BOBO’ SIANG YANG MENYEHATKAN
Bobo’ siang? Telinga kita mungkin langsung berdiri mendengar kata itu. Wait a minute! Ini bukan BBS (Bobo Berdua Siang) yang dilakukan pasangan ‘tak halal’ dengan mencuri waktu istirahat siang di tempat kerja, tapi BS (Bobo’ Siang) beneran yang dilakukan sendirian …
Sekitar 30 – 40 tahun yang lalu, kebiasaan tidur siang masih berlaku di lingkungan masyarakat kita. Siang hari, sekitar jam 14.00 hingga jam 16.00, rumah orang tua saya akan sunyi senyap. Semua orang tidur. Anak-anak sudah pulang sekolah, ayah sudah pulang kantor, ibu sudah selesai dengan pekerjaan rumah tangga. Sore hari, kehidupan akan dimulai kembali. Semua anggota keluarga mengerjakan tugasnya masing-masing : anak-anak menyapu lantai dan halaman rumah serta menyiram tanaman, ayah membersihkan sepeda atau memperbaiki segala sesuatu yang rusak, ibu mempersiapkan makan malam. Sesudah itu semua mandi dan duduk bersama minum teh, kadang sambil menikmati pisang goreng atau ubi rebus, biasanya sambil bertukar cerita tentang apa yang dialami hari itu. Sore-sore demikian juga waktu yang tepat untuk melakukan kunjungan kepada famili dan handai taulan. Begitulah pola hidup tempo doeloe, yang sempat saya alami dan selalu menjadi kenangan manis.
Siesta adalah bahasa Spanyol yang berarti ‘tidur siang’. Kata ‘siesta’ berasal dari bahasa Latin hora sexta , yang artinya adalah ‘enam jam’. Maksudnya adalah enam jam sebelum tenggelamnya matahari, dengan kata lain waktu tengah hari atau ‘istirahat siang’. Dengan menyebarnya budaya Spanyol ke negara-negara Amerika Latin, maka siesta pun menjadi kebiasaan di negara-negara tersebut.
Selain di Amerika Latin, tidur siang juga menjadi kebiasaan di Filipina, China, Vietnam, India, Italy, Yunani, Kroasia, Malta, Timur Tengah, Afrika Utara, dan tentu saja, Indonesia.
Lukisan Gustave Courbet (1844) : nikmatnya tidur siang dalam ayunan di bawah pohon
Di Indonesia, kebiasaan tidur siang dibawa oleh para ambtenaar bangsa Belanda. Pada siang hari, ‘toean-toean’ pengawas onderneming akan pulang ke rumah untuk makan siang dan beristirahat. Sore hari mereka akan kembali ke perkebunan untuk melakukan inspeksi. Kebiasaan tidur siang juga dilakukan oleh para priyayi (Belanda maupun pribumi) yang bekerja di kantor pemerintah, seperti asisten residen, wedana, dan sebagainya.
Kebiasaan tidur siang ini dijumpai di negara-negara tropis, dimana pada siang hari udara menjadi sangat terik. Perut yang terisi penuh sesudah makan siang dan udara panas membuat orang menjadi mengantuk. Lagipula, udara yang sangat terik membuat tubuh terasa lesu, dan produktivitas menurun. Cara yang paling baik untuk mengembalikan kesegaran tubuh adalah dengan tidur.
Di China, tidur siang disebut xiuxi atau wushui. Hampir semua sekolah di China dan Taiwan menerapkan tidur siang selama setengah jam sesudah makan siang. Pada jam tidur ini, lampu-lampu dimatikan dan semua orang tidak diperbolehkan melakukan apa pun selain tidur. Beberapa kantor di Jepang juga memiliki ruangan khusus untuk tidur siang bagi para karyawan.
Thomas Edison, Napoleon Bonaparte, Salvador Dali, Winston Churchill, Presiden Kennedy dan Ronald Reagan adalah tokoh-tokoh dunia yang dikabarkan memiliki kebiasaan tidur siang sejenak.
Benarkah tidur siang adalah kebiasaan baik yang menyehatkan? Beberapa ahli yang melakukan penelitian tentang tidur siang menyatakan setidaknya ada 5 manfaat yang bisa diperoleh tubuh kita dengan tidur siang.
