PERNIKAHAN
Berpasangan kalian telah diciptakan
Dan selamanya kalian akan berpasangan
Bersamalah kalian tatkala Sang Maut merenggut hidup
Ya, bahkan bersama pula kalian, dalam ingatan sunyi Tuhan
Namun biarkan ada ruang di antara kebersamaan itu
Tempat angin surga menari-nari di antara kalian
Bercinta kasihlah, namun jangan membelenggu cinta
Biarkan cinta itu bergerak senantiasa, bagaikan air hidup
Yang lincah mengalir antara pantai kedua jiwa
Saling isilah gelas minumanmu, tapi jangan minum dari satu gelas
Saling bagilah rotimu, tapi jangan makan dari piring yang sama
Bernyanyi dan menarilah bersama, dalam segala suka cita
Hanya, biarkan masing-masing menghayati ketunggalannya
Tali rebana masing-masing punya hidup sendiri
Walau lagu yang sama sedang menggetarkannya
Berikan hatimu, namun jangan saling menguasakannya
Sebab hanya Tangan Kehidupan yang akan mampu mencakupnya
Tegaklah berjajar, namun jangan terlampau dekat
Bukankah tiang-tiang candi tidak dibangun terlalu rapat?
Dan pohon jati serta pohon cemara
Tiada tumbuh dalam bayangan masing-masing
Puisi di atas ditulis oleh Kahlil Gibran, seorang penyair, pelukis, dan ahli filsafat asal Libanon yang lahir pada 6 Januari 1883 dan wafat pada 10 April 1931. Puisi penuh makna ini saya kutip dari buku Kahlil Gibran yang paling terkenal, “Sang Nabi”. Bukan puisi yang sentimentil, romantis, dan mendayu-dayu, tetapi puisi yang mengajarkan bahwa perkawinan sesungguhnya merupakan penyatuan dua pribadi yang berbeda, dan akan langgeng jika pribadi-pribadi itu dihargai perbedaannya.
23 November 1985 saya menikah dengan pria yang saya cintai dengan sepenuh hati, Mahyudin Al Mudra, dan hingga hari ini, 23 November 2008, 23 tahun sudah kami hidup bersama. Sungguh perjalanan yang panjang, yang penuh dengan suka duka, sarat dengan pelajaran, pengalaman, dan perenungan tentang rahasia dan makna hidup.
Perkawinan adalah proses penyesuaian antara dua individu yang tak pernah selesai. Dua individu yang dilahirkan dengan gen-gen yang berbeda, dengan latar belakang keluarga, budaya, dan sikap hidup yang berbeda, dengan harapan dan cita-cita yang berbeda, disatukan dalam sebuah ikatan sakral bernama perkawinan. Kemauan dan kemampuan untuk saling menyesuaikan diri, saling mengalah, saling memahami, dan saling berkorban merupakan kunci utama untuk menjaga perkawinan tetap utuh.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menjaga perkawinan ini hingga akhir usia kami. Amin.
Begitu kami (aku dan istri) sampai di Indonesia (baca: rumah), aku buka komputer untuk memindahkan semua foto selama di Penang dari memori card kedalam hard-disk. Kemudian baca posting ini (Kisah Pengantin Lama), yah begitulah ceritanya perjalanan hidup. Penuh warna. Kami berpengharapan : Semoga Pasangan ini akan saling setia didalam membina keluarga, membimbing anak cucu, menjadi insan Tuhan yang sangat memahami arti bersyukur. (Aduh masih kepingin istirahat dulu).
Tuti :
Terimakasih Bang. Semoga Bang Sis dan isteri lama (maksud saya isteri yang sudah lama dinikahi, bukan membedakan dengan ‘isteri baru’ … π ) juga selalu rukun bahagia penuh cinta. Sampai dapet ciken dari anak cucu ya Bang.
Btw, bagaimana kisah perjalanan ke Penang? Tulis dong di blog.
