SI CANTIK YANG SELALU SEMBUNYI
Maaf, malam ini mungkin saya ketemplokan jin ganjen yang numpang di rumah saya, sehingga tulisan saya nggak banget alias aneh bin ajaib. Bagi teman-teman yang nggak pengin ikut kerasukan jin, silahkan segera baca Ayat Kursi, atau membuat tanda salib di dada …
Lingerie, adalah benda yang selalu dibuat cantik menarik, tapi selalu disembunyikan rapat-rapat (jadi, buat apa dong dibuat cantik?). Seiring dengan perkembangan zaman –dan perkembangan mode tentunya– benda ini pun mengalami evolusi bentuk, bahan, maupun warna. Sekarang ini, model lingerie indah dan beraneka warna, dan kalau dipakai, ehmm …. bisa membuat jantung gendruwo pun deg-degan (eh, gendruwo punya jantung nggak ya?).
Lingerie berasal dari bahasa Perancis linge yang artinya linen (sejenis kain). Kata linge kemudian diadopsi ke dalam bahasa Inggris menjadi lingerie. Jika dirunut sejarahnya, pakaian dalam wanita ini sudah dikenal sejak zaman Mesir kuno, 3000 BC. Kemudian pada abad ke-16, Catherine de Medicis, isteri Raja Henri II dari Perancis memperkenalkan korset.
Pada masa Renaissance, korset diperkuat dengan tulang ikan hiu agar bentuknya tegak dan kaku. Korset dipakai sedemikian ketat, agar pinggang bisa dilingkari dengan kedua telapak tangan, dan dada tegak membusung. Akibat pemakaian korset yang gila-gilaan ini, tulang rusuk bisa patah atau bergeser. Wanita pemakainya bahkan bisa meninggal karena kesulitan bernafas. Agar bisa tampil cantik, wanita pada zaman itu harus rela menyiksa diri sedemikian rupa. Ck … ck … ck … bukan main!
Ai … aii .. siapa nggak pengin memeluk pinggang seramping ini? (foto diambil dari sini )
Dengan berlalunya waktu, zaman pun berubah. Wanita menjadi lebih aktif, dan membutuhkan korset yang lebih ‘waras’, lebih feksibel, sehingga tidak menyulitkan mereka untuk bergerak. Pada abad ke 19, mulai dikenal bra, dari bahasa Perancis brassiere yang artinya ‘penopang’. Bentuk bra atau lingerie pun mengalami evolusi, semakin kecil, ringan, empuk, dan indah dengan hiasan renda serta bordir.
Pada tahun 1960 – 1970 muncul gerakan Women Liberation, gerakan untuk melawan segala bentuk penindasan terhadap perempuan. Sebagai simbol dari pembebasan perempuan ini, pendukung Woman’s Lib membakar bra mereka, karena menganggap benda itu adalah bentuk pengekangan dan penindasan terhadap perempuan (padahal tanpa benda itu, tentunya justru para pria yang ‘diuntungkan’ … hehehe).
Bagaimana dengan perempuan Indonesia? Zaman eyang putri kita dulu, KP (Kantong P***d**a) belum secanggih sekarang. Ibu saya masih memakai KP yang luuebaar, dari dada sampai ke perut, dengan kancing berderet dari atas ke bawah di bagian depan, dan tanpa cup. Bahannya pun hanya dari kain belacu, nggak ada manis-manisnya blas. Maklumlah, ibu saya kan hidup di zaman baheula, orang desa pula. Dan kayaknya, wanita zaman dulu nggak mengenal CD. Iya lho! Habis, saya nggak pernah lihat eyang putri atau ibu saya mencuci dan menjemur benda itu. Mosok sekali pakai kayak pampers, nggak mungkin to? Bisa jadi, karena wanita Jawa zaman dulu mengenakan kain batik panjang sampai ke tumit yang dililitkan sampai 3-4 kali, sehingga cukup aman melindungi ‘harta berharga yang ada di dalam’.
