BUKAN SATRIA BERGITAR, TAPI PENDEKAR GITAR
Anda kenal Jubing Kristianto? Kenal? Ah, baguslah. Bingung? Nggak apa-apa, nggak kenal Jubing juga nggak bakal masuk penjara kok …
Semula, saya juga cuma pernah baca entah dimana, bahwa Jubing adalah salah satu gitaris terbaik di Indonesia selain Balawan dan Tohpati. Yang kemudian membuat saya ‘agak kenal’ Jubing adalah teman baik saya, Mr. Dhum (hallo Mr. Dhum, how are you today?). Teman baik saya ini adalah mantan pemain band (yang kemudian tersesat menjadi aktivis masjid … ). Ia pengagum Jubing, dan mengatakan bahwa Jubing adalah gitaris nomer satu di Indonesia.
Karena penasaran, saya membeli CD pertama Jubing, “Becak Fantasy”. Yah, memang bagus. Tapi selama ini saya lebih terpesona pada piano, karena menurut saya piano lebih elegan, lebih anggun, sekaligus kaya variasi nada, dan bisa dimainkan untuk musik berirama apa saja. Mendengar saya menilai Jubing “bagus” (tapi dengan nada yang ‘sederhana’ saja) sohib saya itu rupanya kurang terima. Dia bilang, karena saya nggak tahu soal gitar, nggak pernah belajar main gitar, maka saya nggak bisa menangkap keindahan dan kehebatan permainan gitar Jubing.
Woooh … dibilang ‘nggak tahu soal gitar’, ganti saya yang nggak terima. Oke, saya akan belajar memahami permainan gitar, akan menyimak Jubing dengan lebih cermat, dengan menggunakan segenap kekuatan indera, ketajaman rasa, kepekaan musik, serta intelektualitas saya (holoh, holoh … lebay!) supaya saya bisa menangkap keindahannya, supaya saya nggak dibilang ‘nggak tahu’ lagi …
And … yes! I got it! The fantastic of Jubing.
“Becak Fantasy”, album fantasi pertama Jubing
Jubing gemar memainkan lagu anak-anak dengan aransemennya sendiri. Lagu “Becak Fantasy” diaransemen Jubing dari lagu “Hai Becak” karya Ibu Sud. Jubing menginginkan suasana orkestra dalam lagu ini, dan ia sukses mewujudkannya. “Becak Fantasy” benar-benar mengubah imej saya sebelumnya bahwa bunyi gitar hanya ‘begitu-begitu’ saja. Maklumlah, selama ini saya jarang mendengar permainan gitar solo yang benar-benar bagus. Pada umumnya gitar hanya dimainkan sebagai salah satu instrumen dalam sebuah band, atau pengiring yang bunyinya hanya ‘genjrang-genjreng’ saja. Lebih parah lagi, citra gitar jadi ‘merosot’ karena alat musik inilah yang paling sering dibawa para pengamen jalanan dengan permainan yang nggak jelas juntrungnya. Celakanya pula, yang disebut ‘gitar’ itu ada kalanya hanya sebuah kotak triplek dengan senar yang terbuat dari karet kolor, dan bunyinya ‘kencrung-kencrung’ … (aduh, maafkan saya, sungguh mati saya tidak bermaksud kasar … )
Maka, Jubing berjasa menunjukkan ‘bagaimana permainan gitar yang sesungguhnya’. Dan ia memang memiliki kualifikasi untuk itu, karena ia adalah Juara I Yamaha Festival Gitar Indonesia selama 4 kali, yaitu tahun 1987, 1992, 1994, dan 1995. Tahun 1984 ia meraih Distinguised Award pada Festival Gitar Asia Tenggara di Hongkong. Sekarang ia menjadi instruktur dan penguji gitar pada Yayasan Musik Indonesia (Yamaha), dan sekolah musik “Relasi” Jakarta.
Kalau ini mah gitar beneran milik Jubing …
Wow … berfantasi melalui cahaya yang menerobos melalui jendela?
Pada album “Becak Fantasy”, selain lagu “Becak Fantasy” sendiri, saya suka permainannya dalam “Ayam den Lapeh” yang bernuansa dangdut dan flamenco. Selain itu, aransemen pada “Theme from Magnificent Seven” juga sangat menarik. Album “Becak Fantasy” diluncurkan pada Februari 2007. Majalah “Rolling Stone Indonesia” memilih album ini sebagai salah satu dari 20 Album Rekaman Terbaik 2008.