Semoga lelahnya sudah hilang, dan siap kerja kembali dengan fresh & penuh semangat
Subhanallah, indah sekali Mba. Seindah perjalanan dua individu yang mampu bertahan hingga 23 tahun lamanya, saling menghargai dan mengerti keberadaan dan perbedaan antar individu tanpa harus melelehkannya jadi satu unsur yang satu, mungkin salah satu kunci kelanggengan itu.
Mba Tuti dari Jawa dan Mas Mahyudin dari Sumatra, duduk manis di pelaminan merah emas itu bak raja yang gagah dan ratu yang masih malu-malu. hehehe… indahnya…
Selamat Ulang Tahun Pernikahan ke-23, Mba Tuti dan Mas Mahyudin
salam
-japs-
Tuti :
Keindahan itu sebenarnya disusun dari berbagai warna, Japs. Ada warna cerah, ada warna buram. Ada saat senang, ada saat susah. Dan meskipun kami tetap pada kepribadian masing-masing, saling mempengaruhi itu pastilah ada. Saya aslinya penakut, jadi lebih berani. Dia semula keras, sekarang lebih lunak. Ya, namanya juga pasangan hidup …
Bagaikan ratu yang masih malu-malu? Hwahaha … padahal sebenarnya malu-maluin …. π
Terimakasih banyak Japs, saya doakan Japs akan segera sampai ke tahap hidup bersama juga dengan pasangan sejati.
salam
Woow……serba 23 nih
tak kusangka sudah 23 tahun
rupanya pada 23 November ini
Selamat…. semoga bahagia selalu
beruntunglah Mbak Tuti yg shalihah
dan cerdas berjodoh dengan
suami yang soleh, ngganteng,
setia & bertanggungjawab
π
btw, melihat foto di atas pelaminan
itu mirip seperti Ikang Fawzi & Marissa Haque
ambooooi……….
Tuti :
‘tak kusangka sudah 23 tahun’ ….. Maksudnya, Bang Agus nggak nyangka kalau saya tua, gitu kan? Hayo, jujur saja !
Saya masih muda kok Bang, soalnya waktu nikah dulu baru umur 9 tahun …. (nyaingin Syeh Puji π ).
Mirip Ikang Fawzi & Marissa Haque? Iya memang. Sebelum dioperasi plastik, Ikang Fawzi dan Marrisa Haque memang jelek kayak gitu. Saya perlu operasi juga ‘kali ya Bang, biar sama dengan Marrisa yang sekarang …
Terimakasih Bang Agus. Saya nunggu undangan dari Medan nih …. π
Mbak Tuti,
Saya penggemar Kahlil Gibran dan memang benar, itu adalah puisinya yang mungkin tidak mendayu-dayu tapi sangat dalam dan menyentuh.
Satu hal lagi, saya sangat setuju saat Mbak Tuti bilang bahwa “Perkawinan adalah proses penyesuaian antara dua individu yang tak pernah selesai”.
Makanya kalau ada yang berpisah karena merasa, “Nggak cocok satu sama lain”, well, bukankah dari awal memang kita sebetulnya berbeda?
Saya sangat kagum dengan pasangan yang berhasil mempertahankan perkawinannya dalam usia yang sangat panjang…
sama kagumnya pada persahabatan yang berhasil terus dipertahankan meskipun mereka bukan orang yang kembar pemikirannya…
Congratulations, Mbak Tuti.
Bahagia selalu bersama keluarga tercinta dan teman-teman yang menyayangimu!
Kecup sayang buat Mbak Tuti,
dari adiknya yang pingin banyak belajar, di Surabaya.
