HERNIA, PENGINTIP PARA PRIA
Mudah-mudahan tidak ada orangtua yang memberi nama anak perempuan mereka Hernia. Meskipun terdengar indah, kehadiran pemilik nama ini sama sekali tidak menghadirkan keindahan, tapi justru menimbulkan rasa sakit.
Ketika MAM (Mahyudin Al Mudra, suami saya) bilang bahwa dokter memvonis dia kena hernia, saya cukup terkejut. Walah, sakit kok hernia sih? Nggak keren banget gitu loh! Lho, emang ada sakit yang keren? Yaa, misalnya leukemia atau apa, kan keren, kayak cerita di film-film … hehehe … (asal jangan schizophrenia!)
Apa boleh buat, karena Tuhan ngasihnya Hernia Sulistiawati (hihihi!) yah … kami terima saja dengan ikhlas. Tapi apa sih sebenarnya penyakit yang memiliki nama cantik ini?
Kocap kacarito, konon kisahnya, waktu bayi laki-laki masih berada di dalam kandungan, testis mereka ada di dalam perut. Dengan bertambahnya usia bayi, testis akan turun dan menempati posisi strategisnya di dalam scrotum. Lubang bekas turunnya testis ini akan menutup sendiri. Tetapi ada kalanya procesus vaginalis (menutupnya lubang) ini tidak sempurna, sehingga usus yang berada di dalam rongga perut dan selalu bergerak dan berdesak-desakan dapat kejeblos dan nyelonong ikut turun melalui lubang tersebut. Nyelonongnya usus ini bisa terjadi pada waktu seseorang masih bayi, kanak-kanak, maupun dewasa. Jika usus yang nakal ini terjepit di dalam lubang tersebut, maka ia akan teriak-teriak kesakitan (nggak konsekwen banget kan?).
Karena MAM tidak menyukai kehadiran si pemilik nama cantik ini, maka ia memutuskan untuk meminta dokter membuangnya pada tanggal 18 Mei 2009 lalu.
Menyusuri lorong menuju ke kamar operasi di pagi yang dingin …
Hernia MAM masih pada stadium awal, dimana usus yang jalan-jalan lewat lobang di dinding rongga perut itu baru sedikit dan masih bisa disuruh pulang kembali. Dokter akan menutup lobang tersebut, dan memberinya tanda verboden (halah!). Jika hernia sudah parah, maka usus yang turun bisa bablas sampai ke scrotum, membuatnya menggelembung besar, yang selain menyakitkan sudah pasti tidak indah dilihat (hihi!). Dan jika sudah separah ini, maka bisa jadi scrotum dan usus di dalamnya harus dibuang total (nah lo! apa nggak ngeri tuh para pria?)
So, pada hari Minggu sore, kami check in ke rumah sakit. Karena akan tinggal selama tiga hari, saya dan MAM masing-masing membawa satu kopor berisi segala macam perlengkapan untuk bertahan hidup dalam kenyamanan. Driver kami berkomentar, ‘Ibu sama Bapak kayak mau ke airport saja’. Padahal rumah sakit itu hanya berjarak 15 menit dari rumah. Wakaka …
Tiba di rumah sakit, MAM langsung menjalani beberapa pemeriksaan awal di laboratorium, rontgen, rekam jantung, dan sebagainya. Saya mengikuti step by step, sekaligus berperan sebagai juru kamera. Begitulah, MAM lebih narsis dari saya, pengin semua tindakan medis terhadap dirinya direkam. Ia bahkan ingin operasinya saya rekam juga, tapi tidak diizinkan pihak rumah sakit. Good for me, soalnya kalau diizinkan pun, mungkin tidak akan ada gambar yang bisa saya rekam, wong saya keburu semaput lihat perutnya diiris …
And then, pada hari Senin jam 06.00 pagi, MAM sudah didorong menuju ke ruang penjagalan … eh, kamar operasi. Ada tiga dokter yang menangani, yaitu dokter bedah, dokter penyakit dalam, dan dokter anestesi. Dokter hanya melakukan anestesi lokal, yaitu dari pinggang ke bawah. Dengan demikian, MAM akan tetap sadar selama perutnya dibelah … (hiiiy … ngeriii!)
