Catatan :
Artikel ini saya tulis berdasarkan apa yang saya saksikan secara pribadi, serta buku “Dahsyatnya Otak Tengah” yang ditulis Hartono Sangkanparan. Pada awalnya, saya percaya dengan apa yang saya lihat dan saya baca. Tapi saya tidak menutup pemikiran saya atas informasi-informasi baru, yang memang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Untuk itu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para pembaca yang telah memberikan masukan dan tambahan informasi, yang melengkapi sekaligus memberikan balance pandangan tentang otak tengah.
Kepada pembaca yang baru menemukan tulisan ini, saya menganjurkan untuk membaca juga komentar-komentar pembaca lain yang memberikan informasi tambahan. Semoga bisa memberikan pencerahan bagi kita semua.
Salam …. ๐
OTAK TENGAH, JEMBATAN NEURON OTAK
Beberapa waktu yang lalu saya jalan-jalan di Gramedia Semarang. Di lantai dua, banyak pengunjung mengerumuni tiga anak yang mengenakan kaos berwarna oranye. Mata ketiga anak ini ditutup dengan kain berwarna ungu. Yang menarik, dengan mata tertutup mereka bisa membaca nama yang tertera di KTP seorang pengunjung, bisa menebak warna baju yang dikenakan pengunjung yang lain, juga menemukan ponsel yang disembunyikan di suatu tempat. Mereka berlarian di antara rak-rak buku, dan tak sedikitpun menyenggol apalagi menabrak rak buku dan beda-benda lain. Wow … menakjubkan!
Seorang anak membaca nama yang tertera di KTP seorang pengunjung dengan mata tertutup
Ketiga anak ini sedang konsentrasi untuk menemukan dimana letak ponsel yang disembunyikan
Apakah mereka berada di bawah pengaruh hipnotis? Tidak. Atau dibantu kekuatan jin bin setan gundul? Tidak juga. Tapi bagaimana bisa dengan mata tertutup mereka melakukan hal-hal yang biasanya hanya bisa dikerjakan orang dengan mata terbuka?
Mereka adalah anak-anak yang sudah diaktifkan otak tengahnya! Otak tengah? Wew … organ tubuh yang barukah ini? Selama ini kita (atau jangan-jangan saya saja ya? ๐ฆ ) hanya tahu ada otak kiri dan otak kanan, sekarang ada otak tengah? Yup! Dan otak tengah ini ternyata hebat sekali, sodara-sodara …
Otak tengah (mesencephalon) adalah bagian otak yang dominan pada saat pembentukan janin. Semua bayi adalah genius, karena mereka masih didominasi oleh otak tengah. Namun dengan bertambahnya umur, otak tengah ini menjadi kurang aktif. Otak orang dewasa pada umumnya didominasi oleh salah satu bagian otak, yaitu otak kanan atau otak kiri.
Apa bedanya orang yang didominasi oleh otak kanan dan otak kiri? Saya pernah menulis tentang otak di sini , tetapi tak ada salahnya saya ulas lagi, siapa tahu ada yang belum pernah membaca, atau belum pernah mendengar. Eh, bukan bermaksud menganggap Anda kurang pengetahuan tentang otak lho! Jangan sensi gitu ah … ๐
Otak kiri, tengah, dan kanan, dengan masing-masing kemampuannya
Selama ini ada pemahaman yang salah, bahwa seseorang dinilai cerdas kalau dia pandai matematika, fisika, dan kemampuan-kemampuan yang bersifat logika, yaitu kemampuan-kemampuan yang dikendalikan oleh otak kiri. Padahal kemampuan-kemampuan yang dikendalikan oleh otak kanan, seperti kreativitas, intuisi, dan seni, sama pentingnya dalam menentukan kesuksesan seseorang. Nah, otak tengah menyeimbangkan peran otak kanan dan otak kiri, sehingga seseorang yang otak tengahnya aktif, akan menjadi pribadi yang intelegensianya tinggi, sekaligus kepribadiannya terpuji. Siapa yangย tidak ingin menjadi orang seperti itu, coba? Haiyaa… ada yang tunjuk jari? ๐ฎย Nyebur ke laut aja deh … ๐
Otak kiri dan otak kanan adalah pusat pemrosesan dengan tingkat kerumitan yang sangat kompleks. Otak tengah (corpus callosum) berfungsi sebagai sarana komunikasi dengan bandwidth yang tinggi, yaitu 200 – 250 juta serat. Anggaplah satu serat adalah satu bit, berarti lebar pita ini adalah 250 mega bit. Jika dibandingkan dengan lebar pita untuk prosesor komputer saat ini yang hanya 64 bit, maka kemampuan otak tengah kita adalah tiga juta kalinya. Wow … hewbuat sekali! Ya iyalah …ย otak kita kan ciptaan Tuhan, sementara komputer adalah ciptaan kita (yang hanya memanfaatkan sebagian kecil dari kemampuan yang diberikan Tuhan). Makanya nggak perlu kagum-kagum amat dengan komputer, otak kita lebih hebat kok … ๐
Corpus Callosum merupakan jembatan komunikasi neuron dari otak kiri dan otak kanan
Otak terdiri atas sel-sel yang hidup. Jika otak digunakan lebih banyak, perkembangan neuron (sel saraf) dalam otak akan menjadi lebih banyak pula. Perkembangan otak tengah akan memacu perkembangan otak kiri dan otak kanan, kapasitas otak secara keseluruhan akan meningkat drastis. Kedua bagian otak tersebut akan bekerja secara sinergis, dan menghasilkan kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan jika kedua bagian otak tersebut bekerja secara terpisah.