Album kedua Jubing adalah “Hujan Fantasy” yang diluncurkan pada 2008. Saya dikirimi CD “Hujan Fantasy” oleh teman saya yang baik hati, Mr. Dhum itu. Sudah pasti, maksudnya adalah memprovokasi dan menghasut saya agar menjadi jamaahnya, ikut terjerat pada pesona permainan gitar Jubing ….
Kalau ini mah bukan ‘Hujan Fantasy’, tapi ‘Kungkum Fantasy’ atau ‘Nyiprat Fantasy’ …
Album “Hujan Fantasy” berisi 16 aransemen musik. Selain “Hujan Fantasy” sendiri yang sudah pasti fantastik, saya suka “Madu dan Racun”. Lagu yang aslinya tak menarik minat saya ini di tangan Jubing menjadi begitu lincah dan menggelitik, membuat badan saya gatal (tak tahan untuk bergoyang maksudnya …). Lalu “Moon Rise”, komposisi yang indah dan cantik. Nah, yang paling heboh adalah lagu “Gundul Pacul”, lagu anak-anak Jawa yang saya kenal sejak umur 5 tahun. Aransemen pada “Gundul Pacul” dihidupkan oleh suara gendang, yang membuat lagu ini betul-betul atraktif. Hebatnya lagi, ternyata lagu ini direkam live dari pertunjukan Jubing di Ambarukmo Plaza (Amplaz) Yogyakarta pada tahun 2007. Ya ampun, dan saya nggak nonton! Yeaah … tahun 2007 saya belum kenal Jubing …
Seminggu yang lalu saya membeli album ketiga Jubing yang baru saja diluncurkan pada Juni 2009 “Delman Fantasy” (weeh … rupanya Mas Jubing ini senang benar berfantasi … hihi). Saya membelinya di toko Indo Musik di Ambarukmo Plaza. Mbak di Indo Musik memberi tahu saya bahwa tahun 2009 Jubing akan tampil lagi di Amplaz. Nah, kalau ini saya nggak boleh ketinggalan nonton!
Lho … mana delmannya, Mas Jubing?
The fantastic of Jubing …
Album “Delman Fantasy” berisi 15 lagu. Lagu “Delman Fantasy” adalah eksplorasi Jubing atas lagu “Naik Delman” karya Pak Kasur. Semua kita pasti tahu lagunya. Itu tuuh …. pada hari Minggu ku turut ayah ke kota/naik delman istimewa ku duduk di muka/ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja/mengendali kuda supaya baik jalannya … tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk …. suara sepatu kuda …
Lagu “Delman Fantasy” dimainkan Jubing pada kompetisi gitar Yamaha tahun 1987 dan mendapatkan Juara I. Selain lagu ini, terdapat juga lagu daerah “Rame-Rame” yang bergaya samba, “Bubuy Bulan” dengan nuansa pentatonik Sunda, serta medley “Anak Kambing/Potong Bebek” yang semeriah pesta dansa. Lagu yang lain adalah “Mission Impossible”, “Sukiyaki”, “Stairway to Heaven”, dan lain-lain. “Capuccino Rumba”, lagu ciptaan Jubing sendiri, juga sangat cocok di telinga dan rasa hati saya.
Bersanding gitar, menunggu fantasi berpijar …
Jubing adalah alumnus Jurusan Kriminologi FISIP UI. Entah bagaimana dia dulu memilih jurusan kriminal, yang jelas ia tak pernah melakukan tindak kriminal dengan gitarnya. Sebaliknya, ia malahan menghadirkan keindahan bagi para pecinta musik. Jubing adalah wartawan tabloid Nova sejak 1990, kemudian memutuskan untuk sepenuhnya mengabdikan hidup di dunia gitar pada 2003.
Selain bermain gitar, mengajar dan menjadi penguji pada festival gitar, Jubing juga sudah menulis dua buku, yaitu “Gitarpedia : Buku Pintar Gitaris” dan “Membongkar Rahasia Chord Gitar”. Pastinya kedua buku ini sangat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mengikuti jejaknya.
