IIN, AAN, DAN DHANY
Saya memiliki 14 keponakan, 3 di antaranya yang paling akrab adalah Iin, Aan, dan Dhany. Ketiga keponakan ini paling akrab dengan saya bukan karena saya pilih kasih terhadap keponakan-keponakan lain, tetapi karena tempat tinggal kami berdekatan, dan yang lebih penting lagi, kami satu tim dalam jalan-jalan dan latihan dansa …. aha!
Iin (22 tahun) adalah mahasiswa Teknik Informatika UII semester tujuh. Adiknya, Aan (19 tahun) adalah mahasiswa Akademi Pariwisata Ambarukmo semester satu. Keduanya adalah anak kakak saya yang tinggal di Yogya. Dhany (22) adalah mahasiswa Elektronika Instrumen UGM semester tujuh. Dia adalah anak kakak saya yang tinggal di Cirebon, dan di Yogya dia bergabung dengan Iin dan Aan. Jadi, mereka bertiga adalah ‘trio bebek’ yang tinggal serumah dan sangat kompak. Jarak rumah mereka dengan rumah saya hanya 5 menit dengan kendaraan bermotor. Mereka memanggil saya ‘Bulik’, sebagaimana umumnya orang Jawa memanggil kepada adik orangtuanya
Dhany, Iin dan Aan, ‘trio bebek’ yang selalu siap ‘membebek’ kemanapun bulik-nya pergi
Kami berempat menjadi ‘the dream team’ terutama dalam latihan dansa. Karena pacar Iin, pacar Dhany, dan suami saya terlalu pemalu untuk belajar dansa, maka sebagai satu-satunya lelaki, Aan dengan ‘suka paksa’ menjalankan ‘poligami’ : menjadi pasangan kami bertiga. Kelak, kalau ia punya pacar, dan kalau pacarnya suka dansa juga, maka ia harus ber’poligami’ dengan empat wanita. Whoahaha …. !
Untunglah badannya cukup besar, dan tenaganya tidak kalah dengan sapi pembajak sawah, sehingga ia selalu sukses menjalankan perannya ‘melayani’ tiga wanita, meskipun sesudah selesai latihan ia akan menggelosor di lantai sambil megap-megap ….. hap … hap … (kaciaaan deh loe … )
Aan berdansa chacha dengan Dhany. Hei, kakimu salah langkah tuh ….
Aan dan kakaknya, Iin, berdansa Rumba. Kompak dalam dansa maupun tawa …
Wahaha … si tante dapat pasangan ‘brondong’, anak muda yang seger kriuk-kriuk …
Iin, Aan, dan Dhany berlatih dansa dengan serius, dan mereka sudah beberapa kali mengikuti lomba. Beberapa kali pula mendapatkan trophy kejuaraan (baca Dansa Yuk Dansa ). Tidak seperti anggapan orang selama ini, bahwa dansa adalah kegiatan hura-hura yang berkonotasi negatif, sesungguhnya dansa adalah olah raga yang sehat dan menyenangkan. Dansa adalah gabungan antara seni tari, seni musik, dan olah raga. Organisasi olah raga dansa yang sudah diakui KONI adalah IODI (Ikatan Olahraga Dansa Indonesia). Untuk pertama kalinya, dansa ikut dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional 2008 di Kaltim pada bulan Agustus lalu. Saya sendiri belajar dansa hanya untuk ‘have fun’, tidak untuk ikut kompetisi.
Jenis dansa sangat banyak, mulai dari kelompok dansa Latin seperti chacha, rumba, salsa, jive, samba, dan sebagainya, hingga kelompok dansa ballroom seperti waltz, quick step dan foxtrot. Setiap jenis dansa memiliki variasi gerakan yang sangat banyak. Kunci dari keindahan gerakan dansa adalah pada transfer weight (perpindahan titik berat tubuh), selain tentu saja keakuratan gerakan kaki dan tangan. Untuk bisa menjadi dancer yang baik dibutuhkan tidak saja keluwesan tubuh, tetapi juga kecerdasan untuk menghafal sekian banyak step yang tidak boleh salah, serta kepekaan rasa untuk menyelaraskan gerakan tubuh dengan irama musik (silahkan klik Dance, Let’s Dance ).
