Dear Friends …
Anda kenal Miriam Makeba? Wow … banyak banget yang mengangguk sambil tersenyum. Great, jadi Anda tahu siapa dia. Saya pernah mendengar namanya, tapi baru benar-benar tertarik pada kisah hidup Makeba ketika beberapa hari yang lalu membaca tentang wanita hebat ini di koran.
Ya, wanita yang dilahirkan dengan nama Zenzile Miriam Makeba pada 4 Maret 1932 di Johannesburg ini memang luar biasa. Ia mendapat julukan “Mama Afrika”, ibunda bangsa Afrika. Apakah ia yang melahirkan ratusan juta kepala orang Afrika? Tentu saja tidak. Memangnya Miriam mesin giling?Β Miriam Makeba dijuluki “Mama Afrika” karena ia berjuang bukan saja untuk wanita Afrika, tetapi untuk seluruh bangsa Afrika dari penindasan politik apartheid.
Kata-katanya menggetarkan : “You strike the woman and you strike the rock”. Jika Anda membentur perempuan, Anda membentur karang. Ya, perempuan-perempuan Afrika adalah sosok yang kuat, tegar, dan akan melawan jika diperlakukan dengan tidak adil.
Miriam Makeba, “Mama Afrika”
Tetapi, batu karang yang bernama Miriam Makeba adalah seorang penyanyi bersuara emas. Ia gemar mendendangkan lagu “Soleram”, yang kita kenal sebagai lagu daerah Riau. Ia melantunkan lagu-lagu jazz yang diramu dengan lagu-lagu tradisional Afrika Selatan. Ia keliling dunia, melantunkan suaranya yang merdu, dan pada saat bersamaan menggemakan semangat perlawanan terhadap politik rasialis, penindasan manusia atas manusia. Perjuangannya membuat pemerintah Afrika Selatan berang dan mencabut kewarganegaraannya. Miriam menjadi seorang stateless, tak memiliki kewarganegaraan. Ia berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain, tak bisa pulang ke tanah air yang sangat dicintainya.
Wanita yang gagah berani itu wafat pada 10 November 2008 di usia 76 tahun. Ia terkena serangan jantung sesudah tampil di sebuah konser di Castel Volturno, Italia, dan dimakamkan di sana. Jauh, sangat jauh dari tanah kelahirannya, Afrika Selatan …
………….
Tak semua perempuan sekuat dan sehebat Miriam Makeba, tetapi sangat banyak perempuan yang dalam kesederhanaannya berjuang dengan caranya masing-masing. Tak penting dalam skala apa mereka berbuat, yang jelas mereka telah melakukan sesuatu, dan kita harus menghargainya.
Krismariana, Oni sang suami, dan orang lewat yang numpang mejeng …
Krismariana , salah seorang sahabat blogger, menuliskan pengamatannya yang jeli atas wanita-wanita pejuang ini. Kris seorang editor berpengalaman, sehingga tutur bahasanya sudah pasti rapi jali. Ia juga seorang yang memiliki mata hati, sehingga mampu melihat apa yang tersembunyi di balik ilusi …
Your time, Kris …
*undur diri dan menghidupkan spot light beranda untuk Kris*
………………………..
MENJADI PEREMPUAN
Sekitar seminggu yang lalu, aku mendadak bertanya-tanya, apa sih artinya menjadi perempuan? Sumbangan apa yang bisa aku berikan sebagai perempuan? Perempuan seperti apa yang “keren”–apakah perempuan yang modis, yang bisa melakukan apa saja, yang tidak kalah dengan laki-laki, atau apa?
Sepanjang perjalanan naik kereta dari Madiun ke Yogyakarta, pertanyaan itu terus menggema di kepalaku. Pertanyaan itu terus terbawa sampai aku turun di Stasiun Lempuyangan–sebuah stasiun tempat kereta ekonomi menurunkan dan mengangkut penumpang.