Lala
Tuti :
Lala, penyesuaian antara pasangan suami isteri tidak pernah selesai, karena dengan bertambahnya usia, wawasan berpikir, karier, status sosial di masyarakat, juga pergaulan, maka harapan seseorang akan kehidupannya pun akan berubah. Ketika baru menikah, pasangan yang masih muda mungkin belum sukses dalam karier, belum punya banyak uang, belum mengenal dunia yang lebih luas, sehingga harapan terhadap hidup (termasuk pasangan hidup) pun sederhana saja. Setelah semua itu meningkat, harapan pun akan meningkat. Yang dulu sudah cukup, sekarang jadi terasa kurang. Yang dulu memuaskan, sekarang jadi terasa agak mengecewakan.
Nah, jika perubahan ini tidak berjalan seiring antara suami dan isteri, yang terjadi adalah kesenjangan. Hubungan yang dulu erat pun perlahan-lahan menjadi renggang. Oleh sebab itu, penyesuaian harus selalu dilakukan. Ibarat dua orang yang berjalan, setiap waktu keduanya harus saling menoleh dan menyamakan posisi : “Aku ada disini, kamu ada dimana, sayang? Kita menuju kemana sekarang?”.
Kalau adjustment ini tidak pernah dilakukan, setelah sekian lama, tahu-tahu ternyata keduanya sudah berjalan sendiri-sendiri dengan posisi dan arah yang berbeda. Jika ini terjadi, maka yang timbul adalah seperti apa yang ditulis Lala, pasangan berpisah karena “Nggak cocok satu sama lain”. Jadi ketidakcocokan yang muncul setelah sekian lama menikah, itu memang mungkin, Lala.
Gitu ‘kali (halah, sok tahu deh … π ) *kuliah singkat menjelang pernikahan*
Terimakasih Lala, dari lubuk hati saya yang paling dalam. Salam dan kecup sayang untuk Lala yang pintar dan penuh bakat. Tentu kita akan saling belajar ya. Saya juga akan banyak belajar dari Lala tentang memahami hakekat hidup …
Waahhh, Bu De.. Selamat ulang tahun pernikahan yah. Semoga tetep bahagia, aman, damai, tentram..
Anyway, baju adat nikahannya kek baju adat Jambi/Palembang…
Tuti :
Bu De … ?? (*berpikir keras, kapan ya adik saya melahirkan Oche?* … π )
Terimakasih Oche, insya Allah doanya dikabulkan Tuhan. Amin.
Oh ya, itu pakaian pengantin Riau. Memang mirip seperti baju adat Jambi/Palembang ya?
Selamat ulang tahun atas penikahannya yah π
Dan salam kenal dari
Blogger Makassar
Tuti :
Terimakasih Mas Gel.
Bulan Juni yang lalu saya ke Makassar, sampai ke Toraja. Wah, indah sekali panorama dan budayanya.
Ngomong-ngomong, mas Gelandangan biasanya mangkal dimana untuk cari sedekah? (hehehe … maap, cume becande … π )
Mbak Tuti,
happy 23rd anniversary. 23 tahun wah wah wah, semoga saya bisa langgeng seperti mbak Tuti.
salam saya
EM
Tuti :
Arigato (maksute ‘terimakasih’, maap kalo salah … π ).
Saya yakin Mbak Imel dan Mas Gen akan langgeng selama-lamanya. Bukankah di Jepang pasangan suami-isteri selalu hidup bersama hingga akhir hayat?
Salam hangat dan kecup sayang untuk Riku dan Kai
Bu Tuti…..
Selamat ya,bu…..
Selamat ulang tahun perkawinan ke 23 th.
Selalu bahagia,langgeng & sehat selalu untuk bu Tuti & suami. π
Tuti :
Retie, saya juga mendoakan, semoga Retie dan suami selalu berbahagia, dikaruniai putra-putri yang manis, lucu, pintar, dan berbudi pekerti mulia. Jangan cepat putus asa jika menghadapi persoalan dalam rumahtangga. Jika semua dijalani dengan keikhlasan, insya Allah akan berjalan dengan nyaman (halah, sok jadi penasehat BP4 … π )
ngaturaken sugeng ultah perningkahan…
salud!!