Pertama, tidur siang meningkatkan produktivitas. Roger Broughton, seorang profesor neurologi dari University of Ottawa mengatakan bahwa tidur siang adalah kebutuhan tubuh setiap orang, baik mereka makan siang atau pun tidak. David Dinges, seorang peneliti tentang tidur dari University of Pennsylvania, menemukan bahwa tidur siang akan memperbaiki kewaspadaan dan kemampuan intelegensi seseorang, sehingga mereka akan bisa melakukan pekerjaan dengan lebih baik.
Kedua, tidur siang mengurangi stres. Penelitian menunjukkan bahwa risiko terkena serangan jantung bagi orang yang tidur siang selama 30 menit setiap hari akan berkurang sebesar 30 persen dibandingkan orang yang tidak pernah tidur siang.
Ketiga, tidur siang akan memperbaiki ingatan dan kemampuan belajar. Penelitian tentang ini dilakukan oleh Sara C. Mednick dari Harvard University. Ia melakukan penelitian terhadap sekelompok mahasiswa. Mahasiswa yang tidur siang terbukti mampu menjalani tes dengan lebih baik dibanding mereka yang tidak. “Tidur siang melindungi sirkuit otak over-use hingga neuron-neuron dapat melakukan konsolidasi dan membentuk memory tentang apa yang baru saja mereka pelajari” kata Robert Stickgold dari Harvard Medical School.
Keempat, tidur siang akan meningkatkan fungsi kognitif. Penelitian yang dilakukan oleh NASA menunjukkan bahwa tidur siang selama 30 – 40 menit akan meningkatkan kemampuan kognitif hingga 40%. Penelitian ini dilakukan terhadap ribuan sukarelawan, dan dibuktikan dengan tes intelegensia seperti tes IQ. Pengamatan melalui MRI yang dilakukan oleh Sara Mednick juga menunjukkan bahwa aktivitas otak akan terus menunjukkan performa yang bagus jika seseorang melakukan tidur siang.
Kelima, tidur siang akan memperbaiki kesehatan. Tidur siang sangat bermanfaat bagi fungsi jantung, pemeliharaan hormon, dan perbaikan sel-sel tubuh, masih kata Sara Mednick.
Bagi kita, khususnya yang hidup di kota besar dengan pekerjaan setumpuk, mungkinkah untuk tidur siang?
Waduh …. awas ngglundung, Pak!
Bagi yang beragama Islam, dan lingkungan tempat kerja menyediakan masjid atau mushola yang representatif, merebahkan tubuh sejenak sesudah sholat Dhuhur adalah kesempatan terbaik. Bagi eksekutif yang memiliki ruang kerja pribadi, menutup pintu, mematikan lampu, menggelar kasur lipat di sudut ruangan atau merebahkan diri di sofa, dan tidur tenang selama 30 menit akan cukup untuk membuat anda tetap produktif hingga jam enam sore.
Saya pernah merasa begitu lelah dan mengantuk pada suatu siang di kampus, padahal tidak ada tempat yang ‘aman’ untuk tidur (mushola kampus adalah ruangan terbuka), maka saya berbaring di jok belakang mobil yang saya parkir di bawah pohon rindang, dan tidur pulas selama satu jam. Saya tidak tahu, apakah ada mahasiswa yang iseng mengintip ke dalam mobil saya. Kalaupun ada, e-ge-pe lah ….. hehe … Kalau sekarang sih, saya bisa pulang ke Caty’s House yang cuma berjarak lima menit dari kampus.
Saat ini, karena sedang dalam status studi lanjut, saya dibebaskan dari tugas mengajar dan segala jabatan struktural. Saya menjadi orang yang ‘merdeka’ sepenuhnya, bebas mengatur aktivitas saya sehari-hari. Maka, kebiasaan menikmati siesta di masa kecil pun adakalanya muncul kembali. Tidur lelap 1-2 jam di siang, kadang sore hari, sungguh bisa mengembalikan kesegaran tubuh. Apalagi kalau malam sebelumnya asyik nge-blog hingga larut malam atau dini hari ….
Tidur dulu ah ……. zzzz …… zzzzz ……
(Sumber bacaan : Wikipedia & http://ririanproject.com, foto : Wikipedia)
Lengkap sekali mbak Tuti, pembahasannya…
Dulu waktu kecil sampe SMA, saya masih bisa tidur siang… Sejak masuk kuliah sampe skrg, hampir tdk pernah bobo siang lagi. Mungkin tergantung pola aktivitasnya yah? Kalau ada waktu siang di rumah mungkin bisa tidur siang.
