SIAPA BILANG HIDUP HARUS (SELALU) BAHAGIA?
Hidup selalu berisi dua hal yang bertentangan, sekaligus berpasangan : sedih dan senang, derita dan bahagia. Anehnya, kebanyakan dari kita hanya bersiap menerima kesenangan serta kebahagiaan, dan menolak kesedihan serta penderitaan.
Mengapa kita takut sedih dan tak berani menderita?
Gede Prama, seorang pencerah jiwa yang melalui buku-bukunya menunjukkan kepada kita rahasia untuk menemukan kebahagiaan, kedamaian, dan kebajikan hidup, mengatakan : terlalu sulit menemukan kehidupan manusia yang kuat dan kokoh tanpa pernah melewati gunungan kesedihan. Tidak saja tubuh biologi yang membutuhkan vitamin sebagai syarat pertumbuhan, tubuh jiwa pun membutuhkan vitamin untuk pertumbuhannya, dan kesedihan adalah vitamin jiwa yang mengagumkan.
Saya takjub membaca tulisannya! Dan saya merefleksi kembali masa-masa penuh kepedihan yang pernah saya lewati, ketika air mata dan kehancuran hati serasa membuat hidup tak lagi memiliki asa …
Lama berselang, ketika saya masih remaja umur belasan, saya pernah merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Kehilangan seseorang yang sangat dicintai, bagi remaja yang sedang mekar dan terobsesi oleh cinta, adalah derita yang tak tertanggungkan. Pada awalnya saya berusaha keras menyangkal, menolak kenyataan bahwa saya sudah kehilangan orang yang saya cintai. Tidak. Dia masih mencintai saya. Dia tak bermaksud menyakiti saya. Dia tak akan meninggalkan saya. Dia hanya sedang sibuk dengan ini, harus menyelesaikan itu …..
Tapi ini dan itu tersebut berlangsung terus, dan saya semakin kehilangan bukti bahwa dia masih milik saya. Maka saya tak bisa lagi menyangkal. Saya harus berani menghadapi kenyataan, bahwa saya memang sedih dan menderita.
Saya membayangkan kesedihan seperti makhluk gelap yang masuk ke segenap pori-pori kulit, mengalir di sepanjang pembuluh darah, dan merasuki seluruh jaringan sel-sel tubuh saya. Saya tak bisa mengenyahkannya, karena faktanya memang saya kehilangan cinta dan itu membuat saya sedih. Baik, kalau begitu saya harus berani menerima dan menghadapi kesedihan ini.
Ya, saya memang sedih, hati saya hancur. So what?
Saya bentangkan kedua lengan saya lebar-lebar, dan saya tantang Sang Kesedihan.
Hei Kesedihan, ayo, masuklah ke dalam diriku, dan kita lihat apa yang bisa kau lakukan kepadaku. Apakah kau membuatku mati? Tidak. Membuatku sakit? Tidak. Membuatku tak bisa berpikir? Tidak. Aku masih bisa melakukan semuanya meskipun kau ada dalam diriku. Jadi, mengapa aku harus takut padamu? Catat baik-baik : tidak ada sesuatupun yang boleh menghancurkan hidupku. Aku lebih kuat dari kamu. Jadi, jangan coba-coba menakuti aku dengan wajah gelapmu itu!
Dalam perjalanan hidup saya selanjutnya, berbagai kesedihan datang silih berganti. Kesedihan yang paling mendalam adalah saat-saat saya merasa kehilangan milik yang saya cintai. Kehilangan-kehilangan ini membawa saya pada kesadaran, bahwa sesungguhnya manusia tak memiliki kuasa apa pun atas semua yang ia pikir adalah miliknya. Semua yang ada adalah milik Tuhan, termasuk diri kita. Kita hanya dititipi saja, yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali olehNya. Kita dititipi pasangan hidup, anak, harta, pangkat, ilmu, semua saja.