Pada “International Dancesport Championship” di Jakarta, Desember 2006. Dari kiri ke kanan : Aan, Mbak Lucy (instruktur dansa), Dhany, Iin, dan saya. Aan dan Iin ikut kompetisi, dan mendapatkan Harapan I.
Hei, awas kakimu keinjak! Iin ikut tertawa melihat Aan dan Dhany bergembira ria …
Bulan Mei tahun 2007 kami sekeluarga besar berkumpul di Yogya, semua kakak-kakak dan keponakan-keponakan, jumlahnya sekitar 30 orang. Kebetulan pada bulan Mei ada 5 orang yang berulangtahun (salah satunya saya), sehingga kami mengadakan ultah bersama. Pada kesempatan itu, kami semua bernyanyi dengan iringan pemain organ. Dan karena ada 4 orang ‘biang’ dansa, maka sambil bernyanyi kami pun mengajak semuanya ikut line dance. Meskipun kakak-kakak saya dan keponakan-keponakan yang lain belum bisa berdansa, mereka ikut melangkah sekenanya. Wah, saya baru tahu, ternyata keluarga besar saya pada dasarnya semua suka menyanyi dan menari …
Dhany, Iin, dan Farah, AB Three from Yogya (‘Asal Bergaya’, ‘Asal Berani’, dan ‘Asal mBengok’) ….
waaaaaaaaaah senengnya kalau punya hobi (sehat) yang sama. Pantes mbak awet muda terus….
***EM***
Tuti :
Yaa …. begitulah. Senang punya keponakan-keponakan yang sama-sama suka ‘menggesek lantai’ … 😀
Bergaul dengan anak-anak muda memang membuat kita jadi segar terus … terimakasih.
waaah….. yang ini memang mbak tuti ‘banget’… teman yang langka. Sangat bisa menikmati hidup, berdansa, nyanyi … bersama sama keponakan2 tersayang …
Saya mau niru kok gak bisa ya, adaaaa …. aja alasannya, repotlah, gak ada waktu lah … dan gak pede … ini yang penting.
Kapan kapan undang kita nyanyi nyanyi lagi mbak…
Tuti :
Hahaha …. mbak Dyah bisa aja. Hidup memang harus dinikmati, seimbang antara kerja dan bersuka-suka. Mbak Dyah kalau ngikutin tugas dan kerjaan ya nggak akan pernah ada waktu. Ya ngurusin warga Yogya, ya ngurusi ibu-ibu PKK se Yogya, ngurusi anak kost se Yogya, ngurusi berbagai bisnis Margaria Group se Indonesia ….. woaa, saya mah nggak sanggup. Tapi kalau mau menyisihkan waktu, satu jam saja seminggu, pasti bisa lho …
Siiip, kapan-kapan saya udang untuk nyanyi-nyanyi lagi di rumah saya. Ada foto mbak Dyah yang lagi nyanyi lho. Boleh nggak di upload di blog? Bu Walikota ber-tralala-trilili …. asyik 😀
waa.. kayaknya fun banget ya.. sayang keluarga disini hobynya dansa sm komputer semua je.
Dulu sempet ikut2 salsa 2-3x di Novo pas msh dpt kupon dr kantor utk fitness disana, skrg dah tdk lagi 😦
bs buat ngurusin badan ga ya bu hihihi
Tuti :
So pasti, Mbak Vivi …. fun banget. Ayo bergabung, kan sama-sama tinggal di Yogya. Salsa? Wah, itu asyik banget. Sangat bisa buat ngurusin badan. Terutama chacha dan jive, yang iramanya cepat dan menguras kalori. Habis dancing, terus menyantap kue-kuenya Mbak Vivi yang manizz dan lezzzat ….. (whoaa, nggak jadi kurus dong 😦 )
wahhhh, punya bulik sprti mbak Tuti
pasti fun and happy
ahh seandainya gue punya bulik sedemikian
sungguh adem rasanya
hari hari nan panas ini
Tuti :
Terimakasih, Mas Mike
Mau ndaftar jadi keponakan saya? 😀 😀
Asyik banget tuh dansanya, kemarin saya baru belajar dansa cuman berantem terus sama suami jadi akhirnya berhenti berdansa deh … 🙂 sebelum bisa apa apa. thanks
Tuti :
Kayaknya di dansa nggak ada gerakan berantem deh, Mbak Yulis … 😀 yang ada gerakan saling memutar, melangkah bersama dengan serasi. Gak papa, besok belajar lagi, pasti masih banyak kesempatan, ok?