Terbujur sendirian di depan ruang operasi. Wah, tempat tidurnya kok seperti keranda ya …
Sebelum operasi, MAM sudah minum obat cina, namanya Ba Bao Dan. Obat ini sangat manjur untuk menyembuhkan luka bekas operasi. Luka akan cepat mengering dan tidak begitu terasa sakit. Konon, bangsa China memang penemu obat-obat luka paling manjur, karena para pendekar silat mereka sangat akrab dengan piauw dan pedang, sehingga para sinshe menjadi ahli meramu obat untuk menyembuhkan luka dengan cepat. Ada beberapa merk obat penyembuh luka semacam ini (antara lain Pien Tze Huang), dan sebaiknya dibeli langsung di toko obat cina yang bisa dipercaya.
Kamar yang kami tempati cukup nyaman dan luas. Saya memang minta kamar yang dilengkapi tempat tidur untuk penunggu pasien, sebab kalau saya harus tidur di lantai selama beberapa hari, bisa-bisa begitu MAM sembuh, gantian saya yang jadi pasien.
Meskipun keramik lantai dan dinding, cat pintu-jendela, dan furniturenya baru, kamar kami adalah bangunan tua yang sudah ada sejak zaman Belanda. Pada siang hari, kamar itu sangat nyaman dengan pintu dan jendelanya yang besar-besar, serta plafonnya yang setinggi hampir lima meter. Tapi pada malam hari? Lain lagi ceritanya …
Pada malam hari, ketika MAM sudah tidur, dan lampu-lampu kamar saya matikan, tiba-tiba saya merinding. Lorong di depan kamar sangat sepi. Apalagi dua kamar di kanan-kiri kamar kami kosong. Meskipun penampilannya baru dan bersih, kamar kami adalah kamar tua yang sudah ada sejak sebelum zaman kemerdekaan. Entah sudah berapa banyak pasien yang dijemput Malaikat Maut di kamar itu. Bayangan-bayangan seram mulai mengintip dari sudut-sudut kamar dan dari balik kaca-kaca jendela. Sreeek …. sreeek …. sreeek ….. Suster Ngesooot!!
Saya melompat bangun dan menyalakan lampu. Televisi pun saya hidupkan kembali. Jantung saya serasa hampir copot dari tangkainya. Waduuh, rasanya saya perlu minta obat penenang pada suster nih. Saya meraih bel untuk memanggil suster jaga. Tapiiii …. bagaimana kalau susternya datang dengan ngesot di lantai? Hiyaaaa …. !!
Lorong rumah sakit pada siang hari bersih dan indah, tapi pada malam hari terasa penuh horor …
Ruang tamu dan taman di depan kamar. Cukup nyaman dan sejuk …
Meskipun lelah dan ngantuk menunggui orang sakit, harus selalu senyum kan?
Baru sehari sesudah operasi, MAM sudah asyik di depan laptop : mesbuk, ngeblog …
Yang saya nggak habis mengerti, mengapa makanan di rumah sakit selalu tidak berasa? Seolah-olah sudah menjadi syarat, bahwa makanan di rumah sakit harus tidak enak. Memang bergizi, tetapi seakan dimasak oleh koki yang lidahnya mati rasa. Bahkan saya yang sehat, dan terbilang pemakan segala, tidak berselera melihat makanan yang disajikan. Apalagi orang yang sedang sakit. Jauh lebih enak masakan si Mbak di rumah.Β Maka, penyelundupan makanan pun berlangsung melalui silent operation, dan sukses menyelamatkan kami berdua dari kematian akibat kelaparan (halah, lebay … !).
Terimakasih saya ucapkan kepada kerabat dan sahabat yang telah menyempatkan diri datang menengok serta memberikan doa kesembuhan. Terimakasih untuk buah tangan yang membuat kamar indah dengan bunga-bunga, dan membuat lingkar perut saya bertambah oleh berbagai kue dan buah. Juga terimakasih atas kesantunan para bezoeker (??) yang dengan penuh pengertian tidak tinggal terlalu lama, sehingga MAM tidak kelelahan dan malah semakin sakit.
