KETABRAK KAPAL SELAM …
Salam jumpa buat pelanggan (gratis) TV…. 🙂
One question : apa yang muncul dalam benak Anda jika mendengar kata Palembang? Sriwijaya? Good, berarti Anda pemerhati sejarah dan orang-orang besar. Songket nan gemerlap? Owgh … Anda pecinta seni dan keindahan. Atau … empek-empek? Hwaaa …. ternyata Anda adalah raja … raja makan, maksudnya … 😀
Sahabat blogger yang menjadi tamu TV kali ini, Henny Rupita, adalah orang Palembang asli. Ia kenyang minum air sungai Musi dan makan kapal selam. Whaatt …??!! Kapal selam dimakan? Ya, sehari bahkan bisa dua – tiga biji, nggak bosan-bosan.
Nah, supaya Anda tidak mengira Henny adalah makhluk ajaib-mengerikan yang suka makan besi dan baja, TV mendapat kehormatan menampilkan resep-resep lezat asli Mama Henny, yang terdiri dari sanak-kerabat kapal selam. Ada otak-otak, celimpungan (bukan kelimpungan loh … ), model gendom, dan lain-lain. Semua resep sudah lulus uji dapur TV (hahah … padahal pemilik TV pelanggan katering, nggak pernah masak … 😀 ). Yang bener, semua jenis makanan yang ditampilkan di sini sudah lulus uji icip pemilik TV, karena bersamaan dengan mengirimkan artikel ini, Henny juga mengirimkan sekardus empek-empek, langsung terbang dari Palembang ke Yogya! Woow …. yummyy …
Pengen? Gampang. Tuliskan komen Anda untuk posting ini. Saya akan memilih satu komen paling heboh, dan Henny akan mengirimkan sekardus empek-empek asli dari Palembang. Swear. Ini janji Henny, bukan janji politisi, jadi percayalah!
Henny, mamanya si cantik Ping …
Hmm …. empek-empek Henny kayaknya sudah matang. Harum baunya semerbak memenuhi udara beranda saya. Oke Henny, daripada penonton ribut kalang kabut, silahkan disajikan empek-empeknya …
*bagi-bagi piring ke semua pengunjung TV*
…………………
LEMAK NIAN OOOOI … !
Saya berasal dari Lubuk Linggau. Secara geografis kota kami lebih dekat dengan Propinsi Bengkulu, namun Lubuk Linggau termasuk wilayah Sumatera Selatan. Ini terlihat baik dari segi bahasa maupun khazanah kuliner yang lebih dominan Palembang. So, wong kito galo!
Persembahan tulisan untuk TV kali ini, saya akan mengulas sedikit mengenai salah satu makanan khas Sumatera Selatan yaitu; Pempek. Selamat membaca dan semoga berkenan di hati (pastilah Hen, sahabat pembaca TV baik-baik kok … dikasih apa aja mau … 🙂 -tuti- )
Saya hidup di lingkungan yang cinta pempek. Saudara, teman, sahabat, dan tetangga semua doyan. Warung, rumah makan dan bibi yang menjajakan keliling dengan pekikan merdu-mendayu “Pempeeek..” berseliweran setiap hari.
Pempek, adalah makanan hasil olahan daging ikan yang sudah dihaluskan dengan cara di ‘pirik’ atau digiling dengan gilingan daging. Alat untuk ‘pirik’ tradisional terbuat dari bahan kuningan berbentuk mangkok dengan dasar yang penuh lubang-lubang kecil untuk meloloskan daging ikan dan menyisakan durinya di talenan.
Inilah dia kapal selam kegemaran Henny … kegemaran saya juga!
Ini otak-otak, tapi jelas isinya bukan otak Henny atau otak saya …
Jenis ikan yang lazim digunakan adalah; belida, gabus dan ikan tenggiri. Daging ikan yang sudah halus dan tidak berduri lagi di campur lagi dengan garam, air dan tepung tapioka, hingga tercampur rata tapi tidak diaduk hingga kalis, karena akan menyebabkan pempek menjadi terlalu kenyal.