Kita kenalan dulu dengan si Neuron yuuuks … soalnya dia inilah bagian terpenting dari otak kita.
Sebuah neuron dari sel otak memiliki banyak ‘tangan’. Setiap tangan tersebut dapat berhubungan dengan sel otak yang lain. Daya ingat dan persepsi (daya tangkap untuk hal baru) merupakan terbentuknya hubungan antar neuron. Jika neuron kita memiliki tangan lebih banyak, maka mereka akan dapat membentuk jaringan yang lebih kompleks, sehingga akan meningkatkan daya ingat dan daya tangkap otak kita. Sebagai gambaran, satu neuron bisa memiliki 15.000 tangan yang menjangkau 15.000 neuron lain di sekitarnya.
Neuron sebelum dan sesudah otak tengah diaktivasi
Oke, kita sudah paham bahwa jika otak tengah aktif, kita akan memiliki daya ingat tinggi, memiliki kepekaan rasa yang kuat sehingga mampu berempati pada orang lain, inovasi dan kreativitas kita meningkat, mudah berkonsentrasi, daya intuisi kita tajam, dan juga membuat hormon dalam tubuh kita seimbang. Tapi apa hubungannya otak tengah yang aktif dengan kain penutup mata? Mampu melihat dengan mata tertutup kain hanya salah satu cara untuk menunjukkan bahwa otak tengah seorang anak sudah aktif. Kain penutup mata hanya alat bantu untuk membuat seorang anak lebih mudah konsentrasi. Jika sudah mahir, kain penutup mata tidak diperlukan lagi. Orang bisa melihat dalam gelap, atau dengan mata terpejam.
Ada dua tingkatan yang bisa dicapai dalam pengaktifan otak tengah. Tingkat satu adalah latihan memori, dan tingkat dua adalah kekuatan mental super. Setiap tingkat memiliki beberapa level. Pada tingkat kekuatan mental super, level 1ย adalah keahlian melihat warna dan angka dengan mata tertutup. Level 2 bisa melihat di kegelapan, melihat dari balik dinding, dan melihat benda dalam kotak. Level 3 melihat warna dengan indra peraba (skin vision). Dan seterusnya, hingga pada level 7 adalah kemampuan memprediksi atau melihat sesuatu yang belum terjadi.
Seorang anak menata puzel dengan mata tertutup
Gambar bunga yang dibuat dengan mata tertutup
Pengin memiliki kemampuan seperti anak-anak di atas? Asyik kan kalau bisa melihat dari balik dinding (bisa lihat orang mandi gitu … wakaka, ini mah otak ngeres ๐ ). Atau kalau kita main kartu, bisa melihat kartu-kartu yang dimiliki lawan. Jika kita pialang saham atau pemain foreign exchange, bisa memprediksi nilai saham atau kurs mata uang yang akan naik atau turun. Wow … bisa kayak mendadak tanpa harus berGayus-ria …
Sayang seribu sayang, kesempatan sudah melayang bagi sebagian besar dari kita. Otak tengah hanya bisa diaktifkan pada anak-anak yang berumur antara 5 – 15 tahun. Sebab, orang dewasa pada umumnya sudah didominasi otak kiri atau otak kanan, sehingga otak tengah sulit diaktifkan.
Di Indonesia, salah satu institusi yang memberikan pelatihan otak tengah bagi anak-anak adalah GMC (Genius Mind Consultancy). Lisensi GMC di Indonesia dipegang oleh Hartono Sangkanparan, yang juga menulis buku “Dahsyatnya Otak Tengah”.