Terimakasih secara khusus kepada Dokter Darmawan Sp.B., Dokter Suharnadi Sp.PD., dan Dokter Himawan Sp.An yang telah mengenyahkan si pemilik nama indah Hernia Sulistiawati dari hidup MAM. Juga untuk semua suster di Paviliun Maria RS Panti Rapih Yogyakarta. Sampai ketemu lagi (eh, nggak ding …!!)
Aduhhhhh mbak….. aku pengen ketawa baca penyampaian mbak di sini. Tapi rasanya kok ngga boleh tuh ngetawain orang sakit. Tapi berhubung mbak Tutinya yang mulai ketawain eh bikin orang ketawa, jadi apa boleh buat.
Baru saya mau sms gimana kabar MAM. Di Tokyo tadi pagi ketahuan ada 2 siswa SMA yang mengidap flu babi. Kebtulan Gen dan Kai batuk-batuk cukup parah, jadi jam 9 pagi langsung ke RS deh. Saya antar boy yang terbesar dan terkecil hihihi. Untung bukan influenza, hanya masuk angin biasa.
Senang sekali lihat foto RS Panti Rapih, yang saya cuma tahu dari cerita mama (Mama tinggal 7 tahun di Yogya) dan pernah baca juga novel karangan nya V. Lestari yang “Paviliun Maria” .
Jadi sekarang dalam masa pemulihan pasca operasi dong ya mbak, hati-hati saja, dan saya doakan semoga pulih secepatnya. Mbak juga jaga kesehatannya ya.
EM
Tuti :
Iya, MAM sendiri yang mulai bercandain penyakitnya, jadi saya merasa ‘boleh’ saja membuatnya sebagai lelucon … π
Syukurlah Gen dan Kai tidak terkena flu babi. Eh, itu flu babi termasuk penyakit yang nggak keren juga ya … hihihi … Saya susah ngebayangin gimana kalau babi terkena flu. Pasti moncongnya jadi tambah jelek ya π
Ohya, apakah Mama dulu pernah kerja di RS Panti Rapih? Memang RS ini termasuk RS yang bagus, dan sekarang sedang dalam renovasi besar-besaran. Gedung lama tetap dipertahankan, ditambah gedung-gedung baru yang modern. Letaknya yang pada zaman doeloe terasa jauh, sekarang sudah berada di tengah kota karena perkembangan Yogya. Tentang novel V. Lestari “Paviliun Maria”, saya lupa-lupa ingat apakah sudah pernah baca. Kalau nggak salah V. Lestari itu banyak menulis novel berbau detektif dan dunia kedokteran ya?
Ya, MAM sudah dalam proses penyembuhan. Tapi luka bekas operasinya sudah bagus, kering dan rapat. Berkat obat cina itu mungkin. Senin depan kontrol ke RS, dan mudah-mudahan sudah kembali bisa beraktivitas seperti biasa. Terimakasih perhatiannya, Mbak Imel. Jaga diri dan seluruh keluarga ya, semoga virus flu babi ini segera berlalu.
Ya, sudah mulai panik Tokyo dengan flu babi, tapi dijamin obat tamiflu akan cukup untuk semua warga! hebat! hehehe. Jadi saya sementara tidak keluar rumah dulu kalau tidak perlu.
Obat Cina itu juga bapak saya minum sebelum operasi Bypass jantung th 1989. Dan memang benar, luka operasinya bagus dan cepat kering. Dulu satu dosis seharga 150 rb dibagi jadi 3 kaplet. Skr berapa ya harganya? Ada yang pernah tanya pada saya tapi saya lupa namanya. Nanti kalau ada yang tanya, saya refer ke sini aja ya mbak.
V. Lestari itu spesialis detektif dan horor. Kalau detektifnya saya suka, tapi kalau dia sudah menulis soal horor dan penampakan, saya suka sebel bacanya (tapi beli semua karangan dia hihihi). Selain V Lestari, novel yang pasti saya beli S Mara GD dan Maria A. Sardjono. Lalu kadang beli Mira W dan Marga T (Marga T ini yang kedokteran mbak… njelimet tapi asyik). Nah kan keceplosan nulis macem-macem di sini heheheh.
OK mbak… selamat berakhir pekan dengan MAM tersayang.
