HANCURNYA REPUTASI SANG SOPIR
Begitulah. Ibarat pepatah : “Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya makan juga” ($%&?? …. perasaan ada yang salah ya? yee … kok makan sih? jatuh ‘kali! mentang-mentang puasa, ingatnya makan melulu …)
Begitu tupai, begitu pula saya. Secanggih-canggih saya nyetir, akhirnya nabrak juga. Hiks!
Peristiwanya sungguh tak terencana (ya iyalah, mana ada tabrakan direncanakan). Dua hari yang lalu, ketika sedang melaju pelan di jalan Kusumanegara, dua orang gadis berboncengan sepeda motor tiba-tiba oleng dan jatuh. Saya berjarak tiga mobil di belakangnya, tetapi melihat dengan jelas peristiwa lucu itu (sumpe, dua gadis itu jatuhnya lucu sekali, soalnya pelan-pelan, kayak slow motion di film). Mobil Honda Civic di belakang kedua gadis itu langsung ngerem. Mobil kijang di belakang Honda Civic ikut ngerem mendadak. Saya, di belakang mobil kijang, karena terpana melihat kejatuhan kedua gadis itu, terlambat menyadari bahwa kedua mobil di depan saya berhenti mendadak. Saya pun geragapan menginjak rem, tapi terlambat ….
Cuiiitt … !! Gubraakk …. !! Jedheerr …. !! Krompyang …. !!
Eh, nggak … sebenarnya nggak sedramatis itu kok. Saya cerita hiperbolis aja … hihi. Suaranya cuma ‘krepyek … krusek … cring’ gitu, wong nabraknya pelan, paling dalam kecepatan 30 km per jam. Meskipun begitu, saya kaget setengah mati. Loh, kok nabrak sih? Langsung deh lemes …
Bukan … bukan ini peristiwanya …
Kijang di depan saya menepi, saya pun menepi di belakangnya. Wah, saya harus ganti rugi berapa nih, pikir saya. Pengemudi kijang keluar, dan saya langsung ayem, karena pengemudinya ternyata seorang ibu berjilbab, seumuran saya. Kayaknya urusan bakal mudah. Saya pun keluar mobil, berjalan tenang mendekati si ibu sambil tersenyum (weleh … tabrakan kok senyum).
“Saya kaget, ibu ngerem mendadak” saya bilang.
“Iya, lha mobil di depan saya ngerem mendadak, jadi saya ikut ngerem juga” si ibu menjawab sama manisnya.
“Jadi gimana nih, Bu?” saya bertanya sambil memeriksa lecet di bumper kijangnya.
“Kalau saya sih nggak apa-apa, wong cuma lecet di bemper saja kok. Tapi mobil ibu kan pecah lampunya.”
Saya memeriksa lampu kiri mobil saya. Utuh nggak kurang suatu apa. Si ibu menunjuk ke lampu kanan. Huwaa! Ternyata lampu kanan mobil saya pecah berantakan. Bemper dan bodinya juga penyok sedikit.
Wah, rada parah juga ….
“Kalau ibu nggak apa-apa, saya juga nggak apa-apa” si ibu berkata.
Saya sempat agak bingung juga. Sebenarnya yang salah siapa sih? Dia yang ngerem mendadak, atau saya yang nggak sempat ngerem? Saya merasa saya yang salah, dan si ibu itu kelihatannya juga merasa dia yang salah.
Itulah eloknya kalau dua perempuan Yogya tabrakan : bukannya berantem, malah rebutan salah.
Akhirnya, kami sama-sama kembali ke mobil dengan damai.
Ada cerita yang pernah saya baca di sebuah milis. Pada saat masih pengantin baru, ketika si isteri tabrakan, suaminya dengan cemas memeriksa seluruh tubuh sang isteri, kalau-kalau ada lecet barang sedikit. Sesudah sepuluh tahun menikah, ketika si isteri tabrakan lagi, sang suami menoleh sebentar dari koran yang dibacanya, lalu berteriak menyuruh sopir mengantarkan isterinya ke dokter. Dan setelah dua puluh tahun menikah, ketika si isteri lagi-lagi tabrakan, sang suami bertanya tanpa menoleh dari layar komputer “Mobilnya rusak nggak?”