Pempek sendiri banyak macamnya; pempek kapal selem, pempek keriting, pempek kates/pastel (diisi tumisan serutan pepaya mengkal, santan dan ebi), pempek ada’an/bulat, pempek lenjer, pempek cerewet, pempek panggang, otak-otak, lenggang, juga pempek kulit yang terbuat dari kulit ikan. Biasanya pengolahannya direbus dan digoreng dalam minyak panas -saat mau disajikan plus saus pedas-asem-manis bernama cuko!. Lemak nian ooi! (lemak? ow-ow … bukan lemak yang bikin obesitas toh? -tuti- 😛 )
Pempek mempunyai banyak sekali sanak-sedulur. Makanan lain yang masih berbahan baku sama namun berbeda penyajiannya adalah; tekwan, model, celimpungan dan laksan. Dua yang disebut terakhir berkuah santan yang gurih dengan taburan bawang goreng. Dihidangkan dalam keadaan panas plus cabe rawit halus.
Seluruh sanak-famili pempek tadi terdiri dari dua versi; jika yang di atas adalah versi menggunakan olahan daging ikan, maka versi yang lain adalah Non Ikan. Jadi, ada pempek sagu/pempek dos, model gendom (gendom adalah istilah untuk terigu … kalau di Jawa, terigu disebut ‘gandum’ 😀 -tuti- ), tekwan sagu, dll. Tentu saja ada perbedaan harga yang signifikan.
Model gendom … lebih nikmat daripada model foto … eh, foto model
Pun begitu, penikmat yang non-ikan juga tidak sedikit. Antara yang doyan pempek ikan atau pempek sagu tergantung selera masing-masing. Dekat rumahku ada warung yang setiap jam empat sore berjualan tekwan sagu. Begitu start berjualan, pembeli berjubel hingga dagangannya habis. Harga semangkuk tekwan sagu seribu rupiah, dengan kuah panas dan sesendok kecil cabe rawit giling… Hhhhh…. Nikmatnya (duh …. jadi laper nih … kiriman pempek udah habis … 😦 -tuti- )
Yang menganut pola hidup vegetarian cukup kreatif mengolah aneka produk pempek, kemplang dan tekwan berbahan dasar kentang atau telur putih sisa membuat cake!. Emmh’ enak juga lho…
Masih berbahan dasar daging ikan dan tepung tapioka, namun sedikit berbeda dalam cara pengolahannya adalah; kemplang dan kerupuk. Kemplang ada yang dipanggang dan ada juga yang digoreng. Semuanya enak!. Salah satu jenisnya adalah kemplang badak. Bentuknya gede dan tebal, saat akan dimakan direndam cuko supaya agak lunak. Serasa ada yang kurang jika makan nasi tanpa kres.. kress.. kerupuk atau kemplang (semakin kurang nikmat kalau makan nasi tanpa sendok atau tangan … 😦 -tuti- )
Sudah hal yang biasa, jika wong Palembang berangkat ke luar kota membawa pempek sebagai oleh-oleh, dan sudah bukan rahasia lagi jika –sesampai di kota tujuan- mereka sendiri juga ikut nimbrung menghabiskan pempek yang tadinya dibawa sebagai oleh-oleh! Termasuk saya…. Hahahahaha….. doyan sih! (oke, jadi besok kalau ada tamu orang Palembang dan bawa oleh-oleh pempek, dia makan pempek bawaannya, saya makan gudeg yang saya siapin sendiri … 😀 -tuti- )
Makan celimpungan ini bisa bikin kelimpungan loh …
Seorang teman dekatku yang berbeda daerah, terheran-heran melihat kedudukan pempek di hati kami. Setiap hari makan pempek itu sudah biasa, namun ketika tiba hari istimewa, misalnya lebaran, imlek, acara ulang tahun, syukuran; makanan yang disuguhkan juga pempek! Herannya tetap saja jadi incaran nomer satu… (ck ck ck … speechless deh 😦 -tuti- )
Ada beberapa prinsip yang harus diikuti –kecuali keadaan yang sangat darurat, yaitu; penggunaan gula merah batok sebagai bahan utama membuat cuko. Selain warnanya lebih menarik, rasanya pun berbeda dengan gula kelapa yang berbentuk tabung. Penggunaan gula merah batok bikin cuko lebih sedap dan kental juga tahan lama (orang Jawa menyebut gula dari air bunga kelapa ini ‘gula Jawa’, tapi orang Palembang menyebutnya ‘gula batok’. Jadi nggak ada ‘gula Palembang’ ya 😀 -tuti- )
Gula botak … eh, gula batok, dan alat ‘pirikan’
Cabe rawit dan bawang putih yang direndam cuka makan (seperti acar) terlebih dulu membuat aroma makin eksotis, tapi bukan suatu keharusan. Rasa asam pada cuko, ada yang diberi perasan kental air asam jawa atau jeruk kunci, tidak melulu cuka makan yang katanya dapat merusak lapisan email gigi. Jadi jangan ragu untuk ‘menghirup’ cuko. Tidak sedap makan pempek tanpa menghirup cuko!.
