejam.
Anita,
Saya juga pernah nonton film tentang Dr. Mengele itu. Memang sudah agak lama, saya juga sudah tak ingat kisahnya. Yang saya masih ingat (dan masih menyimpan bukunya) adalah novel “Buku Harian Anne Frank”. Buku ini ditulis oleh seorang gadis kecil bangsa Yahudi bernama Anne Frank, yang bersama keluarganya bersembunyi di loteng sebuah rumah selama bertahun-tahun untuk menghindari perburuan tentara Nazi. Akhirnya Anne Frank meninggal, dan catatan harian yang ditulisnya diketemukan beberapa tahun kemudian, setelah Hitler dan Nazi jatuh.
wah indah nian 🙂
em-em … memang ….
Benar-benar reportase yg lengkap-kap. Memang kebudayaan bangsa aria ini benar2 hebat. Pantas aja Hitler pernah ngotot menjalankan program pemurnian ras Arya. Kalau ndak salah namanya eugenetika ya. Kalau ndak salah ingat.
Johan,
Eugenetika? Wah, salah apa ndak saya ya ndak tahu, wong saya memang belum pernah baca … hehehe. Tapi insya Allah bener kok. Kalau data tulisan ini lengkap, ya iyalah, wong pakai riset … (halah!)
Terimakasih kunjungannya ya.
kapan ya saya bisa ke sana? skrang baca aja dluw
Iman,
Sekarang kan jaman cyber. Kalau belum bisa berkunjung secara fisik, secara maya juga sudah oke kok …
Terimakasih sudah mampir ke Berlin, eh … ke blog ini.
Menyenangkan baca jalan-jalan ke Jermannya. Saya juga jadi inget film2 tentang tragedi tembok Berlin dan kamp konsentrasi yang dulu sering diputer di tpi dan tvri, sekarang dah jarang ya?
Wah gedung parlemen itu, hanya saya lihat waktu di bangku kuliah, mata kuliah Arsitektur Konservasi. Sir Foster emang yahuuud… hehehe… -japs-
Hallo Japs,
Karena perang dingin sekarang sudah jadi perang panas (sudah direbus soalnya, jadi global warming … hehe) maka film-film tentang perseteruan blok barat dan blok timur juga sudah ‘out of date’. Kalau dulu cerita tentang dinas rahasia KGB vs CIA kan selalu menarik perhatian. Lha sekarang Uni Vosiet … eh, Soviet juga sudah gulung tikar (emang seberape tikernye?)
Lihat gedung Reichstag di bangku kuliah? Wew, bangku kuliahnya ditaruh di halaman Reichstag ya?
Mbak Tuti,
Kalo ahlinya pada belum ada yang komentar tentang arti kalimat yang ada di gedung Einstein, biar aku aja yang menerjemahkan ya dan nanti para ahlinya mengamini atau mengoreksinya:
“I have no special talent but I am passionately nosey”
Jadi di Indonesianya kira kira seperti ini:
“Saya tidak memiliki bakat yang menonjol atau khusus tetapi saya mempunyai hasrat yang kuat untuk mempelajari / mengetahui semua hal”
Trus kalo mbak Tuti mo belajar bhs Gernam nich ada website yang benar benar bagus….
http://www.deutsch-lernen.com/learn-german-
online/e_dc.php
sincerely
Yulis
Mbak Yulis,
Whoaa …. iya, saya kok lupa kalau suami Mbak Yulis adalah bangsa Arya. Terimakasih terjemahannya, Mbak. Juga informasinya tentang website belajar bahasa Jerman. Tapi nulis bahasa Jerman susah ya, soalnya banyak huruf-huruf yang nggak ada di keyboard (seperti huruf beta, dan titik 2 di atas huruf).
Danke schon (halah … sok deh, maap kalau salah)
bude..bude.. tembok berlin tu tinggi ya?.. untung papi mami ku bukan bangsa aria, jadi kliling rumah daffa cuman di pagar sekedar aja (gak koyo tembok berlin) biar daffa ga bisa lari-lari ke jalan.. apalagi jalan di jerman.
asyik.. baca “laporan pandangan mata”nya bude, tenan lo..
rancak bana,
daffa
Hallo Daffa,
Tembok Berlin cukup tinggi, 4 meter. Tinggi Daffa berapa sekarang? Sekitar 70 cm ‘kali ya. Nah, Daffa berdiri ditumpuk enam, baru bisa melongok lewat Tembok Berlin.
