HYMENOPLASTY DAN SELAPUT DARA PALSU, SIAPA MAU?
Mungkin banyak di antara kita yang tidak keberatan memakai barang palsu, seperti sepatu atau tas bermerk palsu, rambut palsu, sampai kecantikan palsu hasil polesan kosmetik. Tapi bagaimana dengan selaput dara palsu?
Selaput dara palsu? Ya ampuun …
Hymen atau selaput dara adalah bagian yang paling sensitif dari tubuh perempuan. Membran tipis ini selalu dijadikan simbol moralitas, harkat dan kesucian perempuan. Meskipun demikian, rusaknya selaput dara tidak selalu karena tindak a-susila, bisa juga karena olah raga, kecelakaan, atau sebab yang lain. Rusaknya selaput dara karena tindak seksual pun bisa terjadi akibat perkosaan, dimana perempuan bukan menjadi pelaku, melainkan korban.
Apapun sebab rusaknya selaput dara, sebagian besar pria (di masyarakat Timur) masih menginginkan istri dengan selaput dara utuh. Ini adalah realita. Dan realita ini yang menyebabkan produk selaput dara palsu laris manis. Mungkin pepatah ‘laris bak pisang goreng’ akan berubah menjadi ‘laris bak selaput dara palsu’ …
Ini tragedi bagi perempuan.
Kesucian ibarat bunga, yang indah namun rapuh, sehingga harus dijaga agar tidak rontok kelopaknya sebelum dipetik oleh yang berhak (foto : diedit dari Kompas.com)
Rusaknya selaput dara karena olah raga, kecelakaan, atau perkosaan adalah kondisi yang tidak berkaitan dengan moral dan susila, sehingga kita pasti sepakat untuk menerimanya dengan lapang dada, bahkan simpati dan empati kepada perempuan yang mengalaminya. No more discuss for that. Tapi bagaimana dengan selaput dara yang rusak karena tindak a-susila pemiliknya?
Ketika seorang gadis melakukan hubungan tak halal yang mengakibatkan selaput daranya rusak, sudah pasti dia — pada saat itu — tak bermoral (juga laki-laki yang menjadi pasangannya!!). Tapi tidak lantas berarti selamanya ia adalah insan tak bermoral. Andaikan seorang perempuan hidup selama 70 tahun, dan ia melakukan kekhilafan selama 2 – 3 tahun, lalu selebihnya meniti jalan lurus, apakah adil menjadikan kurun 2 – 3 tahun itu untuk menilai moralitasnya?
Tentu masalahnya sangat berbeda jika perempuan tersebut memiliki perilaku pergaulan bebas yang memang sudah menjadi karakternya.
Masyarakat menilai bahwa kegadisan adalah simbol moralitas yang tak bisa ditawar. Suami yang mendapati istrinya sudah tidak gadis lagi, seringkali merasa berhak menghukum dengan melakukan apapun, termasuk melakukan kekerasan fisik (menyiksa badan) maupun kekerasan mental (menghina, mengintimidasi), hingga menceraikan. Di satu sisi, sikap suami yang seperti itu bisa dipahami (bukan diterima!) karena ia merasa dibohongi, tetapi di sisi lain, memperlakukan istri dengan semena-mena adalah melanggar hak azasi dan kemanusiaan sang istri.
Keharmonisan suami-istri akan tercipta jika kedua belah pihak jujur dan bisa menerima kondisi pasangan apa adanya (foto : tabloid Nova, diperankan oleh model)
Yang terbaik memang menceritakan kondisi sebenarnya secara jujur, sebelum seorang gadis (yang sudah tidak gadis lagi) akan menikah dengan seorang pria. Tetapi inipun bukan pilihan yang mudah dan tanpa resiko. Tidak mustahil, sang pria tak bisa menerima kondisi calon istrinya dan membatalkan pernikahan. Itulah sebabnya tidak sedikit perempuan mau melakukan tindakan apapun untuk bisa ‘mengembalikan’ kegadisannya, baik dengan operasi selaput dara (hymenoplasty), dan yang sekarang sedang heboh adalah dengan memakai selaput dara palsu …
Dr. Boyke Dian Nugroho, Sp.OG, MARS, pakar seksologi dan ginekologi dari Klinik Pasutri, mengaku bahwa ia sangat selektif melakukan hymenoplasty kepada gadis yang selaput daranya rusak akibat hubungan seksual. Pasien harus menandatangani surat perjanjian bahwa ia hanya akan satu kali saja melakukan hymenoplasty, tidak akan melakukan hubungan seksual pranikah lagi, dan operasi itu dilakukan dengan sepengetahuan orang tuanya.