Saat aku turun, hujan deras langsung menyambutku. Aku urung melanjutkan langkah untuk mengambil sepeda motor yang kutitipkan di penitipan sepeda motor depan stasiun. Walaupun di motor ada sebuah jas hujan, aku enggan menembus hujan yang cukup lebat. Sebenarnya aku sudah tak sabar untuk segera beristirahat di rumah, tetapi aku tak ingin jatuh sakit karena kedinginan akibat menembus hujan.
Mendung bergayut di Stasiun Lempuyangan … (foto : Aan Hendra)
Aku lalu duduk di tempat duduk yang berderet-deret di depan peron menanti hujan reda. Di situ terdapat beberapa pedagang. Ada seorang bapak penjual baju-baju batik. Ada pula beberapa orang bapak yang menjual koran. Namun, tak lama kemudian mataku tertuju pada beberapa orang perempuan yang memakai kain jarik dan atasan kebaya sederhana warna hijau muda. Tampaknya itu adalah seragam mereka. Mereka adalah penjual nasi bungkus. Aku tak tahu persis apa saja lauknya, tetapi mereka menjajakan demikian: “Nasi ayam…. Nasi ayam, Dik.” Begitu kata mereka saat aku bersitatap dengan salah satu dari mereka. Aku menggeleng.
Tak lama kemudian, salah seorang dari mereka mengemasi barang dagangannya. Ibu itu tampak lebih tua dari para penjual nasi ayam lainnya. Tubuhnya pendek. Mungkin usianya sudah 60-an. Rambutnya yang abu-abu diikat ke belakang, lalu dicepol kecil. Ia melepas kain jarik dan kebaya hijaunya. Oh, rupanya di balik seragam itu ia mengenakan rok sepanjang lutut dan atasan biasa. Baju yang dipakainya itu sudah pudar warnanya. Lalu dengan cekatan ia membentangkan sebuah kain taplak. Ia melipat seragamnya dan menumpuknya di atas kain taplak itu. Kemudian di bagian paling atas, ia menaruh beberapa bungkusan lagi. Entah apa, aku tak tahu apa saja isi bungkusan tersebut. Segera kain taplak itu diikat ujung-ujungnya sehingga membentuk bungkusan yang menggembung.
“Wis arep bali, to Mak?” (Sudah mau pulang, ya Bu?) tanya seorang sesama penjual nasi ayam yang berbadan lebih subur.
“Iyo,” jawabnya singkat sambil masih menata beberapa barangnya. Ia lalu mengerling sambil tersenyum meledek kepada beberapa penjual nasi ayam yang lain. Kerlingan dan senyuman itu menandakan bahwa mereka akrab satu sama lain. Penjual yang lain balas tersenyum.
Setelah semuanya siap, ia pun bangkit. “Sik yo, Nok.” (“Sudah ya, Nok.” Nok adalah panggilan kepada anak perempuan.) Ia lalu bergegas menuju kereta Prameks yang hendak mengangkut penumpang. Kulihat ia naik kereta itu dan tak lama kemudian kereta itu berangkat.
Kain jarik dan kebaya hijau, properti untuk mengais rejeki … (foto : Aan Hendra)
Entah mengapa, melihat perempuan setengah tua itu aku jadi tersentuh. Mungkin karena aku jadi ingat ibuku, yang usianya barangkali tak jauh berbeda dengannya. Mungkin juga tersentuh melihat “perjuangannya”. Dalam benakku aku berpikir bahwa perempuan itu memang sengaja berjualan di stasiun untuk menambah pemasukan keluarga. Dan di zaman sekarang, banyak perempuan yang memilih untuk bekerja sehingga bisa menambah penghasilan keluarga. Atau mungkin ia berjualan untuk mengisi waktu luang? Entahlah. Tetapi walaupun mungkin sekadar mengisi waktu luang, toh yang ia lakukan menghasilkan uang. Dan tentu hasilnya bermanfaat bagi keluarganya.