Tidak semua orang doyan pempek, seperti Bang Tiwa temanku dari Medan yang kusuguhi pempek, berkomentar; “Bah, rasanya seperti makan tepung…” tapi tetap saja istrinya doyan dan makan dengan lahap! hehehe … (udah seminggu istri Bang Tiwa puasa ‘kali Hen … 🙂 -tuti- )
Demikianlah dengan bahagia saya menulis tentang pempek. Tulisan ini sebagai apresiasi kepada -Pempek and the gang– yang telah mewarnai keseharian kami. Tulisan ini hanya pendapat pribadi dan tidak melalui penelitian apapun, tidak juga minta masukan dari Mangcek maupun Bicek. Jadi kalau ada yang keliru, semua adalah kesalahan pribadi dan untuk itu saya mohon maaf (don’t worry … maaf sudah disiapkan secara prasmanan … silahkan ambil sendiri sesukanya 🙂 -tuti- )
Ayo, silahkan dipile dipile dipile …. mano yang suko
Sebagai penutup, Bu Tuti akan memilih satu orang pembaca TV yang beruntung, dan saya akan mengirim satu paket Pempek Palembang Aseli kepada pembaca yang terpilih. Mau???
………………………………
Tuti :
*bersedakep, angkat dagu, jalang keliling dengan somse …. wow, serasa jadi malaikat penentu nasib orang, tssahh …!*
..
sebelumnya salam kenal dulu buat Mbak Henny..
owh, blognya yang multiply itu tho..
I see x2.. 🙂
..
saya juga suka bangget [dobel G] lho, sama pempek..
dulu jaman Kuliah saya suka jajan pempek bareng pacar, eh mantan pacar ding.. he..he..
tapi pempek di kota Malang harganya lumayan mahal, apalagi buat kantong mahasiswa kere kayak saya.. 😦
biasanya habis jajan pempek, besoknya makan mie instan ampek 2 hari..
kok jadi curcol ya.. hua..ha..ha…
..
jujur saya belom pernah ngerasain Pempek yang langsung ekspor dari palembang..
cuman bisa ngebayangin dahsyatnya, gigitan demi gigitan.. he..he..
*ngayal*
..
buat Mbak Henny: ada nggak sih, pempek yang di modifikasi dengan isi keju atau abon ikan gitu..?
dan apa sudah ada, pempek yang bentuk hati atau pempek mini..? [kalo bakso kan ada tuh..]
kok saya jadi kepikiran pempek campur jamur tiram ya.. ha..ha..ha..
maklum insting juru masak, masih mengalir dalam darah.. 🙂
..
bentar-bentar kok hadiahnya cuman satu paket sih..?
lha penyiar Tv, apa gak dapet..hi..hi..
..
Hai Ata!
Salam kenal juga… aku ngerasa dah kenal lama lho, saking seringnya ketemuan di TV, TE dan sesekali mampir di senyum septa…
Oke, Ata masuk dalam daftar Bu Tuti karena termasuk doyan mpek-mpek, semoga Ata beruntung yah…
Ouw, emang ada pempek dgn isi sosis, keju, dll. Udah pernah nyobain bareng temen2, aku tetep setia yg konvensional… isian telur, tumisan kates atau ebi halus+kecap manis pada pempek cerewet dan pempek panggang.
Boleh aja Ata modifikasi dgn isian lain biar makin variatif ya… hehehe…
Pertama, saya ucap terima kasih dulu kepada pemilik TV, karena hadiah yang kemarin sudah saya terima dan sudah habiiisss.. horeee… makasih Buu..
Empek2.. sukaa.. di gang belakang rumah ada, rasanya beda dikit dari empek2 yang dibawa teman dari Palembang.. kerupuk suka, tapi kemplang ga suka Mba Henny.. kan sakit di-kemplang, aduuhh.. :p
*Cari-cari mercon dulu deh biar heboh*
Wadooh… aku juga gak suka di-kemplang… sakiiit….hehehe…
Tapi doyan mpek-mpek ‘kan?… catet dulu di daftar Bu Tuti aah…
Ahai… ini orang Linggau ya…? Wah, tetanggaan tuh dengan Curup.. Kalau gitu, salam kenal buat Yuk Henny… 🙂
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Curup, suguhan pertama yang saya peroleh adalah pempek. Berbagai jenis pempek yang disebutkan di atas tadi, saat itu untuk pertama kalinya saya temui. Sebelumnya, saya hanya kenal pempek kapal selam dan lenjer. Ternyata, pempek Curup itu, benar-benar lemak nian…
Sejak saat itu, saya ketagihan makan pempek. Nyaris setiap hari saya mengkonsumsinya. Di Curup, dengan mudah saya dapat menemukan pempek dengan rasa yang dahsyat. Bahkan, menu utama di kantin kampus pun adalah pempek.