EM
Tuti :
Obat cina untuk luka itu ada beberapa merk, harganya antara 300 – 400 ribu. Aslinya dalam bentuk satu gumpalan kecil, lalu oleh si empunya toko obat digerus dan dibuat menjadi 6 kapsul. Satu kapsul diminum sebelum operasi, sisanya sesudah operasi. Minumnya diberi selang waktu 2 jam dengan obat dokter.
Oh iya, saya jadi ingat, V Lestari memang spesialis horor. Saya nggak pernah beli novelnya, soalnya takut terbayang-bayang …. π¦ Dulu kami pernah punya toko buku, dan saya baca semua novel detektif S Mara GD (pinjam dari buku yang dipajang … hehehe). Memang asyik banget, nggak kalah sama Agatha Christie. Biasanya dia mengambil setting di kota-kota di Jawa Timur. Nah, yang dokter adalah Mira W. dan Marga T. Saya penggemar berat Marga T. , dan baca semua novelnya mulai dari Karmila, Badai Pasti Berlalu, dll. Saya banyak belajar menulis fiksi dari Marga T. Saya juga suka Nh. Dini.
Terimakasih Mbak, selamat berakhir pekan juga dengan ‘Three Boys’nya … π π
bentar, ketawa dulu…. huahahahahahaha….
bu tuti ini ada2 aja, segala suster ngesot diceritain…!
buat Pak MAM (kok ada yg aneh rasanya manggil pak mam ya?), semoga cepat sembuh. dan buat bu tuti, terima kasih atas infonya soal si cantik hernia itu… semoga saya tidak “dilirik” olehnya… π
Tuti :
Udah selesai ketawanya, Uda? π Lho, kok malah ketawa lagi … hehehe …
Teman-teman yang di luar negri mungkin nggak ‘ngeh’ ya tentang suster ngesot, soalnya nggak nonton filmnya. Saya juga nggak nonton, soalnya nggak suka film horor, jadi cuma nonton reviewnya saja di teve.
Terimakasih doanya untuk Pak MAM (banyak juga yang panggil Bang MAM). Ya, saya juga doakan semoga Uda Vizon dijauhi oleh Mbak Hernia ini. Cukup didampingi oleh Uni Icha saja π π
hernia juga bisa menyerbu kaum hawa lho..
Tuti :
Iya, memang. Hernia ini secara umum adalah pelemahan di dinding lambung, sehingga usus yang ‘kruntelan’ di dalam lambung jadi punya kesempatan untuk ‘ambil napas’ dan ‘jalan-jalan’. Bisa juga diderita oleh wanita, tapi yang terbanyak memang penderita pria, karena dari ‘sononya’ sudah ada bekas lubang di dinding lambung pria.
seenak apapun di RS, lebih enak dasteran di rumah…
Tuti :
dasteran, leyeh-leyeh di sofa sambil minum teh nasgitel dan rengeng-rengeng nembang Mocopat …. wuaah … π
Walah hernia tho….
Saya paling takut itu π
Teman saya waktu itu ada yang kena juga tapi sebenarnya ia sendiri nggak merasakan sakit, Bu.
Ceritanya, salah satu teman anaknya divonis sakit hernia, lalu ia tanya gejala-gejalanya dan akhirnya ia memberanikan diri kontrol ke dokter dan ternyata benar, ia terkena hernia tanpa merasakan sakit.
Ih serem… π
Tuti :
Memang penderita hernia tidak selalu merasa sakit. Rasa sakit baru timbul kalau usus yang kejeblos ke lubang itu lalu terjepit, tidak bisa masuk kembali ke dalam rongga perut. Aliran darah ke usus yang terjepit akan terganggu, usus lalu menjadi busuk dan infeksi. Nah, kalau sudah seperti itu, usus harus dipotong. Hiii … tambah ngeri kan?
Memang hernia tidak harus dioperasi, tapi cara penyembuhan satu-satunya ya memang cuma operasi. Kecuali penderitanya mau seumur hidup direpotkan dengan ususnya yang suka jalan-jalan …. π
Serem ya? Lebih serem mana sama suster ngesot? π (oh, maaf, karena Mas Donny tinggal di Ostrali, mungkin nggak pernah tahu film horor itu ya … π )
Mbak tuti kok gak bilang2 kalau mau ketemu suster ngesot…saya kan mau nitip salam….