Kembali pertanyaan mengenai apa artinya menjadi perempuan bergema di kepalaku. Kurasa salah satu arti menjadi perempuan adalah turut berjuang demi keluarga. Bagiku, menjadi perempuan yang mandiri dan berkarya untuk keluarga merupakan suatu hal yang bermartabat–walaupun mungkin karya yang dilakukan tidak bergengsi, jauh dari kesan gemerlap. Aku tak tahu di mana rumah perempuan tadi, tetapi jika ia naik kereta Prameks setidaknya jarak yang harus ia tempuh bukan jarak yang dekat. Dan ia memilih melakukan itu daripada sekadar diam di rumah.
…………………..
Epilog :
Perempuan yang bekerja untuk menafkahi keluarga adalah mulia. Ia berjuang lebih dari yang seharusnya, dengan meringankan atau mengambil alih kuwajiban yang ada di pundak laki-laki. Tetapi perjuangan seorang perempuan tak harus diwujudkan dalam bentuk mencari nafkah. Menjadi ibu rumah tangga yang sepenuhnya bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarga, mendidik anak-anak, menjadi pendukung dan sumber inspirasi bagi suami, melimpahi seluruh anggota keluarga dengan perhatian dan kasih sayang, adalah peran yang tak bisa digantikan oleh seorang manajer dengan gaji berapapun -tuti-
(Sumber : Wikipedia)
…
Mak Eba emaknya wanita Afrika..
Mak Erot emaknya pria Indonesia.. ha..ha..ha..
..
wah penyanyi Jazz tho, kok saya baru tau ya..
okey, langsung googling dulu..
saya sudah download satu lagunya berjudul -Pata-Pata-
lagunya persis -Poco-Poco- π
ini Link-nya
..
saya bisa nangkep sih apa yang ingin disampaikan Mbak Kris..
meski dahi sampek mengkerut..hi..hi..
perempuan yang bekerja untuk menambah pemasukan keluarga bagus juga sih..
asal tidak melupakan kewajibannya mendidik anak.. π
lebih bagus lagi kalau bikin usaha sendiri di rumah, berjualan atau wirausaha..
jadi nggak sampai meninggalkan rumah..
juga bisa untuk jaga-jaga kalau suami kena PHK.. π
..
itu photo emak-emak pake kebaya hijau tosca, kok ngejreng banget yak..
nyolok mata euy.. hi..hi..
..
-AtA-
..
Tuti :
Soal Mak Erot, no comment deh …. *mendelik dan mecucu*
…
Wow, terimakasih untuk sumbangan download lagu “Pata-Pata”. Itu memang lagu favorit Makeba, yang sering dinyanyikannya selain lagu “Soleram”. Sebelum menutup mata sesudah konser di Castel Volturno, lagu “pata-Pata” ini juga yang dinyanyikan oleh Makeba.
…
Ini dia sikap kebanyakan laki-laki : wanita boleh bekerja asal tidak meninggalkan rumah, asal urusan rumah tetap beres. Padahal tidak semua wanita bisa bekerja di rumah. Tidak semua lapangan pekerjaan ada di rumah. Dan kalau istri harus keluar rumah, otomatis harus ada pembagian tugas-tugas domestik, entah dengan asisten rumah tangga atau dengan anggota keluarga yang lain (termasuk suami).
…
Memang seragam kebayanya dibikin nyolok mata, biar orang yang kelaparan dan perlu segera makan nasi bungkus gak keburu semaput karena kelamaan nyari-nyari dimana pedagangnya … π
Ata,
Bikin usaha sendiri itu lebih berat lho..lebih menguras pikiran..bahkan menurut saya 24 jm kerja, lha otaknya kan mikir terus bagaimana agar jualan laku.
Kalau kerja di perusahaan lain, agak lebih mudah, karena jadual terbatas..tapi nggak bisa kaya..lha namanya pegawai, kalau kaya kan aneh.
Tuti :
Betul banget, Mbak Enny. Bikin usaha sendiri itu lebih berat, karena selain memerlukan modal, juga menanggung risiko rugi. Belum memikirkan kelanjutan usaha agar bisa menembus pasar, mengantisipasi persaingan, terus berinovasi agar bisa memenuhi selera konsumen yang selalu berubah …
Tetapi ada orang-orang yang memang lebih berbakat di bidang usaha, dan tidak cocok menjadi pegawai. Jadi, kayaknya pilihan kerja memang tergantung pada karakter dan kecenderungan seseorang ya …
..