Oya, cara makan pempek yang aduhai adalah dengan cara meletakkan cuko di piring kecil dan pempek di piring lain. Kemudian, pempek digigit dan cuko diseruput… wuiihh…. lemaaakk niaan… (busyet, iler saya netes ketika menuliskan komentar ini, hahaha…) 😀
Terus terang, di Jogja saya belum pernah menemukan pempek dengan rasa asli Palembang, terutama cuko-nya. Aih… jadi pengen pulang ke Curup nih untuk makan pempek… Tapi, kalau ada yang berkenan mengirimkannya dari Linggau, pasti saya takkan menolaknya, hahaha… 😀
..
duh, Uni besok bakal ngepel lantai nih..
habis iler Uda berceceran di lantai gitu.. he..he..
..
Yuhuuu… Uda Vizon juga doyan rupanya… Toosss dulu aah!
Makan mpek-mpek paling asik sambil ‘ngirup’ cuko emang… ketemu yang doyan, bisa ngabisin satu mangkok kecil cuko hanya untuk satu mpek-mpek.
Bu Tuti akan mencari pembaca TV untuk mendapat paket, Semoga Uda beruntung yah…. tabik!
Aduhh …ngiler deh lihat foto pempeknya..
Hen, bukan hanya orang Palembang aja lho yang suka empek-empek…saya juga suka banget….kalau ke Palembang, tak lupa mesti beli pempek dan otak-otak….
Walau sudah ada cabang pempek pak Raden di Jakarta…kok rasanya tetap beda ya dengan yang beli asli di Palembang…jangan-jangan karena cukonya ya…
Berharap dapat kiriman asli pempek Palembang nih….
Hahay! asyik… Bu Ratna juga suka… gelas kocokan nama-nama bu Tuti nambah lagi niy… hihihi, berasa arisan ajah!
Otak-otak diadonannya pake santan kental dan dibakar di bara… emang wangi dan sedap. Saus merahnya campuran cabe merah dan taoco. Ada juga pempek lenggang… dari takir daun pisang diceplok telur dan diberi cubitan adonan mpek-mpek mentah dipanggang hingga matang… nah lho, menunya jadi banyak nih!
Salam kenal Mbak Henny…
Saya punya Bude di Palembang, tinggalnya di Sei Buah…
Dulu bude saya rajin mengirim paket makanan khas Palembang seperti kerupuk pilus ikan belida, kemplang dan kopi Palembang. Tapi belum pernah sekalipun mengirim pempek karena takut terlanjur basi begitu sampai di rumah kami di Magelang.
Dulu saya kira, pempek itu sejenis makanan “lembek”, seperti bubur… ternyata lain banget, jauh dari bayangan saya 🙂
Nah, waktu tinggal di asrama, tetangga unit saya asli dari Palembang. Mereka hobi sekali bikin pempek dan saya pasti kecipratan! Wuih enak banget! Apalagi bagi anak asrama, makanan lezat adalah barang mahal 🙂
Teman saya jago sekali nguleni adonan pempek dan membuat kapal selam. Sepertinya gampang sekali membuatnya, adonan pempek di taruh di telapak tangan membentuk “mangkuk” lalu dengan tangan kanan menuang telur ayam mentah ke dalam adonan itu, lalu dengan lihai dia melipat dan menutup adonan. Beres!
Saya ingin mencoba membuat kapal selam, mengikuti contoh dari teman saya. Dengan hati-hati saya menutup adonan…dan ceprot! Adonan dan telur mentah di tangan saya “mecothot” dan berantakan! lha pempek kapal selam saya menjadi kapal selam bobrok yang memilukan… hahaha… tapi tetap saja saya habiskan hihihi…
Ternyata tangan orang Palembang lebih hebat dan lihay dalam membuat pempek…
Cuko-nya teryata uenak banget… aroma kuat asam, bawang putih dan cabe benar-benar membuat hidung kembang kempis. Apalagi rasanya, maknyus!