Tapi ngomong2x soal orang Filipina yang tidur siang, itu saya temui sendiri ketika kita “jalan-jalan” ke sana. Kami akhirnya menunda jam survei siang, karena responden yang ditemui pada “bobo siang”.
Tuti :
Dulu saya sempat ‘malu’ dengan kebiasaan bobo’ siang ini, karena rasanya kok seperti pemalas gitu. Tapi setelah membaca analisis ilmiahnya, saya jadi mantaaabb ber-siesta ria …. 😀
Memang betul Bang Saut, pola aktivitas kita (apalagi di kota besar zaman sekarang) membuat tidur siang hampir mustahil. Lagi pula, bagi yang berkantor di gedung berAC sudah tidak terganggu dengan udara panas lagi, sehingga tubuh bisa tetap terasa bugar.
Waktu di Filipina, nggak ikut tidur sekalian bersama para responden Bang? 😀 😀
Ketika masih kecil sampai kuliah saya masih melakukan tidur siang, tetapi setelah kerja tidak lagi. Sekarang ada waktu tapi ngak pernah bobo siang karena bisa jadi malamnya gak bisa tidur dan suami sudah ngorok sekitar jam 10 malam. thanks
Tuti :
Pola tidur setiap orang memang berbeda. Kalau bangun jam 5 pagi dan tidur jam 10 malam, dan selalu berada dalam cuaca sejuk, tidur siang mungkin memang nggak perlu. Juga tergantung pada keadaan, keinginan, dan kemauan. Biarpun lelah dan kepanasan, kalau jadi masinis kereta api, ya nggak boleh tidur, ya kan ….
waduhhh mbak aku pernah alami kejadian di Italy… Ngga bisa masuk ke gereja yang akan kita lihat hanya karena datang pas siesta tuh. Terpaksa kita ikut siesta di tangga luar gereja. Dan kebetulan saat itu Summer sehingga bener-bener perlu siesta. Kebiasaan siesta tidak ada di keluarga saya, tapi kalau curi tidur 5-10 menit di ruang kelas waktu istirahat siang juga cukup untuk mengistirahatkan mata. Duh enak kalau bisa ke kampus naik mobil…saya pasti akan siesta di mobil. Apalagi kalau musim dingin hihihi. Kapan saya bisa seperti mbak ya….dalam tahap studi lanjut (di Indonesia aja ahhhh) heheheh.
Tuti :
Siesta di tangga gereja? Wadoow. Tapi bangungan gereja biasanya tinggi dan sejuk kan, jadi pasti pules banget tuh siestanya.
Kalau saya mah tidur 5-10 menit di kelas bukan pada saat istirahat, tapi pada saat jam pelajaran yang membosankan … hhihihi (tapi biarpun mataku terpejam, telingaku tetap terbuka, jadi kalau ditanya aku bisa menjawab).
Ya deh, semoga Mbak Imelda segera dapet beasiswa untuk studi lanjut. Amin.
Bu Tuti ada-ada saja idenya untuk menulis sesuatu yang terjadi di masyarakat kita tapi kita nggak pernah ngeh kalau itu bisa jadi bahan tulisan. Bravo kreativitasnya. Lain kali nulis dong tentang makin juarangnya para wanita pakai rok di saat santai. Coba tengok, berapa wanita yang pakai rok di sebuah mall. Biasanya sedikit. Saya gak berani mengulas, habis bukan wanita sih.