Semoga Bapak MAM segera pulih kesehatannya…Amin
Tuti :
Memang saya nggak bilang-bilang mau ketemu suster ngesot, soalnya nanti malam dia kan mau datang sendiri ke kamar Mbak Ayik. Hiyaaaa … !!! π¦
Terimakasih doa kesembuhannya untuk Pak MAM π
Wah terima kasih tentang info ‘Hernia’nya mbak Tuti. Ternyata serem juga yach kalo sampai ‘Hernia’ ini datang menghampiri.
Mbak Tuti, ma’af yach ketika saya baca tulisan ini sambil cengar-cengir, abis mbak Tuti cerita sampai ke suster ngesot segala. Duch mbak.. jadi ngebayangi dech yang serem2, but krn dibawakan dgn gaya bhs yang kocak, khas mbak Tuti jadinya yang semula ceritanya ‘prihatin’ akan sang suami jadi nggak terasa dech. It’s ok, utk menghilangkan kebosanan & menghibur yach nggak mbak ?
Mbak Tuti nggomong2, saya & kel turut mendo’akan “Semoga Mas MAM nya cepat sembuh”, skrg lagi masa pemulihan dari operasi khan ?. Mbak Tuti juga tetap jaga kesehatan jangan sampai kecapekan agar nggak sakit, yach mbak…
Ok, met melanjutkan aktivitas yach mbak Tuti, see you π π
Best regard,
Bintang
Tuti :
Saya tahu tentang hernia ya setelah suami terkena penyakit itu. Langsung deh tanya ke Pak Google, dan dapatlah info yang cukup lengkap. Memang semua penyakit kalau sudah parah jadi mengerikan. Makanya, mumpung masih dini, cepat-cepat saja ‘dibereskan’ π
Hehe … orang sakit jangan dibawa bersedih, nanti tambah sakit. Kalau dibawa bercanda, kan penyakit rasanya jadi enteng (tentu sambil diobati juga). Kalau dibayangkan, kelakuan usus ini memang menggelikan. Kayak anak yang nakal, suka jalan-jalan, tapi kalau tersesat dan terjepit di lubang, jerit-jerit kesakitan … π π
Terimakasih doanya, Mbak Lin. Alhamdulillah MAM sudah pulang dari rumah sakit, tinggal memulihkan kondisi. Selamat beraktivitas juga ya …
salam hangat,
Eit.. iyach mbak Tuti kelupaan, itu foto yang di header baru diganti yach…ada foto gadis kecil yang cantik bersama mbak Tuti yang tetap cantik….keponakan mbak Tuti yach ?
See you mbak Tuti π π π
Best regard,
Bintang
Tuti :
Gadis kecil di header itu bukan keponakan, tapi cucu (hah??!! cucu??!!). Iya, maksud saya cucu kakak saya yang tertua, jadi cucu saya juga kan? (Waduh, ternyata saya ini sudah nenek-nenek ya … ihiks … π¦ )
Thanks a lot, Mbak Elinda …
Bu Tuti, Pak MAM, dik Hernia, dan eyang Suster Ngesot. Terima kasih anda telah memberikan reality show bersifat drama komedi yang menghibur. Tentulah saya juga mendoakan agar cepat sembuh seperti sedia kala, bahkan mungkin jadi lebih bersemangat seperti waktu muda. Jadi selama ini tidak begitu intens menjawab blog karena ada tugas mulia untuk seorang istri yang setia.