Selamat happy-happy
aku juga suka menari, ketika sma dan mahasiswa juga aku sering ikut pertunjukan tari tradisional kami. tapi aneh, aku paling malas dan nggak suka menonton orang menari.
nggak konsekuen ya. tapi itulah aku.
Tuti :
Berarti waktu kamu latihan menari nggak di depan cermin ya, kan kalau ada cermin jadinya lihat orang (bayanganmu sendiri) menari ….. 😦
Kalau latihan narinya nggak di depan cermin, gimana tahu tarianmu bagus atau jelek?
Saya udah lama ga latihan aerobik, dansa dsb nya setelah pindah rumah…karena geng nya udah terpencar-pencar.
Memang senang kok latihan dansa, badan sehat, pikiran terang…..apalagi mengikuti irama musik. Tapi saya juga suka menari Jawa (inipun udah jaraaang dilakukan).
Tuti :
Ayo latihan lagi, Mbak Enny ….. kalau lama nggak latihan dansa, bisa-bisa lupa semua gerakannya. Sekarang banyak VCD untuk latihan dansa, jadi kalau nggak ada teman, bisa latihan sendiri di rumah. Tapi dansa mah paling asyik kalau rame-rame, soalnya bisa ketawa-ketawa ….
hikikikikiq ampe megap dilantai yaa
hihih.. ckckck ada brondong, kriuk-kriuk lagi hihih…. krupuk emping kali. 😀
Wuww iya bener, karena itu aku gak rampung2 blajar dansanya. Paling cha-cha itupun sendiri, akalo ama pasangan bingung lagi… Padahal nguasai chacha aja sebenernya dasar udah di tangan, tiggal nambah2in aja gerakan sesuai jenisnya. Karena pada dasarnya arah step2nya aja yang beda2.
Tuti :
Qiqiqiqi …. emang keponakanku itu lucu-lucu. Kalau latihan dansa ketawa aja bawaannya. Kalau lagi dansa couple, terus salah satu salah, langsung deh ditabok …. hehe …
Untuk dansa jenis Latin memang hampir sama, meskipun ada sedikit perbedaan untuk Samba. Tapi untuk yang jenis Ballroom beda banget.
Aku hobi banget sama dance mbak, juga sama aneka senam dan ice skating…tapi hobi ngelingat banget aja (jangan salah..). Aku ini orangnya ndak apalan gitu loh..(mungkin karena tuwir mbak, hiks)..gerakan Senam Pagi Indonesia Indah saja nggak ada yang kuhapal urutannya..akibatnya klo senam pagi di kantor tiap Jumat ya nggandul gerakan teman depanku aja…kethowal-kethawil…
Tuti :
Hihihi ….. ‘tuwir’ kuwi boso opo to? Opo kancane ‘kawir-kawir’?
Lha kalau ‘kethowal-kethawil’, itu anak kecil yang naik sepeda gede, jadi kakinya nggak nyampai buat muter pedal ….. 😀
Weleh, weleh …. bosomu ndeso banget deh, Nut …. 😀
saya dari dulu ngga suka tari, dance dan sejenis itu…tapi ya sangat suka melihat orang lain yang melakukannya….
wah…ngga nyangka…mbak bunya bakat…liat di foto…sepertinya berbakat sekali…..
Tuti :
Syukurlah kalau masih suka lihat orang lain dancing. Coba deh Mbak Dona, ntar pasti ketagihan …
Dancing itu sangat cocok untuk mengekspresikan emosi maupun energi kita.