Pada tahun 60 – 70an, KP yang dipakai para gadis (seumur kakak-kakak saya) sudah memakai cup, tapi bentuknya agak ‘mengerikan’. Cupnya keras luar biasa, terbuat dari kain yang diberi pengeras entah apa, dan runcing seperti kukusan, sehingga kalau pemakai KP itu menabrak orang dengan keras, bisa menimbulkan bencana …
Sekarang, ada orang bahkan memakai korset bukan sebagai underwear, tapi sebagai pakaian luar, seperti artis kontroversial Madonna. Yah, kalau artis mah, memang suka bertingkah aneh. Saya punya foto bersama Madonna yang cuma pakai korset (sudah pasti saya tetap rapat … pat), sempat saya upload di sini, tapi lalu saya copot lagi, soalnya khawatir teman-teman pada melotot lihat Madonna dan lupa nerusin baca tulisan saya …. qiqiqi!
Nah, sekarang tentang kisah saya sendiri ….
Saya punya pengalaman traumatis dengan KP. Waktu di SMP, ada seorang guru yang kayaknya memiliki kecenderungan ajaib. Pak Guru ini suka sekali menjepretkan tali KP murid perempuan (seperti menarik tali busur panah itu lho!). Memang sih, menjepretkannya dari luar baju, di bagian punggung, tapi tetap saja membuat murid-murid perempuan shock. Biasanya, di tengah-tengah mengajar, Pak Guru ini akan berjalan ke bagian belakang kelas, pura-pura memeriksa pekerjaan murid. Lalu dari arah belakang, dia berkeliling sebentar, dan sembari kembali ke depan kelas, ia akan ‘menyambar’ salah satu korban. Murid yang menjadi korban biasanya akan tersentak kaget, pucat, malu, takut, marah, kacau, dan segala perasaan tak nyaman lainnya, tapi tak berani berbuat apa-apa.
Pak Guru pun ternyata suka ….
Suatu ketika, kami sekelas (cewek semua) kompak untuk melawan Pak Guru jahil tersebut. Pada jam pelajaran beliau, semua akan memakai jaket, sehingga sulit bagi Pak Guru untuk melancarkan aksinya. Yang nggak punya jaket dibela-belain pinjam saudara, teman, atau tetangganya (mungkin ada juga yang beli di tukang loak, meskipun pasti nggak ngaku). Ketika masuk kelas dan melihat semua murid rapat terbungkus jaket, Pak Guru tertegun. Sejenak wajah beliau tegang, lalu senyum liciknya tersungging miring. Jelek banget.
“Anak-anak, apa kalian tidak tahu, bahwa selama di sekolah kalian harus mengenakan seragam? Dan seragam sekolah adalah blus putih! Ayo, saya beri waktu satu menit untuk melepaskan jaket kalian! Jika tidak, seluruh murid di kelas ini akan mendapatkan nilai merah di rapor” Pak Guru berkata dengan penuh kemenangan.
Kami, empat puluh murid perempuan, saling pandang. Kaget, tak menyangka aksi kami begitu mudah ditumpas. Kami tertunduk lesu, kalah dan menyerah. Dengan penuh kepedihan, satu demi satu murid-murid melepaskan jaketnya, dan menyimpannya di laci meja. Hari itu, untuk menunjukkan kekuasaannya kepada kami, Pak Guru memilih empat korban. Hiks …. !
Tapi kami tak menyerah. Seorang teman mengajukan usul yang gila pol, tapi disambut meriah oleh teman-teman lain. Pada hari yang sudah ditentukan, pada jam pelajaran Pak Guru Jahil itu (kebetulan sesudah jam istirahat), semua murid melepaskan KP masing-masing. Seorang teman mengajari kami bagaimana caranya melepaskan KP tanpa perlu membuka pakaian (jika ingin tahu caranya, kirim request ke email saya … hihihi). Untuk mengamankan ‘dua titik berbahaya’ di dada, kami menutupnya dengan beberapa lembar plester sewarna kulit, yang sudah dipasang sejak dari rumah. Dari depan, kami tampak wajar-wajar saja, nggak ada yang beda.