Saya sudah menikah lebih dari 20 tahun, jadi saya nggak cerita pada suami kalau mobil baru saja nabrak. Saya minta driver kami ngecek ke bengkel, berapa harga lampu untuk mobil saya. Dan berapa, sodara-sodara? Tiga juta saja! Belum termasuk biaya memperbaiki bemper dan bodi yang sedikit penyok.
Lampu kanan yang pecah dan bemper yang tergores
Tobil anak kadal! Tiga juta hanya untuk sebuah lampu? Itu hampir sama dengan gaji sebulan seorang dosen, tauuu? (saya ngasih tahu siapa sih? oh, tentu saja pabrik mobil Bayerische Motoren Werke, atau Bavarian Motor Works itu). Saya jadi teringat si ibu pengendara kijang yang mengatakan, “Kalau ibu nggak apa-apa, saya juga nggak apa-apa”. Terang saja dia ‘tidak apa-apa’, lha wong kijangnya cuma lecet di bemper. Dan, ini yang penting, kijang itu berplat nomor merah. Sudah pasti dia tinggal lapor ke kantor, dan kantor yang akan memperbaiki kijangnya dengan duit negara alias duit rakyat! Sedangkan saya? Mahasiswa akan ngamuk gede-gedean kalau uang SPPnya dipakai untuk memperbaiki mobil dosen yang tabrakan!
BMW memang nyaman dikendarai, tapi ada perilakunya yang tak terpuji : suka mencekik, bahkan menggorok leher pemiliknya. Ketika pertamax naik hampir mencapai Rp. 11.000,- sekitar setahun yang lalu, saya jingkrak-jingkrak seperti monyet terbakar ekornya. Bagaimana tidak, saya menghabiskan sekitar 160 liter bbm per bulan. Dengan harga pertamax semahal itu, sementara mobil saya lahap minum bbm karena ccnya besar (2450 cc), bagaimana saya masih bisa makan?
Ada cerita lain tentang mobil ini. Suatu ketika, saya mengisi bbm. Anak muda yang melayani mengamati mobil saya, lalu bertanya :
“Ibu mabuk ya?”
Eiitt! Rambut saya langsung berdiri mendengar pertanyaan tak sopan itu. Ada dua penafsiran terhadap pertanyaan itu. Pertama, saya begitu katrok sehingga mabuk kalau naik mobil. Kedua, saya jenis perempuan matre yang mabuk kepayang oleh mobil seperti ini.
“Nggak! Kenapa?!” jawab saya sengit. Tanduk sudah mencuat, siap menyerang lawan seperti banteng membidik matador (kayak gambar parpol itu deh). Lha iya, bintang saya kan Taurus.
“Lha itu, mobil ibu kan Bikin Mabuk Wanita” jawab si Mas kalem.
Saya melongo, dan akhirnya ngakak. Orang Indonesia ternyata pinter banget bikin plesetan. Untung si Mas nggak nanya begini : “Ibu waria mabuk ya?”. Lha, kan BMW bisa juga menjadi Bikin Mabuk Waria …
Saya suka memarkir mobil di bawah bogenvile merah di kampus. Bogenvilenya cantik banget ya …
Mobil ini sudah cukup lama saya pakai, sudah hampir 11 tahun. Dia setia mengantar dan menemani saya ke mana pun saya pergi, dan saya suka dengan keanggunan serta kenyamanannya. Berkali-kali suami saya ingin menggantinya dengan mobil yang lebih kecil, jenis city car yang lebih irit bbm, dan lebih murah spare partnya, tapi saya tak tega melepasnya. Apalagi, harga jual mobil ‘seken’ jenis ini sangat jatuh, tak sepadan dengan kelasnya. Untungnya, harga pertamax sekarang sudah turun jauh, sehingga saya tak lagi pening kepala.
Oh ya, nomor mobil ini menunjukkan identitas saya (hahah!). AB 105 TS, artinya : dilahirkan di Yogya pada tanggal 10 Mei bernama Tuti S****. Jadi, saya dan dia memang sudah menyatu.