Mengapa Dr. Boyke mau melakukan hymenoplasty? Apakah berarti ia menyetujui adanya ‘pembohongan’? Dokter gaul yang juga selebritis ini mengatakan, “Kasihan kalau kelak setelah menikah ia diceraikan suaminya. Ada juga pasien yang sudah tiga kali gagal menikah setelah mengatakan dengan jujur kondisinya. Buat saya, bisa membuat seorang wanita tidak diusir atau diceraikan suami, sangat melegakan.”
Dr. Boyke Dian Nugraha, ahli merangkai kembali ‘kelopak bunga yang sudah rontok’ …Β (foto : tabloid Nova)
Hymenoplasty sendiri hanya berlangsung selama 15 – 20 menit dengan pembiusan lokal hingga pasien tak perlu menginap. Semakin muda usia pasien, dan semakin jauh jarak waktu operasi dengan pernikahan, makin bagus hasilnya. Biaya operasinya pun relatif tak terlalu mahal, antara Rp. 1 juta hingga Rp. 5 juta.
Menurut dokter bersuara merdu yang sudah menelurkan album rekaman lagu ini, berdasarkan penelitian, 70 – 80 persen pria menginginkan istrinya masih perawan saat menikah, padahal ia sendiri belum tentu masih perjaka. Ini suatu ketidakadilan. Itulah sebabnya untuk beberapa kasus, ia mau membantu.
Bagaimana dengan selaput dara palsu yang berasal dari Cina dan Jepang? Seorang penjual yang memasarkan produk dari Jepang mengatakan, harganya berkisar antara Rp. 300 ribu hingga Rp. 1 juta rupiah. Setiap kemasan berisi dua buah, satu untuk percobaan (haiyah, pakai percobaan pula!) dan satu lagi untuk dipakai pada hari-H (malam pengantin). Bahannya seperti membran, tinggal ditempel saja. Jika robek, membran ini akan mengeluarkan ‘darah’ (sudah pasti darah palsu, namanya juga selaput dara palsu … )
Sumpe, ini bukan bubuk bumbu mie instan, tapi selaput dara palsu. Karena ‘palsu’, ya tidak bisa dibuktikan keasliannya. Percaya aja deh … (foto : tabloid Nova)
Harga hymenoplasty ataupun hymen palsu tidak mahal, tetapi harkat perempuan sangatlah mahal. Menjaga kesucian diri harus dilakukan seumur hidup, bukan hanya ketika seorang perempuan masih berstatus gadis dan masih dituntut untuk memiliki selaput dara utuh. Perempuan yang sudah menikah lebih-lebih lagi harus menjaga ketat harkat dan kehormatannya. Ada yang beranggapan, justru karena punya suami, seorang perempuan memiliki ‘keleluasaan’ untuk melakukan hubungan tak halal, sebab jika ‘berbuah’ pun, toh ada suaminya. Sebuah anggapan yang benar-benar sesat!
Setiap manusia bisa khilaf, baik laki-laki maupun perempuan, dan selalu ada kesempatan untuk memperbaiki kekhilafan tersebut. Tetapi, lebih baik berhati-hati dan selalu mawas diri sebelum kekhilafan terjadi …
(sumber : Tabloid Nova & Kompas.com)
wah mbak…aku susah untuk komentar nih. Masalahnya apa yang dituliskan kan sudah jelas tidak perlu di pertanyakan atau diragukan.
Yang mengherankan polemik ttg selaput dara palsu selalu “ramai” bahkan sampai saat ini. Saya kenal Jeunglala kan karena tulisan dia yang bombastis ttg selaput dara hihihi.
EM
Tuti :
Sebenarnya masalah selaput dara masih (dan akan terus) kontroversial. Pandangan kelompok agamis, moralis, dan feminis liberal berseberangan dengan cukup tajam. Dua kelompok pertama memandang bahwa kesucian perempuan adalah mutlak, sedangkan kelompok terakhir memandang bahwa perempuan memiliki hak mutlak atas tubuhnya, sehingga apakah ia mau perawan atau tidak adalah haknya pribadi.
Ya, saya juga baca posting Lala tentang itu, dan sebagian saya setuju, sebagian tidak. Saya sih berusaha untuk memandang permasalahan ini secara seimbang : tidak membela perempuan yang kehilangan kegadisan karena perilaku bebasnya, tapi juga tidak menghukum mereka dengan semena-mena …
Saya selalu ingin membela perempuan yang mengalami ketidak-adilan, tetapi saya bukan penganut feminis-liberal.