Saya berbakat? Hehe …padahal instruktur saya nyaris putus asa ngajarin saya nggak bisa-bisa juga … 😀
Bulik, ……. ‘kethowal-kethawil’ tesih rekoso bulik?
sing alon mawon bulik, mengke boyo’e loro….
Tuti :
Pakde … menawi kulo mboten kethowal-kethawil kok, niku Mbak Ernut sing tuwir niku … 😀
Nggih, kulo tak alon-alon mawon. Ning boyok kulo nggih namung setunggal (1), mboten loro (2) …. 😀
Wah… kalau tarian yang terkenal tahun 1980an yaitu breakdance belum termasuk dansa sport ya?? Wah… padahal itu tarian benar-benar mengolah fisik tubuh lho… huehehe……
Tuti :
Iya …. soalnya breakdance itu nggak masuk kelompok Latin maupun Ballroom. Tapi pada kompetisi-kompetisi nasional maupun internasional, memang selalu ada show dance tarian breakdance, dan selalu mendapat sambutan hangat. Emang bagus banget dan sangat enerjik.
Wah, mas Yari dulu kayaknya breakdancer ya? Boleh dong tampil lagi …
bulik, mau ndaftar jadi ponakan nih
formulirnya mana ?
Tuti :
Wadooow …. kalau ponakan segede itu, puyeng saya ngurusnya …. (*garuk-garuk kepala* 😦 )
Mbak Tuti,
Aduh..seronok saya lihat dansa-dansa di Indonesia.Di Malaysia,semakin ramai yang sukakan poco-poco yang berasal dari Indonesia.Saya suka lihat sahaja.Dansanya belum tahu.Kena cari cewek Indonesia untuk mengajar saya nanti!
Tuti :
Haa … Cik Iskandar,
Dansa Indonesia bermacam ragamlah. Tari Melayu tak beda dengan tari Malaysia kan? Rancak nian …
Poco-poco berasal dari Sulawesi, dansa yang elok dibawakan ramai orang. Mudah sangat tu poco-poco. Cik Iskandar belajar satu jam pastilah sudah mahir ….
Mba Tuti… mantap nian lah… hobby-nya menyehatkan dan menyenangkan hehehe… jadi udah bisa dansa apa aja Mba?
Tuti :
Yang sudah bisa ‘dansa bebek’ Japs. Lagu iringannya ini lho ….
potong bebek angsa masak di kuali
nona minta dansa, dansa empat kali
serong ke kiri, serong ke kanan
tralala …. la … la … la ….
Waktu di TK diajarin lagu ini nggak Japs? 😀 😀
what a happy family!
dansa? wah aku dulu kenalnya cuma bambangan cakil vs arjuno, atau gambiranom je…
Tuti :
Ya iyalah ….. semua orang juga susah membayangkan Semar yang bokongnya segede kuali itu dansa chacha. Nanti yang keluar malah senjata pamungkasnya …. (itu tuh ….. suara angin “dhuuuuuut” dari arah belakang ….. qiqiqiqi 😀 😀 )
Beruntung banget Bu Tuti punya keponakan yang sering ngajak dansa. Kalo KONI aja dah merestui dansa sebagai olahraga, jangan2 slogan olahraga juga berubah menjadi “di dalam dansa yang sehat akan terdapat semangat muda”. Semangat muda kan Bu…
Tuti :
Betul Mas Mufti, saya beruntung punya tiga keponakan yang minat dan seleranya sama dengan saya. Sebenarnya keponakan-keponakan yang lain juga ingin belajar dansa, tapi masih sibuk dengan berbagai kegiatan yang lain.