Begitulah, ketika seperti biasa Pak Guru berkeliling di belakang punggung murid untuk mencari mangsa, tidak ada satupun ‘tali busur panah’ yang bisa dipentangkan. Beliau tidak berkata apa-apa, tapi sekembali ke depan kelas, wajah beliau tampak gelap, kusut, gelisah, resah, dan terguncang, seperti anak kecil kehilangan mainan kesayangannya …
Setelah jam pelajaran usai, dan Pak Guru keluar dari kelas, seorang teman langsung menutup pintu kelas rapat-rapat. Kami membekap mulut untuk menahan tawa kami yang terpingkal-pingkal (sambil cepat-cepat mengembalikan KP ke tempat yang seharusnya). Beberapa tahun kemudian, saya dengar ada orangtua murid yang melaporkan perilaku Pak Guru tersebut kepada Kepala Sekolah (tentunya setelah mendengar cerita putrinya), dan Pak Guru tersebut diberhentikan dari sekolah.
Sekarang, model lingerie beraneka macam. Ada CD ‘G String’, ada KP yang dipasangi magnit, yang konon bisa memperbesar dan mengencangkan isi KP (bohong, ah! bego aja yang percaya!). Ada wanita yang suka lingerie dalam aneka warna, meskipun sebagian besar masih konservatif dengan memilih warna krem. Warna hitam agak kontroversial : ada yang mengatakan hitam itu seksi, tapi ada juga yang mengatakan seperti … (wah, nggak tega nyebutnya!).
Hitam yang kontroversial …
Meskipun tidak kelihatan, KP berpengaruh besar pada penampilan. KP yang bagus lebih awet, nyaman dipakai, dan memberikan bentuk yang baik, (meskipun harganya bisa cukup mahal). Apalagi jika pakaian yang dikenakan tidak cukup tebal untuk menyamarkan apa yang ada dibalik pakaian.
Dan periksalah KP dengan cermat jika akan menghadapi event yang mengharuskan kita tampil menjadi pusat perhatian orang. Seorang teman saya, suatu ketika tampak nervous dan hilang konsentrasi ketika sedang melakukan presentasi di depan sejumlah calon klien. Padahal ia seorang yang cerdas, sangat menguasai pekerjaannya, dan selalu mempersiapkan presentasi dengan baik. Begitu selesai presentasi (yang tidak begitu sukses karena ia kehilangan humor-humor segarnya yang smart) ia langsung menghilang ke rest room. Apa gerangan yang terjadi? Rupanya, pengait tali KPnya lepas, dan ia sangat gelisah karena kebetulan baju yang dikenakannya agak tipis. Untung tak ada yang memperhatikan …. (atau pura-pura tidak tahu!).
Lingerie … ai … aiii …
hahahha, mbak…postingan ini cucok banget untuk Yessy mbak.
Saya juga pernah menulis tentang bra, tgl 12 Feb yal. Kok saya ingat? Soalnya itu ultahnya Lala yang berbarengan dengan hari peringatan Bra hihihi jadi ngga bakal lupa.
Tapi beberapa hari yang lalu saya dapat mail loh mbak, ngga boleh pake KP kelamaan katanya, bisa kanker!
Lingerie untuk menyenangkan suami ya mbak? Tapi kayaknya tanpa itu (tanpa apa-apa maksute) suami-suami juga udah pada seneng (banget) hihihi. Buat saya tentu saja warna hitam dong mbak, ngga papa dibilang seperti bewitched? (wong saya luar dalam semua hitam…eh tapi hatinya putih kok mbak!)