Maka ketika kehilangan sesuatu yang saya cintai, saya bersujud dan berkata kepada Tuhan.
Tuhan, semua ini milikMu. Ambilah semua, tapi jangan tinggalkan aku, karena aku hanya punya Kau.
Gede Prama menulis, “Dalam kehidupan tidak selalu kita melihat apa yang kita lihat, kerap kita melihat pandangan-pandangan kita sendiri. Dan, cara kita memandang sesuatu itulah yang menentukan wajah kehidupan yang akan kita alami kemudian”.
Hal yang sama juga terjadi dengan kesedihan. Kesedihan bisa menjadi pisau yang melukai, tetapi bisa juga menjadi pisau yang meringankan kerja di dapur kehidupan. Bila kesedihan dipandang sebagai racun yang mematikan, reaksi kita adalah takut menghadapi kesedihan. Ketakutan ini yang akan menghancurkan hidup kita. Namun jika kesedihan dipandang sebagai vitamin, ketakutan itu akan menghilang. Kesedihan justru akan menempa kita menjadi kuat dan tangguh menghadapi kehidupan.
Hidup adalah sebuah karya seni. Kita melukisnya melalui tindakan, pikiran, dan kata-kata.
(terinspirasi oleh buku “Kesedihan, Kebahagiaan, Keheningan” karya Gede Prama)
Kalau saya bilang
“berdamai dengan kesedihan”.
dan kita memang tidak tahu berapa lama kita bisa “bersahabat” dengan kesedihan sehingga tidak terlalu mengiris jiwa lagi. Mungkin satu tahun, mungkin 7 tahun, atau mungkin 1 minggu.
Saya sulit melupakan mbak…. every detail… dan itu kadang menyiksa saya. Untung saja semakin uzur, semakin cepat lupa, dan mungkin semakin dewasa dalam memandang setiap kejadian, sehingga bisa lebih cepat beradaptasi.
Tapi di satu pihak, semakin tua membuat saya berpikir hubungan manusia itu sangat penting, sehingga saya malah semakin sentimentil dalam berteman. Saya semakin membawa “emosi” dalam berteman. Mbak Tuti ngga dolan ke blog saya aja, saya jadi sedih kok (lebay deh).
Mungkin buat saya kesedihan belum bisa saya anggap sebagai vitamin yang berkhasiat jangka panjang itu, tapi air mineral yang mau tidak mau saya minum meskipun tanpa rasa. Kalau bisa mau sih merubah air mineral itu menjadi teh/kopi….bahkan sake (yang memberikan kenikmatan sesaat) kalo bisa hehhehe. Entah kapan saya bisa menjadikan kesedihan sebagai vitamin. never maybe.
EM
Tuti :
Ah! Saya setuju dengan istilah “berdamai dengan kesedihan”. Itu juga salah satu cara saya untuk menetralisir rasa sakit karena kesedihan. Kedengarannya seperti dua hal yang ambigu, tapi memang demikian : ada kalanya saya berdamai dengan kesedihan, ada kalanya saya ‘menantang’ dan mengalahkannya.
Resep yang bagi saya paling manjur adalah berkata “hidup tidak harus sempurna”. Dengan berpegang pada kalimat itu, rasanya kesedihan atau kekecewaan apapun menjadi pupus.
Sama Mbak, saya juga semakin tua semakin merasakan betapa berartinya hubungan antar manusia. Saya sangat sedih ketika karena sesuatu hal, persahabatan dengan seseorang yang semula begitu baik menjadi hancur. Bagi saya, hubungan dengan orang lain adalah yang paling utama. Sahabat adalah sumber kebahagiaan.