Uff … perempuan memang selalu menarik untuk dijadikan polemik ya Mbak … π
Wah… namaku disebut sama sis Imelda! Cihui!!!
Jadi musti berterimakasih dengan tulisanku itu sampai akhirnya bisa dekat dengan orang sehebat beliau! π
Eniwei,
Perbincangan selaput dara jelas tidak akan pernah selesai. Semua orang memiliki pendapatnya masing-masing dan akan selalu pro kontra. Namanya juga kepala dengan isi yang berbeda-beda, jadi penting nggaknya selaput dara jelas tidak akan sama untuk masing-masing orang.
Tapi buat saya nih, Bunda…
Say no to operasi selaput dara!
Memangnya mau membuktikan apa?
Mau bukti kalau dia masih perawan? Buat apa? Supaya nggak ditinggalin suaminya?
Aih, kalo suami ninggalin cuman karena selaput tipis yang disebut selaput dara itu, berarti rasa cintanya dipertanyakan! π
Tuti :
Nah, ini dia tokoh yang dibicarakan, muncul dengan tiba-tiba … hallo La!
Betul La, isi kepala orang memang berbeda-beda. Itulah sebabnya kehidupan menjadi penuh warna. Yang penting adalah menghargai pendapat orang, tanpa kehilangan kepribadian dan jati diri kita sendiri.
Meskipun demikian, untuk hal-hal tertentu tetap saja ada nilai mutlak dari kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan. Melanggar norma agama misalnya, tentulah hal yang salah. Bahwa kemudian ada orang yang bisa menerima kesalahan itu, ada yang tidak, disitulah letak ranah kebebasan berpendapat. Bukan begitu bukan? π
Saya juga La, nggak mau operasi selaput dara (buat apa, coba? hahaha … π wong sudah nikah hampir 25 tahun!)
Tapi, membaca pengalaman Dr. Boyke yang berpengalaman menghadapi sekian banyak permasalahan menyedihkan para gadis yang selaput daranya rusak, saya memahami, bahwa bagi sebagian (atau banyak) perempuan, operasi selaput dara memang bisa menyelamatkan hidupnya. Dan jika memang demikian, seperti kata Dr. Boyke, saya senang bila melihat sebuah kehidupan bisa diselamatkan.
Benar, Bunda. Kalau memang ukurannya adalah agama, tentu saja selaput dara yang terkoyak akibat pergaulan yang salah adalah perbuatan yang sudah tidak bisa ditolerir lagi oleh agama. Tapi sama seperti yang Bunda tulis di atas, di mana kesalahan 2-3 tahun padahal dia sudah insyaf sampai puluhan tahun, tapi nggak ada yang menilainya sebagai sesuatu yang berarti. Ini jelas nggak adil…
Bunda, tapi tetap saja…
Operasi selaput dara saya anggap tidak perlu. Memang, suami pasti akan tergoncang kalau tahu ternyata istrinya tidak perawan lagi *dan tidak jujur sebelm menikah*, tapi rasa cintanya yang tulus bakal sedikit demi sedikit mengikis rasa kecewanya itu.
Buat Lala, itu adalah suami yang baik.
Kalau dia memilih pergi, berarti…. dia lebih cinta selaput dara istrinya, bukan sosok istrinya…
*lah, komentarku panjang bener! wekekekekeke*
Tuti :
Lala, tentu saja semua perempuan berharap memperoleh suami yang demikian tulus dan besar cintanya, yang mau menerima dia apa pun keadaannya. Sayangnya, tak semua perempuan memiliki kemewahan seperti itu. Banyak perempuan yang kurang beruntung, yang menikah dengan pria yang hanya memiliki cinta ‘sekadarnya’, yang mengajukan banyak syarat. Dan banyak perempuan yang tidak cukup kuat untuk hidup sendiri tanpa suaminya (yang menuntut banyak dari dirinya itu). Jadi, menurut saya, biarlah seorang gadis mengoperasi selaput daranya, jika dengan cara itu dia akan bahagia dan membahagiakan suaminya.
Saya hanya bisa berharap, semoga para wanita (tidak hanya yang masih gadis saja) bisa menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Dan jika gagal, sehingga pernah melakukan kekhilafan, dan karena kekhilafan itu lalu tidak berhasil menemukan seorang pria yang mau menerima dia apa adanya, dia cukup kuat untuk hidup di atas kakinya sendiri …
No comment.
Udah mantap uraiannya.