EM
Tuti :
Sebelum balas komen Mbak Imel, saya lari dulu dan lompat ke Twilight Express untuk baca postingan Mbak Imel. Maklum, dulu belum sempat baca, hawong (pinjam bahasanya Om Nh) postingan Mbak buanyaaak banget, jadi kelewatan …
Pake KP kelamaan bisa kanker? Kalau KPnya nggak ganti dan nggak dicuci 3 bulan, pasti iya Mbak … hihihihi … 😀
Mungkin tergantung bahannya ya (*ini serius*). Kalau bahannya nilon, atau bahan sintetis lain, mungkin saja bisa menimbulkan kanker. Tapi kalau bahannya katun yang menyerap keringat, dan sehari ganti dua kali, mungkin aman ya. Btw, kalau di rumah sih emang enak nb (nob**), apalagi kalau udara panas … 😀
Yessy cucok dengan posting ini? Emang dia jualan KP? Atau model KP? Ai … aii …
Mbak Imel suka hitam ya? Wah, sekseh banget tuh, soalnya kulit mbak putih. Saya udah tahu mbak suka hitam, makanya saya kasih foto item tuh … 😀 😀
ahh kakakku ini memang pengertian sekaliiiiiiii..hihihihi…Lingerie?? LOVE IT!!! hihihihi
Tuti :
Boleh dong lihat koleksinya, Yess? Pasti G-String semua ya … qiqiqi …. 😀
nice blog!! memperluas mindset yang baca
ini ada sedikit info toko lingerie online.soalnya saya udah psen murah dan bagus lagi
sedikit info
http://www.lingerie-murah.com/products/41/0/Babydoll-Lingerie/
Walah Bra tho..
Saya dulu hobi nginjen teman-teman SMP saya hehehe
Sayangnya saya SMA di De Britto yang cowok semua jadi masa ya nginjen bra nya guru perempuan kan ya ndak mungkin tho, Bu..;)
Sebagai lelaki, saya sangat suka bra dan lingerie warna hitam dan merah darah…
Arghhh….. 🙂
Tuti :
Welhadalaah …. Mas Donny suka nginjen to? Nggak timbilen itu matanya? Nginjennya dimana? Wah jaaan … nakal tenan
Daripada nginjen-nginjen gitu, kenapa nggak lihat yang di toko aja? Kan dipajang bebas tuh (mana seru, nggak ada modelnya ya … hihi).
Aah, berarti koleksi Mbak Joyce pasti abang-ireng kabeh yo Mas? 😀
Wadow…topiknya kali ini Ai..ai…unik mbak. Jadi teringet pertama kali pakai bra, dan pas SMP lagi trend yang bertali-tali silang, hihihi…jadi inget kejadian2 lucu seputar masalah ini.
Mbak Tuti, untung foto-fotonya nggak banyak mbak, kalau tulisan ini dilengkapi dengan foto-foto yang lengkap dengan sejumlah koleksi & pemakainya…wah-wah….nich pengunjung blog bakalan tumpah ruah nich..pada berdatangan, wakakak….hihihi…..(dasar katrok yach mbak….hihihi…intermezo mbak….masih pagi…hihihi…)
Hem mbak Tuti, reguest dong…tulis mengenai model2 jilbab & pemakaiannya dong, misalnya mulai dari pemilihan bahan, model hingga cara memakainya, dan model yang seperti apa yang cocok utk event2 tertentu. Siapa tahu bisa memberi inspirasi bagi yang ingin tampil cantik dgn jilbab kayak mbak Tuti 🙂 🙂 🙂
Ok, mbak sekian dulu obrolan paginya, selamat beraktivitas, see you 🙂 🙂 🙂
Best regard,
Bintang
Tuti :
Mbak Lin, cerita dong tentang kisah-kisah lucu yang berkaitan dengan tali-tali silang itu 😀
Iya, fotonya memang dibatasi, dan nggak pakai model utuh, takut melanggar UU Pornografi … hehe. Ssstt … itu foto-foto koleksi saya sendiri lho, wakaka !
