KAYUHKAN LENGAN, AYUNKAN KAKI, MELUNCUR ….
Kapankah anda untuk pertama kalinya mengetahui tentang renang? (jangan bilang ketika baca posting ini ya!)
Saya pertama kali mengetahui tentang renang dari televisi, ketika umur saya baru 7 tahun. Pada waktu itu saya sungguh terheran-heran, bagaimana bisa orang mengambang bahkan meluncur di atas air, dan tidak tenggelam? Bukankah air tidak bisa menahan berat tubuh kita? Buktinya, kalau ada sepotong daging dicemplungkan ke panci, daging tersebut pasti akan tenggelam sampai ke dasar. Apa rahasianya ya?
Tahukah anda, sejak kapan manusia bisa berenang?
Ternyata, sejak zaman Prasejarah, nenek moyang kita sudah pandai berenang. Catatan pertama tentang aktivitas berenang manusia ditemukan pada Zaman Batu (Stone Age), berupa lukisan yang diperkirakan sudah berusia 7000 tahun. Di zaman modern, renang mulai dikompetisikan di Eropa sekitar tahun 1800. Pada waktu itu baru dikenal renang dengan gaya dada (breast stroke). Di ajang Olimpiade Modern, renang mulai dipertandingkan pada tahun 1896 di Athena. Pada saat ini dikenal 4 gaya renang, yaitu gaya kupu-kupu (butterfly), gaya dada (breast stroke), gaya bebas (free style / front crawl), dan gaya punggung (back stroke). Organisasi renang dunia, Federation Internationale de Natation Amateur (FINA), didirikan pada tahun 1908 untuk menetapkan segala peraturan dalam olah raga renang.
Renang adalah olah raga yang sangat bagus. Air menopang berat badan, sehingga tidak ada beban dan tekanan pada tulang dan persendian, dan tubuh bisa bergerak bebas. Olah raga ini sering dipakai untuk rehabilitasi bagi orang yang baru saja menderita sakit, seperti stroke. Selain untuk olah raga, renang juga merupakan salah satu bentuk relaksasi. Meluncur di air dengan tenang, mengayunkan kaki dan melambaikan tangan, sambil merasakan desir lembut air menerpa kulit, apalagi jika dilakukan di alam dengan udara bersih, matahari cerah, dan langit biru, sungguh akan membuat kita segar lahir batin (tentu saja nggak pakai acara hidung kemasukan air atau kaki kram … hihi).
Dik … jangan ketiduran ya, boboknya nanti di rumah aja. Ikutin Mama yang asyik berenang tuh … (foto : Wikipedia)
Renang adalah salah satu cabang olah raga bergengsi. Pada Pekan Olah Raga Nasional (PON), cabang renang menyediakan banyak medali untuk diperebutkan. Di Indonesia, nama keluarga Nasution tak bisa dipisahkan dari dunia renang. Kakak beradik Elfira Rosa Nasution, Elsa Manora Nasution, dan Kevin Rose Nasution berhasil mengukir prestasi yang masih sulit ditandingi hingga saat ini. Elfira dinobatkan sebagai atlet terbaik nasional versi SIWO/PWI Jaya pada tahun 1980, 1981, dan 1983. Ia pernah meraih 9 medali emas pada kejuaraan antar klub di Jakarta. Pada tahun 1983, ia memecahkan 4 rekor nasional di PON XI. Kemudian pada tahun 1985 ia menyapu bersih 8 medali emas dan 2 perak.
Prestasi gemilang tersebut tentu tidak dicapai dengan mudah. Boleh dikata, dengan perjuangan yang bersimpah peluh dan air mata. Ayah mereka, Radja M. Nasution melatih mereka dengan disiplin yang sangat keras. Setiap hari, pada jam 03.00 dini hari, anak-anak itu sudah dibangunkan dan dibawa ke kolam renang. Ketika anak-anak lain masih tidur nyenyak dalam balutan selimut hangat sambil memeluk guling empuk, anak-anak Nasution sudah nyebur ke kolam yang berair dingin, dan berlatih keras di bawah pengawasan ayah mereka yang menerapkan disiplin baja. Dari kolam renang, mereka langsung berangkat ke sekolah. Sarapan dilakukan di dalam mobil, dan tak jarang mereka masuk kelas masih dengan rambut basah. Pulang sekolah, setelah istirahat sebentar mereka kembali nyebur ke kolam renang. Disiplin spartan seperti itu dilakukan setiap hari, selama bertahun-tahun!
Radja M. Nasution, Elvira, dan Kevin (foto : Google)
Kocap kacarito, setelah melihat tayangan lomba renang di televisi saat saya berumur 7 tahun itu, saya jadi terobsesi untuk bisa berenang. Pada waktu itu di Yogya ada dua kolam renang umum, yaitu Umbang Tirto dan Kolombo. Saya (dan kakak-kakak saya) memilih Umbang Tirto yang terletak di samping stadion Kridosono, karena selain lebih dekat, pada hari Jum’at kolam renang ini khusus dibuka untuk putri. Maka sejak saya kelas 5 SD sampai kelas 3 SMP, setiap hari Jum’at jam tujuh pagi saya bersepeda sejauh 4 kilometer untuk berenang di Umbang Tirto. Lho, memangnya saya nggak sekolah? Kebetulan, SD dan SMP saya di sekolah Muhammadiyah, dan pada waktu itu sekolah Muhammadiyah menerapkan hari libur pada hari Jum’at, bukan hari Minggu (sekarang, sekolah-sekolah Muhammadiyah sudah menerapkan libur pada hari Minggu juga).