Meskipun sekarang saya bisa menikmati permainan gitar, tetapi saya tidak berniat untuk belajar main gitar. Tahu dirilah, sudah bangkotan gini. Pengin memiliki tubuh meng’gitar’? Wakaka … nggak juga! Ntar salah dipetik Jubing, kan celaka ….
Mbak Tuti, meski saya bukan salah satu penggemar Jubing tapi saya adalah pengagum gitaris 🙂
Saya mengkoleksi beberapa buah gitar karena sejak kelas 4 SD saya sudah main gitar.
Gitaris idola saya dari dalam negeri adalah Tohpati.
Yang menarik dari Jubing menurut saja justru adalah dari latar belakangnya. Saya pernah baca dulu, Jubing ini dulu Pemimpin Redaksi majalah NOVA yang kemudian ketika berada di puncak karir ia malah mundur untuk menjadi gitaris full timer… Edan ya 🙂
Ayo sinau nggitar 🙂
Tuti :
Waaah …. ketemu gitaris lagi nih. Hebat! 🙂
Belajar gitar sejak kelas 4 SD, dan ngoleksi beberapa gitar? Kalau gitu pasti sudah jago banget dong main gitarnya, Don! Besok kalau pulkam ke Yogya, harus main dan ngundang teman-teman bloger nih. Pasti semua setuju.
Jujur aku masih ‘hijau’ banget di dunia gitar-menggitar ini. Aku belum tahu seperti apa permainan Tohpati. Oke deh, besok aku akan cari CDnya Tohpati, supaya bisa membandingkan dengan permainan Jubing. Kalau sekarang belum bisa komentar.
Ya, Jubing dulu memang bekerja di Nova (aku kurang tahu apakah wartawan/redaksi atau Pemred. Aku salut pada keberanian dia mengikuti kata hatinya dengan menjadi seorang gitaris. Orang-orang seperti inilah biasanya yang akan sukses. Sama seperti Mario Teguh, yang berani meninggalkan jabatan Vice President di sebuah bank besar dan memilih menjadi seorang motivator.
Nek aku ninggalke sekolah S3 plus profesi dosen ben iso full ngeblog, piye Don? 😀 😀
Sinau nggitar? Yo diajari to!
Mbak,
kalau Tohpati dan Dewa Bujana…lengkap deh album saya.
Dari dulu memang saya suka gitar, mungkin karena gitar itu praktis bisa dibawa ke mana-mana. (Kan ngga mungkin gendong piano ke mana-mana). Di kemping, waktu api unggun mengelilingi api, bernyanyi bersama…. Ully Sigar Rusady…keren…nyanyi sambil main gitar. Sayangnya saya tidak bisa bermain gitar. Saya akan lebih mudah jatuh cinta pada pria yang bisa main gitar, lalu saya bersenandung di sebelahnya. (Tapi Gen ngga bisa kok mbak … itu realitas hihihi)
Saya sedang mengumpulkan album Balawan, tapi saya belum tahu soal Jubing (lupa-lupa ingat apakah saya punya Becak Fantasy) Nanti mau coba cari deh.
EM
Tuti :
Mbak Imel, seperti yang saya bilang ke DV, saya ini penggemar gitar kagetan. Kenalnya baru Jubing, belum kenal yang lain-lain. Ini jadi tantangan baru buat saya : menyimak Tohpati, Dewa Bujana, dan Balawan juga. Wedeew … banyak banget pe-er saya yak? 😀
Memang betul Mbak, kelebihan gitar adalah bisa dibawa kemana-mana, sementara piano tidak. Kalau Mbak Imel gampang jatuh cinta pada pria yang piawai main gitar, saya suka membayangkan pria yang main piano dengan indah, lalu sekali-sekali melempar pandang dan senyum kepada saya …. woow! Tapi realitasnya, suami saya juga tidak bisa main piano, dan toh saya betah hidup lebih dari 20 tahun bersamanya … 😀
Saya akan coba menyimak Tohpati dan Dewa Bujana, Mbak Imel coba menyimak Jubing ya. Nanti kita diskusi!
Thank you, thank you, thank you. You got all of the crucial points of guitar and Jubing. I appreciate your effort to understand the beauty of a guitar playing. It is not an easy task, but you did very well. Congratulation.
Just for this time, I use my other name.