Tentang model dan cara pemakaian jilbab, kayaknya yang lebih berkompeten untuk nulis adalah Bunda Dyah Suminar, karena beliau punya pabrik dan istana jilbab, bahkan pernah menyelenggarakan festival 1000 jilbab yang masuk rekor MURI. Nanti saya sampaikan ke beliau ya. Jilbab saya sendiri gitu-gitu aja, simpel dan polos, soalnya saya lebih menekankan pada pakaian dan aksesori.
Terimakasih Mbak Lin, selamat beraktivitas juga. Sukses selalu ya! 🙂 🙂
wah pak gurune medeni banget mbak, untung udah dipecat!
Tuti :
Iya! Memang ‘nggilani’ … tapi memang ada lho orang-orang seperti itu, bahkan ada yang lebih parah 😦
boleh ikut baca saja ya Mbak
Tuti :
Baca aja ya Mas, nggak boleh lihat fotonya lho ! 😀
duh, duh … ini tulisan seksi amat, jiaaa…. 😀
memang perempuan suka menyiksa diri sendiri demi sebuah penampilan ya? ini mirip dg tulisannya Lala, soal fashion yg membunuh itu…
oya, pak guru itu ada kelainan jiwa tuh … seharusnya dari dulu dia dilaporkan dan dipecat. masak guru kerjaannya kayak gitu, sama sekali tidak memberi tauladan. kalau konsep: “guru kencing berdiri murid kencing berlari” digunakan, maka akan menjadi begini: “guru menarik tali KP, murid melorotkan KP”, gawatkan…? ;(
Tuti :
Seksi? Apa iya sih? (*tengok kanan kiri atas bawah* :D)
Padahal fotonya udah disensor ketat lho Da, nggak ada yang utuh, nggak pakai model manusia. Ah ya … lupa saya, berhadapan dengan orang pesantren dan IAIN je …. 🙂 Maaf ya Da, jadi baca tulisan kayak gini. Cepetan istighfar Da!
Waktu itu murid-murid kan masih kecil (SMP) dan anak-anak jaman dulu nggak kayak anak-anak jaman sekarang yang lebih kritis dan berani. Ya, syukurlah akhirnya pak guru itu diberhentikan, meskipun agak terlambat. Tentang konsep Uda itu, wahaha …!! Lha itu memang yang terjadi di kelas saya pada waktu itu!! 😀
Mbak …kalo guru seperti itu bisa di laporkan bukan? itu sudah pelecehan namanya..ya gak siy?
Btwa..Lingerie? hihihihi
Aku pasti beli kalo ada yang sale mbak …pasti ..abis suka banget siy…feeling so damn sexy kalo begitu 😛 huhuhuu
Tuti :
Iya Yess, itu sudah masuk kategori sexual harasshment. Tapi jaman dulu (ingat, kejadiannya sudah 30 tahun yang lalu lho!) yang namanya murid kan takut banget sama guru, lagipula waktu itu kami baru kelas 1 SMP. Apalagi kalau diancam bakal dapat nilai merah Tapi akhirnya kami berani juga, setelah kompak satu kelas.
Kapan-kapan bikin pameran koleksinya dong. Sekalian dipamerin gimana makenya … hihihi 😀
Artikel yang mencerahkan. Bisa dapat Pulitzer nih Ibu Tuti. Wakakakkkk….
Btw, pak guru kok kecewa ya karena nggak dapat memperoleh mainannya, harusnya senang dong karena muridnya sedang nggak pake KP semua. Gubrakkkk…Untunglah dia udah dipecat.
Sekali lagi, two thumbs up!!!