Mbak Imel sedih kalau saya nggak dolan ke blog mbak? Ihiks … 😥 ma’aaaaf Mbak, kalau saya nggak bisa setiap hari mampir, karena waktu saya memang sangat terbatas. Tetapi saya sering mampir juga lho, kan kemarin sempat masuk dalam 14 besar yang paling banyak berkomentar di blog mbak (waah …. senang deh 😀 😀 ). Lagipula, tulisan Mbak Imel selalu menyenangkan dan menambah informasi, apalagi kalau ada foto Riku dan Kai … eh, mamanya juga 😀
Yah, datangnya kesedihan kan bukan pilihan kita. Musibah datang tanpa kita kehendaki. Jadi, daripada memandangnya sebagai racun yang pahit, lebih baik memandangnya sebagai vitamin saja, kan? Jika kita berhasil mengatasi kesedihan, itu artinya kita lulus satu tahapan ujian, dan kita naik kelas menjadi orang yang lebih arif …
ehhh mbak…. jangan sampai buang waktu dolan ke blog saya loh… itu cuma perumpaan saya aja (makanya saya tulis lebay). Soalnya yang menghubungkan kita kan cuma blog saat ini. gituuuuu… (Lagian posting saya emang banyak sih, itu saya akui)
Dulu sekali, saya pernah membaca sebuah postingan yang senada dengan perasaan saya, yaitu waktu dia menemukan teman blognya selalu memberikan komentar di blog teman-teman lainnya, tapi di tempat dia tidak. Lalu merasa sedih…. nah saya tulis memang begitu karena kita mengharapkan orang itu akan adil dengan juga mendatangi blog kita tapi mungkin dia tidak sengaja melewati blog kita. Begitulah kalau terlalu perasa mbak. Kita berdua mengistilahkan pertemanan itu dengan gelembung balon sabun.
Pokoknya, saya selalu berdoa supaya mbak sukses dalam semua kegiatan ya…
EM
Tuti :
Biasanya saya bw dengan mengutamakan teman-teman yang paling sering berkomentar di blog saya. Memang betul, kalau kita sering menulis komentar di blog seorang teman, tapi teman tersebut tidak pernah atau jarang berkunjung di blog kita, rasanya sedih. Seperti bertepuk sebelah tangan …
Tapi bw memang bisa menyita banyak waktu, karena saya selalu membaca dulu postingan di blog yang saya kunjungi, membaca komentar-komentar yang sudah ada (supaya nggak oot … 😦 ). Tambah lama kalau postingannya puanjaang, apalagi kalau latar themenya hitam dan hurufnya kecil-kecil … waduh! Makanya saya memilih latar yang terang, dengan huruf besar-besar, sebisa mungkin diselingi foto, supaya teman-teman nyaman membaca. Blog Mbak Imel selalu enak dibaca, karena bahasanya enak dan banyak foto-foto yang menarik.
Ini saya bw sejak jam 15.00 sampai sekarang (menjelang jam 23.00), hampir 8 jam! Ini pun masih banyak yang belum sempat saya kunjungi 😦
Ohya, istilah pertemanan seperti ‘gelembung balon sabun’, maksudnya apa Mbak? Sesuatu yang mudah hilang, nggak ada artinya?
Iya….dalam setiap kesedihan baik itu sedih karena haru maupun sedih karena kecewa/marah, langkah pertama adalah berdamai dengan Tuhan atas peristiwa itu dan berdamai dengan hati (diri kita sendiri) untuk menerima kenyataan itu. Barulah mengambil video rekaman tingkah laku kita dan menontonnya dengan seksama dan menyusun synopsis, bikin rangkap dua satu ditembuskan kepada Allah di Surga, satu lagi simpan didalam hati nurani.
Tuti :
Bang, kalau rekaman videonya dibuat rangkap tiga boleh nggak? Yang satu lagi diputar ke anak cucu, untuk memberi contoh pelajaran hidup, agar mereka mampu menghadapi cobaan-cobaan yang mungkin akan mereka alami di kemudian hari.
Saya cuma heran, Bunda ..
Kenapa kesedihan itu membuat otot-otot wajah saya turun.
Bibir cemberut, mata sayu, dan sia-sia diangkat lagi dengan beberapa olesan eye liner dan lipstick dan pemerah pipi.