Jelas sejelas jelasnya.
Jadi, mendingan dijaga deh biar nggak sampai rontok.
Tuti :
Sebenarnya, yang harus digarisbawahi (dan ditekankan kepada para gadis … dan perjaka juga!) bukanlah ‘rontoknya kelopak bunga’ itu semata-mata, tetapi pola pergaulan yang harus dijaga. Kalau yang ditakutkan cuma rontoknya, ada banyak cara untuk menggoyang-goyang bunga itu tanpa merontokkannya. Nah, padahal menggoyang-goyang bunga itupun kan nggak boleh.
Gitu nggak sih Bang?
Wah ini dia yg bikin bangsa ini gak maju2, kalo masih ada orang yg apatis dan kolot..
gak adil bgt buat perempuan..
Coba punya cowok ada segelnya, bisa liat apa udah pernah perjakain (perawanin) apa belum.. π
Tuti :
Masalah ini memang bisa dilihat dari banyak sisi, antara lain, dari sisi moral dan sisi keadilan kepada perempuan. Nah, kayaknya Ata tipe cowok yang adil nih … yuhuiii π
Ata-chan emang cihui! π
Tuti :
@ Ata : tetap bertahaaaan …. !! π
wah… reportasenya lengkap, baru tahu neh kalo ada hymen palsu… kalo operasi sih sdh pernah dengar, tapi kalo palsu… hemmm baru tahu deh…
makasih sharingnya ibu..
yang jelas, harkat & martabat perempuan tidak setipis dan serapuh hymen
Tuti :
Barang palsu itu memang belum lama masuk ke Indonesia Bro. Saya baca di koran juga baru dalam 2 – 3 hari ini. Terus terang, saya juga kaget membacanya. Miris, gitu …
Setuju Bro, harkat dan martabat perempuan tidak bisa hanya dinilai dari selaput tipis itu. Kehilangan selaput dara sebelum waktunya adalah kesalahan, tetapi siapa sih manusia di dunia ini yang tidak pernah melakukan kesalahan? Yang ada hanyalah : kesalahannya ketahuan, dan tidak ketahuan …
wah… no komen deh bu….. bukan makanan cowok SMA ini… hihihi
tapi aku akan tetap bersikap dewasa… kulahap juga artikel ini…. akan bermanfaat buat teman-temanku yang cewek….
apakah perjaka tak bisa dipalsukan juga?? hehehehe
Tuti :
Aduuh … kasihan, ini anak kecil harus baca urusan orang dewasa … hwahaha π
Eiitts …. tapi siapa bilang ini bukan urusan cowok kelas dua SMA? Lah yang membuat masalah ini muncul, buuanyak terjadi pada cewek-cewek SMA bahkan SMP, kan cowok-cowok seusia Arif juga. Jadi, sangat bijaksana jika Arif mau membacanya, dan memberitahukannya pada teman-teman Arif, baik yang cewek maupun yang cowok.
Kalau perjaka mah nggak usah dipalsukan Rif, karena seumur hidup lelaki adalah perjaka … π
turut baca sajalah tanpa meninggalkan komen
Tuti :
Loh! Jadi yang ditulis di atas itu bukan komen ya Mas Narno? π
Selaput dara… hmmmm saya males mempersoalkannya. Saya cuma bingung, kenapa dinamai selaput dara ya? π
*jangan2 ada tattoo burung dara di situ???*
Tuti :
Itulah beragamnya karakter manusia. Ada yang males mempersoalkannya, ada yang menjadikannya syarat utama …
Kenapa dinamai selaput dara? Kalau dinamai selaput nenek kan nggak cocok … π
Hem, kali ini saya susah mau komentar apa, bahasannya baru juga tak baca di beberapa media, hahaha….
Mungkin terserah sama pribadi masing2 aza dech π
Kalau saya sendiri setuju 100% dgn apa yang mbak Tuti tulis. Intinya Moral tetap yang utama, kecuali ada faktor 2 lain, harus dilihat duduk masalahnya masing-masing & langkah2 terbaik apa yang dijalani, perlu atau tidak pakai “XXXXX” tadi, hahaha.