Tuti :
Maturnuwun, Mbak Ernut. Lha tanggap warso kromonipun Mbak Ernut benjing menopo? (bade nagih bancakan …. *saru.com* π )
Happy Anniversary mbak Tuti,
23 tahun bukanlah waktu yang singkat, semoga kebahagiaan selalu menyertai mbak Tuti dan keluarga. Sekali lagi selamat Anniversary semoga langgeng, bahagia selalu dan semoga bisa menjadi contoh buat saya yang masih bayi ini. terimakasih
Tuti :
Thanks very much, Mbak Yulis.
23 tahun memang bukan waktu yang singkat, dan sangat banyak yang sudah kami alami. Kalau ditulis, dramatiknya melebihi novel manapun yang pernah saya tulis. Tapi karena hidup saya adalah kisah pribadi, ya enggak akan saya tulis lah.
Saya yakin Mbak Yulis dan Mr. Marvin pun akan langgeng abadi hingga akhir nanti. Meskipun baru satu tahun menikah, kedewasaan dan kebijaksanaan Mbak Yulis akan menjadi modal yang kuat untuk menjalani hidup pernikahan yang penuh lika-liku.
Emang seharusnya langgeng mbak…… Jangan seperti artis2 yang kawin cerai, cari sensasi aja. Saya doakan deh, mudah2an perkawinan mbak Tuti dapat langgeng hingga selanggeng-langgengnya…. π
Tuti :
Para artis itu kawin cerai soalnya gampang dapat gantinya, Mas. Lha kalo saya, dapat satu ini saja sudah syukur banget … π Kalau ilang, susah cari gantinya, nggak bakal ketemu cari di pasar mana pun …
Terimakasih, Mas Yari. Saya juga mendoakan, Mas Yari sekeluarga selalu sehat rukun bahagia sentosa. Amin.
Bu Tuti…
Selamat ulang tahun pernikahan. Semoga senantiasa berbahagia.
Tuti :
Terimakasih Irna. Lama ngilang, kemana aza? Semoga selalu sehat dan terus sukses ya.
Bunda…
selamat
semoga selalu diberkahi Allah SWT π
doakan juga kami yg muda2 ini..yang baru membina rumah tangga
Tuti :
Terimakasih, Nanda. Pasti saya doakan semoga Nanda sukses membangun hidup dan rumahtangga. Yang penting adalah keikhlasan dan niat untuk menjalankan perintah agama. Insya Allah semua akan selamat dan lancar.
Selamat Ulang Tahun ke 23 atas Pernikahan mbak Tuti & mas Mahyudin, semoga kebahagiaan senantiasa mengisi hari-hari indah keluarga mbak Tuti
Mbak Tuti, kok foto mantenan mbak Tuti mirip dgn resepsi pernikahan saya mbak
Kebetulan resepsi pernikahan saya, juga penuh dengan nuansa Palembang, kalau gitu suami mbak Tuti dari Palembang juga yach, aslinya suami dari daerah mana mbak…OKI, OKU, MUBA, atau….. hehehe jadi penasaran
Mbak, puisinya romantis dan artinya dalam banget so sweet…
best regard,
Bintang
http://elindasari.wordpress.com
Tuti :
Terimakasih, Mbak Elinda. Semoga Mbak Elinda dan suami juga selalu berbahagia bersama. Sudah berapa lama nikah & kapan ulang tahun pernikahannya?
Pakaian pengantin itu adat Riau. Memang mirip pakaian adat Palembang ya. Jangan-jangan perias pengantin saya dulu ngarang aja, bilang itu pakaian Riau (maklum pernikahannya di Yogya, dan perias pengantinnya orang Jawa). Wah, bisa saya perkarakan nih … π
Ya betul, puisi Kahlil Gibran selalu memiliki makna yang dalam. Pernah baca puisinya tentang ‘anak’? Puisi itu sering dikutip kalau orang berbicara tentang anak. Bunyinya antara lain :
Anakmu bukanlah milikmu
Mereka putera-puteri Sang Hidup yang rindu pada diri sendiri
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu
dst ….