Kata orang, obatnya, temukan kebahagiaan lagi.
Buat saya, obatnya.. ikhlas ??
Tak mesti ngejar kebahagiaan baru buat menutup kesedihan lama. Hanya jadi seperti gali lubang tutup lubang.
Mana kita tahu, kebahagiaan itu beneran atau cuma kamuflase ? Atau mungkin kita cuma memaksa diri mempercayai bahwa yang baru datang itu adalah kebahagiaan.
Kesedihan adalah vitamin ?
Ya, vitamin yang pahit. Bila saya tak pernah takut minum obat ataupun vitamin, kenapa harus takut pula dengan kesedihan ?
Masalahnya kadang, pahitnya itu loh, ketahan di tenggorokan, susah ilang walau sudah dibahus dengan banyak air.
Tuti :
Kesedihan itu adanya di dalam hati dan pikiran, tentu saja tidak bisa ditutup dengan eye liner, lipstik, dan rouge, karena kosmetik itu tidak bisa meresap ke dalam hati dan pikiran.
Setuju Muz, penawar paling mujarab bagi kesedihan adalah ikhlas. Kalau sudah ikhlas, trust me, eye liner, lipstik dan rouge itu akan bekerja maksimal di wajah 🙂
Memang, tak mesti mengejar kebahagiaan baru untuk menutupi kesedihan yang baru saja kita alami. Itu malahan seperti menipu diri sendiri, seperti menyapu sampah ke bawah karpet. Lebih baik kita mengolah ‘sampah’ kesedihan itu menjadi kompos, menjadi pupuk yang menyuburkan dan akan membuat jiwa kita tumbuh lebih kokoh. Jika kesedihan sudah berhasil kita ubah menjadi pupuk yang membuat jiwa kita sehat dan kuat, kebahagiaan hakiki akan datang dengan sendirinya.
Jika vitamin itu terasa pahit di tenggorokan, memang harus minum lagi dan minum lagi. Masak sih selamanya akan pahit? Pasti suatu saat akan hilang kan? Jadi, sabarlah sayang …
bahagia dan sedih adalah bagian dari hidup manusia
Tuti :
Jadi keduanya harus diterima dengan ikhlas ya Mas?
Kesedihan adalah vitamin Jiwa,…Kesabaran, Keikhlasan, Ketawakalan pada NYA adalah obatnya.
Hem, mbak Tuti…saya perhatikan header blognya mbak Tuti kali ini agak beda. Hatiku tergelitik, serasa ikut hanyut memandang debur ombak yang landai menepi bibir pantai yang sarat dengan kata….Hem indah….meski terkadang menyimpan beribu misteri….
Wow terispirasi dari buku Gede Prama yach mbak…jadi terasa ikut menyelami kembali arti hidup ini yach mbak 🙂 🙂 🙂
Ok, mbak selamat beraktivias kembali, yuk kita isi hari ini dengan penuh semangat meraih impian yang indah 🙂 🙂 🙂
Best regard,
Bintang
Tuti :
Biar cocok dengan topik postingan terbaru, headernya saya ganti dengan foto yang lagi merenungi ombak laut, yang laksana ombak kehidupan, selalu datang dan pergi lagi … (halah, lebay! 😀 )
Ya, saya suka membaca tulisan-tulisan Gede Prama, soalnya memberikan pencerahan dan kedamaian, meskipun kadang-kadang perlu agak lama merenungkannya karena bermuatan filosofis.
Terimakasih Mbak Lin, selamat beraktivitas juga. Sukses ya! 🙂 🙂 🙂
Bu Tuti, apakah itu artinya dulu saat masih muda belia pernah hatinya mendua? Aih aih what a romance.