Tuti :
Pulitzer? Wedeeww!! Kasihan Pulitzernya Bang …. 😀
Ya iyalah, Pak Guru kecewa, hawong (permisi Om Nh 🙂 ) dia suka ‘mainan’ itu, bukan suka ‘pembawa mainan’nya 😀
Sekali lagi, terimakasih Bang Hery. Nuhun pisan … (halah, sejak kapan jadi Sunda? 🙂 )
sebagai orang yang masih dibawah umur, saya hanya bisa membaca tanpa mengahayati’nya hihihihi….
sambil membaca ayat kursi berulang2 dan tentunya mengamati gambar2 diatas hehehe
Tuti :
Dibawah umur? Emang umur punya kolong ya? 😀
Kalau baca ayat kursi sambil mengamati gambar-gambar itu, bisa-bisa kursinya terbalik lho Mas, ngejungkel … 🙂
Ya deh, puas-puasin lihat gambarnya dulu, sebelum bisa lihat aslinya (milik isteri tentunya) 🙂
saya punya cerita tentang CD mbak. Teman saya guru (laki-laki) masih lajang dan pemalu…sementara murid2nya cewek2 jaman sekarang kan agresif yang tanpa malu-malu malah menggoda gurunya…(kuwalik sama jaman dulu, BH di jepret kok ya diam tak melapor…).
Satu hari teman saya gelisah di depan kelas, karena cewek yang duduk di depan posisi duduknya (maaf) tidak sopan agak ngangkang gitu deh…sementara rok seragam ketat dan minimalis. Teman saya bingung mau ngasih tau muridnya bahwa Cd nya keliatan dari posisi depan, antara malu dan dagdigdug melihat pemandangan indah mempesona berupa Cd polkadot warna pink itu…yang terlontar dari mulut pak guru lajang adalah…” coba Mbak, kamu yang celdam nya ndhol-ndhol warna pink, tolong maju kesini, kerjakan ini dipapan tulis…”…
Tuti :
Wakakakak!! Jangan-jangan semua murid maju ke depan ya Mbak, lha semua ternyata pake cd ndhol-ndhol pink … 😀
Btw, punya Mbak Ayik ndhol-ndhol warna apa Mbak? 😀 😀
hahhahah ayik…
aku jadi ingat kejadian di kelasku. Kan sekolah putri semua. Guru gambarnya cowo lajang. Tapi ya itu, tiap pelajaran gambar dia ngga pernah angkat muka dan mandangin anak-anak. Soalnya hampir semua anak “sengaja” duduknya ngangkang gitu. Kasian deh.
(Eh aku ngga loh , soalnya wkt itu aku calon suster biarawati hahaha. suster kayak aku gini gawat juga kali ya?)
EM
Tuti :
Sekolah cewe semua (ato cowok semua) memang cenderung bikin siswanya rada ‘gawat’. Saya dulu SMP juga cewe semua, waktu kelas 1 masih malu-malu dan alim-alim. Kelas 2 mulai rada badung. Kelas 3, sableng pooll … !!
Tapi sama seperi Mbak Imel, saya nggak lho! Sejak dulu saya alim, anteng, dan pemalu (*hiyaaa!!*)
Saya nggak bisa ngebayangin, kalau Mbak Imel beneran jadi biarawati, waduh … apa nggak heboh tuh biaranya? Jangan-jangan kayak Woopy Goldberg di film “Sister Act”, yang bikin para biarawati pada nyanyi jejingkrakan … 😀 😀
HHmmm …
The History of Lingerie …
disambung dengan …
Perilaku aneh sang Guru …
Saya terus terang miris melihat kelakuan guru itu …
Sebagai Pendidik … sungguh tak pantas …
Sebagai Lelaki … kurang elegant “cara main”nya Choy …
ggrrrrhhhh …
Tuti :
Sebagai pendidik, harusnya kayak Om Trainer yang selalu “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri mbebayani … eh, tut wuri handayani” ya. Trus, sebagai lelaki, mustinya belajar dari Om Nh yang ganteng, kocak, elegan, dan simpatik (holoh … holoh … ! 😀 )
ggrrrhhhhh ….. (eit! itu siapa yang mengaum?)
waduhh salah masuk toko nih…
maap..maap… 😛
Tuti :
Nggak apa-apa dik, nggak harus beli kok … 😀
Ahaaa… Pasti bukan Saya si ‘Guru Usil’ itu kaan? 😉 Bu Tuti, gimana kabar bude Yulis? Gimana bisa kontak beliau.