Puisi Kahlil Gibran tentang ‘cinta’ juga bagus sekali. Sudah saya posting pada category ‘Puisi Indah’
salam hangat,
Tuti
Mbak Tuti(-)K
Selamat ultah perningkahan yang ke 23…semoga menjadi keluarga yang shakinah-mawahdah-warahmah…Amin…
Itu foto yang diatas kayaknya mempelai wanita lagi ngantuk apa lagi ngebayangin ‘abis ini mau diapain ya aku sama si Abang?’…qiqiqi…
Nah kaluk yang foto bawah, saya ‘bedhek’ lokasinya di sitihinggil keraton ya, Mbak…lagi kondangan ya…
Perayaan anniversarynya undang2 blogger dong , Mbak…
Hari rabu 26 Nop besok saya ada rencana mau jalan2 ke yogya sama teman2….mampir ahhh….(kok gak diampirken ya ? )
Tuti :
Terimakasih, Mbak Ayik. Doa dari seorang sahabat yang tulus insya Allah akan dikabulkan Allah.
Itu foto pas pengantinan saya ngantuk Mbak, lha wong jebul minuman saya dikasih obat tidur. Katanya, biar saya nggak jingkrak-jingkrak dan sorak-sorak “Horeee, aku jadi manten!” π π
Nah, kalao foto yang di bawah, bener sekali, di Kraton Yogyakarta. Pas njagong manten puteri Sri Sultan. Habis, belum punya foto baru yang ‘layak pajang’ je …
Bener nih, besok tanggal 26 mau ke Yogya? Ayo, maem-pir (holoh … ma’em pir wesi opo untune ora rompal? π ). Bener lho Mbak, ke Yogyanya kemana? Ntar tak samperin.
23 tahun ? wow …. salut mbak Tuti , saya selalu kagum sama orang-orang yang merayakan ulang tahun perkawinan yang sudah begitu lama. Di sini sering aku baca iklan di koran ttg pasangan2 yg merayakan pesta perak atau emas atau yg di atasnya lagi. Biasanya mereka didatangi wartawan setempat untuk diwawancarai dan berceritalah mereka ttg awal-awal jumpa sampai menikah dan hidup bersama begitu lama. Terus rumah2 mereka juga dihiasi dengan aneka pajangan khusus sesuai dgn usia perkawinannya, kreatif banget deh
Selamat ya buat mbak Tuti dan suami, semoga berbahagia selalu dan semua doa2 teman2 yg berkomentar di sini dikabulkanNya
Tuti :
Danke schon, Mbak Ely. Memang 23 tahun adalah waktu yang cukup lama. Mudah-mudahan akan bisa berlanjut hingga perkawinan perak (25 tahun). Kalau perkawinan emas (50 tahun) mah enggak tahu, karena pasti saya sudah jadi nenek-nenek banget π π
Perkawinan setiap pasangan memang berbeda. Ada perkawinan yang sepanjang perjalanannya mulus-mulus saja, adem ayem, tidak ada gejolak. Ini bisa terjadi jika pasangan itu sama-sama memiliki karakter ‘gampang’, nggak neko-neko, menerima apa adanya. Bisa juga karena salah satu mengalah terus, sehingga meskipun sebenarnya tidak puas, tetapi diam saja.
Nah, ada juga perkawinan yang selamanya penuh gejolak, ribut, antem-anteman, tapi toh terus bersama. Tentu ini bukan perkawinan yang mudah. Bagi pasangan yang menjalani perkawinan seperti ini, mempertahankan agar perkawinan tetap utuh sudah pasti membutuhkan perjuangan berat. Perlu diacungi jempol jika pasangan ini berhasil survive hingga waktu yang lama.