Tuti :
Drama komedi? Bukan horor ya Pak? π
Terimakasih atas doanya, alhamdulillah Mas MAM sudah berangsur pulih. Tapi ya tidak seperti waktu muda dulu Pak, lha wong sudah ‘oversek’ (over seket alias di atas limapuluh tahun π ). Selama di rumah sakit memang saya nggak ngeblog Pak, lha laptop saya laptop jadul yang ukurannya guede sak koper, jadi malas bawa. Laptop MAM dipakai sendiri, lagi pula saya nggak terbiasa pakai Macbook …
Yo wis bu, drama horor komedi
Tuti :
ada bau-bau silat cinanya juga lho pak, sanajan mung sithik … π
Wah…wah… Bu Tuti ini cocok nulis novel komedi deh. Hahaha! Jadi ingat dulu saya operasi kista tidak dibius total kaya Bp MAM. Awalnya sih takut, tp pas menjalani ternyata nggak apa2 kok. Soalnya dibuat ngantuk dan saya tetep tidur pules… zzzz… (eh, lah nulis komen kok malah ketiduran, hihihi). Dokter Suharnadi jg pernah menangani saya waktu perut saya kram. Orangnya baik, sabar banget hehehe.
Tuti :
Hehehe, novel komedi? Nanti nyaingin Thukul Arwana … π
Iya, adik saya juga pernah dioperasi sesar dengan bius lokal. Tapi di atas perutnya diberi tirai pembatas, sehingga dia tidak melihat perutnya diiris-iris …. (huwaaa … !).
Dr. Suharnadi memang sangat ramah dan baik. Adik ipar dan ibu mertua saya juga pernah menjadi pasiennya. Dia mau lho dipanggil ke rumah, padahal zaman sekarang, jarang sekali ada dokter yang mau datang ke rumah pasien …
Hernia memang terlihat indah,
tapi tetap tak seindah namamu…
btw, semoga MAM segera
lepas dari jeratan si hernia
sulistiawati…….
π
Tuti :
Iya Bang, si Hernia itu selain indah namanya, juga lincah dan suka jalan-jalan … π tapi begitulah, ia ditakuti dan disingkiri para pria. Terimakasih doanya untuk MAM, alhamdulillah sudah putus hubungan dengan Hernia Sulistiawati π
huahuahahaha!!!
Mbak Tuti!!! nulis cerita sakit aja bisa lucu begini! hehehe, semoga pada saat Yessy komen ini, sang suami tercinta sudah sembuh ya mbak π
Btw, rumah sakit horor? Bikin dong mbakk … serialnyaaa … hihihi … pengen tau kalo dirimu nulis horor π
Pakabar mbak? π
Tuti :
Kayaknya dimana-mana orang nanya kabar duluan, baru ngocol. Lha ini Yessy, ngocol duluan baru tanya kabar. Gimana kalau yang diajak ngocol ternyata lagi mules dan puyeng karena sakit gigi? π π
Thanks Yess, kapan-kapan aku bikin cerita horor deh. Wah, tapi kalau tokoh yang kuciptakan nanti nyamperin aku malam-malam, minta bagian royalti atau minta jalan ceritanya diubah, gimana dong? π
Alhamdulillah MAM sudah semakin baik, sudah ‘mesbuk’ terus tuh …
Potomu yang baru cakep banget Yess. Operasi plastik dimana (*oiit! dikemplang Yessy*)
Itulah kenapa, Bunda … saya berusaha untuk jangan sampai sakit parah. Sampai sekarang saya belom pernah opname.
Soalnya itu, gak mau ketemu si Suster yang sudah membayang-bayangi saya sejak SMP itu, hiiiy π
Buat Pak MAM …
“Lakas wagas, Pa’ lah .. hehee.. salam kenal dari Muzda nah, Banjar jua..”
Tuti :
Ntar kalau terpaksa opname di rumah sakit (moga-moga nggak sih), dan si suster ngesot muncul, panggil ahli orthopedi aja, biar si suster dibikinin kaki palsu dan nggak ngesot lagi … π π
Salam kenal ikam lawan Pak MAM sudah ulun padahkan (haiya … Banjar pulak!)
Itu lorong RS Panti Rapih ya? Saya pernah merasakan operasi usus buntu tahun 1980 disini…malam-malam kaget, ada putih2 tinggi besar, saya kira makhluk halus…rupanya Romo sedang keliling dan mendoakan si sakit.
Karena pengalaman dan terkesan dengan perawatan di RS ini, saat si sulung sakit mendadak di Yogya (diare) sekitar tahun 2001…saya langsung telepon teman di Yogya agar mengusahakan si sulung masuk RS Panti Rapih…dan malam itu saya kepontal-pontal ngejar KA malam ke Yogya. Sampai Yogya, saya menginap di Guest House perusahaan di Sagan…lha ternyata baju yang saya bawa amburadul, saking senewennya….jadilah titip teman membelikan baju.