Lho, Daffa keturunan mana to? Papi atau mami yang dari Ranah Minang? Bude pernah ke Padang dan Bukittinggi lho. Memang Ranah Minang rancak bana ya …
“aku bukan jenius, melainkan seseorang yang sangat ingin tahu”
begitu kira2 kata mbah Einstein ini mbak, rendah hati ya dia, nggak sombong walau semua orang tahu beliau sangat jenius.
btw, aku msh belajar Deutsch mbak, jadi ya masih amburadul bahasanya, maklum dibanding bhs inggris, bhs jerman itu lebih susyeh , nggak aku thok kok yg bilang 😀
masuk ke Reichstag nggak mbak ? gratis lho, cuma ya itu antriannya puanjang sekali, pengunjungnya dr berbagai bangsa di dunia, bisa naik sampai ke blendukan kaca itu, terus kalau beruntung bisa liat rapat umum politiker2 jerman di sana, terus bisa lihat kota berlin dr atas, cantik sekali.
met wiken yach 🙂
Mbak Elys,
Terimakasih terjemahannya. Memang Einstein seorang jenius yang rendah hati.
Wah, saya nggak sempat masuk ke Reichstag. Agak lama di Humboldt Universitaet, kebetulan pas ada bursa buku murah-murah, cuma 5 euro-an. Saya beli 6 buku tentang lukisan (pokoknya yang banyak foto-foto lukisannya, wong bukunya berbahasa Jerman, jadi gak mudheng … hehehe).
Terus jalan-jalan di Unter den Linden dan sekitar Checkpoint Charlie.
Have a nice weekend too …
Terima kasih mbak Elys koreksinya, sepertinya itu terjemahan yang pas deh, maaf ngelancangi ya. Abis saya tungu seharian kok nggak ada yang muncul dan kebetulan saya lagi belajar bhs German jadi saya coba. Terima kasih mbak Tuti memperkenankan saya mencoba menerjemahkannya. Thanks
Mbak Yulis,
Terimakasih pada Mbak Yulis dan Mbak Elys berdua. Menurut saya maknanya sama kok. Jadi dua-duanya betul, nggak usah maaf-maafan (ntar aja kalau lebaran … hehehe).
Sori, saya tadi mau jawab Mbak Elys, posisi udah ngedit komentar Mbak Elys, tapi terus ngerjain tulisan yang lain sampai lama. Begitu saya ‘save’ dan kembali ke halaman komentar, eh … sudah ada komentar-komentar baru dari Mbak berdua.
Wah saya jadi malu, mo ngacir ah sebelum mbak Tuti ama mbak Elys mergokin saya ……..wuzzzz kaya mobil di Jerman.
Hihihi … pengin deh liat Mbak Yulis ngacir … pakai angkat rok nggak ya …
Dear mbak Yulis,
eh iya ya, dah diterjemahin mbak Yulis , tadi aku buru2, nggak bisa lama di kompi, nggak sempet baca semuanya, maklum hari sabtu, tapi maksud terjemahannya hampir sama khan mbak Yul, salut lho, nggak perlu minta maaflah for what ? kita masih sama2 belajar khan 😉
have a nice weekend yach 🙂
Mbak Tuti sekarang pasti lagi dibuai mimpi 🙂
Mbak Yulis, biasanya jam segini (03.00 pagi) saya memang udah tidur. Tapi berhubung tadi ada ‘order’ bikin tulisan dari suami, dan besok libur, jadi belum tidur deh. Bentar lagi …
loh … kok jam 7 malaman di sana ya, padahal harusnya di sana dah jam 3 fajar lebih ?
loh … memang siapa yang bilang jam 7 malam? Memang betul disini jam 3 dini hari. Di Jerman jam berapa ya? Di Colorado?
itu di kotak komentarku atas kanan khan nunjuk jam 7 : 14 pm mbak ? sekarang sih hampir tengah malam mbak di sini, dah dulu ya, mau bobo 😉
Wee … iya ya. Wah, kok jamnya WordPress ngaco banget nih. Apakah di blog lain yang pake Wp juga gitu? Sekarang di Yogya jam 11.45, berarti di Jerman menjelang jam 07.00 an ya. Dah bangun belum Mbak Elys? Apa malah sudah pit-pitan ke danau yang ada kijang dan burung kuntulnya?
Di Colorado, Jam 4:30 pm montain time. Selisih WIB dan Colorado montain time 13 jam, Indo ahead. “Selamat Bobo” semuanya. Kita juga siap meluncur ke Sushi Restaurant di Down Town Fort Collin. See you tomorrow guys. “Mimpi yang indah buat mbak Tuti” and “Schlaf gut for mbak Elys”
Montain time? Di Amrik wilayah waktunya dibagi berapa Mbak? Sori, belum sempat buka peta Amerika, Colorado itu di Amerika sebelah mana? Di pantai barat dekat-dekat California, atau di pantai timur dekat-dekat New York, atau di tengah-tengah? Kapan ya saya bisa ke Amrik (*melamun*)
Nyam … nyam … nyam … saya menelan ludah membayangkan nyus-nya sushi di Down Town Fort Collin.
Terimakasih Mbak, mimpi indah saya berakhir tadi jam 10.00 pagi (huwa haha … bangun siang deh, wong tadi malam tidur habis subuh).
Terasa ikut menikmati perjalanannya mbak Tuti
Saya sempat ke Jerman saat pendidikan Sespibank, dan studi bandingnya ke Dresden (Jerman Timur) dan Athena.