Saya biasanya juga memesan buket bunga pada hari ulang tahun perkawinan, tapi nggak sampai menghias rumah segala lah. Paling-paling malam harinya makan di luar bersama suami, di tempat yang indah. Gitu aja. Padahal kalo ada wartawan mewawancarai, mau juga …… qiqiqiqi … (*narsis.com*)
Terimakasih atas doanya, Mbak Ely. Semoga Mbak Ely dan Mr. Welt (hehehe …. itu bukan nama suami kok ya? Emang bersuamikan ‘dunia’? π ) juga selalu dilimpahi kebahagiaan yang langgeng.
wow…. ternyata mbak tuti lagi ulang tahun pernikahan toh… Pantesan, dari kemarin pengen banget buka tutinonka’s veranda. Kayak ada panggilan mistis, gitu…(halakh…) tapi nggak sempat-sempat karena banyak kerja.
btw, selamat ya mbak…. moga bahagia dan langgeng hingga akhir hayat…amiinn….
Tuti :
Iya, Dewi. Coba kemarin datang, pasti kebagian nasi kuning sama kue tart (haiyah, padahal nggak ngadain apa-apa, cuma posting di blog doang … ). Wah, panggilan mistis? Saya jadi merasa kayak Nyi Roro Kidul nih, penguasa Laut Selatan …
Terimakasih doanya Dewi, semoga Dewi sekeluarga juga selalu dikaruniai kebahagiaan dan kedamaian. Eh, itu foto bayinya lutu tekali ….
Ibu, moga pernikahannya senantiasa bawa barokah ya.
Aku ikut seneng, ingin juga bisa langgeng seperti pernikahan Ibu.
Salam saya.
Tuti :
Terimakasih, Buthe. Saya doakan semoga pernikahan Buthe juga akan langgeng dan selalu damai bahagia (langgeng kalau berantem melulu kan neraka dunia jadinya …. π¦ ).
Salam buat keluarga ya.
Bu Tuti dan Bang Mahyudin (wah, panggilannya campursari), selamat menempuh hidup baru (lagi). Yang 23 tahun yang lalu kan masih pacaran. Anggap saja tahun depan Anniversary yang pertama biar muda teruuus. Kami yang turut berbahagia, keluarga Eko Atmadji.
Tuti :
Waduuh, saya pacarannya sudah 8 tahun je Pak, kalau ditambah 23 tahun …. hahaha, 31 tahun pacaran melulu. Capek deh ….
Tapi bener juga, anggap saja ini tahun pertama perkawinan, biar semangat dan awet muda terus ya.
Terimakasih Pak Eko, salam untuk Bu Eko dan putra-putri serta cucu-cucu.
1985 ???? sy masih 5 taon tuh bu…hehe, 23 taon ??? perjalanan yg begitu panjang tuk sebuah pernikahan ya bu, moga semakin CINTA dan SEMAKIN CINTA ya bu.
salam buat si masnya π
btw, bu ada award buat ibu tuh di blog sy, diterima ya bu π
Tuti :
Uda Alex, biarpun usia Uda baru 28, menikah juga baru beberapa tahun (kapan tuh Uda bikin heboh dunia blog sejagat dengan ‘isu’ mau nikah, yang ternyata cuma kenangan indah waktu dulu akan bersanding) saya percaya Uda sudah piawai soal berumahtangga. Insya Allah rumah tangga kita sama-sama sakinah ya.
Woooww ….. dapet award? Makacih, makacih, makacih …. Iya deh, saya ambil. Ada akomodasi hotel dan transport nggak? (*dipelototin Uda Alex*)
siapa bilang Mbak Tuti udah tua
masih…..masih muda kok
ya….sprti si Diane Lane
atau Rekha…..lah…..udah
kepala 4, tapi masih kereeen….
dan kreatif
btw, tak perlulah dioperasi segala
yang natural kan lbh….anu
maksudnya lbh sehat gitu lho….
hehehe…..