Tuti :
Wakaka …! Pak Eko, jawabannya off-line aja ya (ntar kapan-kapan kalau ketemu), soalnya kalau saya jelaskan disini, nanti semua orang baca, dan jadi tahu rahasia kisah cinta saya 😀
Mbak Tuti, dalam perjalanan hidup kita, setiap orang pasti mengalami pasang surut, dan yang berhasil adalah yang kuat, karena bisa membuat semangat hidupnya muncul kembali.
Tak dipungkiri saya juga pernah mengalami kesedihan, merasa gagal, dan rasanya dunia mau runtuh. Pada saat masih muda, diperlukan uluran tangan pihak lain, bisa sahabat, orangtua, agar kita tak larut dalam kesedihan.
Seiring dengan berjalannya waktu, dan semakin bertambahnya umur, maka semakin kita bisa mengatasi kesedihan dan kegembiraan yang datang silih berganti, sebagaimana halnya pergantian siang dan malam.
Semoga kita menjadi orang yang kuat dan tabah, dan bisa membantu sekeliling kita.
Tuti :
Begitulah, Mbak Enny. Kesulitan dan kesedihan harus menjadi ajang kita untuk menempa diri, melatih diri sehingga menjadi kuat sekaligus arif. Tokoh-tokoh besar di dunia, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, Nabi Muhammad SAW, semuanya melalui masa-masa yang sulit dalam perjalanan hidup mereka. Tetapi dari kesulitan itulah mereka menemukan kemuliaan dan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi.
Saya ingat doa Jenderal McArthur bagi anak lelakinya, dimana McArthur tidak meminta Tuhan memberikan jalan yang mudah bagi anaknya, tetapi memberikan kekuatan agar anaknya mampu menempuh jalan yang terjal dan penuh kesukaran.
Tentu saja bukan berarti kita mencari-cari kesukaran dalam hidup, tetapi tidak takut dan tidak lari jika menghadapi kesukaran.
suka saya dg cara bu tuti memandang kesedihan, yang pada intinya adalah selalu berpikir positif atas segala hal. ya, berpikir positif itulah yang menjadi andalan saya menjalani hidup yang tidak pernah mudah ini…
imam al-ghazali berpetuah:
“tersenyumlah ketika nafasmu terengah2 dalam pendakian, karena setelah itu akan ada jalan menurun yg nyaman”
Tuti :
Kalau sedang menghadapi problem hidup, saya selalu berpikir : “Oh, Allah sedang melatih saya agar menjadi orang yang lebih kuat dan lebih tawadlu’. Terimakasih, berarti Allah menyayangi saya, dan akan membuat saya menjadi orang yang lebih meningkat.”
Saya suka kutipan Uda dari Imam al-Ghazali. Ah, sangat menyejukkan dan menguatkan hati …
Orang yang menafikan kesedihan adalah orang yang tak mau menyadari kehidupan seutuhnya… sepertinya demikian, Bu.
Padahal tanpa kepedihan dan kesedihan, hidup ini tidak jadi ‘setangkep’ ya.. 🙂
Istilahnya apem, ya butuh dua bagian untuk jadi setangkep, tho?
Mengena tulisannya, saya suka!
Tuti :
Kesedihan = apem ? Weleh, weleh … 😀 baru sekali ini lho saya mendengar orang mengidentikkan kesedihan dengan apem (mentang-mentang Mas Donny dari Klaten, yang terkenal dengan apem Yaqowiyunya? 😀 )
Kalau yang setangkep itu kayaknya gula jawa deh mas …
(Mas DV ini memang Jowo banget, perbendaharaan katanya ‘lenga patra’, ‘apem’ …. 🙂 )
seperti halnya menangis bisa membuat sehat, maka begitu juga kesedihan.
tapi tentu tidak berlebihan, tak berlebihan.