Tuti :
It’s nice having friendship with you. We share many things, it’s wonderful. Thank you too, Dhum 🙂
I did my lesson very well, of course. You know who I am, don’t you? Haha … 😀
Okey, it’s up to you using your favorite name. Tell me what I should call you. Maybe just ‘grandpa’? Wakakaka … 😀
Wah saya juga suka banget dengan karya2 Pak Jubing, selama ini cuma denger dan nonton di youtube.
Pengen nonton livenya, kpn tampil lagi di Amplaz siapa tahu pas saya pulang bisa nonton. Kasih tahu ya Bu…
Tuti :
Jeng Zahliy, memang permainan Jubing itu klasik dan eksotik. Saya suka dia memainkan lagu-lagu anak-anak dan lagu-lagu daerah. Tapi lagu-lagu barat yang dia eksplor pun bagus.
Ya deh, besok saya kabari kalau Jubing mau tampil di Amplaz. Langsung terbang dari Bangkok ya Jeng… 🙂
Btw, saya sedih, sampai saat ini masih kesulitan membuka multiply. I feel so sorry … 😦
Ditangan masternya, debu debu berubah jadi permata……
Tuti :
Cari master ah, untuk minta dibuatkan permata dari debu …. (bercanda Bang … 🙂 )
Ibu Tuti, terima kasih sudah mau menyisihkan waktu dan energi untuk “menyelidiki” seni bermain gitar tunggal. Saya juga berterima kasih atas resensi positif yang diberikan kepada tiga album saya. Saya sangat bahagia mengetahui musik yg saya mainkan bisa menyalurkan emosi positif bagi pendengarnya. Bagi saya, itulah tujuan utama saya bermusik.
Bila anda masih belum bosan, silakan menyaksikan beberapa cuplikan permainan saya di http://www.youtube.com/user/jubingfantasy
Sekali lagi terima kasih.
Tuti :
Ini mas Jubing asli? Huwaaa ….. ! (*loncat-loncat, guling-guling, sorak-sorak*)
Terimakasih Mas Jubing sudah berkenan mampir di beranda saya. Oke, langsung meluncur ke youtube untuk nongkrongin Mas Jubing … 😀
Hebaat sahabat saya ini …. cerita apa saja bisa di tulis demikian indah, informatif.
Buat saya … tulisan mbak Tuti banyak memberi pelajaran, pengetahuan … ( trus … krasa bodho banget aku…he..he…).
Tuti :
Haiyah, Mbak Dyah bisa aja 😀
Maturnuwun atas supportnya. Ini oceh-ocehan orang yang suka blusak-blusuk ke mana-mana … haha 😀 Lha Mbak Dyah, mampu mengomandani sedemikian banyak staf dan anak buah, masih merasa bodho? Terus saya, yang nggak bisa mimpin orang ini, apa dong namanya? 🙂
Wah, terima ksh banyak atas referesinya mbak Tuti, kebetulan putraku yang pertama (10thn) lagi mulai ngarung sama gitar, sepertinya saya harus mengkoleksi album2 tsb buat memotivasinya 🙂
Kulasan mbak Tuti selalu bagus untuk disimak, nggak sabar menunggu postingan berikutnya 🙂
Best regard,
Bintang
Tuti :
Senang sekali mendengar putra Mbak Elinda mulai tertarik bermusik. Kalau boleh menyarankan, sebaiknya dicarikan pelatih/instruktur gitar yang benar-benar mumpuni, supaya sang putra bisa menguasai permainan dengan baik.
Selamat membimbing sang putra ya Mbak, semoga sukses.
Terimakasih sudah menjadi pembaca setia tulisan saya. Saya juga selalu mengikuti tulisan Mbak Elinda. Ini sharing yang sangat menyenangkan, kan?
salam hangat,
Aku nyari-nyari Becak Fantasy sekarang sudah rada langka ibu …
Dan memang benar …
Kelincahan Jubing ini patut diacungi jempol
Salam saya
Tuti :
Kalau becak beneran di Yogya masih banyak Om … 😀
Iya, di lagu “Becak Fantasy” itu permainan Jubing memang bagus sekali. Om, bisa juga main gitar kan? Kalau piano sih saya sudah tahu …. (meski belum pernah menjadi saksi hidup)
salam saya juga, Om 🙂
Saya mengenal petikan gitar Jubing ketika suatu siang saya masuk ke sebuah toko musik di Jogja. Dasarnya saya ini suka banget dengan gitar, jadi instrumen yg dimainkan Jubing itu langsung mengena di hati. Tapi saat itu tdk langsung beli. Saya dibelikan CDnya Jubing oleh Oni beberapa tahun kemudian 😀 Yg belum saya miliki adalah yg Delman Fantasi. Tapi pasti nanti saya akan membelinya! hehehe.