Ok, dech mbak see you (sambil cengar-cengir…)
Best regard,
Bintang
Tuti :
Pengin lihat cengir-cengirnya Mbak Elinda … π π
In bottom line saya setuju bahwa selaput dara bukan barang yang bisa setiap saat dibagi-bagikan pada yang berminat. Makanya saya prihatin sekali pada wanita2 yang harus menjajakan selaput daranya untuk menyambung hidup π¦
But the important thing is, jangan menilai wanita hanya dari keutuhan selaput daranya saja. Karena yang seperti Ibu Tuti bilang, semua orang punya masa lalu…
Tuti :
Betul, kita tidak bisa menghakimi seseorang hanya dari satu sisi kehidupannya saja, melainkan harus melihatnya secara utuh. Sayangnya, masyarakat seringkali memiliki penilaian sendiri yang kadang-kadang kejam …
Dada palsu, hidung palsu, dagu palsu, uang palsu, ‘SD’ pun ada yang palsu… semua penuh kepalsuan dan bisa dipalsukan! Tapi Ibu Tuti orangnya aseli 100%! aseli manis, aseli Jawa, aseli Indonesia, aseli ramah… *tipsnya pake uang aseli ya!* hahahaha….
Tuti :
Heiyaaa … !! Ujung-ujungnya ternyata meminta tips … hihihi! Dijamin, uang saya asli, tapi uang receh melulu … π
Salam sayang buat Ping-Ping ya. Manis sekali …. π
kalo ga bisa mengubah pikiran laki-laki untuk tidak mendewakan selaput dara, sebaiknya para perempuan menjaga hartanya itu dengan sebaik-sebaik penjagaan…
Tuti :
Dan yang lebih penting, menjaga kesucian diri bukan agar diterima suami, tetapi karena agama, susila, dan etika mengharuskannya demikian …
hymenoplasty ??
hhhmm …
kalau saya pribadi …
berpendapat bahwa … ini agak artificial … (or say … Palsu)
for the sake of … tidak mengecewakan Pasangan (suami).
Kalau saya sih lebih baik …
Ngomong saja ke (calon) suami … Bahwa …. saya sudah tidak (maaf) perawan lagi … karena bla-bla-bla … waktu itu bla bla bla …
Lebih apa adanya … dan bukan artificial … tidak pura-pura.
Jika si lelaki itu lantas meninggalkannya …
Tanyakan pada dia … Kamu mau menikah dengan saya seluruhnya …
Atau cuma mau menikahi selaput keperawanan saya saja ??
Begitu kira-kira pandangan saya Ibu …
Salam saya Bu …
Tuti :
Memang seharusnya begitu ya Om … hanya saja, tidak semua perempuan punya cukup keberanian untuk bersikap seperti itu, dan tidak semua lelaki cukup berbesar hati, berpandangan luas, serta memiliki cinta tak terbatas untuk mau menerima calon isterinya apa adanya. Ada kalanya pada saat akan menikah si suami mau menerima, tetapi ketika timbul perselisihan dalam rumahtangga, masalah itu diungkit-ungkit untuk memojokkan istri …
Salam dan hormat saya Om …
Semua yang palsu itu tetep saja palsu.
Semua yang BOHONG itu tetep saja tidak baik.
Lebih baik jujur kepada pasangan sebelum menikah, itu justru akan menunjukkan ketulusan dia kepada kita. Kalau ternyata dia membatalkan menikah ‘hanya’ karna selaput dara sudah robek, berarti dia ‘hanya’ menikahi selaput dara kita. Aish….tragis. Dan kehidupan setelah menikah bukankah lebih lama daripada sebelum menikah… Perlu dipikirkan lagi laki-laki seperti itu….
Tuti :
Saya setuju bahwa yang palsu tetap saja palsu, dan kebohongan tetap saja bukan kebaikan.
Ada ketidakadilan disini, bahwa lelaki tak perlu mengakui apa-apa kepada calon isterinya, apapun yang pernah dia lakukan sebelumnya, karena pada lelaki tidak meninggalkan bekas apa-apa. Sementara perempuan harus menanggung beban dan hukuman yang tak pernah hilang untuk kesalahan yang sama. Ketidakadilan ini diperparah dengan ego laki-laki yang selalu ingin ‘menang’.
Memikirkan kembali untuk memilih laki-laki yang menolak perempuan karena pernah melakukan kesalahan memang terdengar mudah. Masalahnya, perempuan tersebut pastinya sudah tidak punya kesempatan untuk berpikir kembali, karena dia sudah ditinggalkan. Artinya, perempuan tidak punya pilihan …
mmmm.. kira-2 istri saya disuruh operasi selaput dara mau gak ya .. hihihi..
Tuti :
Sudah ditanya belum Mas? π
Hmm…kalau saya, lebih bisa menghargai mereka yang berani jujur mengatakn apa adanya. dan salut juga untuk pria yang mau menerima keadaan calon istrinya meskipun tidak perawan lagi.