Tuti :
Ya iyalah Mas, siapa juga yang mau sedih berlebihan. Siapa juga yang mencari-cari kesedihan. Tapi kalau toh kesedihan datang, dan harus ditelan, ya jadikan saja sebagai vitamin (bukan narkoba yang bikin teler … 🙂 )
Betul mbak Tuti, itu semua memang sudah sesuai nash di dalam Alqur-an, bahwa ketika manusia diberi kebahagiaan, maka dia akan banyak melupakan-Nya, giliran diberikan kesengsaraan, barulah dia inget, bahkan meraung-raung kayak harimau 😀 ^O^
Tuti :
Meraung-raung kayak harimau? Wadoow …. saya nggak lho! Kalau sedih, saya kayak kucing sakit : diem di pojok, menyembuhkan lukanya sendiri …. (kasiaaaan …. 😦 )
waw……………wawa………………wawaw…………….awaw
Tuti :
Meong … meong …. kukuruyuuuuk!
Kesedihan adalah vitamin jiwa.
Ketakutan adalah mineral jiwa,
Kegalauan adalahprotein jiwa,
Kepedihan adalah karbohidrat jiwa,
Kegelisahan adalah lemak jiwa.
Emangnya empat sehat lima sempurna??
**ditimpuk selopnya mbak Tuti**
Btw, kalau kesedihan itu vitamin jiwa, itu namanya gaya bahasa apa ya?? Kenapa ya, selalu yang dikatakan menyehatkan itu selalu vitamin?? Padahal mineral, protein, karbohidrat dan lemak juga sangat diperlukan oleh tubuh. Tetapi memang bukan hanya mbak Tuti aja sih…. banyak juga orang lain yang selalu mengatakan “Eh… makanan A atau B ini sehat loh, banyak vitaminnya!”
Tuti :
Nggak! Saya nggak nimpuk pakai selop kok … tapi pakai sepatu boot 😀
Sebenarnya saya sebel baca komen Mas Yari, tetapi terpaksa ngakak juga 😀 Istilah ‘vitamin’ itu saya pinjam dari Gede Prama. Bagi Mas Yari yang sangat scientific, pasti istilah ini kedengaran ‘awam’ banget ya. Istilah orang bodoh, gitu. Yo wis ben lah …
(*ngakak lagi*)
Jiakakakakka, Mas Yari nih ada-ada saja. Mbak Tuti mari kita timpuk, jiakakka
Tuti :
Membaca kalimat yang kedua, kayaknya malah saya nih yang mau ditimpuk
Kasih koma dan obyek penderita dong Pakde, jadi “Mbak Tuti, mari Mas Yari kita timpuk” …. Oke, yuuuk marreee …
Makasih dah sharing ya buu..
Dengan kesedihan, kita bisa tau rasanya bahagia
Ibu, saya suka dengan kalimat Ibu yang ini :
Tuhan, semua ini milikMu. Ambilah semua, tapi jangan tinggalkan aku, karena aku hanya punya Kau.
begitu menyentuh..
Tuti :
Terimakasih sama-sama Ade, sudah mengapresiasi tulisan saya.
Memang, ketika kita sampai pada titik dimana kita merasa tak berdaya, satu-atunya tempat bersandar adalah Tuhan. Dan hebatnya Tuhan, jika kita mendekat kepadaNya, Dia tidak akan meninggalkan kita. Sedangkan manusia, sekalipun kita sudah berupaya dan berkorban apa saja, tetap saja bisa meninggalkan kita. Lagipula, selama kita bersama Tuhan, kita pasti selamat.
kalau gak ada sedih gak ada gembira, Mbak…Namanya juga jodohnya….
Tuti :
Betul. Sedih itu jodohnya gembira. Lha kalau Mbak Ayik jodohnya Mas Karyadi … 😀
Kesedihan adalah karena terlalu memikirkan masa lalu..
Kekhawatiran adalah karena terlalu memikirkan masa depan..
pikirkan saja masa kini… apa didapat, apa yang diperbuat… maka kesedihan dan kekhawatiran akan berlalu…
Tuti :
Terimakasih advisnya Mas. Berarti kalau di masa lalu ada hutang yang belum dibayar, nggak usah dipikirkan ya … 😀 (*bercanda*)
mm.. seperti kata Letto aja deh bu..”Memiliki Kehilangan”
Rasa kehilangan hanya akan ada jika kau pernah merasa memilkinya..