Maaf Ibuk-ibuk..
Soal mikir ato enggak itu tergantung pribadi masing2..
Ada juga kok pegawai yg sampek rumah kepikiran kerjaan terus, karena dikejar deadline dan mendapat tekanan dari atasan..
..
Perempuan jadi entrepreneur harus bisa, saya ada contohnya lho..
Tante saya anaknya lima, tp tetep ada waktu buat keluarga dan juga ngurus katering, bakery dan salon..
So saya nggak asal ngomong lho, ada contohnya..
..
Biasanya orang yg banyak teori takut melangkah, takut gak ada modal, takut rugi, takut gak laku, takut ini takut itu..
Akhirnya gak melangkah..
..
Menjadi wirausahawan gak boleh takut gagal, karena kegagalan akan menempa jiwa usahanya..
Menjadikannya lebih ulet bekerja dan ahli di bidangnya.. π
..
So perempuan Indonesia jangan takut jd entrepreneur..
Saya yakin kalian BISAβ¦!!
π
..
-AtA-
..
Tuti :
Waw … Ata ngomporin nih …. π
….
Salut banget buat tantenya Ata, bisa merangkap-rangkap jabatan begitu banyak. Pasti asistennya juga banyak ya. Ngurus rumah sama lima anak aja kalau gak ada asisten sudah kalang-kabut lho … Lalu yang untuk ngurus katering, bakery, dan salon, pasti asistennya berderet-deret … π
….
Bener banget! π
Orang yang tahu teori ekonomi biasanya malah takut terjun ke dunia bisnis, karena mikir risikonya begini, begitu, begono …
Kalau yang langsung melangkah, seandainyapun usahanya gagal, ya pasrah aja. Belum rejeki, paling-paling begitu kesimpulannya …
….
Lho, perempuan Indonesia sudah banyak juga lho yang jadi entrepeneur. Contohnya banyak. Mooryati Sudibyo, Martha Tilaar, itu salah dua yang gampang disebut …
….
Saya jadi panas nih. Untuk Ata, sangat berterima kasih atas motivasinya kepada para perempuan Indonesia karena kalian PASTI BISA jadi wiraswastawati. Saya tidak menolak hal ini.
Namun bicara empiris lain lagi. Yang diceritakan Ata adalah kisah sukses. Bagaimana dengan kisah gagal? Lebih banyak lagi namun tidak terceritakan karena takut mendiscourage semangat perempuan.
Teman saya harus merelakan perceraian orang tuanya karena kegagalan bisnis ibunya yang menghabiskan harta keluarga. Sang bapak adalah karyawan biasa dengan prestasi tidak menonjol tidak tahan dengan ambisi sang ibu berbisnis tapi tidak disertai perilaku bisnis yang benar.
Cerita sedih seperti itu masih banyak di sekitar kita.
Tuti :
Wew … Ata dan Pak Eko rupanya berdiri di dua kutub yang berseberangan nih … π Ata memberi contoh yang ekstrim positif, Pak Eko sebaliknya menunjukkan fenomena yang ekstrim negatif.
Tapi sebenarnya, kisah entrepeneur yang sukses dan yang gagal ini tidak hanya terjadi pada wanita, melainkan pada laki-laki juga. Mengenai data statistiknya, apakah lebih banyak yang gagal atau yang berhasil, rasanya masih harus dilakukan penelitian atau sensus. Bahkan kriteria yang disebut sukses dan gagal itu seperti apa, harus disepakati dulu. Kalau selama 10 tahun usahanya berkembang sebesar 20%, itu bisa disebut sukses atau stagnan? Kalau aset bertambah besar, karyawan bertambah banyak, tapi profit tetap, itu sukses tidak? Secara ekonomi mungkin tidak sukses, tapi secara sosial mungkin sukses karena berhasil menciptakan lapangan kerja.