Sama spt Mbak Imelda, saya juga mudah jatuh cinta pada lelaki yang piawai bermain gitar. Tp suami saya nggak bisa main gitar, bisanya meniup seruling… hehehe.
Jubing jadi salah satu gitaris idola saya setelah Tohpati. Sayangnya, saya beberapa kali mencari albumnya Tohpati kok nggak pernah beruntung ya? Tapi hal itu cukup terobati saat saya menyaksikan penampilannya di Java Jazz bbrp waktu lalu. Hmmm… kereeeen! 😀
Tuti :
Masih bagus Oni bisa meniup seruling, Kris. Lha kalau bisanya meniup gitar, kan ajaib … hihihi 😀
Tenyata, banyak di antara kita yang menikah dengan pria bukan idaman hati ya … 😀 dan toh bahagia. Jadi kesimpulannya, nggak perlu cari idaman hati, begitu? 🙂
Saya juga mau cari albumnya Tohpati nih, biar wawasannya tentang permainan gitar rada luas. Nanti kalau ketemu, tak bajakin ya Kris (lho, belum-belum kok sudah berniat mau jadi pembajak
)
ini benar-benar baru buat saya bu tuti…
terima kasih atas informasinya ini.
sepertinya saya akan berlawanan dengan mr. dhum yang mantan anak band trus tersesat menjadi aktivis masjid. saya yang aktivis masjid akan segera tersesat menjadi menikmat musik, hehehe… 😀
Tuti :
Alhamdulillah kalau Uda Vizon terbuka terhadap hal-hal baru. Memang dunia ini isinya beraneka ragam, dan tidak ada salahnya mempelajari sesuatu yang baru, asal positif.
Jadi, dari aktivis masjid mau menyesatkan diri jadi penikmat musik ya Da? Kalau ini butuh kompas, biar tersesatnya yang jauh-jauh amat … 😀
Baca komennya Mas Jubing saya juga ikut lumpat-lumpat….Huray….surprise……..
Tuti :
Ati-ati Mbak …. kejedot plafon rumah …. horeee! 😀 😀
saya dulu pernah dibelikan bapak gitar, tapi kok ya gak bisa-bisa gitar, trus dari pada nganggur gitar tersebut diberikan kakak saya ke temannya yang pengamen tapi belum punya gitar 🙂
salah satu kelebihan gitar menurut saya, ya bisa untuk ngamen itu, bisa menjadi alat utk mempertahankan hidup.. walaupun kadang pengamen asal genjreng saja ;-(
saya kenal jubing awalnya dari denger radio, tp sampai sekarang blm tergerak membeli euy…
tapi kalo baca “promosi” ibu, jadi pingin punya juga 🙂
well, it’s mean another 155 km trip to buy the CD 😦
Tuti :
Meskipun gagal jadi gitaris, semoga amal Bro Neo memberikan gitar itu kepada pengamen mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Tuhan. Amin … 🙂 Wah, bejo banget ya pengamen itu, dapat gitar gratis je … Sudah pernah ditraktir dengan hasil ngamennya, Bro?
Iya nih, kayaknya saya harus nagih jasa promosi ke Mas Jubing ya 😀 Hallo Mas Jubing, jangan pura-pura nggak baca ya …. wakaka!
155 km untuk beli CD? Ya ampun, emang Bro Neo tinggal di hutan belantara? 😦 Auwooooo ……. !
ralat kalimat terakhir:
well, it means another 155 km trip to buy the CD 🙂
takut dijewer ibu tuti pake english sembarangan he..he..
Tuti :
Bu Tuti memang guru yang galak, suka njewer kuping muridnya … hihi
Eh, emang yang salah apaan sih? (*melototin kedua kalimat Bro*). Hooo …. cuman salah naruh ‘es’ doang to. Harusnya ditaruh di gelas, ini ditaruh di wajan … 😀
pernah dengar juga seh beca fantasy nya Jubing ini….2 th yl …di multiply nya fitri …bagussss
saya mengoleksi CD gitar tunggal…tapi blom punya yg mas Jubing
dari muda saya ter kagum2 dengan orang yg pinter main gitar….