Pada waktu itu, ibu saya adalah janda yang harus memberi makan dan membiayai sekolah 7 anak, sehingga tidak ada anggaran bagi anak-anak untuk pergi ke kolam renang. Maka, kami menabung uang saku selama seminggu untuk membeli tiket masuk, membayar penitipan sepeda, dan membeli sedikit makanan. Kalau pas ada pelajaran olah raga di sekolah dan saya tidak tahan untuk membeli minuman, maka pada hari Jum’at saya hanya bisa membayar tiket masuk saja, tidak bisa jajan di kantin Umbang Tirto (padahal sehabis berenang pasti lapar, dan makanan di kantin Umbang Tirto itu membuat siapa pun menelan ludah … hiks!). Maka, jika uang terbatas, biasanya saya membawa makanan dan minuman sendiri dari rumah.
Kolam renang dengan airnya yang biru mempesona. Siapa nggak ingin mencebur bila melihat air seperti ini?
Dari siapa saya belajar berenang? Saya ’mencuri’ ilmu berenang dari Bu Noto. Beliau adalah guru renang, dan setiap Jum’at pagi memberikan les kepada beberapa anak di Umbang Tirto. Karena tidak mampu membayar untuk menjadi murid resmi, diam-diam saya mencuri lihat dan dengar pelajaran Bu Noto, dan mempraktekkannya di sisi lain kolam renang. Jika Bu Noto membaca tulisan ini, saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas ilmu yang telah beliau luberkan kepada saya. Terimakasih, Ibu. Jika ada sesuatu yang dicuri, dan pemiliknya tak kehilangan apa-apa, itulah ilmu.
Setelah menyinggung-nyinggung soal renang pada posting saya yang lalu, 30 Jam Untuk 3 Menit tiba-tiba saya kangen sekali ingin berenang kembali. Setelah SMA, karena saya sekolah di SMA Negri I yang libur pada hari Minggu, kegiatan renang saya berhenti. Kevakuman terus berlanjut sampai saya kuliah. Hanya sekali-sekali saja saya kembali mencebur ke kolam renang, dan terakhir saya lakukan sekitar tahun 1986.
Sekarang, setelah hampir 25 tahun lewat, saya penasaran, masih bisakah saya berenang? Maka pada hari Jum’at kemarin, saya memutuskan untuk ’napak tilas’, merunut kembali ’perjalanan’ saya di air.
Papan-papan peringatan, yang harus diperhatikan jika kita ingin berenang dengan aman
Papan loncat setinggi 3 meter. Dulu saya berani melompat dari papan ini. Sekarang? Berpikir sejuta kali dulu …
Umbang Tirto masih abadi di tempat yang dulu, hanya saja pintu masuknya telah berubah. Saya terkejut melihat tiket masuknya yang cuma Rp. 6.000,- . Murah sekali. Bagian dalam kolam renang masih sama seperti yang terakhir saya lihat. Cukup asri, hanya saja ruang untuk berganti pakaian dan kamar mandi rasanya sudah perlu direnovasi.
Perlu waktu sekitar 15 menit bagi saya untuk kembali ’mengenal air’. Perlahan-lahan saya menjejakkan kaki ke dinding kolam, meluncur di atas permukaan air, mulai mengayunkan lengan dan kaki. Dan … horeee!! I did it! Ternyata saya masih bisa berenang! Untuk kali kemarin, ’prestasi’ saya cuma menempuh 6 x 15 meter. Tapi nggak apa-apalah. Lha wong sudah 25 tahun nggak berenang, apalagi sekarang sudah mengidap faktor U …
Mencoba mengukur kemampuan, bisa nggak ya melintasi lebar kolam ini?
Tentang pakaian, bagaimanakah pakaian renang saya? Oho, zaman sudah berubah! Jika dulu berenang harus mengenakan swim suit, sekarang kebebasan berlaku di kolam renang. Tidak sedikit pengunjung yang berenang dengan menutup tubuh dari pergelangan tangan sampai pergelangan kaki, ditambah topi renang. Bagi wanita yang setiap hari berjilbab, tidak mungkinlah tiba-tiba mengenakan swim suit seperti kontestan Miss Universe (yang bahkan tidak diuji bisa berenang apa tidak …). Karena tidak sempat membeli topi renang, saya memakai jilbab biasa, yang ternyata sering terdorong air sehingga menutup wajah saya dan membuat saya megap-megap … hihi!
Pengin lihat bagaimana pakaian renang yang dikenakan para wanita zaman dulu? Ini dia beberapa gambar yang saya peroleh dari Wikipedia :
Pakaian renang wanita tahun 1858, tahun 1910, dan 1920 (foto : Wikipedia)
Hahaha …. ternyata wanita zaman dulu masih pemalu ya.
Bagaimana dengan anda, sukakah anda berenang? Sehat dan asyik lho! Byuur …. !! Kecipak … kecipuk … blep … blep …. (loh, kok akhirnya blep-blep … hihi!)
(Sumber : Wikipedia)
…
Lho udah publish tho..
🙂
..
Tuti :
Iya … 😀
Gak perlu diumumkan pake sound system dengan mobil keliling kota toh? 😀
..
Sebagai anak gunung yg tinggal dekat sungai dan waduk, suatu aib kalau anak kecil ditempat saya gak bisa renang *tzah.!*
Untuk gaya renang ada lagi gaya sungai buk, mirip free style tapi kepala mendongak terus diatas nggak menoleh kiri-kanan..:-D
Terus gaya anjing, ngayuhnya pendek2 didepan dada..