Tentang dansa, saya suka karena saya memang pecinta musik dan tari. Daripada olah raga lari keliling lapangan, saya memilih dansa yang selain menguras keringat, juga membuat kita happy. Saya ingin membangun ‘citra baru’ untuk dansa, yang selama ini terkesan negatif. Memang, karena berasal dari luar, beberapa aspek dari dansa tidak cocok dengan budaya kita. Nah, saya ingin mengambil aspek positifnya, dan mengeliminasi sisi negatifnya. Antara lain, dengan tetap berpakaian sopan, menghindari gerakan yang terlalu sensual, dan membatasi diri hanya berdansa dengan keluarga. Ohya, dansa juga tidak selalu berpasangan pria-wanita, bisa juga lady-lady, atau line dance yang rame-rame kayak poco-poco.
kirain tadi (waktu mulai baca ) : ” Aan, Iin dan Uun”…. kalo gitu kan tinggal nyari dua huruf vokal lagi ( E ama O). Dafa usulin “Een dan Oon” jadi genap lima sesuai dengan jumlah sila dalam Panca Sila… jadi rame koyo pocopoco 🙂
Tuti :
Hihihi …. kurang kreatif ya, masak bikin nama cuma diganti huruf vokalnya aja. Eh, tapi nama Daffa, Diffi, Duffu, Deffe, dan Doffo juga bagus lho ….
tiing…toong…, maaf Bude Tuti, datang lagi nih Daffa, abis waktu tadi di jalan pulang baru ingat Daffa. 🙂 Bude…, sebenarnya malu nih mo nanya!.. boleh ga kenal ama ponaannya? yang itu tuuu, yang namanya make dua “I”, yang kuliahnya di TI, salam ya Bude, kapan-kapan Tante Daffa ( namanya Lia, baru smtr 1 TI UII ) kalo minta diajar diajari ya!?… ( kalo ama ponaan Bude, Daffa manggil opo Bude? ).
daaaag,
Tuti :
Eeee …. ketemu lagi ama Daffa.
Mau kenalan ama ponakan Bude yang namanya Iin? Boleh, buooleeh …. Tante Daffa ada yang kuliah di TI UII ya? Hebat dong. Silahkan aja kalau mau minta diajarin ama ponakan Bude. Panggilnya ‘kakak’ aja ya, jadi Kak Iin, gitu …. Eh, tapi kalau minta diajarin, bawa oleh-oleh durian ya (waaa … matre ni, Bude)
Motivasi aku menari (dulu) bukan karena ingin bagus, tapi karena ingin menari. Tari yang sering kubawakan adalah Tari Gendang Mayan (Tari Pencak Silat Perang Tanding), ya seninya didalam permainan silatnya. Kalau latihan pakai cermin (padahal tariannya mengayun pedang atau belati), bukannya nampak indah malah ngeriiiiiiii.
Tuti :
Whoa, narinya pake pedang atau belati beneran? Ngerii. Tapi nggak pernah kena penonton kan?
Main silatnya masih Bang? Atau ganti silat lidah? Hehehe ….
Tuti :
Eeee …. ketemu lagi ama Daffa.
Mau kenalan ama ponakan Bude yang namanya Iin? Boleh, buooleeh …. Tante Daffa ada yang kuliah di TI UII ya? Hebat dong. Silahkan aja kalau mau minta diajarin ama ponakan Bude. Panggilnya ‘kakak’ aja ya, jadi Kak Iin, gitu …. Eh, tapi kalau minta diajarin, bawa oleh-oleh durian ya (waaa … matre ni, Bude)
>>>>>alaaa… lupo awak, ba’a aka lai???… durian la takumpua sakaruang gadang tuak “Kak Iin”, tapi Bude Tuti kito tu indak manyabuik’an di maaa? blog “Uni Iin” tu?
Kamaaa? ka dianyuik’an durian ko lai??????….., huwaakaaa… sekali-sekali make bahaso Mandeh 🙂
Papanya Tante Lia sepupuan sama Opa Daffa Bude!, dulu juga ada Tante Mela di TI UII papanya sepuaan juga ama Opa, tapi Tante Mela udah di Pekanbaru ( selesai S2nya di UGM).