thanks the novelist
Tuti :
Haduh! Kepala 4 ??? Asyik dong Bang, bisa tengok-tengok ke empat penjuru mata angin. Tapi kalau tidur syusyah, yang kebagian nyungsep ke bantal pasti megap-megap. Terus kalo mau pergi, dandannya juga empat kali dong. Oh, tapi tangannya kan 8 ya, jadi 4 wajah dandan bareng …. *sereeemm*
Iya betul, Bang. Nggak usah operasi plastik. Ntar kalau saya mati, wajah saya diambil pemulung dong, dikumpulin sama botol aqua dan bungkus deterjen …. π π
mbak tuti,
maaf bila terlambat, tapi, saya ingin ikut mengucapkan selamat, buat pernikahan yg telah 23 tahun terlampaui, semoga kata bahagia adalah ujung penyatuan itu.
saya suka kahlil gibran, dan saya iri dengannya, yg bisa mencipta puisi bermakna seperti itu…
tapi saya lebih iri pada keluarga yg mampu bertahan,
dari saat janji diucap sampai akhir hayat.
semoga mbak tuti seperti itu, dan semoga saya akan mengikutinya.
selamat malam, mbak tuti dan tolong sampaikan salam saya pada keluarga π
Tuti :
Mas Goenoeng, terimakasih.
Puisi Kahlil Gibran memang bagus, dan sarat makna. Sudah pernah membaca kumpulan puisinya yang berjudul “Sang Nabi”? Kita bisa memetik banyak kearifan hidup disitu.
Mempertahankan keluarga memang ada kalanya menjadi tantangan berat, apalagi di zaman sekarang ini, ketika nilai-nilai kehidupan sudah berubah, kesetiaan pada perkawinan meluntur, dan godaan dari luar demikian deras menerpa. Semoga Mas Goenoeng dan keluarga akan survive membentuk keluarga yang harmonis dan bahagia.
Hehe.. Saya panggil BuDe soale tiap orang2 yang agak keJawa2an n kayaknya lebih tua dari mama ya saya panggil BuDe ajah.
Kalo beda asal, beda panggilan gituuh.. Jadi saya udah siapin panggilan “generik” buat orang2. Hahahaha.. Duuuh, ketauan nih rahasia saya.
Jadi BuDe orang Riau gituuhh??
Wah,,salah set nih panggilan “generik”nya.
Tuti :
Nggaaak, Ocha nggak salah set kok. Emang bener saya orang Jawa, dan emang bener saya lebih tua dari mama Ocha (usia mama Ocha berapa? 70 ya? atau 90? Saya hampir genap 100 nih π π ).
Yang orang Riau adalah suami saya, Ocha. Tampang saya mana ada ‘goresan’ Sumatranya … Kata orang, muka orang Jawa itu dipencet juga pasti penyok … qiqiqiqi …
Ibu Tuti (-)K …
Happy Anniversary ya Bu …
Semoga sehat dan bahagia selalu …
Terus nulis ya Bu …
Tulisannya selalu saya tunggu
Salam saya
Tuti :
Terimakasih Bapak Nh
Semoga Bapak juga selalu sehat dan bahagia, sehingga training berjalan dengan lancar, dan para trainee puas menimba ilmu Bapak …
Nunggu tulisan saya dimana, Pak? Jangan di kolong jembatan atau di perempatan lampu merah ya, ntar dijawil mbakamas … π π
Semoga langgeng ya Bu..
Tuti :
Terimakasih, Jeng Zahliy. Kapan saya dikirim undangan nih?
bulik hepiy eniperseri yaaa..
hehehe..
semoga kbahagiaan selalu meliputi bulik
bahagia dunia akhirat
amin allahuma amin..
Tuti :
Tengkiu, Dhany …
Kebahagiaan akan bertambah dan berlipat ganda kalo lihat keponakan-keponakan pada sukses dan hepi juga. Ayo doa bareng-bareng …. Amin …
mbak Tuti dan pak mahyudin…Selamat ya…atas ultah pernikahan yang ke 23 tahun pda tgl 23 nopember…Angka yang sangat bagus. Nggak diundang syukurannya ya ??