Yaaah …. tabrakan ini pastinya menghancurkan reputasi saya sebagai sopir kawakan (halah!). Jika karena peristiwa ini iklan saya untuk menjadi sopir pribadi tak lagi dipercaya, saya pasrah …
3 juta hanya untuk lampu?? That’s too much. Namun apa mau dikata. Lha si kesayangan merknya BMW. Itulah konsekwensi yang harus ditanggung. Seumur-umur saya tidak pernah mengimpikan punya mobil semewah itu. Impian saya hanyalah Kijang kotak yang dimodifikasi untuk kenyamanan dolan keluar kota.
Ya sudah bu. Itung-itung pengalaman berharga. Semakin berumur memang reaksi kita makin menurun. Saya juga nggak berani lagi nyetir di atas 90 km/jam lagi. Inget umur.
BTW, pernahkah mengalami tabrakan yang lebih mengerikan lagi? Kalau saya sudah pernah. He he he
Tuti :
Iya, itulah ‘kekejaman’ mobil itu kepada saya, Pak. Mobil itu kalau dijual sekarang murah, tapi kalau ada spare part yang harus ganti, mahalnya ampun-ampun. Saya masih puyeng memikirkan 3 juta itu. Hu … hu …
Tabrakan itu mendadak sekali Pak. Jarak saya dengan kijang di depan itu sangat dekat, jadi begitu dia ngerem mendadak, hanya dalam sepersekian detik, langsung braak!! Nyetir di atas 90 km/jam? Waah … saya biasanya cuma sekitar 50 – 60 km/jam, apalagi di tengah kota, paling-paling 30 km/jam.
Inget umur? Yah, Pak Eko bikin saya merasa kayak nenek-nenek aja 😥
Saya pernah mengalami kecelakaan yang sangat mengerikan, tapi bukan saya yang nyetir. Ceritanya, bus yang saya tumpangi melindas orang, padahal saya duduk di atas roda, jadi merasakan betul ketika roda bus melindas tubuh orang itu. Bunyinya ‘kretak-kretak’ gitu. Bagaimana perasaan saya? Duh …. jangan tanya … 😥
Masya Allah!!!, itu sih horor. Dibandingkan yang saya alami, pengalaman bu Tuti jauh lebih menyeramkan. Saya hanya mengalami mobil terbalik karena selip di jalan yang licin dan jalan kencang. Akibatnya tangan kanan ketindihan mobil. Untung tidak cacat. Hanya tidak sempurna lagi main gitarnya.
90km/jam itu hanya nyetir luar kota, di jalan tol, dan sepi. Di dalam kota ya gak bisa lebih dari 30km/jam.
Tuti :
Peristiwa melindas orang itu terjadi tahun 2005, ketika bersama rombongan ibu-ibu jamaah haji mau piknik ke pantai Ayah, Kebumen. Saya duduk di sebelah kanan, baris ke 3, pas di atas roda. Ada anak muda boncengan sepeda motor nyalip bus, tiba-tiba dari arah depan muncul sepeda motor lain. Dua sepeda motor itu tabrakan, anak muda yang nyalip terlempar persis di depan bus. Sopir sudah berusaha ngerem, tapi jaraknya terlalu dekat. Jadi terlindaslah satu pengendara dan motornya, sementara yang mbonceng terlempar ke arah lain dan selamat.
Betul Pak, mengerikan sekali ketika merasakan roda bus melindas tubuh anak muda itu. Bus langsung berhenti dan semua penumpang disuruh turun. Kami dipesan wanti-wanti untuk jangan melongok ke kolong bus, tapi saya tak bisa menahan keinginan melihat keadaan anak muda yang tertabrak itu. Aduh … nggak usah cerita deh, kayak apa bentuknya … 😦
Saya ngeri membayangkan waktu tangan Pak Eko ketindihan mobil itu … 😦
wah..lama gak berkunjung kesini.. sebelumnya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa..moga membawa barokah…wah ceritanya ada lucunya juga walaupun kecelakaan…he2
Tuti :
Selamat menunaikan ibadah puasa juga, Mas Noersam.
Lucu? Ketika diceritakan memang lucu, tapi akibat sesudah tabrakan itu bikin lemes lho …
Itulah eloknya kalau dua perempuan Yogya tabrakan : bukannya berantem, malah rebutan salah.