Karena memang tugas utama adalah mengunjungi Bank di Jerman dan Athena, membandingkan (saat itu lagi gencar-gencarnya manajemen risiko dalam rangka menyesuaikan dengan Basel II)…jalan-jalannya ya sekedar saat waktu sore/malam hari…dan di Berlin sempat sehari keliling kota, sebelum terbang ke Asterdam.
Dresden? Kalau nggak salah, Dresden terkenal dengan kerajinan porselen biru-putihnya ya? Wah, ke Athena asyik banget dong. Jalan-jalan ke Yunani adalah salah satu mimpi saya yang belum terwujud.
Di Berlin saya juga cuma sempat keliling kota kok Mbak, wong waktunya sempit. Dari Berlin terus ke Postdam, sebelum balik ke Amsterdam.
Waktu di Amerika dibagi menjadi 5 waktu : bagian Eastern time, central time, mountain time, Pacific time dan Hawaiian time zone. Colorado di daerah yang dilewati oleh pegunungan Rocky Mountain yang membentang dari Central America ke Canada di Alberta sana. Jadi kalo dilihat landskipnya sangat berbeda dengan Indo, gunungnya berbatu mbak. Tapi ada keindahan tersendiri dari bebatuannya dan terkenal dengan wisata skinya di musim dingin. Dimusim summer banyak camping ground nya.
Saya ‘mengenal’ alam Amerika hanya dari novel-novel “Litlle House in the Prairie” karya Laura Ingalls Wilder yang saya beli waktu saya masih SMA. Novel ini sudah difilmkan juga, dulu diputar di TVRI, dengan bintangnya antara lain Michael Landon. Ini kisah sejati tentang keluarga pionir yang membuka lahan di daerah west America.
Novel yang lain adalah petualangan Old Satterhand dan Winnetou, karya Karl May, yang bercerita tentang persahabatan Old Satterhand, seorang petualang Jerman dengan Winnetou, kepala suku Indian Apache. Ceritanya asyiik bangeet, dan sangat banyak melukiskan keindahan alam Amerika …
sy suka jerman dan pengalaman mbak kayaknya menarik…mungkin waktu di jerman perneh denger ini : auh vider sein…alah jerman sy balelo 🙂
Halo Uwiuw,
Kalau nggak salah (soalnya ini pelajaran di SMA dulu, udah luamaa banget …) yang tepat adalah “auf wieder sehen” yang artinya “sampai bertemu lagi”.
Halo Mbak Yulis dan Mbak Elis, tolong dikoreksi ya …..
Takut nich (clingak clinguk..) mau duluin mbak Elys, Menurut saya Tulisan Mbak Tuti yang bener. spellingnya. Thanks
Hehe … nggak usah clingak clinguk Mbak, ntar kayak kucing nyari pacarnya (lho??). Thanks atas pembenarannya …
semuanya udah mbak tulis diatas, sehingga saya gak perlu kasih komen lagi. Es ist aber schon klar.
Wah, saya cuma tahu sangat sedikit tentang Jerman. Secuil banget.
Matek aku, dikasih boso Jerman maneh … 😀
mbak itu yang soal waktu khan bisa di setting ya, di disesuaikan dgn waktu di sana
Memang. Waktu yang muncul di ujung kanan atas komentar itu adalah waktu GMT, yang bedanya 7 jam lebih lambat dari WIB (waktu Yogya). Cuman aku masih gaptek, belom bisa ngesetnya …. 😀
wah … hebat sekali sahabat saya ini … yang namanya teliti, rinci selalu dilakukan dimana saja, bahkan ketika travelling.
ngomong2 saya juga suka travelling, tapi yah begitu pulang ke Indo … Back to the real world … wis, lali kabeh, foto2 arsip, dll kadang lupa menyimpannya.
Ok, mbak Tuti akan tak tiru … rapinya, telitinya, semua terdokumen baik, biar bisa jadi cerita untuk anak, cucu dan sahabat.
Wah, Mbak Dyah, pripun kabare? Panjenengan niku sibuk terus, njing nopo le ajeng istirahat …
Terimakasih untuk komentarnya. Sssst, saya buka rahasia ya (untuk berdua saja, jadi pembaca yang lain nggak boleh ngintip … 😀 ). Data rinci itu tidak semuanya saya catat waktu mengunjungi suatu tempat, tapi bisa kita peroleh dari brosur, booklet, buku, website, dll. Kalau kita berwisata, kita sebaiknya memanfaatkan waktu (yang biasanya terbatas) untuk menikmati dan mengamati suasana, menangkap atmosfirnya, dan membuat foto-foto saja. Gitu ….
senangnya bisa jalan2 ke Berlin… saya kapan ya…??
Tuti :
Kapan aja bisa kok … 🙂
makasih mbak, blognya bantu saya buat tugas matakuliah bahasa jerman. hehe
aduh mupeng jadinya
Tuti :
Sama-sama, Shenna. Semoga tugasnya dapet nilai A ya … 🙂