Ada lagi gaya kodok, mirip breast stroke tp kepala tetep nongol gak nyelam..:-D
…
Terlalu sering renang juga gak bagus, bisa mengurangi masa tulang..
Musti di imbangi dance buk, biar tulangnya kuat..
😉
…
Tuti :
Sebagai anak kota yang jauh dari sungai dan waduk, anak kecil yang bisa berenang itu hebat *tzah!* 😀
……
Ada gaya anjing, ada gaya kodok? Wakaka!! Ada gaya kuda dan gaya gajah juga dong? 😀
Ohya, gaya katak memang ada, disebut gaya katak karena gerakan kakinya mirip katak ya?
…..
Yang bener, mosok renang mengurangi massa tulang?
Tapi jujur, kalau dibandingkan, aku lebih suka dance daripada renang. Dance lebih banyak variasinya, lebih kaya unsur seninya, dan bisa sambil bercanda (coba berenang sambil ketawa-ketawa, pasti bakal blep-blep … minum air … hihi )
kunjungan perdana. salam kenal.
berenang emang mengasyikan. apalgi gratis. hehe…
Tuti :
Salam kenal juga.
Bayar pun, berenang tetap mengasyikkan kok 🙂
hohoho … ternyata hobby berenang juga … saya juga sih Mbak, tapi gak segesit dulu lagi … tapi masih suka ke kolam renang untuk refreshing saja 😀
sekarang, anak-anak saya yg bisa “kalap” kalau lihat kolam renang … hehehehe …
Tuti :
Iya mas, khususnya dulu, rutin berenang setiap minggu. Kalau kitasudah nggaksegesit 25 tahun yang lalu ya wajarlah, wong sudah tambah macam-macam (tambah umur, tambah berat … hehehe 😀 )
Anak-anak kalap kalau lihat kolam renang? Tapi kolam renangnya nggak dipukulin atau diamuk kan? 😀
(Ini tidak ada hubungannya dengan pemberi komentar di atas, kebetulan saja nama hampir sama)
Mbak, ibu saya dua bulan yang lalu terkena stroke. Apa baik ya kalau saya rehabilitasi dengan menyuruh beliau berenang? Kok rasanya malah kejam ya? Hehehe…..
Tuti :
Oh, saya kira Den Hanafi itu salah satu famili Bundanya Hanafi … 😀
Kalau untuk rehabilitasi pasca stroke, saya bukan ahlinya, Mbak. Kayaknya sih itu untuk melatih menggerakkan anggota badan di air, jadi bagi yang belum pernah berenang, ya pasti tidak langsung disuruh berenang. Nanti malah klelep …. hap … hap … 😦
jadi kangen pingin berenang lagi, baca postingan ini.
padahal sudah lebih dr 30 thn gak berenang, msh bisa gak ya?
apalagi sekarang, dah pakai baju muslim, jadi bingung juga kalau mau berenang, pakai baju apa? atau ikut saj dgn Mbak Tuti, pakai pakaian lengkap.
salam
Tuti :
Ayo Bun, berenang lagi sama saya. Nggak usah bingung soal baju. Sekarang sudah ada kebebasan berpakaian kok di kolam renang. Memang agak ribet dengan pakai baju muslim, tapi nggak apa-apa. Kita toh berenang untuk rekreasi dan olah raga, bukan untuk prestasi lagi. Jadi kalau berenangnya pelan-pelan, nggak apa-apa …
Meski sudah 30 tahun nggak renang, Bunda pasti masih bisa. Coba saja 🙂
salam,
lho buat cewek kan sekarang udah ada baju renang muslim, nih ada yg jual bu : http://bajurenangmuslim.com
orang2 seperti ibu dan bunda udah bisa berenang di tempat umum dengan nyaman kok sekarang 😀
selamat berenang2 kembali ya bu 😉
Tuti :
Terimakasih infonya, Didot. Saya sudah berkunjung ke situs yang Didot infokan 🙂
Betul, kita harus bersyukur sekarang ini masyarakat sudah bisa menerima dan memberi keleluasaan kepada pemakai busana muslim dalam aktivitas apa pun.
Selamat berenang juga untuk Ddot 🙂
Waduhh ini olah raga yang saya tak pernah bisa.
SD pernah latihan, diteruskan SMP…tapi gara2 ibu kawatir, nggak diteruskan, Saat itu kolam renang dikotaku letaknya persis sebelah kuburan dan nyaris setiap kali ada kecelakaan.
Gara2 itu..kalau ke kolam renang saya tetap pakai pelampung (malu2 in ya)……hehehe.. kalau tidak, ya terus blep ga muncul lagi, lha renang nya gaya batu.
Ehh mbak kok jilbabnya ga pakai merah….?
Tuti :
Mbak Enny nyemplung kolam renang pakai pelampung? Hihihi …. *ngikik membayangkannya*
Renang sebenarnya nggak sulit kok. Yang penting ketenangan dan rasa percaya diri. Kita tinggal menjejakkan kaki ke dinding kolam, atur tubuh dalam posisi horisontal, dan tubuh kita akan mengambang dengan sendirinya. Jika jejakan kaki kita cukup kuat, kita bisa meluncur sampai jarak 6 – 7 meter tanpa perlu melakukan gerakan apa pun.