Tuti :
Letto ya? Mmm … ya ya yaa
Kalau kita kehilangan sesuatu, mungkin lebih baik kita katakan : syukurlah aku pernah merasakan kegembiraan memilikinya ….
Udah lama nggak beli buku Gede Prama. Saya selalu membaca buku2 Gede. Ini buku yang paling mutakhir kah?
Tuti :
Bukan Bang Hery, ini buku terbitan tahun 2007. Ditulis Gede Prama dalam memaknai bencana besar yang terjadi pada waktu itu (gempa dan tsunami di Aceh dan Yogya).
Saya harus membaca berkali-kali tulisan ini Bu …
meresapi satu persatu kata yang ada disana …
Ya …
Kesedihan membuat jiwa kita ter “latih”
Salam saya
Tuti :
Ya Om. Seperti Gatotkaca yang untuk menjadi sakti mandraguna harus melalui tempaan di kawah Candradimuka, kita pun demikian. Untuk memiliki jiwa yang kokoh dan tegar, harus dilatih menghadapi berbagai kesulitan …
salam saya juga Om …
kita sama mbak, yg paling menyedihkanku adalah “perpisahan dgn yg tercinta”… meski wkt akhirnya menyembuhkan tapi pas menjalani detik-detik pisah itu sungguh pilu, semedot rasaning atiku …. itu krn disebabkan kedekatan emosi dan rasa cinta tadi … perpisahan itu pasti, hanya kapannya itu …
Tuti :
Dengan orang-orang yang kita cintai, kita memang tidak pernah siap untuk berpisah. Tapi bagaimanapun, kehidupan di dunia tidak ada yang kekal. Kalau tidak pisah hidup, ya pisah mati. Yang bisa kita lakukan hanyalah belajar ikhlas, dengan berpikir bahwa semua adalah milik Tuhan yang akan diambil kembali …
Segala kesedihan dan kekecewaan yang datang, justru itu yang membuat aku selalu ingin ditemani. Menjadi lebih dekat denganNya.
Tuti :
Memang seharusnya begitu, Mbak Puak. Kepada siapa lagi mengadukan kesedihan kalau tidak kepada Tuhan yang memberikan semua kebahagiaan?
Kebahagiaan muncul karena kesedihan. Kata sedihpun muncul karena ada kata bahagia. Ini sudah dari sononya.
Tuti :
Dari sono tuh dari Jambi ya Pakde?
nice blog..
suka sya dgn tulisan mbk yg slalu mmbuat sya terinspirasi tntang kehidupan. kata2nya itu lho yg mmbuat sya mmbacanya berulang2. mgkin saya bnar2 meresapi tulisan mbk, hidup tak selalu bahagia.
keep smile and sweet 🙂
Tuti :
Terimakasih Dymash. Kita bloging memang untuk saling menginspirasi, saling memperkaya hati dan wawasan.
Hidup tak selalu bahagia? Tak apa-apa. Kesedihan pun memberi manfaat kepada kita, untuk lebih meresapi makna hidup. Yang penting jangan sampai kesedihan itu menghancurkan kita, tetapi justru harus membuat kita semakin kuat.
Be strong, be brave, be nice, be wise …
ass, ibu…
apa sih arti kebahagian yg hakiki bagi seorang perempuan??
saya blogwalking dan akhirnya nyampe di blog ini. Nice posting. Jadi intinya adalah mindset ya bu??
terimakasih postingan yang menarik.
Tuti :
Terimakasih juga Nirmala, sudah berkunjung ke blog saya … 🙂
mari berdamai dengan kesedihan, baca tipsnya disini yaa https://sampaikapan.com/cara-sehat-untuk-berdamai-dengan-kesedihan/