Tuti :
Daffa iki omong opo to? Bingung aku …. koyone boso Minang yo? Embuh lah …. 😦 😦 😦
Wah, rupanya banyak keluarga Daffa yang alumni FTI UII ya? Daffa mau kuliah disana juga kelak? Cocok deh. Lha ini, kecil-kecil udah ngerti IT, pinter go-blog ….. 😀 😀
Ass ww Tuti Sumarningsih, teman lamaku, teman SD Muh Danunegaran, apa kabar ?
Tuti, aku dapat info banyak tentangmu dari Barjono teman SMA ku, teman baikku juga. Barusan saya ngadakan Reuni SMA.
Tuti maafkan aku kalau selama ini aku tidak bisa memelihara silaturahmi denganmu dan dengan kelgmu. Nawaitunya ada Tut, hatiku tetap dekat denganmu.
Seiring dengan berjalannya waktu semuanya berubah, Allah Swt memberikan anugerah Hidayah kepadaku berupa kesabaran keikhlasan … dengan berpulangnya suamiku, pasangan hidupku, ayah dari anak2 ku pada tahun 2007 yl …….. sptnya Tuti juga ke rumahku ya.
Tuti, doakan aku ya, menerima ujian ini mudah2an aku bisa ……… dan suamiku Khusnul Khotimah amiin.
Aku diberi amanah 3 anak yang harus aku jaga. Mbarepku udah lulus S1 Manajemen UII, skrg di Bukopin Jkt, no 2 kuliah di UPN Sospol Kom, yang ragil peremp klas 3 SMA.
Tuti, kapan2 kita kumpulkan teman2 SD kita ya.
Ok, kapan2 kita sambung lagi.
wassallam
Tuti :
Ass ww Yuni, wah surprise sekali Yuni berkunjung ke blogku. Inilah hebatnya kemajuan teknologi informasi, kita bisa bertemu kembali dengan teman-teman lama yang sudah sangat lama berpisah dan mungkin tinggal di tempat yang berjauhan.
Rasanya kita semua sama, masih selalu ingat dan ingin berkumpul kembali, tetapi kesempatan seringkali tidak memungkinkan. Masing-masing sudah sibuk dengan kegiatan dan hidupnya sendiri. Nggak usah minta maaf Yun, aku sendiri juga tidak bisa menyambung silaturahmi dengan teman-teman secara rutin. Wah, senang sekali kalau kita bisa berkumpul lagi dengan teman-teman SD dulu : Heli, Lina, Ilah, dll. Ok, suatu saat kita adakan reuni yuuk …
Yun, Allah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan kita. Berpulangnya suami tercinta adalah cara Allah untuk membuat Yuni lebih sabar, lebih ikhlas, dan tentunya lebih dekat dengan anak-anak. Alhamdulillah anak-anak sudah besar, malah ada yang sudah kerja, sehingga tentunya mereka bisa menjadi pendukung yang menjadi penopang semangat dan menjadi sumber kebahagiaan bagi Yuni.
Ok, sampai ketemu lagi ya …..
WOW, keren banget mbak Tuti. Ternyata mbak Tuti ini selain jago nulis, jago ngeblog juga jago dansa yach 🙂 🙂 🙂
hebat banget, mau dong mbak diajari dansa, hehehe 🙂 🙂 🙂
Best regard,
Bintang
Tuti :
Jago sih enggak Mbak, cuma bisa sedikit-sedikit saja. Dansa ini menyenangkan, selain untuk olahraga, juga fun banget.
Mau belajar dansa? Ayuuuk ….
salam hangat,
we mau jadi penaakan tlp aja we tgu .24 jam..081380714813
Tuti :
Mau jadi keponakan? Ikut audisi dulu 😀
Itu nomor hp Anita beneran?
Btw, URLnya kok nggak dicantumkan sih, saya jadi nggak bisa kunjung balik …
hello salam kenal saya lydia dari bogor.saya senang sekali dengan dansa dan sedang latihan.tapi sayang nya belum ada pasangan yang bisa barengan(dengan alasan saya pacar saya juga tidak menyukai dansa).
karena ibu sudah senior dan berpengalaman,saya ingin meminta tips dan bagaimana bisa menjadi atlet seperti itu? terimakasih.mohon balas ke email