Tuti :
Pakai rok? Waaah ….. saya sendiri nggak pernah pakai rok Pak, acara resmi maupun santai selalu pakai celana panjang. Soalya lebih praktis dan aman. Pakai rok itu banyak bahayanya, Pak. Tersangkut, tersibak, terinjak. Apalagi kalau roknya pakai karet di pinggang, waa ….. kalau tersangkut atau terinjak bisa melorot … hehehe. Nah, kalau roknya pakai ban di pinggang, kalau terinjak bukan roknya yang robek atau melorot, tapi kita yang jatuh krungkep …. 😀 😀
Apalagi saya sering naik turun mobil, naik turun tangga, repotss kalau pakai rok. Rok harus dipegangin dan diangkat sedikit supaya tidak terinjak. Padahal tangan sering penuh bawa ini itu. Kalaupun pakai rok, saya tetap selalu pakai celana panjang di dalam, untuk ‘mengantisipasi segala kemungkinan’ … 🙂
Coba deh, Pak Eko sekali-sekali pakai rok, passstiii repotssss ….. wakakaka 😀 😀
Di Perancis juga ada tuh dulu budaya tidur siang. Habis tengah hari kantor tutup dulu baru nanti ‘agak sorean’ buka lagi sampai malam. Tapi kalau summer sih nggak kerasa malamnya soalnya mataharinya terbenam sekitar pukul 22 hehehe….. Orang Spanyolpun kalau makan malam biasanya banyak yang baru makan pukul 11 malem, padahal kalau kita jam segitu udah pada nyenyak bobo…… 😀
Tuti :
Orang Perancis tidur siangnya dimana Mas? Di kantor apa pulang ke rumah?
Selain orang Spanyol, orang Timur Tengah juga biasa makan malam pada tengah malam. Walah, padahal kalau perut kenyang kan nggak bisa tidur ya … (apalagi tidur tengkurep …. 😀 )
Memang usai tidur siang biasanya badan terasa lebih fresh. Kebiasaan memejamkan mata sejenak di masjid/ mushala bisa jadi strategi bila sedang bekerja 😀 . Tapi kesan malas itu sulit dihindari, ya.
Tuti :
Kalau diluar tidur siang selama 1 jam itu kita giat bekerja dan produktif, kayaknya kesan malas tidak akan muncul kok. Nah, kalau datang ke kantor telat, selama jam kerja menguap melulu, pekerjaan nggak kelar, siang tidur, habis tidur main gaple …. itu baru malas poool …. 😀
Sewaktu di sana saya pakai waktunya buat survei ke lapangan saja (mengamati fisik bangunan dan landscapenya), taulah orang planologi mbak 😀
Tuti :
Syukurlah bangunan dan landscapenya nggak ikut siesta …. 😀
Mbak..mbak…bangun mbak…!!
Anyway…betul itu, zaman aku cilik dulu selalu dipaksa Bapak untuk bobok siang, padahal tidak ngantuk dan hati ini pingin main…walhasil…akalku: kira-kira setelah beberapa lama di kamar, keluar dengan gaya pura-pura sempoyongan, rambut kucel (dikucel-kucel dulu) dan mata merah (digosok-gosok dulu)…nguap-nguap…setelah dikira sudah tidur beneran..ngacir deh main! Bapak, forgive me!
Sekarang…oh.. I miss to take siesta..for a while…tapi mana mungkin? (“mungkin saja nduk, pada hari Minggu”..kata mbak Tuti bijak…jawabku lagi: “Mana mungkin hari Minggu? khan hari Minggu kuturut ayah ke kota?”… 😀 )
Tuti :
Wah, cilik-cilik udah pinter akting ya, Nut. Pake pura-pura ngompol nggak? 😀 😀
Nah, besok hari Minggu cobalah siesta, sambil “Kududuk samping Pak Kusir yang sedang bekerja, mengendali kuda supaya baik jalannya …. duk dik dak dik duk dig dag ……. GLUDUKK !! suara aku jatuh ngglundung dari kuda” ….. wakaka 😀 )
siesta atawa bobo siang……
ahhhh emang enakkss dan perlu
apalagi bagi mereka yang malam hari
sering diserang ama si FATIMA (Fayah Tidur Malam)
btw, krn membaca tulisan mbak tuti yang menyehatkan ini
ahhhhh……moto ku jd ngantuk,…..
tp bukan sprt yg di dalam tembang :
moto ngantuk…..iku tondo ne opo ?
permisi dulu ya mbak, mau tidur neh………zzz….zzz
Tuti :
Awas, mulutnya ditutup, ntar kemasukan laler …… hehehe
bobo saat puasa katanya berpahalah loh bunda ….
*zzzz……….* nyari pahala 🙂
Tuti :
Tuuul! Seratus buat Rindu. Tapi kalau tidur mulu, itu namanya males.
Lagipula, pahala orang puasa yang tetap bekerja dan tahan menghadapi godaan lebih besar dari pada pahala orang puasa yang tidur …
bagus-bagus
baru tau nih bu…
sebelumnya pernah ada yang bilang kalo tidur siang itu sarana pembodohan bangsa Indonesia oleh penjajah…
dulu sih sering tidur siang. kalo sekarang, paling cuma di hari minggu… itu juga kalau gak digangguin istriku, bu..