Menulis posting ini, sambil ngiler membayangkan makan pempek Palembang yang enak… hiks…hiks… apalagi foto-foto pempek di posting ini benar-benar bikin ngiler dan mendadak ngidam deh hehehe….
di tempat tinggal saya ini nggak ada yang jual pempek yang asli rasa ikan tenggiri/ belida gituh… kasian deh saya…*melas…
Oh ya satu lagi, teman saya itu selain jago bikin pempek, dia juga jago main gitar sambil nyanyi lagu melayu yang mendayu-dayu gitu.
Yang saya ingat lagu yang iramanya cepat dan jenaka .. ”beli pempek cuko-nyo basi….”
Kelanjutannya nggak tau lagi hehehe…
Salam (pempek) hangat untuk Mbak Henny dan Bu Tuti… 🙂 🙂
Salam kenal juga mbak Nana…
Terus terang aku penikmat mpek-mpek tapi gak pintar ngulen adonan daging ikan dan sagu. Pernah praktek bikin sendiri tapi ribet dgn adonan yg nemplok di sana-sini. Pempek kapal selem emang butuh keahlian dan kecepatan tangan dari menuang telur, melipat bagian mulutnya supaya tertutup dan memasukkan ke dalam panci berisi air mendidih.
terakhir, yg aku tau Bu Tuti dan Mbak Imel jago nyanyi, Om NH jago musik… aku gak keduanya…hahahaha payah niy…
Wuih…kulasan kali ini tentang makanan khas kota kelahiranku.
Hem, aku jugo pernah beberapo kali ke Lubuk Linggau yuk Henny….ke rumah kanco2 jaman kuliah dulu, hehehe.
Aduh Yuk Henni…nich ceritonyo beken aku ngences….Yaummy…..lemak nian oi, wajar kalo uda Vizon ngeces jugo….
Memang aneka macam pempek dan kerabatnyo itu buat kito-kito (wong palembang) pastinyo akan selalu beken kito kangen samo makanan yang kito kenal sejak dalam kendungan mak kito itu.
Dan herannyo dimano bae kito berado, makanan khas itu akan selalu kito cari, terutamo kalau kito ndak pacak buatnyo dewek. Kalo aku pacak buatnyo yuk !, tapi ndak selemak bekenan bicek dan mangcek si tukang pempek, hahaha….
Kalo aku sekarang galak makan pempek & kerabatnyo itu di “161 Kelapa Gading” Jakarta Utara.
Di toko ini lumayan lengkap yuk, mulai dari aneka pempek, aneka kemplang, kerupuk badak, lempok, burgo dan lakso, dst sampai martabak HAR disini jugo ado…pokoknyo seraso di palembang.
Rasonyopun 100% samo dengan yang ado di Palembang.
Cuma…hargonyo bae yang bikin kantong bolong. Mahal nian dibandingkan hargo di kota kito.
Tapi kalo aku & kel lagi kepengen…yo…kantong bolong / jebol sekali-sekali ndak apo2…itung2 kalo nak balek ke Plg harus naek pesawat dulu, hehehe….berat di ongkos, hihihi….
Nah, untuk Mbak Tuti yang punyo TV dan galak bagi2 hadiah(galak disini artinya dlm bhs Plg baik hati lho mbak) kalo ke Jkt lagi jangan khawatir. Kagek aku ajak makan di toko pempek langganan aku ini, so ditunggu kunjungannya lagi di Jkt.
Jugo buat Yuk Henny kalau pas jalan ke Jkt biso sekalian aku ajak jalan ke 161 yang aku ceritokan itu, dijamin ayuk ndak nyesel makan disini….
Ok, Yuk Henny & mbak Tuti sampai ketemu lagi di Jakarta.
Hahaha….sengaja kali ini saya buat komentar dgn bhs Palembang, karena kebetulan yang bikin tulisan masih wong kito dan yang punya TV sepertinya sudah pandai berbhs palembang, hahaha…..
(Mbak Tuti kalau ada kosa kata yang nggak ngerti tinggal di translate pakai bang “Google”, hihihi…….kabur sambil ambil pempek kerupuk rebusnya duo !)
Best regard,
Bintang
eh, baru tau… wong Plembang jugo!