Hayo, jadi gimana nih? π π
Perempuan adalah penentu kesuksesan dan kegagalan seorang lelaki. Dengan cintanya, ia akan mampu memberi kekuatan super bagi lelaki, tapi dengan cintanya juga, ia akan mampu meluluhlantakkan seorang lelaki… Maka, bagi para lelaki hendaklah bijak menyikapi perempuan, dan bagi perempuan hendaklah sadar akan potensi besar yang dimiliki, manfaatkan secara bijak… π
Tuti :
Aiiih …. begitukah, Uda? π π
Hebat bener para perempuan ini ya. Tapi, sekalipun para perempuan ini hebat, kalau laki-laki yang didukungnya tidak memiliki potensi, pastinya nggak akan sukses juga kan? Artinya, bukan cuma Uni Icha yang hebat, Uda Vizon juga hebat kok …. π
Buat para perjaka yang baru mencari pasangan hidup, ingat yaaaa … cari wanita yang pintar dan baik hati, jangan cuma lihat cantiknya aja … π
Mengapa Allah swt memberikan rahim hanya pd perempuan?
karena perempuan adalah makhluk istimewa yg kuat, pd saat kepala keluarga tdk lagi mampu utk menafkahi ( mungkin kena PHK atau mengalami kecacatan krn kecelakaan), maka perempuan mampu mengambil alih tugas tsb tanpa hrs meninggalkan tugas mulia nya sebagai seorang ibu dan istri .
Pada dasarnya perempuan itu diciptakan sudah mulia oleh Allah swt.
namun, kadang perempuan itu sendiri yg membuat dirinya tdk lagi mulia .
salam
Tuti :
Betul Bunda, setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, dilahirkan mulia. Dia sendirilah yang kemudian menjadikan dirinya tidak mulia.
Tapi dalam realitas perjalanan sejarah manusia, suka tidak suka harus diakui, dunia masih dikuasai oleh laki-laki, dan sangat banyak perempuan yang mengalami diskriminasi. Bahkan sampai sekarangpun itu masih terjadi.
Hmm….
Jadi ini postingan kolaborasi antara Bu Tuti dan Mbak Kris Mariana, ya π
Ada satu quote dari Nancy Reagan yg saya pikir menarik, “A woman is like a tea bag, you can not tell how strong she is until you put her in hot water” – It’s true, indeed. Women are soft and strong – all in a package. Dia kuat utk berpartisipasi menanggung nafkah keluarga and soft sebagai penjaga cinta keluarga π
Eh, kok Makeba gemar mendendangkan ‘Soleram’? Apa aslinya lagu ini lagu adaptasi ya….? *googling*
Tuti :
Hallo Lee …. lama nggak kesini ya, jadi ketinggalan berita kalau sudah beberapa lama TV menghadirkan bintang-bintang tamu, para sahabat blogger … π Saya nunggu lho, kapan Lee bersedia jadi bintang tamu juga … π
Hmm … menarik ya quote dari Nancy Reagan. Memang. Salah sekali kalau mengira wanita adalah makhluk yang lemah. Bagaimana mungkin disebut lemah, lha wong kelanjutan kehidupan manusia yang berat dan pelik itu ada di tangan dan di tubuh wanita je. Lembut iya, tapi lemah? Oh, no!
Lagu “Soleram” dikenal di Afrika Selatan, karena berabad yang lalu banyak pejuang Indonesia yang dibuang oleh penjajah Belanda ke sana …
Kris,
Setelah pensiun saya sempat “agak merasa iri”…karena baru bisa menikmati hidup sekarang ini. Walau secara keuangan jauh menurun, namun saya lebih bisa menikmati kehidupan, bisa ketemu matahari….
Perempuan yang bekerja sungguh berat, karena kita juga tetap sebagai ibu dan isteri, dipundak kitalah diletakkan tanggung jawab untuk membina keluarga, membantu suami dan mendidik anak-anak. Tak ada gunanya perempuan berkarir tinggi jika anaknya berantakan. Justru inilah yang menjadi beban perempuan pekerja, semua mata memandang.