Kalau hilangnya keperawanan karena free sex, saya kok malah lebih mengkhawatirkan kemungkinan si pelaku tertular penyakit kelamin berbahaya atau AIDS ya? untuk selaput yang tipis itu sekali hilang ya tak bisa kembali. kalau pun ada upaya untuk operasi, tetep aja, yang asli sudah hilang..
Tuti :
Memang, kepribadian seorang perempuan akan menentukan, apakah selaput dara itu adalah ‘seluruh nilai dirinya’, artinya tanpa selaput dara ia menjadi tidak berharga lagi, ataukah, selaput dara itu hanya salah satu kesalahan masa lalu yang tidak membuat kepribadiannya hancur.
Kalau menurut penuturan Dr. Boyke, operasi bisa memulihkan keutuhan selaput dara, tentunya dengan kondisi-kondisi tertentu. Dan ini asli lho … π bukan barang palsu seperti yang dijual dalam kemasan itu … π
Ternyata dunia sudah semakin dipenuhi dengan kepalsuan ya Bu. Saya lebih setuju kalau perempuan ngomong secara jujur kepada calon suaminya. Toh, tidak semua pria mempersoalkan keperawanan. Kalau saya sih, entahlah karena dah dapat yang perawan je… he… he…
Tuti :
Naah … tuh! Mas Mufti setuju perempuan harus jujur, tapi tidak yakin diri sendiri mau menerima yang jujur itu … gimana dong? π
Oprasi? no way hehehehe sudah tua….buat apa seh?
klo emang udah “pernah melakukan” ya bertobat dengan jiwa dan raga…
Namanya juga kecelakaan ato emang disengaja yah?
Klo toh harus menikah bukan dengan pacar yg “ngambil” selaput daranya…ya harus tegar bilang terus terang.
Diterima syukur..enggak ya jangan menyesal….kan semua sudah terjadi?
Jalani hidup ini dengan lapang dada, klo ditakdirkan tidak menikah ya sudah terima nasib aja
jadi hindari kepalsuan, apa seh enaknya hidup dalam kepalsuan?
Tuti :
Kalau untuk Mbak Wieda, sudah pasti nggak perlu … hehehe …
Lebih baik meng’operasi’ ayam, sapi, dan lain-lain, dibuat masakan yang lezat dan dikirimkan ke saya … π
persoalan keperawanan yang ditandai dengan rusak tidaknya selaput dara adalah persoalan budaya, bukan persoalan agama. tidak tepat bila kita meletakkan persoalan ini dalam ranah kajian agama.
agama (dalam hal ini Islam) hanya mengatur soal perzinahan. bagi yang melakukan zina, sudah jelas hukumannya; perawan atau perjaka yang berzina, hukumannya cambuk; suami atau istri yang berzina, hukumannya dilempar batu hingga mati.
terkesan kejam hukum islam itu bukan? jawabannya iya…. tapi, bila dipahami maknanya, bahwa perzinahan bukanlah persoalan gampangan. hukuman berat bagi pelakunya diharapkan menimbulkan efek jera dan takut untuk melakukannya. bila kita bayangkan hukuman berat bagi suami/istri yang berzina, tentulah tidak akan ada lagi perselingkuhan di muka bumi ini…
Tuti :
Aduh, bergidik saya membaca peringatan Uda tentang hukuman bagi orang yang berzina. Memang sangat berat, bahkan lebih berat dari hukuman orang yang mencuri, yang notabene merugikan orang lain. Beratnya hukuman ini mengindikasikan, bahwa perzinahan adalah suatu perbuatan yang sangat buruk, dan sangat dibenci Allah. Namun godaan untuk melakukannya ternyata sangat besar, sehingga meskipun hukumannya sangat berat, tetap saja banyak orang yang melakukannya (dalam hal ini adalah orang muslim, yang terkena oleh hukum Islam). Maka agar kita tidak tergoda, jauh-jauhlah dari kondisi yang mengarah pada godaan perzinahan.
setuju Uda..
perawan/tidak perawan seharusnya tidak dibuktikan dengan rusak/tidaknya selaput dara tapi pernah/tidaknya dia berhubungan suami istri (entah merusak/tidak merusak selaput dara). Karna itu lebih penting adalah kejujuran dan pertobatan, daripada harus berbohong dengan selaput dara palsu/operasi selaput dara.
* Sesungguhnya yg ribut2 masalah itu apa hanya orang kita saja ya…..
* Semoga suami2 sbg manten baru tidak ada yang mengecek istrinya kelak, apa yang pecah itu asli atau palsu……wah bisa sakit hati tujuh turunan tuh sang istri….