Tapi kalau posisi tubuh kita tidak horisontal, kita akan tenggelam. Ayo dicoba Mbak …. 😀
Lagi bosen pakai jilbab merah … hehehe …
Bunda, 25 taun ngga berenang dan masih oke di 6 x 15 meter..? wiiih bunda Tuti keyyen deh.. 😆 ini pasti karena dulunya berprestasi. ya kan bun? 🙂
Baju renang sekarang banyak yang model tertutup kaya’ baju selam ya bun, untuk jilbaber tinggal make topi karet.
Dan asiknya beberapa swimming pool menyediakan hari khusus untuk wanita, semacam woman day.. *lirik kolam renang ITB*
Tuti :
Sst … Yun, 6 x 15 meter itu bukan nonstop, tapi pakai istirahat. Maksudnya, 6 kali menempuh jarak 15 meter, gitu …. 🙂 Wah, nggak … dulu saya nggak punya prestasi apa-apa kok, cuma sekedar hobby saja.
Iya betul, sekarang sudah ada baju renang seperti baju selam, sekalian dengan topinya. Saya belum sempat nyari aja … 🙂 Baguslah kalau sudah banyak kolam renang yang menyediakan hari khusus untuk wanita, karena ada wanita-wanita yang memang sungkan untuk berenang bersama-sama dengan pria.
saya? berenang?
bisa tapi tidak mau hihihi
Saya mulai kenal renang mungkin sejak masih balita mbak.
karena sering dalam mimpi saya berenang kok. Dan yang melelahkan saya tau bahwa saya berenang di kolam yang kedalamannya 40 meter lebih, alias dalaaaaam sekali. Ini membuat saya harus berenang terus sampai ke tepian.
Saya memang tidak bisa berenang anjing/ngambang berhenti di tengah kolam. Jadi kalau berenang harus dari tepi ke tepi.
Waktu SD sudah bisa gaya katak, tapi waktu SMP diwajibkan gaya bebas…dan saya tidak bisa hehehe
Terakhir berenang kapan ya?
tahun 2000 an deh kayaknya, waktu honeymoon di Bali hihihi.
EM
Tuti :
Mbak Imel bisa berenang tapi nggak mau? Rugilah Mbak …. 😦
Mimpi berenang di kolam sedalam 40 meter? Weew …. ngeri ya mbak. Saya kalau berenang di kolam yang dalam juga memilih di bagian pinggir, agar kalau sewaktu-waktu terjadi sesuatu (tiba-tiba kram misalnya), bisa langsung menclok ke bibir kolam. Sama seperti Mbak Imel, saya juga nggak bisa renang anjing (wakaka … itu nama gaya renangnya ya 😀 kalau kami menyebutnya ‘inggak’).
Mbak, kapan-kapan diposting dong waktu hanimun di Bali, lengkap dengan foto-foto waktu Mbak Imel renang pastinya … 🙂
Gaya dada kalau gak salah sama dengan gaya katak. Itulah satu-satunya gaya yang selalu saya pakai. Dulu kursusnya terlambat kelas 2 SMP. Tapi guru saya jago banget, dua kali datang sudah membuat saya berani nyemplung di 3 meter. Gayanya ya cuma satu itu. Selanjutnya beliau membiarkan saya belajar sendiri gaya lainnya. Lha karena tujuannya kursus supaya tidak tenggelam maka guru saya cuma mengajari satu gaya saja. Satu tambahan pelajaran lainnya adalah terjun ke air. Saya pikir itu mudah, eh gak tahunya banyak teman ataupun keponakan kalau terjun ke air selalu mengeluh sakit seperti ditampar air. Kok saya nggak ya?
Kolam renang tempat saya belajar (pemandian Berantas Surabaya) sekarang sudah digusur. Penggantinya kok ya bukan kolam renang yang lebih bagus to.
Sekarang kolam renang jaraaaang ada yang memiliki kedalaman 3 meter. Paling dalam 1.5 meter. Jadi tidak menarik untuk berenang. Tapi itu bukan alasan utama saya sekarang jarang berenang. Malas aja deh.
Tuti :
Iya Pak, gaya katak itu kayaknya bahasa awam kita untuk breast stroke. Memang gaya ini yang paling banyak dipakai orang, karena mudah, nyaman, dan tidak melelahkan. Terjun di air maksudnya dari bibir kolam, dengan posisi badan membungkuk itu ya Pak? Kalau yang seperti itu saya nggak bisa. Entah kenapa, takut rasanya. Yang sakit itu mungkin karena posisi jatuhnya kena perut dan dada. Seharusnya kan kena ujung tangan, baru badan, jadi mak bleess … gitu … 😀
Yang saya bisa adalah terjun dari papan loncat, dengan posisi tegak dan kaki di bawah. Kalau terjun dari ketinggian 3 meter, kita bisa masuk ke air sampai ke dasar kolam dengan kedalaman 3 meter, menjejak lantai dasar kolam, baru muncul ke permukaan lagi. Wah, itu harus menahan nafas cukup lama lho!
Kolam renang Umbang Tirto masih tetap ada dari kedalaman 1 sampai 3 meter kok Pak. Silahkan dicoba. Jangan malas, katanya mau mengurangi berat badan … hihihi … 😀
Waduh.. saya bisa berenang ga ya? (bingung sendiri.com).. Yang paling bikin saya senang kalo ke kolam renang itu: maen airnya Bu.. hehe..