Bu Tuti emang galak… galak bagi hadiah maksudnyo…hehehe…
Makasih yah udah komen dlm baso wong kito… masih inget aja…
Ibu Henny Mama Ping …
Ada Tiga Hal nih …
#1. Lubuk Linggau …
Saya beberapa kali lewat Lubuk Linggau …
Dan yang berkesan bagi saya mengenai kota ini …
Ketika saya berkendara disana … hampir setiap seratus meter … ada plang bertuliskan … Orgen Tunggal … (plus ditampilkan pula alat yang digunakan …)
Saya amaze banget … karena alat keyboard yang digunakan itu relatif up dated dan bagus …
Kesimpulan saya … Masyarakat Lubuk Linggau … musikalitasnya relatif tinggi
#2. Pempek …
Saya pernah diajak rekan saya untuk makan mpempek yang di Jalan Dempo kalau tidak salah …
Waahhh itu uenak …
Tapi cukonya dikit aja … soalnya agak pedes … (atau saya salah ngambil cuko ya waktu itu ?
#3. Kemplang …
Ini sejenis kerupuk ikan itu kan Bu ?
Wah … Saya harus hati-hati memakannya …
Why …?
You Know lah … !
ekeh kan pake gigi palsu weiceh … 😦
Hehehe
Salam saya
Hai Om….
#1. Waktu baca di OTW salah satu postingan yg critain pengalaman Om berkendara lewat jalan darat, aku dah yakin Om melewati Lubuk Linggau… Orgen Tunggal? emang bejibun Om…hehehe
#2. Emang banyak yg gak tahan ama pedesnya cuko. Pempek Dempo emang ternama dan juga enak… oya di seberang dari pempek Dempo, ada kaki lima jual lenggang panggang lezat dan srikayo… yummy deh!
#3. hehehe…
Trims Om dan salam hangat!
Dooo ngiler baca ttg pempek ini
Padahal yaaa saya itu ngerasain yg Nama ya pempek tuh bisa dihitung denga sebelah jari tangan
Udik banget ya?
Tapi baca cerita tv kali ini saya jadi janji ntar mo ke Palembang walah cuma 2 hari dan mo makan makanan ini
Sadapppppp
Wah, kalo aku makin banyak kuliner yang belum pernah dicobain…hehehe… lebih udik lagi…hehehehe….
Niat banget niy, mo makan pempek di Palembang… jangan lupa beli lempok duren, pindang pegagan, dan pepes tempoyak hehehe… *suer, aku gak ada usaha rumah makan*
Pempeknya dikirim ke malaysia bisa gak?? Heee..
mmh… kejauhan kayaknya… hehehe
wiih.. kali ini TV Veranda edisi makanan.
favoritku tuh bun.. pempek kapal selam.. enaknyoo.. 🙂
salam kenal untuk Mba Henny ya..
ntar mlm mo nyari pempek aaah.. *terinspirasi* 😆
Salam kenal juga Yun! Moga-moga udah kesampean nyari pempek kapal selemnya… 😀
Salam kenal,Mbak Henny mmanya Ping.
Saya suka sekali empek2 yg asli dr Palembang, walaupun makan cukonya gak pakai sambel lagi ( gak kuat pedas 😦 )
kebetulan kalau suami pas tugas kesana , selalu dapat oleh2 empek2 Pak Raden 1 box, jdi bisa terobati makan empek2 yang asli langsung dr Palembang 🙂
salam
Salam kenal balik bunda…
Kalo gak kuat pedas dan asem emang bisa bikin mules hihihi….
wah, udah ditabrak kapal selam, di kemplang pula… pastinya jadi celimpungan otak-otaknya 🙂 wekekekekek
Ya ampun… ogaah aah… 🙂
komen yg serius skr:
1. pertama kali kenal empek-empek dari tukang empek-empek keliling, rasanya sih cukup alakadarnya
2. setelah agak besar, bisa klayapan sendiri, seringnya beli empek-empek di belakang toko r**ai, belakang jalan malioboro
3. makan empek-empek di palembang, caranya cukup unik, spt sdh di singgung uda vizon diatas, gigit empek-empeknya trus nyruput cuko dari cawan kecil… mak nyooooosssss!!!
4. sejujurnya aku merasakan makan empek-empek paling eunak bukan di Palembang tapi di Lampung… nama tokonya lupa… pokoknya ada sederetan toko empek2 gitu… trus di salah satu toko di situ
5. sekarang makan empek-empek di sini, rasanya ala kadarnya saja, kalo mau yg lebih joss hrs ke palopo dulu… ato mudik ke jogja… ke yg no.2 di atas
6. panjang bener yach komennya, bisa-bisa di jewer yg empunya blog, apa lagi kalo dilihat om trainer… pasti dijewer, krn tdk mengindahkan training TOYF
salam,
Hai Bro!