Hahaha … ibu ini ada-ada saja …
Ngomong-ngomong … Mesin mobilnya nggak papa kan ? Karburtornya ? trus sistem pendingin nya ? wipernya ?
(lho lho lho … yang ditanya kok mobilnya semua ..??)
Maap bu ?
Yang jelas ibu ndak apa-apa toh ?
Salam saya
Tuti :
Yaaah …. Om, yang ditanya kok mobilnya sih? Om pernah kerja di bengkel ya … hihi 😀
Mobilnya ndak apa-apa kok Om, ya cuma mata kanannya itu … eh, lampu kanan itu yang harus ganti kaca mata …
Alhamdulillah saya juga ndak apa-apa, cuma sekarang harus puasa supaya bisa beli lampu baru (yeee … memang lagi bulan puasa 😀 )
Terimakasih Om, tumben subuh-subuh sudah nyamperin saya … 🙂
Syukurlah mbak kalau mbak sendiri tidak kenapa-kenapa. Soal 3 juta lampu…ya sementara tidak pake lampu toh tidak apa-apa hihihi (ngga boleh nyetir malem gitu)
Pengalaman ini memang harus dipunyai semua pengemudi. Masih lebih keren mbak, nabrak mobil daripada nabrak tiang atau tembok hihihi.
EM
Tuti :
Waktu tabrakan sendiri memang nggak apa-apa Mbak, tapi sekarang merana dan menderita karena mikir yang 3 juta itu … hiks … 😥 Nggak usah pakai lampu dulu? Sekalian aja lampu kanannya ditutup lakban ya Mbak, jadi kayak orang yang habis operasi mata … hihi …
Setuju, Mbak … masih keren nabrak mobil ya, daripada nabrak tiang atau tembok, apalagi nabrak bak sampah yang kotor dan bau, dan saya terperosok di dalamnya … huwaaa!
Wah larang yo Bu….
Saged diagem tumbas sego kucing sak bakule 🙂
Btw sejak di sini aku telah beberapa kali mobilku nabrak/ketabrak mobil lain 🙂 (amit2 semoga udah ga lagi:p)
Dan herannya pas selesai tabrakan gitu nggak peduli sapa yang salah sama2 senyum, keluar, tukar menukar SIM dan nomer telepon asuransi, salaman, lalu pergi.
Ingat waktu pertama kali pas datang ke sini lalu tabrakan wah aku udah mau sok jadi preman, keluar mobil, eh lha kok jebul orangnya senyum dan nanya “How’s things, Mate?”
We lha …. 🙂
Tuti :
Iyo-e Don, larang tenan. Kapok aku nabrakke mobil meneh … 🙂
Saged diagem tumbas sego kucing sak bakule? Maksudmu, bakule kuwi kucing? 😀
Wah … ‘budaya tabrakan’ orang Ostrali kayaknya perlu ditiru ya? Nggak perlu baku hantam, baku pukul, baku mulut. Soalnya di sana semua sudah diasuransikan ya?
Btw, tukar menukar SIM itu maksudnya gimana? Lha kalau mengemudi pakai SIM orang lain apa nggak berabe?
Aaah…itulah dunia sopir mbak tut!! dunia kita berdua, hehe. Kaluk di jkt jangan harap ada duel rebutan salah, yang ada ya minta ganti cash di tempat! kaluk perlu tonjok2kan dulu! Kaluk asuransi si BMW diperpanjang, mbak tut gak bakalan pening mikirin bandrol si lampu!
Oya, Ayik punya versi BMW yang lain mbak: Batang Muda Wow…untuk nandingi yang pada suka daun muda hihi…
Tuti :
Wah, kalau gitu untuk jadi sopir di Jakarta harus kursus tonjok dulu ya …. 😀
Nggak tahu tuh, mobil saya diasuransikan nggak. Kayaknya sih nggak 😦
Mbak Ayiiik … Batang Muda Wow itu kayak apa wujudnya? Kok imejnya rada nggilani gitu …
walah, lampu aja sgitu (*geleng-geleng kpala*)
tapi ya itulah konsekuensi Bikin Mumet Wanita he..he…
tp syukurlah ibu tidak apa apa… btw jdnya siapa yg berhasil merebut si salah, kok kayaknya saling melepas salah setelah saling berebut he.he.he..