Kalo dicoba bisa juga sih menyeberang dari tepi kolam satu ke tepi kolam lain, tapi tangannya pakai gaya dada, kakinya pakai gaya kupu-kupu (tangan membuka air, tapi kakinya memukul-mukul air) 😀 Sukses sampe ke seberang, tapi capeknya luar biasa.. entah kenapa kalo pake gaya normal, selalu kelelep.. yah, gapapa deh, yang penting bisa menyelamatkan diri sendiri kalo lagi di tengah air..
Tapi ada dua gaya yang saya paling jago dan tidak diragukan kemampuannya Bu..
1. Gaya batu.. (nyemplung dan ga muncul2 lagi)
2. Gaya dadah.. (Byurr.. dadah Bu Tuti, bleb bleb bleb bleb..)
Tuti :
Baguslah Cla, berarti Clara sukses menciptakan gaya renang sendiri. Namai saja gaya itu dengan “renang gaya Clara”, lalu daftarkan hak patentnya ke HAKI 😀
Tentang dua gaya yang terakhir, waduh …. jangan sering-sering dipraktekin ya … hihi!
Renang memang mengasyikkan Bu.
Entah sudah berapa sungai dan kolam renang yang saya renangi. Meski nggak jago2 amat, tapi berenang membuat tubuh relaks dan jiwa merasa tenang.
Dengan banyaknya waterboom, seharusnya kecintaan thd renang bisa meningkat.
Btw, waktu kecil saya pernah berenang di sungai yang coklat, tempat pembuangan berbagai limbah industri. Itu waktu SD, dan belum tahu kalau ada kolam renang dan emang belum punya uang.
Sekarang, kalau lagi ada acara keluar kota dan di hotelnya ada kolam renang, pasti saya sempatkan untuk berenang.
Kalau di kompleks rumah sih kebetulan ada kolam renangnya, jadi minimal sebulan sekali kalau nggak ada acara bisa deh eike berenang.
Ayo, kapan kita kopdar sambil berenang?
Tuti :
Wah, saya belum pernah berenang di sungai, Bang. Kayaknya lebih susah, karena ada arusnya, lagi pula kedalaman sungai kita nggak tahu pasti, di pinggirnya kita juga nggak gampang buat cari pegangan.
Waktu SD Bang Hery belum tahu kalau ada kolam renang? *melongo* Memangnya masa kecil Bang Hery di mana?
Kalau saya, pas keluar kota dan menginap di hotel, nggak pernah renang meskipun di hotel itu ada kolam renangnya. Lebih asyik jalan-jalan dan belanja sih. Lagi pula, sudah lama banget memang saya ‘lupa’ pada olah raga ini.
Mau kopdar sambil renang? Gimana kalau besok di Olimpiade? Wakaka!! 😀
Hahaha, tadinya saya berpikir, wah nich gbr-gbrnya pasti penuh dengan gbr model2 pakaian renang yang bikin mata jadi…hihihi…..Ternyata pakaian renang jaman dulu hahahaha….
Mbak sekedar info kalau di Jakarta ada lho kolam renang khusus wanita, dan yang berenag memang kebanyakan wanita-wanita yang berjibab. Saya pernah antarin teman kesana, tapi itu udah agak lama 🙂 🙂 🙂
Postingannya sip dech….jadi pengen nyebur juga….hahaha 🙂 🙂 🙂
best regard,
Bintang
Tuti :
Hehehe … kalau gambar pakaian renang yang sekseh, cari sendiri di internet Mbak, pasti akan nemu gambar-gambar yang bikin mata merem (atau justru melotot? 😀 ). Kalau gambar-gambar yang dari Wikipedia itu kan malah lucu-lucu … 🙂
Iya Mbak, di Yogya juga sudah ada kolam renang khusus putri selain hari Jum’at di Umbang Tirto itu. Kapan-kapan kalau saya ke Jakarta lagi, antar ke kolam renang itu ya (wah, tapi mas Dicky, Farid, dan Ghalib nggak bisa masuk dong 😦 )
Ayo Mbak, kita sama-sama nyebur. Satu … dua … tiga … byuuuurr!!! 😀
Foto bu Tuti di kolam kok mirip putri duyung lagi ngaso ya? hehehe….
Bu, 5 bulan yang lalu -Ping aku kasih les renang (setelah nanya2 dgn Om NH) sekarang dia udah bisa ngapung, berani nyelam dan renang gaya dogi… dan masih akan terus berlatih untuk belajar gaya yang lain.
Kalo aku? nari gak luwes, cha-cha keplintut kakinya, renang? bisa sih, cuma gaya renangnya kayak orang panik takut tenggelam…aiiiy!
Tuti :
Fotoku kayak ikan duyung? Wakaka!! Iya juga ya? Cuma ikan duyungnya nggak punya sisik dan ekor … hihi.
Kasih les renang buat Ping kok nanya-nanya ke Om Nh, emang Om Nh guru renang ya? Atau pemilik kolam renang? 😀 Wiih, pengen lihat Ping renang gaya dogi, pasti lucu ya. Tapi nggak kayak dogi kan? *dilempar sandal*
Renang gaya orang takut tenggelam itu kayak apa? Megap-megap sambil teriak “heeelpp …. heeeelpp!!” gitu ya? 😀
ekhem – ehem …
pura-pura ndak baca saya …
uhuk-uhuk …
(batuk elekhan )
Tuti :
*melengos, pura-pura ndak baca juga
tapi ndak perlu batuk-batuk … mana ada batuk yang elegan … 😀 *
*Halah* lagi-lagi ketemu faktor U 🙂
Tuti :
Faktor “U” sekarang artinya ‘ultimate’ Hen, bukan ‘uzur’ … 😀
Mbak, sebelum baca postingannya, aku tarik mouse kebawah dulu, nyari-nyari foto sekseh Mbak Tuti yang pake suit-suit itu.. Eh, ternyata masih pake jilbaba aza..hehehe…
Penonton kuciwa..!