😦 baru tau kalo beliau ‘melarikan diri’ kalo Bu Tuti kontak beliau, salam ya Bu, bilangkan Daffa dah sekolah yaaa… Ma acii.. Eyang Tuti..
Tuti :
Pastilah, Pak HaHa adalah guru teladan yang harus menjadi panutan para siswa 🙂
Tentang Mbak Yulis, saya juga tidak tahu kenapa sekarang menghilang. Terakhir saya tengok blognya (sekitar pertengahan Mei), postingan terakhirnya adalah bulan Maret. Saya juga tidak pernah kontak beliau lagi. Pengin jugasih tahu kabarnya. Baik, besok kalau bisa kontak akan saya sampaikan Daffa sudah sekolah. Wah, kok cepet banget ya Daffa sekolah?
Weleh, weleh… lingerie panjang sejarah dan banyak ceritanya. Btw, guru itu mungkin punya “penyakit” yang perlu diluruskan oleh psikiater.
Tuti :
Tambah pengetahuan baru ya, Bang Alris?
Betul sekali, guru itu memang seharusnya ‘ditangani’ seorang psikiater. Masih banyak lho, penyakit sejenis yang lebih parah dan mengerikan 😦
fat-advertise said…
Kami punya tokek,.. kayaknya gak mahal dan gak pakai uang bayarnya.
Tidak minta uang koq hanya barter dengan semua item ini {3 Motor + 3 laptop + Jaringan iNternet maaf(3 IM2)}.
Untuk satu Tokek Kami.
Kalau berminat jangan sungkan untuk langsung berpapasan dengan kami.
Ingat, ya..
– Kami tidak menerima uang dalam bentuk Tunai, Chek, Debit.
– O.. iya. Kalau item di atas gak semuanya baru, Kami tetap menerimanya dengan sukacita.
– Berhubung kami di Jakarta, Mohon maaf dan dimaklumi.
Salam!
hallo mba tuti … salam kenal yahh, buka2 blog nya mba imel, trs ke mba bintang, eh liat pny mba ttg lingerie … jadi tertarik baca nya deh … hehe
waduh guru yang iseng kayak gitu sama kayak guru di SMA ku dulu, tapi yang bandel murid2nya juga, wong disuruh pake daleman, eh cm pake Bra … ya udah … temen dekat ku sering banget tuh kena, hahaha …
Lingerie, hmmm … kalau pakai lingerie yg sexy2 kadang bikin saya ngerasa pe-de loh, hihihi (jadi maluuuu..)
whita
Tuti :
Itulah bedanya murid jaman sekarang dengan murid jaman dulu 🙂 🙂
Sekarang model baju atas pendek-pendek, dan bawahannya (rok atau jins) model hipster, jadi kalau membungkuk atau jongkok, ‘itu’nya akan ngintip. Ck, ck, ck ….
Itu gurunya kelainan jiwa apa gimana sih, bun?
Ngeri aku..
KP itu apa sih?.. pake di kasih tanda bintang segala.. hehehe
Tuti :
KP itu Kantong P******a …. dikasih bintang, soalnya itu kan yang bikin Dolly Parton dan Pamela Anderson jadi bintang 😀 😀
Hahaha…saya suka tulisan mbak Tuti yang ini…
Dulu kan memang KP nya pake tali ya, dan di mangkoknya ada jahitan muter yang mirip iklan Durol (vitamin) di televisi. Ibu saya juga masih pake kemben mbak, dan setelah ada KP yang pake tali itu, beliau teteup kekeuh pake kemben karena lebih hangat.