Di satu sisi, melihat ibu-ibu yang sederhana bekerja…sungguh menyenangkan, mereka orang yang sederhana, tujuannya juga tak terlalu tinggi, mungkin secara fisik beban terlihat lebih berat, namun secara pikiran akan terlihat lebih sederhana dan mudah…karena mereka tak dituntut agar anaknya berhasil sekolah tinggi.
Jadi, bagi saya, menjadi perempuan adalah bagaimana kita bisa bermanfaat bagi sekitar kita, lingkungan kecil kita (keluarga, anak, suami), kemudian lingkungan dekat…saudara dan lingkungan tetangga. Betatapun kecilnya sumbangan kita, tetaplah akan berarti..
Tuti :
Saya setuju Mbak Enny : wanita yang bekerja itu berat. Meskipun demikian, sebenarnya ada dua golongan wanita yang bekerja : mereka yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup, dan mereka yang bekerja untuk mengembangkan potensi diri. Kedua-duanya baik dan merupakan hak setiap wanita, hanya cara menjalankannya yang mungkin agak berbeda.
Betul, tidak ada gunanya wanita memiliki karier yang bagus kalau anak-anaknya terlantar. Tetapi tidak berarti bahwa karier wanita sejalan dengan kegagalan membina keluarga, bukan? Tidak sedikit wanita yang sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga, toh anak-anaknya melenceng juga. Jadi kuncinya bukan pada ‘wanita bekerja’ atau ‘ibu rumah tangga’, melainkan pada kualitas kepribadian seorang wanita dan concernnya dalam mendidik anak-anak.
Saya salut yang setinggi-tingginya kepada Mbak Enny, yang berhasil memadukan kedua-duanya : sukses dalam karier maupun keluarga π
Yang jelas …
Ibu-ibu itu berjualan untuk menambah nafkah untuk keluarganya …
(dan bisa saja … itu merupakan satu-satunya sumber nafkah di keluarga mereka)
Sebuah Topik yang sederhana sebetulnya …
tetapi di Tangan Kris …
Menjadi lain nuansa rasanya …
I like this
Salam saya Kris …
Salam saya Bu Tuti …
Tuti :
Di masyarakat bawah, sangat banyak wanita yang harus bekerja untuk menafkahi keluarganya. Mereka kuat, tangguh, dan pantang menyerah. Sebab kalau anak-anak mereka menangis kelaparan, para wanita inilah yang menghadapi secara langsung (sementara para lelaki, karena tidak berada di rumah, mungkin kurang menghayati kepedihan hati ketika menghadapi anak-anak yang menangis kelaparan …. π¦ ).
Salam saya juga Om …
..
Pembawa acara yang bikin paragraf pembuka dan penutup juga ok lho Om.. π
Pokoknya duet dua perempuan ini emang yak’e…!!
..
-salam hormat 4 jari Om-
..
Tuti :
Akhirnya! Akhirnya ada juga yang memuji sang presenter …. *senyum-senyum, lenggak-lenggok* π
Sejak kemarin sendu, karena yang dipuji Kris melulu …. hiks! π¦
Terimakasih Ata … *ngasih kembang*
Jadi ingat salah satu iklan televisi yang lagunya begini:
Ikan belum makan
Pe-er anak kebanyakan
Beras habis
Kulkas rusak
Bos sadis
Pembantu pulang
Mertua datang……….. (sambil menampilkan seorang wanita yang menanggung semua beban keluarga sendirian sambil tetap tersenyum)
Begitu mungkin gambaran menjadi seorang wanita, kadang kala harus menanggung banyak hal sekaligus.. dan entah mengapa, meskipun sering dianggap memiliki fisik lemah, banyak dari wanita2 hebat itu bisa menghadapi semuanya.. (contohnya wanita2 yang sering menulis komen di blog ini, π )
salam Mba Kris..
Tuti :
Wow …. asyik banget tuh penggambaran wanita dalam iklannya (iklan apaan sih?)