Aku malah belum pernah icip mpekmpek di Lampung… tapi bisa jadi uenak, selera masing-masing ‘kan?
Emang cara makan seperti yg ditulis Uda Vizon tu yg paling asyik… “ngirup cuko”, kato wong Plembang… hehehe…
salam balik..
pempek dari palembang emang bumbunya lebih berani sih,jadi lebih sedap 😛
hihihi… asalnya aja dari Palembang, kudu lebih sedaplah dari yang laen…. Biasanya di luar daerah disesuaikan dengan kecenderungan masyarakat setempat seperti; tak terlalu pedas, dll… gitu ‘kali 🙂
OMG Mpek mpek…
Bahkan Henny jauh-jauh kirim TEKWAN ke saya lewat pos gara-gara tau saya suka “semua yang terbuat dari Kanji” hihihi (dia baca “about me” sampai hapal tuh)
Pokoknya aku pulkam kudu makan yang asli, yang enak apalagi kalau dimakan bersama sahabat tercinta 😉
EM
OMG ada mama Riku… 🙂
Surprise bgt waktu tau mbak Imel doyan semuamua yg terbuat dari kanji… termasuk mpekmpek… ‘eh kata kanji artinya genit dalam bahasa Palembang…hehehe
ayuk Henny, ai lemak nian oi ketemu sedulur di dunia maya,
waktu kecik aku sempat idak galak makan pempek, gara2 cukonyo itu, kalu mbak di rumah buat cuko, mending aku pegi main idak tahan dengan bau cuko
tp lamo2 cubo2 lagi, cukonyo dikit2 bae dulu, sekarang idak pacak ngeliat pempek, lajuuuu
waktu di plembang dan bengkulu dulu warung pempek selalu jadi tujuan, apolagi skrg setelah berjodoh dengan wong Lampung, idak pacak idak pasti pempek jugo yg dicari
dekat rumahku ado jugo pempek lemak, lumayanlah walaupun masih jauh dari pempek api plaju
ado jugo langganan kami dulu di plaju tukang pempek bersepeda yg tiap hari mampir, opungku jugo jadi langganan,
keceknyo bakso plembang
A-Haa! Asiik niy… wong kito sikok lagi…
Senengnya sekarang udah doyang mpekmpek… sampai-sampai dak pacak kejingok pempek….hihihihi… henny banget tuh…. *ngaku*
yuk henny laju jadi inget lagu pempek lenjer,
sekali makan pacak kelenger
salam yuk
Salam juga yuk Monda,
Semoga pengalaman kuliner yang semakin beragam kita nikmati… tak memupus kecintaan kita terhadap makanan tradisi keluarga… 🙂
Wah, lewat tulisan “Lemak Nian Oooooi” ini saya jadi banyak tahu ternyata saya menemukan dulur “wongkito” nich.
Hallo Yuk Monda, Yuk Henny…..kapan2 kito makan pempek bareng, hahaha….
Nah siapo lagi yang nyusul jadi dulur Wong Kito ?….
Ngomong-ngomong yang punya blog TV mana yach (Mbak Tuti…???) Kangen nich…..dengar celotehnya juga….
Best regard,
Bintang
…. Oh Mbak, makasih banyak! hati ini jadi bahagia sekali, Makasih juga Bu Tuti yang udah ngasih kesempatan tampil di TV…
Bu Tuti lagi sibuk dan meminta saya yang reply… tapi ntar teteup Bu Tuti kebagian tugas milih pembaca TV yg akan dikirim paket… *aku yakin bukan tugas yang gampang buat beliau*
Kalau yang lain me’ngeces’ karena memang pernah tahu rasa empek-empek yang ueenauak…
*blasteran jateng-jatim Bunda, jadinya lebay di awal-akhir kata, halahh
maka dengan memelas saya berkata bahwa saya me’ngeces karena belum tahu seberapakah eneknya si pek-empek T_T
seumur-umur baru sekali makan penganan ituu,
dan sudah bertahun-tahun laluu
*alangkah mirisnya saya
jadi postingan mbak henny telah sukses membuat saya penasaran,
sekian dan terima kasih
*kabur nyari warung pek-empek 😀
penasaran ni yee….hehehehe….