Pakai lingerie memang membuat seksi, apalagi jika badannya seperti Mrs Smith (yang dimainkan oleh Angelina Jolie) dalam film Mr and Mrs Smith.
Gurunya kok jahil banget sih….? Hehehe … kalau sekarang pasti nggak berani, dan anehnya kok ya nggak ada yang melaporkan ya sebelumnya
Tuti :
Iya, kakak sulung saya masih sempat pakai KP yang bertali di punggung dan mangkoknya (wah, imej saya kok mangkok bakso ya 😀 ) penuh jahitan melingkar itu. Jahitan ‘durol’ itu kan untuk membuat bahan pengerasnya menyatu ke kain dengan rapi. Warnanya juga cuma ada dua, hitam atau putih. Orang-orang tua jaman dulu malu kalau disuruh pakai KP model itu.
Wah, saya belum nonton film Mr and Mrs Smith. Ketinggalan lagi nih dengan Mbak Enny, yang bener-bener jago nonton film … 🙂
Murid jaman dulu ‘kuthuk-kuthuk’, penakut. Lha kalau murid jaman sekarang malah nantang, gurunya yang takut 😀
slam lekom
met siang, piye kabare
sehat…….kan
ooh…..lagi mau undangan ya
jangan lupa pakai lingerie
warna merah atau hitam
podo wae iku
hehehe 😆
Tuti :
Wa’alaikumsalam …
Alhamdulillah sehat-sehat saja Bang. Hari ini memang menghadiri undangan, tapi pakai kebaya dan kain batik … 🙂
Haiyah,, Bunda…
Lingerie ? Kirain cuma Mb’ Yessy yang suka mosting soal lingerie.
Kata orang emang percuma, pake lingerie seksi (apa lagi kalo belum nikah), lha gak keliatan, mo mamerin sama sapa ?
Tapi menurut saya sih, pake daleman seksi itu bisa memompa pede sampai maksimum, bisa berasa bener jadi seksi.
😀
Tuti :
Hehehe … ternyata saya sama ganjennya dengan Yessy yang top markotop itu ya 😀
Kalau belum nikah, mamerin lingerie ke siapa? Ya ke cermin aja … 😀 😀 (nggak boleh ke pacar lho, bahaya! )
hahaha .. pak guru abnormal,
seperti tukang intip yang ndak puas kalo ndak ngintip ya bu … hehehe … jepret!!
Tuti :
Yang ndak puas kalau ndak ngintip itu pasti mat kodak (jaman dulu tapi, sebelum ada camdig) 😀
Satu, dua, tiga … say cheese … ! Jepret!
Bunda… itu guru sakit kali ya bun.
Keterlaluan bgt sih, hobi koq nyeprat nyepret. Tidak sopan !
Itu namanya pelecehan bun. Bagus sudah diberhentikan.
Heeem ternyata lingerie sudah byk berevolusi ya bun 🙂 seperti teori darwin saja, yang bertahan (dlm kasus ini yg byk disukai) yang menang 🙂
Tuti :
Iya, itu guru memang rada schizophren … Tapi banyak lho, orang yang memiliki kelainan seperti itu, dalam bentuk yang lain.
Nah, hukum di dunia ini adalah BERUBAH, jadi apa pun yang ada, pasti akan mengalami perubahan. Kayak teori Darwin, survival of the fittest.
[…] Lingerie … Ai, Aii .. | Tuti Nonka's Veranda – 2 Jun 2009 … Bentuk bra atau lingerie pun mengalami evolusi, semakin kecil, ringan, … berderet dari atas ke bawah di bagian depan, dan tanpa cup. ….. soalnya itu kan yang bikin Dolly Parton dan Pamela Anderson jadi bintang :D. […]
[…] Lingerie … Ai, Aii .. | Tuti Nonka's Veranda – 2 Jun 2009 … Sekarang ini, model lingerie indah dan beraneka warna, dan kalau dipakai, ….. Pakai lingerie memang membuat seksi, apalagi jika badannya … […]