Quote : “Begitu mungkin gambaran menjadi seorang wanita, kadang kala harus menanggung banyak hal sekaligus.. dan entah mengapa, meskipun sering dianggap memiliki fisik lemah, banyak dari wanita2 hebat itu bisa menghadapi semuanya.. (contohnya wanita2 yang sering menulis komen di blog ini, π )”
Yeeeiy …. ini mah memuji diri sendiri, Cla! π π
Loh, aku gak dikasih salam? *balik badan, tutup beranda* π¦
Tulisannya khas Kris banget….
Bagiku kisah tentang perempuan pekerja keras selalu menginspirasi.
Aku sendiri pernah tercelikkan melihat perjuangan ibu-ibu tua pengangkat dagangan di pasar beringharjo saat hari belum beranjak pagi…
Bagiku, perempuan adalah (dan seharusnya) menjadi kunci sukses keluarga entah dia bekerja atau tidak.
Like this!
Tuti :
Don, ‘tercelikkan’ kuwi opo to? Bahasa mana itu? π
Buruh gendong di Pasar Beringharjo memang fenomenal. Pernah nonton sinetron “Sayuti dan Hanafi” yang diperankan Neno Warisman? Neno sempat mendalami karakter dengan bener-bener menjadi buruh gendong di Beringharjo, lecek dan keringetan …
Setuju, perempuan adalah kunci sukses keluarga (dan laki-laki adalah gemboknya … π )
Kali ini komen saya satu kalimat mbak Tuti & Mbak Krismariana :
“Yes, Hidup kaum perempuan !!!”
(Kabur sambil pelengak-pelengok, hihihihi…)
Hasil kolaborasi mbak Tuti & Mbak Kris mantap dech π π π
Best regard,
Bintang
Tuti :
“Yes, hidup kaum perempuan!” *sambil mengepalkan tangan ke atas*
Loh … kok kabur sih Mbak? Pelengak-pelengok tuh apaan sih?
salam kompak perempuan π π
aku percaya, bahwa dibelakang pria sukses, tentu ada wanita huebat di sana!!!
setuju, wanita mempunyai stamina luar biasa untuk menghadapi segala tantangan
btw, br tahu kalo pedagang di stasiun lempuyangan berseragam skr
salam,
Tuti :
Artinya : karena Bro sukses, maka Nana adalah wanita huebat!
Setuju Bro … π
Iya, kelihatan lebih rapi kan, kalau pedagangnya berseragam … (jujur, saya juga baru tahu sekarang π )
Sebuah cerita yang menginspirasi semangat berjuang hidup. Apalagi bagi wanita yang berjuang menghidupi keluarga.
Inspirasi lainnya adalah foto stasiun Lempuyangan. Terkesan bu Tuti ini berani benar mengambil sudut yang membahayakan diri sendiri. Padahal stasiun Lempuyangan kan termasuk yang ramai lalu lintas keretanya. Utamanya kereta langsir.
Tuti :
Hehehe …. Pak Eko, foto-foto di atas adalah jepretan keponakan saya. Kebetulan saja dia pinjam kamera saya, filenya masih ada di kamera, dan kebetulan juga Kris bikin cerita tentang stasiun Lempuyangan … Yo wes, tak silih wae fotone … π
Maaf, kemarin lupa belum saya tulis kalau foto-foto ini bukan karya saya atau Kris. Tapi sudah saya tambahkan kok … π
iya suami istri, laki dan perempuan, itu kan partner. bukan satu lebih dari yang lainnya.
saling melengkapi, saling membantu, saling mendukung, saling bekerja sama demi keluarganya…
baik working mom ataupun stay-at-home mom… dua2nya sama2 bekerja (kecuali kalo stay-at-home ditemani dengan beberapa pembantu dan beberapa baby sitter kali ya.. hahaha).