Tuti :
Wakakaka …. habis Bikin Mabuk Wanita, terus Bikin Mumet Wanita ya 😀 😀
Si Salah akhirnya dibagi adil dan rata : masing-masing memperbaiki mobilnya sendiri-sendiri. Karena kayaknya salah saya lebih besar, maka biaya perbaikan mobil saya pastinya juga lebih besar 😦
Duch, jadi mikirin uang 3 juta nich yach mbak 🙂 Jadi harus lebih irit nich ??? Tapi mbak Tuti baik2 aja khan, cuma shock karena 3 juta doang khan ?. Tak bisikin mbak…tinggal bilang misua Mas MAM, kalau ada keperluan mendadak alias urgent banget sebesar 3 juta, terus kalau udah dikasih tinggal dibayar pakai Soft Kiss, tapi abis buka puasa, hihihi 🙂 🙂 🙂
Tapi masih untung lho mbak, hanya lampu kanan & bampernya yang lecet dikit, kalau nabraknya kenceng khan bisa lebih parah yang harus di perbaiki. Belom lagi biaya ngobatin sopirnya yang shock & benjol2, hihihi….(Aneh yach orang kita udah kena musibah masih bilang untung, lho yang bilang untung siapa ?. Haiyah……intermezo).
Nah… saya bisa ambil hikmah positifnya dari peristwa yang mbak Tuti alami, kalau terjadi hal serupa kita nggak boleh panik, tetap tebar senyum sama yang nabrak or ditabrak, nggak saling ngotot, akhirnya bisa cepet selesai dgn cara damai dan terhormat…Indahnya….”Good Solving”
Selain itu kalau ada kecelakaan di jalan, pandangan kita harus tetap fokus pada jalan & kendaraan kita, jangan fokus pada tabrakan/ kecelakaan yang terjadi, krn yang sering terjadi kecelakaan / tabrakan berikutnya terjadi akibat melihat kecelakaan / tabrakan sebelumnya. Nah lho….
Ok, dech sekian dulu obrolan paginya, udah nggak pusing khan mbak 🙂 🙂 🙂 See you 🙂 🙂 🙂
Best regard,
Bintang
Tuti :
Iya Mbak Elin, saya nggak apa-apa, cuma schock dengan angka 3 juta itu. Tapi nggak mau lama-lama ah schocknya, ntar kalau sampai harus minta bantuan psikolog untuk menyembuhkan schock, kan tambah bengkak lagi tuh yang 3 juta (dan akhirnya tambah schock lagi … hahaha 😀 )
Memang di jalan, perhatian kita harus terus fokus pada situasi yang ada di depan. Out of focus sedetik saja, akibatnya bisa fatal. Makanya, nggak salah tuh kalau di bus ada tulisan “Dilarang Bicara Dengan Sopir” (kalau ngobrol boleh? hehehe … )
Terimakasih Mbak, udah nggak pusing lagi kok …. eh, tapi kok ganti mules ya … 😦
salam hangat,
Braak..!! Lampu kanan pecah..
Criing..!!! Duit 3jt melayang hiihi..
Allhamdulillah ibunya gakpapa, udah cek dokter buk. mungkin ada luka dalam..
*sakit hati maksudnya* 😀
Tuti :
Kayaknya yang perlu dicek dompetku Ta, robek apa jebol … 😀
Bu, kalau kemahalan lampunya, dipasangin lampu sentolop eh maksudnya, lampu senter aja gimana? Lebih murah, tapi memang ndak elit sih … hihihi.
Untung saja Bu Tuti ndak kenapa2, kalau sampai kenapa2 kan blog ini bisa hiatus lama… Banyak yg kecewa nanti 😀
Tuti :
Good idea!! Terus nanti yang megangin sentolop Kris ya, sambil tengkurep di kap depan …. hihihihi …. 😀
Iya, untung saya masih beruntung. Padahal si Untung saja nasibnya nggak beruntung (*halah, ngaco.com*)
Wah baru aja liat berita suami BCL tabrakan mobil eh baca blog bunda Tuti juga sama, he he. Bedanya mobilnya Ashraff rusak parah, kalo mobil bunda kan lebih ringan, meski harus ganti lampu yang brp bun? 3 juta..?! 😆 o’ouww.. he he..