Tuti :
Mungkin yang bilang kalau tidur siang itu sarana pembodohan oleh penjajah, belum pernah baca hasil penelitian yang saya tulis di atas.
Eh, nyonya Aryo kalau gangguin gimana sih? Dikitik-kitik ya …. 😀
Tidur siang emang sangat membantu mengembalikan kesegaran tubuh. Di tempat kerja saya, jam 12 tit sampai jam 13 (kadang molor dikit), tiap ruangan pasti tertutup rapat dengan gorden jendela juga tertutup. Semua tidur, bahkan bisa sampai ngorok-ngorok segala. Jadi ada orkes dadakan gitu. Nah, pas bangun, semua fresh dan siap tempur kembali…
Tuti :
Waduh, bahaya nih. Gimana kalau ada serangan mendadak dari teroris pada jam 12-13? Ohya, kalau jam 12 tit sampai jam 13 pada ‘tewas’, berarti nggak ada yang makan siang dong? Kasihan tuh kantinnya melompong …
Itu orkes dadakan buat ngiringi Mbak Ida nyanyi ya? 😀
Betul tidur siang sangat baik. Tapi bagaimana kalo bangunnya udah siang? Kalo tidur lagi, jadi kerjaannya tidur terus donk….
Salam kenal…
Jujur aja ; istilah BBS (Bobo Berdua Siang) yang dilakukan pasangan ‘tak halal’ dengan mencuri waktu istirahat siang di tempat kerja, baru aku dengar .
Wuh dasar kuper….. jgn sampai deh BBS– ntar ketagihan dan dosa.
Tuti :
).
Kalau bangunnya udah siang, BS artinya bukan Bobo’ Siang, tapi Bangun Siang. Kalau di Jawa itu namanya ‘bangsawan’ (bangsa tangi awan = kelompok bangun siang).
Baru dengar sekarang istilah BBS? Syukurlah, berarti pergaulan Jay adalah kalangan baik-baik (lho, berarti yang sudah pernah dengar BBS bukan kalangan baik-baik?
Sedang ngantor, lagi ngadepin kompie/laptop juga bisa, siesta ala Jepang. Tinggal nundukin pala… blezzz sejenak… cuma kalau belum terbiasa bisa miring ke kiri, miring ke kanan akhirnya gedebuk ke lantai heheh…… Huwahaaaahhhh misi mo siestaaaa…hhhhh
Tuti :
Biar nggak gedebuk ke lantai, pake seat belt Mbak … 😀
Selamat bersiesta ria, mimpi indah ya (kencan sama Ryan dari Jombang …. Haaa?? )
Tidur siang?…. 🙂 wadooww… itu yang paling Daffa ga suka, takut rugiiiii…, seolah-olah bakal kehilangan momen-momen berharga ketika tidur siang 😀 ogah ‘ah kecuali ga tahan lagi…
Sekarang Daffa ga bisa tuh tidur siang, apalagi kalo waktu malam…. paling ga bisa tidur siang… hohohoho…
Tuti :
Daffa, kata Ibu Peri, anak kecil harus tidur siang. Kalau nggak, nanti hidungnya jadi panjang kayak Pinokio … 😀
(sebenernya, biar Opa bisa istirahat, nggak ngawasin Daffa terus, ngono lho …. )
dulu, (dua belas tahun yang lalu) waktu aku sedang membangun rumah, sering curi waktu dari kantor pulang ke rumah sekalian makan siang dan ngintip kerjaan tukang. kebanyakan tukang akan tidur setelah makan dan merokok-merokok.
eh lucunya, aku juga sering ketiduran di bangunan, beralaskan tripleks. dan biarpun suara gergaji dan palu cukup bising, toh bisa juga tidur pulas.
di kebun juga sama. sehabis makan siang, pekerja sebahagian membaringkan badan dibawah pohon pisang, menikmati kesejukan hembusan angin.
dan sama juga, aku bisa ikut-ikutan tidur dibawah pohon pisang.
burung hantu, kelelawar dan sebangsanya, rumusnya memang bobo siang, dan kalau malam gentayangan cari makan. bagaimana dengan draculla yaaaaaa .