Gak maksud bikin penasaran sebenernya… tapi kalo penasaran…mmh apa boleh buat hahahaha….
Salam plus nyengir manis 😉
hehehe.. tak apa mbak,
asal jangan suruh saya bersihin ‘ces’ ini 😀
Pengetahuan baru yang bermanfaat kok mbak,
terima kasih 🙂
Kirim ke saya.. saya penggila pempek!
nice blog..visit our blog please..
Apo kbr Yuk Henny..
Aku nyanyike bae yo (lagu khas Palembang)..Mang Cek, Bik Cek janganlah lupo, bawa balek oleh-olehnyo..pempek lenjer, samo cukonyo, kito makan besamo-samo.,.pempek lenjerrr, pempek lenjer..makan sikok pacak kelenger..
hehe..atau lagu kebile-Kebile ku ade kance?
Salam kenal yuk,siap2 bae blognyo aku kunjungi ye
IJuliars
Mbak Tuti, Yuk Henni terima kasih banyak kiriman pempeknyo yo….
Aduh jadi ngerepotin nich…..sambil senyum2 kesenangan…
Wah pulang kantor ini, aku dan keluarga akan mencicipi kiriman pempeknyo itu, pasti lemak nian oi….
Sekali lagi terimo kasih banyak yo uk Henni !!! jugo mbak Tuti yang telah memilihku untuk dikirimi paket spesial ini.
Hem…sayang mbak Tuti di Jogja..kalau ado di Jakarta kito pasti makan bareng kiriman Yuk Heni ini yach Mbak 🙂 🙂 🙂
(Bergegas matiin computer untuk segera meluncur balek ke rumah…aroma pempek goreng sudah bikin ngiler….nyam…nyam…nyam….)
Best regard,
Bintang
[…] dengan janji saya (eh, janji Henny ding …) pada posting Lemak Nian Oiiii …! , saya akan memilih satu komentator yang paling heboh, dan Henny akan mengirimkan paket pempek […]
apo dio cak itu.. makan pempek keras nian idak pacak digigit.. kalo wong jowo ya idak lemak lah makanan cak itu.. pake cuka ma gula.. masih lemak makan maksuba… oi.. legit,manis,bikin ilang pala pening.. cak itu kata kami wong jowo… he.he.he.. amen Ayuk galak,lajulah ke Madiun.. kagek aku kasih makanan jowo aseli lho..
salam buat mba henny…..saya suka dgn empek2 so pasti enak..lah…tapi disini saya tertarik pengen alat pirikannya. saya dah cari d balikpapan tapi ngk ada…..mba henny bisa ngk tolong kirimi saya berapa hargaxya….ntar saya transfer….atau klo bisa inbox no hp….deh biar ntr saya hub….trims
[…] Lemak Nian Oooi … ! | Tuti Nonka’s Veranda – KETABRAK KAPAL SELAM … Salam jumpa buat pelanggan (gratis) TV…. One question : apa yang muncul dalam benak Anda jika mendengar kata Palembang? …… […]
Wah saya beruntung ketemu artikel lengkap dan Menarik mengenai Pempek.
Terimakasih Mbak Henny yang telah menyajikan pempek (maksudnya artikel pempek hehe), dan Terima kasih Mbal Tuti sebagai pemilik TV.
Saya dan semua keluarga cinta sekali dengan Pempek (dan juga cinta bakso, karena kami dari Malang, hehe)
Nah, karena saking cintany, jadinya saya pengen setiap hari ditemani pempek.
Masalahnya, kalo beli pempek tiap hari bisa bikin kantong jebol, makanya saya pengen bisa bikin pempek sendiri.
Berhubung ada pakarnya yang asli palembang, jadi ijinkan saya bertanya ya :
1. Bahan pembuatan pempek apa saja?
Rahasianya bikin pempek kenyal tidak keras.
2. Apa Ada referensi yang jual gula batok lubuk linggau, yang bisa dikirim ke Malang? (Pembelian eceran, bukan grosir)
3. Saat bahan2 di rendam cuka, apakah cuka nya dibuang, atau direbus dengan gula batoknya?
Cukanya apakah cuka biasa yang ada dipasaran?
4. Bagaimana menghasilkan cuko yang seperti ada rasa fermentasinya (cuko khas palembang?
5. Takaran komposisi pempek adaan, lenjer, kapal selam, kerupuk apakah sama atau berbeda?
Mohon sekiranya dijawab pertanyaan2 saya yaaa.
Terima kasiiiih..