Tuti :
* Kayaknya nggak lho, banyak bangsa-bangsa lain yang juga mempermasalahkannya (terutama di Timur). Buktinya, selaput dara palsu itu diproduksi oleh Cina dan Jepang, berarti masalah itu dianggap penting di sana.
* Wah, betul itu …. kalau para suami lalu mengecek keaslian selaput dara isterinya…. gawattt!! Itu bisa diartikan sebagai penghinaan kepada perempuan baik-baik
selaput dara dan kesucian…dibanyak kasus sebetulnya tidak saling berhubungan!
Tuti :
Mmmm … maksudnya? Yang selaput daranya masih utuh belum tentu suci, dan yang selaput daranya rusak belum tentu tidak suci?
salam
sudah jelas orang timur sangat mengagungkannya. jika kita ingin di sebut sebagai orang timur maka jagalah dengan sebaik-baiknya.
menghindari azam tuhan juga dan tentunya kehormatan para wanita.
sang pelembut hati
Tuti :
Semoga begitu ya …
Ih……urusan sensitif ya……
Gak berani komeng, mbak.
Untung aja aku sudah nikah (
dan sudah membuktikan), hehehe…..Tuti ;
sudah membuktikan apa Mas?
Wah, urusan yang satu ini , secara pribadi sih mending pilih yang asli aja deh.. namun demikian bagi beberapa individu dan karena pertimbangan medis dan lainnya ini merupakan alternatif yang membantu.. π
Seneng udh bisa mampir kesini, salam hangat dari afrika barat!
Tuti :
Semua juga suka yang asli, mas … tapi kalau yang palsu lebih indah, gimana? π
Terimakasih sudah mampir, salam hangat untuk semua di afrika barat π
bener banget,
laki-laki dan perempuan
bisa khilaf
kalau ada selaput dara palsu,
aku yakin persahabatn kita
tidaklah palsu…..
π₯
Tuti :
Nggak lah Bang. Aku juga yakin persahabatan kita asli 24 karat … π
Betul ibu…
mau cowok atau cewek, semua bisa khilaf
yang penting tuh mau bertobat dan memperbaiki semuanya
*dadi pengen ngerasakke*
Tuti :
Dadi pengen ngerasakke? Hwadoooh!! Ijab dulu Dhal, cepetan!!!
Bun, aku setuju banget sama artikel bunda ini π
Menjaga itu penting banget! Bangeeeet!!
Udah liat contoh nyata temenku sendiri yg diintimidasi secara psikologis karena kondisinya. Padahal namanya juga khilaf yg penting kan skr udh kembali ke jalan yg benar.
Gak adil sekali kalo nuntut2 hal itu, nah lakinya sendiri perjaka gaaaaa???
Tuti :
Begitulah Ka, nggak enak sekali kalau kekhilafan masa lalu itu lalu dijadikan senjata oleh suami untuk menekan istri. Itu jadinya KDRT kan? Mana bisa pernikahan tenteram kalau salah satu merasa selalu terintimidasi?
Jadi, jagalah …. jagalah!
artikel yang sangat bagus,,,
thanks atas infonya ayo mampir di Blogger Bekasi Launching BeBlog
Tuti :
Terimakasih … akan segera mampir ke Blogger Bekasi
maaf mbak….karena nggak pernah ngeblog…ketinggalan tulisan mbak Tuti yang indah indah..
yah…tentang selaput dara…saya pertama melihat klinik khusus ini di Singapore…..wow….isinya orang Indonesia…buanyaaak banget,
tanggapan lala dan tulisan mbak Tuti sangat bagus…intinya sebenarnya jangan ada egois dari laki2..apalagi kalau itu sebuah kecelakaan…
Tuti :
Iya, saya maklum Mbak Dyah lama nggak sempat ngeblog. Pasti sedang sibuk ya Mbak?
Wah, klinik operasi selaput dara di Singapura itu didominasi pasien dari Indonesia? Malu juga ya Mbak, karena dari sekian banyak pasien itu, yang melakukan operasi karena benar-benar bertobat mungkin lebih sedikit dari yang hanya ingin membohongi orang lain (suaminya).