dan sama kayak bro neo, saya juga mengakui kalo stamina wanita itu emang luar biasa. pria gak akan ada apa2 nya kalo gak ada wanita ya… π
Tuti :
Betul, memang suami dan istri itu partner, pasangan. Jadi seharusnya saling bekerjasama, saling mendukung, saling menghormati, saling memberi, pokoknya saling apa saja (tapi yang baik-baik, bukan saling hantam … hahaha … π )
Setuju Arman, kalau wanita tidak bekerja, dan di rumah pun semua diselesaikan para asisten, dia sendiri cuma bersenang-senang kesana-kemari … waw, sungguh sia-sia hidupnya … π¦
Wanita juga gak akan ada apa-apanya tanpa pria, iya kan … π
salut untuk para wanita, seorang wanita yg bekerja juga baik, yg punya usaha sendiri juga lebih baik, tapi yg hanya mengurus rumah tanggapun tak kalah mulianya. bahkan pahalanya disejajarkan dengan para suami yg berjihad perang di luar, meski hanya mengurus rumah tangga saja. bukan pekerjaan mudah pastinya mengurus rumah tangga agar menjadi baik dan berkah π
Tuti :
Betul, Didot. Semua kembali pada pilihan masing-masing, juga tuntutan keadaan. Tidak sedikit wanita yang harus bekerja karena untuk mempertahankan hidup. Tidak sedikit juga wanita yang ‘terpaksa’ tinggal di rumah padahal sebenarnya bisa dan ingin membaktikan diri pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.
Pilihan wanita untuk bekerja atau di rumah tidak perlu diperdebatkan. Selama pilihan itu dilakoni dengan ikhlas dan bertanggungjawab, semua akan menjadi baik … π
* Sebuah satir untuk saya mbak, APA ARTINYA MENJADI LAKI-LAKI, tapi hal itu belum saya tanyakan pada diri…
* Dari gambar di stasiun, ternyata para mak dan mbok itu rupanya ada wadah paguyubannya, krn seragaman seperti pakaian seragam ibu2 istri pegawai negeri…
* Setuju sekali dengan EPILOG mbak Tuti, Bravo Perempuan Indonesia!!!
Tuti :
* Mungkin gak perlu dipertanyakan, Mas Karma. Banyak orang sudah menjalankan perannya dengan baik, tanpa pernah bertanya ‘apa peranku’. Nah, saya percaya Mas Karma termasuk kelompok itu … π
* Iya Mas, kayaknya memang begitu. Dengan adanya paguyuban, segalanya jadi bisa dikelola dengan lebih baik …
* Terimakasih π Bravo juga pria Indonesia!! π
wanita yang menurut menurut banyak orang adalah makhluk yang lemah itu tidak sepenuhnya benar … karena sesungguhnya wanita itu makhluk yang kuat. Wanita di berikan air mata yang lebih banyak dari laki2 karena wanita lebih banyak memikul beban dari pada laki-laki, di harapkan dengan keluarnya air mata dari wanita itu bisa mengurangi beban yang dia pikul … bukan karena wanita itu cengeng . Salam …
rulisannya keren! bener kata bunda tuti…mbak kris memang rapi jali dalam menulis ya π demikian juga alurnya…
jadi mikir, sebagai perempuan aku sudah berbuat apa aja ya? hehehehe
seorg ibu muda penumpang busway bilang gini: ngapain kok perempuan jadi supir busway mendingan dikasih lelaki aja, kan lelaki sbg kepala keluarga
miris jg apa dia nggak mikir perempuan kepala keluarga banyak lho di sekitar kita
saya tidak pernah menganggap perempuan lemah dan laki-laki kuat, atau kebalikan. Apakah kekuatan pria hanya karena dia lebih besar badannya dan tidak mengeluarkan airmata? Malah saya kasihan pada pria karena dituntut untuk selalu kuat, padahal menurut saya pria dan wanita harus sama-sama kuat untuk bisa hidup. Struggle for life!
Terima kasih mbak Tuti, saya sudah dikenalkan dengan Makeba
EM
Heeemm tulisan ini lumayan dalam mengajak untuk merenung.
Apa arti perempuan?
Buat eka, perempuan adalah penolonh.. jika pria adl kepala maka wanita adl leher yg menggerakkan π
okre,, setuju dah kalo gitu…
bu tuti, terima kasih sudah memuat tulisan saya… maaf terlambat sekali memberi komentarnya. π
wah,, sya baru tau BU’…
Hello! I just want to give an enormous thumbs up for the nice
information you will have right here on this post. I might be coming again to your blog for extra soon.