Pernah juga sekolah gitar, tapi saya cuma bakat jadi penonton…hue he he he
sampai sekarang klo ada konser gitar tunggal ..pasti saya nonton
Tuti :
Ya, saya juga baca tulisan Fitri Mohan di Multiply. Tulisannya hebat ya. Saya mah nggak bisa menganalisis sebagus itu … 🙂
Kalau Mbak Wieda pengagum gitar tunggal, kayaknya wajib memiliki CD Jubing deh. Mungkin bisa menjadi koleksi yang bakal jadi favorit … 🙂
Ya Bu Tuti, ini saya beneran kok. Hati-hati, guling2nya dikontrol jangan sampai nabrak tembok….
Sekalian ada lagi tambahan info, ini ada gitaris jepang memainkan berbagai karya saya –yg saya sendiri belum pernah tampilkan di youtube. Semoga menambah bahan penyelidikan.
http://www.youtube.com/user/penguinistan
***
Tuti :
Nggak kok Mas Jubing, guling-gulingnya nggak sampai nabrak tembok (*sambil terus guling-guling*). Lihat, nggak nabrak tembok kan? Byuuurrr … !! (*kecebur got*). Yaah … Mas Jubing nggak peringatin sih, kalau selain nabrak tembok bisa juga nyebur got … 😦
Terimakasih infonya Mas. Wah, lama-lama saya bisa jadi doktor pengamat gitaris nih … (doktor ‘humoris kausal’ maksudnya 😀 )
Anak saya nonton konsernya Jubing dan dapat hadiah CD nya..
Memang menarik mbak mendengarkan petikan gitranya..
Nahh itu diatas, Jubing udah menengok tulisan ini.
Tuti :
Wuah … seneng banget bisa nonton Jubing, dapat hadiah CD lagi! Saya juga mau dong.
Iya, Mas Jubing sudah membaca tulisan ini dan memberikan komentar. Seneng banget!! 😀
Bundaaaaaaaaa
Jubing itu permainannya TOP abis
Suamiku pengagumnya
duh alunan gitarnya memang indah 😉
aku dulu juga gak kenal, taunya Tohpati aja..
berhubung suami gila musik
jd kecipratan tau dikit2 hehehe
Tuti :
Nah, aku yang belum tahu Tohpati. Kayaknya wajib beli CDnya nih, soalnya semua orang nyebut dia sebagai gitaris hebat. Wuzzzz …. (*cabut, cari CD Tohpati*)
Bu Tuti, saya pernah dengar gocekan gitar Jubing di radio. Waktu itu dia membawakan lagu Winter Game-nya David Foster. Alamak…Aku langsung jatuh cinta. Kucari2 kasetnya di toko, tapi nggak nemu karena adanya dalam bentuk CD. Halah…sudah saatnya menambah CD player di mobil nih…
Tuti :
Ya, Winter Game-nya David Foster memang bagus sekali dimainkan Jubing. Sangat beda dengan Winter Game versi Foster, tapi tetap saja memikat. Padahal nggak mudah lho menterjemahkan musik Foster yang megah ke dalam petikan senar gitar yang cuma 6 itu …
Mobilnya aja yang ganti, Bang 😀
terus terang sy gak tau soal Jubing,
kalau soal gitaris Indonesia,
menurut saya yg terbaik
masih tetap Ian Antono (Godbless),
Andra (Dewa 19), Dewa Budjana (Gigi)
dan Rhoma Irama…hehe
btw, kl penyanyi wanita Indonesia
saya suka suaranya Tutinonka 🙂
Tuti :
Nggak kenal Jubing nggak apa-apa kok Bang, kan sudah saya bilang, nggak bakal masuk penjara … 😀
Jubing adalah pemain gitar akustik, dan dia memainkan lagu secara solo, jadi mungkin agak berbeda dengan gitaris-gitaris lain (mungkin lho … wong saya juga belum tahu permainan Ian Antono dll. )
Penyanyi wanita yang disuka Tutinonka? Haiyah, emang dia bisa nyanyi? Wong batuk aja fals gitu lho …
Cie tanteee, didatengin om Jubing..