Salah seorang staf GMC sedang merekam gambar anak-anak yang sudah diaktivasi otak tengahnya
Buku yang memberikan informasi seputar otak tengah dan cara kerja otak kita
Apakah saya sudah menjadi agen GMC, dan sedang melancarkan promosi? Oh, tidak! Saya tidak memiliki hubungan apapun dengan institusi ini. Bagi Anda yang ingin tahu lebih banyak tentang GMC, silahkan klik sendiri di sini. Saya hanya ingin berbagi informasi saja, karena ketika melihat secara langsung kemampuan anak-anak yang sudah diaktifkan otak tengahnya, dan membaca buku ini, saya berpikir : that’s very good! Anak-anak adalah masa depan kita, jadi alangkah baiknya jika anak-anak ini memiliki intelegensia yang tinggi, sekaligus kepribadian yang penuh kasih sayang. Setujukah Anda?
hmm mungkin saya aneh, tapi saya tidak mau mempunyai anak genius. buat apa? apakah ada keuntungannya jika anak kita bisa membaca dengan mata tertutup? Dia bisa tahu semua isi buku yang tertulis di perpustakaan mengalahkan komputer? Dia bisa tahu soal pertanyaan sebelum orang lain bisa baca sehingga semua ujiannya dapat nilai bagus dan juara terus?Dan akhirnya nantinya bisa membuat ortunya kaya dengan membuat pertunjukan macam sulap gitu? Ngga ah, kasian anaknya. Yang wajar-wajar saja.
Adikku yang IQnya 150 aja kadang merasa susah dengan “kepintaran”nya, karena tetap dia harus tinggal dan bekerja di lingkungan yang tidak “pintar”. Jadi jengkel terus bawaannya, dan cepat marah kalau ada orang yang tidak mengerti maksud dia.
Tapi mbak, saya suka loh makan otak-otak hehehe
EM
Tuti :
Saya agak ‘shock’ membaca komen Mbak Imel, karena apa yang ditangkap Mbak Imel ternyata berbeda dengan apa yang ingin saya sampaikan ๐ Berarti saya gagal menuangkan ide di kepala saya dan isi hati saya (hayah … ๐ ) ke dalam tulisan.
Sebenarnya manfaat pengaktifan otak tengah ini adalah keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan. Adapun kemampuan membaca dan melihat dengan mata tertutup itu adalah ‘bonus’nya, acara heboh-hebohannya, gitu …
Kalau kita lihat lagi gambar di atas, seseorang yang memiliki otak tengah aktif, sehingga otak kiri serta kanannya seimbang, maka dia akan memiliki intelegensia yang tinggi, sekaligus pribadi yang penuh cinta. Otak kiri mendominasi IQ (Intelligent Quotient) sedangkan otak kanan mendominasi EQ (Emotional Quotient).
Adik Mbak Imel, barangkali (barangkali lho, wong saya bukan ahlinya … ๐ ) adalah seseorang dengan otak kiri dominan, terbukti dengan IQ yang sangat tinggi. Tetapi otak kanannya kurang berkembang, sehingga secara emosional dia kurang matang (terbukti suka jengkel dan gampang marah … ๐ ). Nah, jika otak kanannya juga dominan, maka dia tidak akan marah ketika orang lain tidak bisa memahami kepintarannya, sebaliknya dia akan dengan senang hati mengajari orang-orang di sekitarnya, sehingga kepintarannya akan memintarkan orang lain juga. Seseorang yang IQnya tinggi tetapi EQnya tidak seimbang, bukan saja merasa tidak nyaman, tetapi juga membuat tidak nyaman orang-orang di sekitarnya.
Hehehe …. maaf, ini cuma analisis saya yang ‘sok teu’ lho Mbak … ๐
Mungkin saya terlalu terbawa dengan “promosi” bahwa anak-anak itu bisa membaca tanpa melihat (ditutup matanya) jadi kesannya seperti tukang sulap. Mustinya ada contoh lain yang lebih hmmm masuk akal tentang pengembangan otak tengah ke tiga anak itu, yang juga menunjukkan keseimbangan IQ dan EQ. Karena dengan melihat dgn mata tertutup saja, kita tidak bisa tahu EQ nya kan? Justru yang saya ingin tahu hasil keseimbangan IQ dan EQ yang lebih…. membumi, yang bisa dipakai tanpa harus mengagungkan “melihat tanpa mata” yang sebetulnya dapat dilihat juga pada orang-orang yang mempunyai bakat itu atau pada bela diri tertentu. Lalu dari sekian banyak anak yang dilatih, seberapa banyak yang berhasil (perbandingannya).