Tapi, Mbak Tuti emang top markotop yah? Bisa nge-dance, berenang, menulis, tukang bangunan..(maksud lo…!!)
Jangan marah ya Mbak.. Aku kan love you..
🙂
Tuti :
Penonton kuciwa ya? Uang tiket kembali deh kalo gitu … hehe 😀
Aku nggak mau pake swim suit yang sekseh, takut ditawarin jadi model kalender … 😀
Haha! Dewi juga sip markosip kok. Nggak kalah kan?
Nggak, aku nggak marah kok. Rugi marah, wong Dewi jauh, nggak bisa aku jitak …. hihi
wahaha… saya mboten saged renang bu…
takut air, klelep. hihihi. benernya kalau lihat orang berenang, pengen sih. dan katanya berenang adalah olahraga yang bagus utk orang asma. (hmm, ya … saya punya asma). tapi sampai sekarang belum berani nyemplung. hehe
Tuti :
Mboten saged renang mboten nopo-nopo, Kris. Sing penting saged munggah swargo (lho? opo hubungane? 😉 )
Renang itu sebenarnya gampang kok Kris. Yang penting tenang, nggak takut tenggelam, dan terus bernafas (ya iyalah … kalau nggak bernafas nanti mati 😦 ). Kalau belum berani nyemplung di kolam renang, boleh dimulai dengan nyemplung ember …. hihi 😀
waahhh…saya nggak bisa renang sama sekali….
padahal kalau liat orang lain berenang kayaknya asyik banget…
mau belajar renang sekarang udah terlambat kali ya Bu?
Tuti :
Nggak ada kata terlambat untuk belajar, Na. Yakin aja. Pasang tekad : “orang lain bisa, masak aku nggak bisa”, gituuu …
Saya mulai belajar dance juga baru tiga tahun yang lalu, lebih telaaat banget kan? Ora ketang embuh koyo opo hasile … hihi 😀
terakhir saya ikut les renang itu pas kelas 5 SD Bunda. Niatnya sih buat persiapan ujian renang di kelas 6 nanti. Eh, malah saya jatuh sakit sebelum ujian renang. Alhasil, ilmu selama setahun ndak kepake deh. Ndak ada ujian susulan, jadilah saya diberi nilai 6 oleh Pak Guru Olahraga.
Kalau sekarang sih saya mending motret yang lagi berenang dibandingkan berenang. Hehehe.
Tuti :
Wah … begitulah kalau belajarnya cuma untuk menghadapi ujian. Lewat ujian, lewat pula ilmunya … hehe 😀
Motret yang lagi berenang? Obyek yang dipilih pasti yang ehm … ehm …. ya 😀
Renang ?
Dulu adalah wajib hukumnya untuk anak SD
Saya pertama kali dikenalkan dengan Renang di Kolam …
Kelas 6 SD
Apakah saya bisa berenang ?
Tidak … saya tidak bisa berenang … saya tidak bisa berenang dengan pakem yang benar …
Tetapi … Alhamdulillah … jika saya diceburkan di kolam 3 meter … saya masih bisa survive … untuk tetap bisa mengambang …
Apakah saya mau berenang lagi sekarang ?
Mungkin tidak …
saya takut disorientasi niat … a.k.a takut niatnya “berbelok” …
Dari “olah raga” … menjadi “ulah mata”
(ganjen.akut)
Tuti :
Yaah … Om! Kalau Om aja takut pada diri sendiri, gimana saya dong? Pasti lebih takut lagi sama Om … hihi
Tapi Om, kalau yang renang kayak saya, yang kata Henny kayak ikan duyung itu, pasti Om nggak napsu untuk ulah mata. Sebaliknya, berenang secepat-cepatnya menjauh dari saya, jadi olah raga beneran …. 🙂
Ganjen kalau sudah akut nggak bisa sembuh lagi ya Om?
saya tak terlalu paham soal renang…
doeloe di zaman perhelatan PON,
saya sebagai orang Sumatera utara
pernah bangga punya atlit renang
hebat dalam diri Elfira Rosa Nasution
and family, cilakanya setelah beberapa
kali menyumbang emas bagi Sumut,
mereka sekeluarga kemudian pindah
ke Jambi karena diiming-imingi fulus dan fasilitas
selanjutnya mereka menyumbang emas bagi Jambi
Begitulah fenomena di negeri kita,
demi meraih emas rela membajak atlit daerah lain,
akhirnya yg didapat cuma prestise, bukan prestasi….
hehe……kembali soal renang tadi…..
berapa kali ya, Mbak Tuti berenang seminggu…
ajarin dooong berenang…hehehe 🙂
Tuti :
Pembajakan atlet memang menjadi dilema bagi dunia olah raga. Di satu sisi, atlet memerlukan jaminan hidup yang memadai, karena untuk bisa menajdi atlet berprestasi mereka sudah mengorbankan banyak hal (waktu, tenaga, pikiran, biaya, juga kesempatan meniti karier di bidang lain). Sementara pemerintah (pusat maupun daerah) ada kalanya belum bisa memberikan penghargaan yang memadai. Banyak contoh, mantan-mantan atlet yang dulu pernah membesarkan nama Indonesia di dunia internasional, sekarang hidupnya susah.