Ternyata..saya sendiri sudah 28 tahun menikah….masih ada saja hal hal yang kadang kita kaget terhadap kebiasaan dan sikap suami…. juga mungkin sebaliknya, dia kaget terhadap kita. Itulah indahnya dua individu yang asal usulnya berebeda dan dipersatukan atas ijin Allah swt….kita syukuri ya mbak…
Tuti :
Terimakasih, Mbak Dyah. Nggak ada syukuran apa-apa kok … disyukurin berdua aja. Alhamdulillah, masih diijinkan hidup bersama oleh Allah Swt.
Betul sekali Mbak Dyah …. meskipun sudah lama menikah, kita masih bisa dibuat kaget oleh keinginan dan sikap suami yang tidak kita duga. Itulah namanya manusia, konon kata pepatah ‘dalam laut bisa diduga, dalamnya hati siapa yang tahu’ … Ini jadi tantangan untuk terus selalu menjalin komunikasi lisan maupun batin dengan pasangan hidup, ya mbak.
Wahh selamat ya…udah seumur anak bungsuku….
Semoga terus berbahagia…..
Tuti :
Terimakasih, Mbak Enny. Ternyata, diam-diam waktu terus berjalan, dan usia kita pun bertambah. Tahu-tahu putri bungsu Mbak Enny mungkin tidak lama lagi akan terbang ke sarangnya sendiri bersama pasangannya …
Andrean mau ikut-ikutan ucapin selamat Ulang Tahun Pernikahan Buat Bunda tuti juga ahhhhhh….
Semoga keluarga bunda Tuti senantiasa dinaungi Ridha Illahi, sehingga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah maslakhah fiddinni waddunyya wal’akhirah.Amiinn..Allahumma Amiinn…
Andrean El-Fachri
http://andreanelfachri.wordpress.com
Tuti :
Terimakasih, Andrean. Bagaimana dengan Andrean sendiri? Sudah menemukan pasangan abadi, atau masih mencari yang cocok di hati? Bunda doakan semoga kelak (jika sekarang belum) Andrean akan bertemu dengan jodoh yang diridloi Allah Swt, dan memperoleh kebahagiaan hakiki. Amin.
Amiennn…Allahuma Amiinnn….
Mohon Do’anya yan bunda
Itu yang jadi problem Andre bunda,….Andrean blm ketemu jodoh yang tepat bun…
Masalahnya lagi sibuk kerja sama kuliah.Maklum kuliahnya biaya sendiri,orang susah he..he..he…Jadinya gak ada waktu buat cari-cari jodoh nih bunda……..Bunda bisa Bantu cariin gak????He….he..he….
Andrean El-Fachri
http://andreanelfachri.wordpress.com
Marissa Haque dan Ikang Fawzi serta Zulkieflimansyah Harap Presiden SBY Batalkan Jabatan Gubernur Tidak Sah Ratu Atut Chosiyah karena kasus Pidana Ijazah Palsunya
(Jakarta, IC) – Marissa Haque terus memperkarakan Ratu Atut Chosiyah sesuai hukum. Lebih dari itu, karena menganggap Ratu Atut tak sah karena ijazah palsu, Marissa berharap Presiden RI, SBY membatalkan keputusan presiden pengangkatan Atut sebagai Gubernur Banten.
“Akhirnya Atut akan dipangil untuk kedua kalinya. Dia tidak bisa mengelak lagi,” jelas Marissa Haque, saat ditemui di Didepan Gedung Direktorat Reskrim Umum, Mapolda Metro Jaya, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (23/2).
Tak hanya sebatas pemanggilan semata, Marissa berharap besar agar jabatan Gubernur Banten yang disandang Ratu Atut, agar dibatalkan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. “Yang saya inginkan, bagaimana bapak presiden Republik Indonesia, SBY membatalkan kepres (keputusan presiden) pengangkatan Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten, karena dia tidak sah sejak awal,” tutup Marissa.