Ya, masalah selaput dara ini memang harus dilihat case by case, nggak bisa digebyah-uyah …
duh…no comment bu…
ini tulisannya sudah mutlak benar…menjaga sangat perlu karena itu mencerminkan moral si perempuan. mungkin bagi mereka yg sudah khilaf mo bertobat ya gpp sih sebenrnya melakukan operasi. Mungkin tujuannya baik
Tuti :
No comment kok buntutnya komen juga … hihihi … π
..”cintaku tak setipis selaput daramu”, cocok untuk grafiti bak truk lintas pantura, nih. gila memang. otak dagang saudara2 kita itu sudah melesat sebegitu jauhnya hingga ke persoalan intim keperempuanan. memanfaatkan peluang oleh sebab gabungan banyak hal: moral, budaya, ketakutan, tidak adanya pilihan, mungkin juga pengabdian/keinginan berbakti, atau bahkan keisengan karena kebiasaan, bahkan tren, yg ujung2nya sebuah prospek dagang baru, melanjutkan kecenderungan penjelajahan ekonomis sekujur tubuh manusia mulai ujung rambut sampai ujung kaki, permukaan kulit sampai kedalam tubuh. setelah ini apa lagi? soal produk juga tinggal pilih, mau ‘asli’ atau artifisial , jangan2 yg herbal pun sudah ada, tinggal pilih,’ono rupo ono rego’, klinis modernis selebritis ala boyke, atau model wisata belanja singapur itu, hingga kemasan instan (ini jangan2 yg diprediksi menggantikan pepatah lama menjadi ‘laris bak selaput dara palsu’ itu) isi dua buah. weleh..weleeh… semakin menarik saja ulah manusia, dari waktu ke waktu, ada saja mainan baru diciptakan. tidak saja benda2 di luar dirinya, tapi juga sudah jauh merambah ke sekujur tubuhnya sendiri, yg menjadi obyek mainan. menurut saya intinya itu. latar belakang bisa apa saja, banyak hal, etik-moral, estetik, idiologis, dlllll.. dari situ kemudian bagi sebagian bisa menjadi dolanan berhadiah, sebagian jadi keprihatinan, yang lain ‘wacana’….
Tuti :
Hm … hmm … ya, ternyata memang begitulah yang terjadi.
Terimakasih sharingnya π
bagaimanapun kita harus saling menjaga kehormatan masing”….. nah klo menurut mba sendiri pengalaman hidupnya gimna semasa muda,,,,,, cerita dikit boleh kan……
kalau saya boleh tau klinik yang d maksud terletak di mana???
Wah bu, masalah selaput dara benar – benar masalah yg sensitif ya…
Menurut saya operasi hymnoplasty tetap tidak bisa dibenarkan bagi mereka yg kehilangan selaput daranya krn free sex atas dsr mau sama mau.
Kecuali dia diperkosa atau jatuh dari sepeda atau kecelakaan saat olahraga dan sejenisnya tetapi dia tetap ingin mempersembahkan keperawanan kpd suaminya. Namun biarpun begitu tetap dia hrs bercerita kpd suaminya bahwa dia pernah mengalami kehilangan selaput dara namun bukan krn free sex atas dsr mau sama mau, tetapi karena kecelakaan yg tdk disengaja.
Semisal ada wanita yang pernah kehilangan selaput daranya krn free sex dan dia mengoperasi selaput daranya supaya tetap terlihat perawan di mata suaminya. Di manakah nurani dia? Apa enak membawa kebohongan selamanya begitu? Lah nanti bagaimana kalau salah satunya meninggal dunia dulu. Apa nggak menyesal masih menyimpan kebohongan?
Dan bukankah lebih baik jujur saat sblm menikah daripada nanti stlh menikah? Krn takutnya kalau jujurnya stlh menikah dan dikaruniai anak, dan suami tdk bisa menerima dirinya dibohongi, tentu akan mengganggu keharmonisan rumah tangga itu sendiri yg scr langsung maupun tdk langsung akan berdampak pd perkembangan mental anak.
Bagi yg sdh terlanjur tercebur ke dlm perbuatan dosa (dlm hal ini perzinahan), segeralah bertaubat. Jgn menambah dosa lg dgn melakukan kebohongan. Kalau memang tdk ada pria timur yg mau menerima kondisi kita apa adanya, tenang saja. Pria – pria bule kebanyakan nggak mempersoalkan selaput dara kok π . Asal tetap satu agama dan keyakinan ya hehehe.
Dua dari tiga orang yang melakukan hubungan seksual dengan mereka yang memiliki kutil kelamin juga terkena penyakit ini. Biasanya dalam tiga bulan setelah melakukan kontak tetapi terkadang sampai beberapa tahun.
Mba tuti,sy bs mnt kontak atw pinnya tdk? Untuk bicara lbh pribadi lgi. Trmksh