Tuti :
Walaah … dua belas tahun yang lalu aku masih dipakein gurita di perut dan dibedong, Bang.
Bang Sis sampe tidur pules di triplek ya. Untung nggak ikut digergaji ato dipaku ….. 😀
Lha kalo tidur dibawah pohon pisang, itu pasti dikira orang-orangan sawah yang sudah rusak, sehingga nggak dipasang lagi buat ngusir burung yang mau makan padi …. 😀 😀
saya jadi ingat ketika anak anak masih balita…Kadang kadang kalau siang hari saya pulang dulu dari pekerjaan ngurusi gombalan…eh dagangan, dan menemani anak anak untuk tidur siang. ternyata mereka tidak mau dipaksa untuk tidur siang…masih baca lah,mainan lah….dan kalau saya tanya..kenapa gak mau tidur siang, katanya….”nggak ngantuk,nanti kalo bobo siang…gak produktif.”..haah ??? kok tahu kata produktif..ooo, mungkin sering mendengar kata itu ketika saya memberikan pengarahan pada staff.
Tuti :
Kata orang, “like mother like children”, bagaimana ibunya, begitu pula lah anak-anaknya. Karena Mbak Dyah ‘penthalitan’ …. eh, maksud saya sangat gesit dan aktif, maka putra-putri pun ogah disuruh diam. Maunya produktif terus. Tapi tidur itu juga produktif lho, memproduksi mimpi, musik orkestra (senggur-senggur), mungkin juga yang lain-lain (nggak indah disebut …. hehehe …)
Duluuuu… tidur siang suka males, namun sekarang pengin tidur siang, tapi waktunya yang kadang tak ada.
Btw, asyik banget ya jika bisa tidur siang di ayunan, diantara pepohonan.
Tuti :
Mbak Enny memang super duper sibuknya, sampai tidur siang di kala pensiun saja masih susah.
Tidur di bawah pohon memang nyaman banget. Tapi ati-ati Mbak, jangan di bawah pohon durian ….
Saya mau siesta nanti ah …
Kira-kira 2 jam cukup ndak ya …
Hihihihi …
(ini mah curi kesempatan …)
But Yes Indeed …
10 menit merem … meluruskan badan … “ilang” sebentar …
efeknya memang luar biasa Bu …
Tuti :
Siesta 2 jam mah kelamaan Pak. Bisa-bisa bangun tidur kantor udah tutup dan Pak NH dikunciin office boy dari luar …. 😀
Kalau mau “ngilang” jangan lupa ngapalin mantra untuk “muncul’ kembali Pak. Ntar gentayangan terus di alam barzah, nggak bisa balik menampakkan diri, repotss atuh …
jadi tahu artinya siesta. jadi nguap berapa kali nih. jadi merhatiin temen2 kantor yang ngucek2 mata. bahkan ada yang sudah terjebak dalam ngantuk berat. kepalanya sempoyongan.
jangan dipaksain kali ya…
eh tapi titip pesen buat yang masuk dan sebelum ngantuk dan bobo siang… dukung
BLOGER SELAMATKAN BABAKAN SILIWANGI
http://trendibandung.wordpress.com/2008/09/15/bloger-jangan-kalah-dua-kali/
Tuti :
jadi tahu kalau mas andri tinggal di bandung, jadi ngerti kalau teman-teman kantor mas andri pada suka ngantuk, jadi pengin ikutan dukung ‘blogger selamatkan babakan siliwangi’ (beratnya berapa ton ya kira-kira ….. 😀 )
tidur siang berdua sama suami di kebon belakang, nggelar alas di atas rumput ditemani angin sepoi2 wah langsung brek sek mbak 🙂 nikmat sekali
Tuti :
Tidur sama suami kok bleg-sek, bukannya malah jawil-jawilan? 😀 😀
Sebenarnya ‘tidur bersama’ itu mustahil lho. Tidur ya pasti sendiri-sendiri ‘jatuhnya’. Yang satu sudah ‘terbang’, yang satu masih ‘thimik-thimik’ mau berangkat ….
wah…. klo bobo siang nya cuma 30menit mana kerasa. paling enak tu 2-4jam. hahaha… berlebihan bgt. itu tidur siang apa tidur malem ya? heheheeeeeeee
Tuti :
Wahaha … kalau tidur siangnya 2-4 jam, kapan kerjanya? Kecuali yang emang kerja jaga malam ‘kali ya …