Selama seorang atlet dibajak dalam wilayah Indonesia, menurut saya masih ‘tidak apa-apa’. Tapi kalau sudah dibajak negara lain, nah itu yang menyedihkan …
Bang Mike mau belajar renang sama saya? Hahaha 😀 Mengko malah tak blebegke … 😀
wah..seger ya bu, kolamnya biru menggoda. sayangnya saya ga bisa renang, bisanya cuma kecipak kecipuk tapi ga bergerak juga alias masih berdiam di tempat yang sama.
oya bu, saya ingin berbagi PRING AWARD dengan ibu, bisa dilihat disini http://purplesmile.wordpress.com/2010/04/20/spring-award/
salam
Tuti :
Kecipak kecipuk di tempat? Kalau gitu nggak usah di kolam renang, cukup di ember saja … hihi 😀
Terimakasih Spring Awardnya, Purple. Segera saya meluncur ke sana …
salam
hohohohhoho… sampai sekarang saya masih nggak bisa renang. ini gara2 waktu kecil mau kelelep di kedung dekat rumah. 2 kali! bayangkan…
nah, sejak saat itu kalo pas di sungai atau kolam renang nemenin anak2 yang pastinya lebih pinter berenang daripada bapaknya, saya lebih suka berendam (bukan berenang) di tempat yang nggak lebih dari satu meter… hehehe…
Tuti :
Sik … sik … sik! Ini Mas Goenoeng yang itu ya? (yang apa maksudnya? ya yang ituuuu … 😀 )
Weeh, piye kabare Mas Goen? Kok suwe ora kocap babar blas. Aku yo wis suwe ora moco puisimu sing
ora nggenahpenuh makna iku je …Nyemplung kolam renang gur kungkum thok? Weleeh … 😀
Mbak Tuti, asiknya berenang ya… Saya bisa berenang dari SD. Bahkan kami (saya dan saudara2, sepupu, dll) berenang rutin seminggu 2 kali lhoh. Serunya! Ditambah dengan acara makan setelah berenangnya itu lhoh… hihii.
Bahwa berenang adalah olahraga yang sehat, setuju, Mbak. Karena setelah ada masalah dengan bantalan tulang punggung saya beberapa waktu lalu (bahkan harus dioperasi), olahraga yang dianjurkan oleh dokter adalah berenang! (“tidak bertumpu!”) – padahal saya cinta bultang juga, tapi sudah tak direstui oleh dokter saya, seumur hidup gantung raket… hiks.
Hmm… apalagi jaman sekarang, berenang diperlukan kali y, tinggal di Jkt… secara musim banjir… hahaaa…
Sukses ya, Mbak, acara berenangnya! 🙂
Kapan2 berenang bareng yuk, d Jkt ya… hehe…
Tuti :
Berenang rame-rame memang asyik banget. Kalau sendiri, cepet bosen (ini aku lho!) soalnya renang kan gerakannya monoton. Tantangannya juga kurang, nggak kayak main bultang misalnya, yang ada lawan main dan ada sensasi kalah-menang.
Bagaimana kondisi tulang punggung Dada sekaran? Mudah-mudahan sudah sehat ya. Nggak papalah gantung raket, kan masih banyak olahraga lain yang juga menyenangkan.
Tinggal di Jakarta harus bisa berenang karena sering banjir? Wakaka! Mana enak berenang di air banjir, bisa-bisa kulit jadi bentol-bentol 🙂 Beli perahu karet aja …
Ayuk … lain kali kalau aku pas ke Jakarta, kita nge-date di kolam renang ya 🙂
Ahai…..berenang juga ni Bunda..
Tt juga Bun, lantaran lapangan tennis sedang dipugar jadi beralih ke renang sekarang olahraganya… Meskipun baju renangnya ketutup, tapi tetep lebih nyaman renang di kolam renang khusus perempuan ya Bun… 🙂
Btw, Bunda renang pake kaca mata? Aih….
Tuti :
Tt renang di mana? Kapan-kapan mungkin bisa janjian … 🙂
Iya, memang lebih nyaman berenang di kolam khusus putri. Bukannya paranoid (halah!), tapi lebih leluasa aja …
Eh, foto itu dibikin sebelum mulai renang, jadi kaca mata belum dilepas. Pada waktu renang ya nggak pake kacamata, takut jatuh kan repoots … 🙂
mau jujur nih bun…aku bisa berenang itu sewaktu SD karena waktu itu hampir tenggelam akhirnya aku melupakan olah raga satu ini karena trauma, bahkan waktu smp dan smu pun aku selalu tidak hadir jika ada mata pelajaran berenang 😀 akhirnya aku bisa kembali berenang itu baru sejak setahun belakangan ini…hehehehehe tentunya selama 3 thn sebelumnya berusaha keras melawan trauma tenggelam! bahkan sampe skr pun aku blom berani berenang di kolam yang kedalamannya lebih dari 150 meter 😀
Tuti :
Syukurlah Ria akhirnya berhasil mengatasi trauma. Pastinya nggak mudah ya …
Btw, saya juga nggak berani berenang di kolam yang kedalamannya lebih dari 150 meter (ya’elaah …. mang ada kolam sedalam itu? Laut ‘kali … hik hik … 😀 )
yah ampun bun…itu salah nulis hahahahaha
harusnya 150 cm…huhehehehehe 😛
Tuti :
Hehehe … kalau 150 cm mah nggak klelep, Ria … 😀
* Pakaian renang jadul kok malah sopan sekali ya mbak (bahkan mirip pakaian ibu2 istri bangsawan kalau menghadiri pesta).