Yang penting bunda baik-baik aja.. 😉
Tuti :
Wah, kalau gitu saya kompak dong sama Ashraff. Kok saya nggak masuk infotainmen ya …
Terimakasih Yun, yang penting Yuyun juga baik-baik saja (batuknya sudah sembuh kan?)
duh… puasanya bu tuti lagi diuji nih…
gak apa2 kok bu, bila 3 juta melayang saat ini, yang penting kan diri sendiri selamat. semoga nanti dapat gantinya 10 kali lipat, hehehe… 😀
Tuti :
Amin 33x … semoga doa Uda Vizon tentang ganti 10 kali lipat dipenuhi Allah. Insyaallah doa sahabat yang tawadhu’ adalah doa yang mustajab.
Tapi bukan berarti lalu beli 10 lampu kan, Da? 😀
Mestinya kalau ganti jangan yang baru tapi yang seumuran, cuma kan susah nyarinya.
Kakak ipar saya yang bekerja di bengkel malah bilang, kalau mobil semacam itu masuk bengkel kok cuma habis 1 jutaan, pemiliknya malah kecewa. Minimal yaa 4 jutaan. Mungkin kalau istilah pemasarannya : itulah perilaku konsumen.
Untungnya nggak cerita sama suami ya..? Kalau cerita malah ditanyain mobilnya gimana terus habisnya berapa gimana sih kok bisa gitu…?
Kalau plat merah nggak mesti lho dari uang negara karena dana perawatan kan terbatas.
Salam kenal
Tuti :
Salam kenal juga, Mas Big (emang segede apa sih? 😀 )
Iya, mungkin saya perlu blusukan ke pasar loak ya, siapa tahu nemu lampu kanan BMW 🙂 Sinyalemen kakak ipar Mas Big kayaknya bener, meskipun kerusakan dan perbaikannya sama, kalau mobilnya bersimbol lingkaran biru putih, pemilik bengkel langsung aja menggetok harga. Padahal BMW yang umurnya sudah lewat 10 tahun harganya murah lho.
Belum cerita sih sama suami, tapi kayaknya akhirnya harus cerita juga (supaya dibayarin yang 3 juta … 😀 😀 )
Tobil anak kadal hehehehe…
kalo gak salah pernah dengar lagu jawa yang tobil-tobilan gitu deh bu…lali aku.. OOT
Tuti :
Wah, kenal sama Tobil juga ya, Dhal? Emang berapa tahun sih di Yogya, sampek sempat kenalan sama Mas Tobil?
😀
Mbak Tuti nggak apa2 kan….?
kalau mobilnya lecet,
yah biarin ajalah…
kl mobil bisa diganti,
kl Mbak Tuti yg satu ini,
mo di mana dicari gantine……
btw, walaupun Mbak Tuti
pengemudi kawakan….,
saya siap loh, lomba
balapan dengan dirimu…..
hmmmm 🙂
Tuti :
Saya nggak apa-apa kok Bang. Lha wong habis tabrakan masih bisa senyum-senyum sama si ibu yang saya tabrak. ‘Sakit’nya baru setelah tahu harga lampu mobil itu 3 juta …. 😦
Balapan dengan saya? Oke aja Bang. Tapi Bang Mike pakai mobil 1000 cc, saya pakai mobil 2500 cc ya 😀
waaaaa……ngeri juga yah tabrakan. Miris mbayanginnya
ya udah lah 3 jt direlakan saja….pasti ada gantinya..
yg penting mbak Tuti ngga pa2…..BMW seh mantaffff
Tuti :
Tabrakan ‘beneran’ pastilah ngeri. Kalau tabrakan saya kemarin kan cuma ‘main-main’, wong sebenarnya kecepatan mobil pelan saja ko.