Hehehe…iya, kenapa makanan rumah sakit hambar ya…tak ada rasanya. Tapi saya pernah merasakan makan makanan RS yang lumayan, saat menunggu si sulung sakit di RS Fatmawati
Tuti :
Ya, Panti Rapih memang rumah sakit legendaris di Yogya. Pelayanannya bagus dan cepat, dokternya baik, perawatnya ramah. Meskipun demikian, ibu mertua saya pernah mengalami hal yang kurang enak ketika opname disana, yaitu jumlah tagihan obat yang digelembungkan. Tapi ini murni ulah oknum perawat yang kong-kalikong dengan bagian apotik, dan ketika kami mengajukan pengaduan, pihak manajemen rumah sakit menanggapinya dengan baik serta meminta maaf.
Sekarang RS Sarjito juga sudah memiliki paviliun-paviliun VIP, sehingga pasien yang menginginkan kenyamanan bisa terlayani. Lalu RS yang baru adalah Jogja International Hospital, rumah sakit besar dan modern milik Universitas Islam Indonesia (bangga juga saya sebagai sivitas akademika UII … π )
Tentang makanan di rumah sakit, begitulah …. kita sama-sama heran kan? π
waduh bu, ceritanya penuh honor .. eh hororrr hehehe
cepat pulih kembali buat pak MAM,
aduh jadi grogi nih, dah panggil pak, tambah mam pula ..
anyway mudah-mudahan mba hernia nggak nggodain saya ..
dah cukup mba tuk uhuk-uhuk biasa aja dah ..
Tuti :
Terimakasih doanya untuk Pak MAM (bukan Pak BU kok, jadi nggak apa-apa Mas … π )
Iya deh, saya doain Mbak Hernia nggak terpikat atau mencoba memikat Mascayo. Kalau Mba Tuk uhuk-uhuk … obatnya tenggorokan dikorokin pake biji kedondong Mas π π
Alhamdulillah, Pak MAM sakit, trus tau sakitnya, lantas dapat obatnya, operasi n sehat. Haganmu Hernia: HaΓ¬ ‘hernia’ ngaran mu jak nang harat, hanyar kau marasa’i lading pak dokter ntuh, ditimbainya kau leh?! Ayu hak… Bu Tuti, salut buat Bu Tuti yg dapat menyikapi ‘masalah’ dengan tenang bahkan dengan rasa jenaka, saluut …, salam tuk Pak MAM.
Tuti :
Wadooh … ini bahasa Banjar asli, saya tahu maksudnya, tapi kada bisa pepadahan pakai bahasa ini π
Terimakasih doanya Pak HaHa, semoga Bapak, Ibu, Mama-Papa Daffa, Daffa, Ncle Ji, dan semua saja, selalu sehat sejahtera. Amiiin.
semoga lekas sembuh suaminya Mbak
Tuti :
Terimakasih Mas, alhamdulillah sekarang sudah mulai pulih
mau ikut komentar masalah masakan di rumah sakit…
di surabaya beberapa RS sudah membuat kantin RSnya menjadi rumah makan beneran.. artinya sudah memakai koki yang bener-2 koki .. jadi masakannya enak semua..
contohnya yg saya tau RS. Surabaya Internasional / HCOS, trus RSPS / PHC ..
Teman-2 kadang-2 kalo makan siang malah ke RSPS.. karena nasi gorenGnya uenak.. ada sop buntut segala .. minumnya jus dan milk shake … sip kan..
Tuti :
Di RS Panti Rapih nampaknya juga sedang dibangun restoran yang ‘bener-bener’ restoran. Saya baca di promosinya, malah pasien atau keluarga pasien bisa pesan melalui telepon/sms dan diantar ke kamar. Menunya juga nyuuss!! Wah, kalau gini, pasti laris tuh restonya. Memang RS sekarang harus progresif, mampu memenuhi kebutuhan konsumen yang terdiri dari berbagai selera dan lapisan masyarakat.
oya buuu sampai sekarang kambuh lagi ga hernianya c