* Untung berenangnya pas bukan hari libur tuh mbak, soalnya apa nggak rikuh tuh kalau di kolam renang ramai pengunjung….saya yang melihatnya saja jadi rikuh (mohon dibaca mata melirik terus, hehehe…..).
Tuti :
* Iya Mas, pakaian renang jaman dulu memang rapat menutup tubuh. Tapi agak susah juga membayangkan berenang dengan pakaian krubyuk-krubyuk kayak gitu … 😀
* Lho, kok rikuh kenapa Mas? 😀 Di kolam renang kemarin nggak ada yang peduli tuh … hehe! Iya, saya lagi mau cari baju renang muslim nih, yang nyaman dipakai, nggak ribet, tapi tetap menutup badan dengan baik … 🙂
* Ohya, sebagai ‘orang laut’, Mas Karma pasti jago renang ya, mungkin lebih jago dari ikan … 🙂
Pingin banget bisa berenang.. tapi gak pernah bisa..hikss hikss.. jad ya cuma main2 air aja…
salam kenal mbak 🙂
Tuti :
Main air juga boleh kok, yang penting kan senang … 🙂
Salam kenal juga, Delia
Saya belajar renang secara alami. Karena dari kecil ngangon sapi deket sungai, maka hiburannya adalah kejar-kejaran mandi disungai. wuiiiih… asiknya jaman dulu.
Tuti :
Tapi berenang dan kejar-kejarannya nggak sama sapi kan, Bang? 🙂
bu dekat rumahku ada lho kolam renang yang khusus wanita
Tuti :
Asyik dong, Mbak Monda bisa renang setiap saat … 🙂
Bu Tuti… di daerah Seturan, di kompleks sebuah sekolah yang cukup besar (Bu Tuti tahulah yang saya maksud), ada kolam renang yang tertutup. Mereka punya jadwal yang salah satunya jadwal khusus perempuan. Sepertinya layak dicoba tuh… 🙂
Tuti :
Iya Da … pastilah saya tahu tempat yang Uda maksud 🙂 Cuma terlalu jauh dari rumah saya, jadi saya lebih memilih Umbang Tirto, yang pada hari Jum’at juga dibuka khusus untuk putri.
Thanks for your information anyway … 🙂
Saya mengenal renang sejak SD karena rumah saya bedekatan dengan Sungai Brantas, jadi suka benang rame2 bersama dengan teman2. Kelak hobi berenang ini sangat membantu ketika ujian renang masuk tentara dan latihan2 renang tempur selanjutnya.
Salam hangat dari Plesiran – media untuk mempromosikan pariwisata daerah anda secara gratis. Pengirim artikelnya bahkan akan mendapatkan tali asih berupa sebuah buku yang menarik dan bermanfaat.
Tuti :
Pasti Pakde Cholik jagoan renang ya? Renang tempur itu seperti apa? Kayaknya seru …
Terimakasih kunjungannya, Pakde.
Selamat untuk blog plesirannya, semoga semakin ramai dan komplit 🙂
Dari kecil, mau tak mau saya harus bisa dan suka berenang Bu karena saya penderita Asthma.
Untung sekarang sudah sembuh, tapi dulu, sewaktu parah2nya, saya biasa seminggu 2 kali berenang..:)
Renang memang mengasyikkan. Yang paling mengasyikkan itu awal dan akhirnya, Bu.
Awal karena segar kena air, dan akhir karena lapar pertanda harus makan :))
Umbang Tirto? Oh, riwayatmu dulu! 🙂
Tuti :
Sekarang masih suka renang nggak Don? Kalau kamu berenang di tempat umum, orang (apalagi gadis-gadis) pasti akan terpesona melihat tato yang memenuhi tubuhmu itu … Siap-siap jadi obyek bidikan papparazi Don … hihihi … 😀
Riwayat Umbang Tirto masih seperti dulu …
Nice post..Salam kenal…
Tuti :
Thanks …
Salam kenal juga
semangat…salam kenal…
thanks.. di tunggu kunjungan baliknya..
mau info aja.. ada kolam renang bagus tuh khusus wanita dan balita, di sekitaran cibubur-jatiasih.
tempat sangat privacy buat kita2 kaum perempuan.
ada beberapa fasilitas lain sebagai pelengkap.
selamat mencoba.
salam berenang….
🙂
Tuti :
Terimakasih infonya, Lady. Pasti bermanfaat bagi teman-teman yang tinggal di Jakarta. Saya sendiri tinggal di Yogya … 🙂
URGENTLY..!!!
mohon info,, sy membutuhkan contact Elsa Manora Nasution, karena sy ingin foto beliau untuk produk sy…. terimakasih yg ingin kasih infonya.
Anang: HP-082117233109—-email: mipacko_marketing@yahoo.com
[…] Byurr … !! kecipak, kecipuk … | tuti nonka’s veranda […]
[…] Byurr … !! Kecipak, Kecipuk … | Tuti Nonka’s Veranda – KAYUHKAN LENGAN, AYUNKAN KAKI, MELUNCUR …. Kapankah anda untuk pertama kalinya mengetahui tentang renang? (jangan bilang ketika baca posting ini ya!) Saya …… […]
[…] Byurr … !! Kecipak, Kecipuk … | Tuti Nonka’s Veranda – KAYUHKAN LENGAN, AYUNKAN KAKI, MELUNCUR …. Kapankah anda untuk pertama kalinya mengetahui tentang renang? (jangan bilang ketika baca posting ini ya!) Saya …… […]