Ah, BMW nggak mantaf-mantaf amat kok, buktinya bisa juga lampunya pecah 😀
Sahabat mari kita gunakan momentum PUASA RAMADHAN ini untuk mempersatukan RASA.. membentuk satu keluarga besar dalam persaudaraan ber dasarkan CINTA DAMAI DAN KASIH SAYANG.. menghampiri DIA.. menjadikan ALLAH sebagai SANG MAHA RAJA dalam diri.. menata diri.. meraih Fitrah Diri dalam Jiwa Tenang.. menemukan Jati Diri Manusia untuk Mengembalikan Jati Diri Bangsa
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabat Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fullllllllllllllllllllllllllllll
HIKMAH DIBALIK CERITA MBAK TUTI…..
*HIKMAH-1: Alhamdulillah mbak Tuti tetap aman2 saja (sebetulnya INI yg paling mahal dari 3jt), dari pada…… mobil Ba Mim Waw`nya tetap mulus tapi kepala kejentuk sampai terluka (iihhh amit2).
*HIKMAH-2: Saya belajar dari SABARnya dua ibu yg terlibat accident di jalan, Bukan dua2nya merasa benar, malah masing2 merasa bersalah (sualut mbak).
Pasti masih banyak Hikmah2 lainnya mbak… Semoga ibu yg mobilnya disruduk tadi memang benar2 hatinya memang baik (Possitive thinking`nya……. Bukan krn mobil plat MERAH dan nanti yg rusak akan diganti kantornya).
Tuti :
Dua hikmah yang disampaikan Mas Karma betul. Hikmah yang lain : harus selalu waspada jika menyetir.
Untuk ibu pengendara kijang, iya …. saya positif thinking kok. Saya cuma bercanda saja 😀
Untung saya gak punya mobil. So, gak kehilangan 3 juta.
he.. he..
Salam kenal
Tuti :
Jadi supaya untung terus, nggak usah punya mobil terus aja … 😀
Salam kenal juga
ya ampunn, itu foto pertama bikin saya shock.
kok tiba2 ada kepala orang nyundul mobil (ampe penyok!)
dasar si tantee.. iseng 😀
mobilnya buat saya aja, tante.. saya ga keberatan ko punya bmw, biarpun ada kaca lampunya pecah sebelah.
*nanti saya pasangin senter aja deh..*
Tuti :
Gimana kalo Narpen saya kasih pecahan kaca lampunya aja? 😀 soalnya, mobilnya saya masih butuh, hehe …
Walah, kalau dua perempuan Yogya tabrakan pasti akan begini ” monggo kula aturi numbuk malih…sepindah malih mboten punapa2, saestu, sampun pakewet… mobil sampun kawula angsuranseaken…”
Qiqiqiqi….
Tuti :
Hihihi …. pasti pemilik mobil itu namanya Ayik, yang maksa-maksa orang buat nabrak mobilnya 😀
Inggih, kasinggihan, kulo mboten pakewet kok numbuk mobil panjenengan, menopo malih yen panjenengan wonten nglebetipun …
Ah, Mbak Tuti ini, cerita tentang kecelakaan aja lucu.
Palagi kalo cerita tentang yang lucu-lucu ya…
pasti lebih lucu…..hihihi.
Mbak, I love you fuuullll…..
Tuti :
Lho, Dewi belum tahu ya, kalau saya ini kembarannya Nunung Srimulat?
Hihihi … I love you full too Dewi 🙂
harga satu lampu hampir sama dengan notebook milik saya Bu!
Tuti :
Gimana kalau notebook Mas Narno saya tukar aja dengan lampu saya? 😀
saya 10 Tahun di Jogja Bu…
jadi kenal ama yang namanya tobill…
hihihi kalo gak salah lagune manthous ya bu?
“eee’eee tobil, wong legan golek momongan”
ngono po lirik’e???
Tuti :
Wah … 10 tahun? Lha kok ora entuk pacar wong Yogya ki piye Dhal? Ora payu to? Sakne temen awakmu iki … hihihi 😀
Haduh, lagu campur sarinya Manthous ya? Tobiiil … aku ora kenal … aku ngertine Sunyahni je 😀
Alhamdulillah….mobil saya telah saya asuransikan…..tapi meskipun begitu, sumpah deh, saya nggak ingin nabrak atau ditabrak……….
Terima kasih Mbak, dengan cerita dari Mbak ini saya akan lebih hati-hati dan konsentrasi penuh saat di jalan. Saya sadari bahwa kadang-kadang saya memang tak penuh konsentrasinya sehingga sering kaget kalau terjadi sesuatu di depan.