*halah, asal panggil om :p *
Iya saya pernah denger nama om Jubing tapi belum denger satupun di antara ketiga fantasinya.. *untung ga masuk penjara ya tann*
Ngomong2 itu pot bunga2annya lucu, tante..
kepiknya imut..
Tuti :
Cieee … Narpen, ngiri ya saya didatengin gitaris paling keren? 😀
Nah, tentang pot bunga, itu bunga plastik dengan tenaga surya (halah!). Kalau kena sinar matahari, bunganya bisa berputar. Sayang sekarang sudah rusak, biarpun matahari melotot, si bunga teteup aja freeze … 😀 . Kepik? Halah, emang ada kepiknya? (*buru-buru ngecek ke foto*) … o iya, saya malah baru ngeh kalau ada kepik disitu 😀
Bu Tuti, rasanya perlu dibedakan antara pemain gitar tunggal (solo) dengan pemain gitar utama. Gitar solo jelas tak ada instrumen musik lainnya yang mengiringi. Semua kekayaan komposisi lagu hanya bersandar pada enam senar, sembilan jari (yang jempol kiri pegang leher gitar), dan keahlian si pemain gitar. Permainan gitar utama mengandalkan keindahan pesan nada yang disampaikan oleh si pemain gitar. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Gitar solo jelas terasa kering karena hanya mengandalkan suara senar gitar itu sendiri atau ditambah dengan beberapa pukulan tangan ataupun kaki seperti dalam gaya flamenco. Namun menunjukkan skill tinggi pemainnya. Gitar utama (ini istilah saya sendiri) lebih memikat karena didukung oleh instrumen musik lainnya sehingga terasa lebih kaya. Nah pesan nada yang disampaikan si pemain gitar juga didukung oleh teknik petikan yang yahud.
Di Indonesia memang jarang orang yang mendeklarasikan dirinya pemain gitar tunggal meskipun banyak lho yang bagus-bagus. Jubing adalah yang terberani menyatakan, dan bertekad hidup dari situ. Maestro gitar solo di dunia internasional juga banyak. Kalau saya sangat suka dengan petikan John Williams.
Untuk permainan gitar utama, di Indonesia cukup banyak yang menonjolkan diri, termasuk Tohpati, Ian Antono, ataupun Balawan. Mereka memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Untuk nuansa jazz memang Tohpati, Bujana, ataupun Ireng Maulana cukup tinggi tekniknya. Ian Antono ataupun Eet lebih ke gaya rock. Balawan termasuk yang unik karena gayanya bisa kemana-mana. Apalagi dengan teknik canggih yang dia kembangkan sendiri. Bisa bu Tuti bayangkan bagaimana dua gitar bunyi bersamaan dimainkan oleh satu orang. Dialah Balawan.
Di dunia internasional juga banyak yang hebat-hebat, seperti Yngwie Malmsteen, Lee Ritenour, ataupun Ritchie Blackmore. Konon yang terbaik adalah Jimi Hendrix. Itu sih kesukaan setiap penggemar permainan gitar.
Oh ya, saya pernah lho menyaksikan empat dewa gitar berjam session di (kalau tidak salah) RCTI. Mereka adalah Tohpati, Ian Antono, Kiboud Maulana, dan Bujana. Mereka memainkan Bohemian Rhapsody. Alamak bagus banget dan tanpa iringan instrumen musik lainnya. Sayang gak ada rekamannya. Mungkin di you tube ada kali ya.
Tuti :
Ehm ….. Pak, kuliahnya baru 20 menit nih, belum ada 1 SKS …. wakaka 😀 😀
Kuliah gitar yang menarik dari mantan (eh, masih main kok ya … ) pemain gitar. Terimakasih Pak Eko, semoga bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi para pemerhati permainan gitar.
(ujian nanti yang keluar siapa Pak, kasih bocoran dong : Jubing, Bujana, Tohpati, atau Malmsteen? 😀 )
[…] membaca postingan Ibu Tuti (-)K DISINI … sore harinya saya langsung hunting. Mencari album CD Becak Fantasy dari seorang Gitaris […]
Saya sempat ke toko buku mencari buku tulisan Jubing dan gak dapat.. hiks hiks…
Aku membajak konser Jubing tanpa izin dan kuunggah di Youtube.
Oh yah, dulu tuh siapa yah, empat gitaris yang memainkan ‘Cublak-cublak suweng’ dengan bagusnya? Yang kuingat, ada Tohpati dan Dewa Budjana.