Syukur kalau Mbak tidak cedera apa-apa (kecuali hatinya tadi). Lebih hati-hati lagi deh Mbak………(saya yakin kalau Mbak Tuti sudah hati-hati, makanya saya pesan: lebih hati-hati lagi….). Oke?
Tuti :
Baguslah kalau mobil Buhan sudah diasuransikan. Asuransinya bukan yang ‘all risk’ kan? Katanya, asuransi jenis itu baru memberikan ganti rugi kalau mobil rusak total. Kalau cuma rusak ‘agak total’, mereka gak mau nanggung 😦
Iya, saya ini kalau nyetir pelan dan hati-hati. Eee … kok ya nabrak juga. Jadi nabraknya itu pelan lho, nggak ngebut. Terimakasih sudah diingatkan lagi … 🙂
wah ceritanya terlalu dermatis sekali . nice
Tuti :
Iya … dramatis dan romantis 😀
Ibu gpp kan tapi?
selain yang ga enak hati gara2 harus bayar 3 juta itu lo maksudnya hehehe..
wah 3 juta ya. banyak banget mbak. bisa buat makan2 kalau uda berbuka puasa. jangan sekarang nanti batal puasanya. 😀
Tuti :
Iya, bisa buat ngasih takjil orang semasjid ya … tapi ya sudahlah, namanya juga musibah 😦
Wahh saya paling nggak ngerti urusan mobil…lha cuma punya SIM, tapi nggak berani nyopir.
Mbak, mobilnya nggak diasuransikan ya? Soalnya, biar mobilku murahan ( Toyota Corrola dan Avanza), semuanya diasuransikan. Sehingga jika kena sundul mobil lain, nggak marah, maklum di Jakarta…kalau nggak nyrempet ya kesrempet.
Lha saya, minimal dua minggu sekali naik taksi….lama2 kok tambahan pendapatannya hanya pas untuk naik taksi pp ya? Dulu, saat masih aktif kerja, dapat mobil dinas “Camry”, tapi sopir dan bensin biaya sendiri….walahh…tiap bulan keluarnya Rp.3 juta, bensinnya boros banget.
Jadi saya sekarang menikmati naik kendaraan umum saja, taksi dan bajaj….mau desek2an bis, badan ini udah nggak kuat lagi.
Ha..ha..ha…lama nggak buka Blog…mbak Tuti bikin saya tertawa..
Kok ada ada saja mbak….BMW gitu loh…maka sekrupnya pun mahal,maka pakai Panther saja seperti yang saya pakai sehari hari. AB1331 DS..dinggo mblusuk mblusuk gang di kampung kampung tetep OK….Dan senengnya naik Panther, bisa untuk tumpangan Ibu2…perlune sambil Ngobrol…
Tuti :
Lha adanya itu je Mbak, nggak bisa milih … 😦
Itu mobil sudah tua, kalau dijual murah banget. Ditukar city car aja tombok banyak. Tapi kalau ada yang rusak, biaya perbaikannya bikin bangkrut. Kayak buah simalakama to?
Ya sudah, terima nasib aja … 😦
wakakaka … waktu itu sempet baca postingan bu tuti tentang mengemudi dan senyum2 waktu membaca beberapa paragraf pertama dan langsung ketawa pas si ibu yg bawa kijang bilang “kalo ibu gpp saja juga gpp” terang aja … hehehehehe
sabar ya bu … semua ada hikmahnya tuh, mungkin bu Tuti di minta ngasih rejeki dibulan puasa untuk para mentor bengkel … hehehehe
Tuti :
Iya ‘kali ya … saya disuruh ngasih rejeki ke montir. Tapi sampai sekarang rejekinya masih saya tunggu, jadi lampu mobil itu, yah … masih aja pecah, belum diganti … hiks … 😥
Tentang kelebihan dan kekurangan Mobil Mewah, komentar saya: sudah punya….jadi masalah….belum punya….lebih masalah lagi…..(nggak punya sih)
Tuti :
Jadi gimana Bang? Sama-sama bermasalah, lebih baik punya ya … 😀
Do a kindness right now