Tuti :
Kalau nggak salah buku-buku karya Jubing itu terbitan Gramedia. Coba aja tanya ke penerbit Gramedia, atau cari di toko buku Gramedia (lho, kok saya jadi iklan sih … 😀 )
Nah, ini dia pembajak yang insap, mau mengaku kalau sudah melakukan pembajakan … (mumpung bulan puasa ya, mengaku dosa agar diampuni … hihihi)
‘Cublak-cublak Suweng’ yang dimainkan 4 gitaris? Wah, saya belum pernah dengar. Kalau saya sih, cublak-cublak suweng itu saya mainkan bersama banyak teman waktu masih kecil dulu. Salah seorang tengkurep, kemudian di punggungnya diletakkan telapak tangan anak-anak yang lain, dan sebuah kerikil diedarkan ke telapak tangan anak-anak itu. Nanti anak yang tengkurep harus menebak, kerikilnya ada di genggaman siapa …. Permainan yang asyik! (kalau sekarang mah anak-anak asyiknya main game komputer … 😀 )
Wahh salut buat Om jubing,,,,,,,,,,,
ruarrr biasaaa……….
tapi saya punya referensi buat Bu Tuti
kalo yang bisa membuat tidur orang , cobe dengerin always with me, always wiyh you -nya Joe Satriani………….
heheheeee………….
punya usul nih gimana kalau Nama njenengan diganti dengan TUTI WK (Without K) lebih familier heheheeee…
soalnya nonka agak sulit dieja, mbrengengeng kalo orang jawa bilang heheheeee,…………..
Tuti :
Terimakasih untuk info tentang Joe Satriani, Mas Rizal. Terus terang saya belum pernah dengerin musiknya. Tapi pastinya bagus ya …
Nama saya diganti Tuti WK? Wah, ide baru nih …. orisinal, belum pernah disampaikan orang ke saya. Tapi saya agak khawatir juga, jangan-jangan WK itu nanti diterjemahkan orang menjadi ‘Wanita Kemayu’, atau ‘Wanita Kemaruk’, atau ‘Wanita Kecebur’ …. hwadooh … celaka saya 😦
‘Nonka’ susah diucapkan ya? Memang hanya orang-orang pinter kok Mas, yang bisa menyebutkan nama saya dengan baik dan benar (*gubrak, nyungsep ke got*) 😦
ralat ::
Always With Me, Always With You by Joe Satriani….
Tuti :
Yo wis … manut Mas, sak karepmu. Pokok’e I Always Agree With You … 😀
Bu Tuti, anda tinggal di Yogya kan? Tgl 13 saya main di Yogya, dan 14 di Magelang. Terlampir infonya. Moga2 bisa hadir. Silakan disebarluaskan juga pada teman2 yg suka nonton musik.
———-
Konser Gitar Tunggal Jubing Kristianto
Rumah Tembi Yogya, JL Parangtritis km 8,4, Timbulhardjo, Sewon-Bantul YOGYAKARTA 55186
Sabtu 13 Februari, Pukul 19.00, Gratis
***
“Valentine with Jubing Kristianto ” Minggu, 14 Februari 2010
Gedung Serba Guna, Bayleaf / Daun Salam Resto 2nd floor, Jln P Senopati 9 MAGELANG
Show I pukul 15.00,
Show II pukul: 20.00 (termasuk dinner pukul 19.00 )
Reservasi: Sisca 0812 296 4564 & Yefta 0888 0283 3003
***
Tuti :
Terimakasih informasinya, Mas Jubing. Waktu saya beli CD Mas Jubing tempo hari, saya diberi tahu kalau tahun 2009 Mas Jubing akan show ke Yogya. Karena nggak ada kabar, saya pikir saya sudah ketinggalan berita dan nggak sempat nonton. Syukurlah kalau ternyata baru akan dilaksanakan tanggal 13 besok.
Sekali lagi, terimakasih informasinya 🙂 🙂
Sukses ya!
Penyakit kutil kelamin termasuk penyakit kelamin menular seksual yang dapat dialami baik oleh pria maupun wanita bisa diobati dengan obat kutil. Tidak seperti kanker yang tumbuh secara ganas. Penyakit kutil kelamin tumbuh tapi jinak bisa dicegah dengan obat kutil kelamin.