Karena sebetulnya saya pernah ditanya soal praktek begini oleh teman karena dia mendengar latihan ini dikaitkan dengan kata-kata “dari Jepang”. Padahal di Jepang sama sekali tidak terdengar gaungnya. Dan tidak ada promosi seperti anak-anak bisa membaca tanpa melihat di media cetak atau televisi.
Kalau di sini ada, saya juga mau cari ahhh tapi liat dompet dulu (krn biasanya ortu diketok bayar muahaaalll untuk latihan begini begini kan? berapa ya biayanya?)
Mungkin bisa baca beberapa polemik ttg GMC spt di sini:
http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/26/genius-mind-consultancy-gmc-%E2%80%93-mengajari-anak-anak-menipu-dunia/
EM
Tuti :
Saya mencoba untuk open mind, untuk menerima dulu suatu pendapat/penemuan, sebelum terbukti pendapat/penemuan itu salah. Nah, karena yang saya lihat secara langsung di Gramedia dan saya baca dari buku “Dahsyatnya Otak Tengah” kok sepertinya masuk akal. saya menerima. Lalu ketika Mbak Imel menganjurkan untuk membaca tulisan di kompasiana yang di link di komen di atas, saya pun langsung membacanya. Jika memang ada pembuktian yang valid tentang kesalahan (di artikel itu bahkan ditulis “penipuan”) aktivasi otak tengah, saya pun akan menerima.
Tetapi dari apa yang saya baca di kompasiana, saya kok tidak menemukan penjelasan yang disertai bukti-bukti meyakinkan tentang penipuan aktivasi otak tengah. Penulis artikel tersebut bolak-balik hanya mengatakan bahwa anak-anak yang ditutup matanya itu sebenarnya bisa melihat dari celah dibawah selendang penutup mata mereka. Karena penasaran, saya mencoba menutup mata saya dengan selendang, dan ternyata saya tak bisa melihat dari celah di bawah kain penutup mata saya (entahlah dengan anak-anak itu). Tapi okelah, misalnya memang ada celah di bagian bawah penutup mata itu, lalu bagaimana dengan benda-benda yang ada persis di depan mata, yang pasti tidak bisa diintip dari celah di bawah kain penutup mata? Saya melihat sendiri, anak-anak itu berlarian di antara rak buku, yang pastinya rak-rak buku itu tidak bisa dilihat dari celah di bawah kain penutup mata mereka. Bagaimana juga mereka bisa menemukan ponsel yang disembunyikan, yang pasti tidak bisa diintip dari celah di bawah kain penutup mata?
Intinya, menurut saya artikel di kompasiana itu kurang ilmiah dan kurang bisa dipercaya. Lebih bagus isi buku “Dahsyatnya Otak Tengah”, lebih masuk akal gitu … ๐
Mungkin begini, saya juga tidak tahu apakah aktivasi otak tengah itu benar atau tidak. Bukan kapasitas saya untuk membuktikan itu. Yang sudah terbukti adalah, bahwa seseorang yang memiliki keseimbangan otak kiri dan otak kanan, akan menjadi pribadi yang unggul. Untuk mencapai itu mungkin ada upaya yang perlu dilakukan (semacam aktivasi otak tengah), mungkin juga tidak, karena ada orang yang dari ‘sono’nya memang sudah pintar matematika, pandai di bidang seni, juga baik hati dan penuh cinta kasih.
Bu Imel, soal tulisan di Kompasiana sih tidak usah dijadikan rujukan serius. Banyak orang yang menulis hal menarik tapi tanpa kedalaman yang cukup. Saya sendiri sudah berhenti baca Kompasiana setelah berkali-kali kecele membaca yang saya kira bagus tahunya cuma gitu-gitu aja. Mendingan baca blognya bu Tuti atau mbak Imel daripada membaca Kompasiana.
Tentu saya akan baca Kompasiana jika penulisnya sudah saya kenal bagus.
Tuti :
Tentang tulisan di kompasiana yang di-link Mbak Imel, menurut saya malahan lebih cenderung bernada menghasut. Penulisnya pun tidak jelas.
Eh, maaf Mbak … bukan bermaksud mendiskreditkan anjuran Mbak Imel lho ๐ฆ … saya murni hanya menilai tulisan itu saja.
BTW sekilas baca judul postingan ini kupikir mbak mau share resep masakan jamur heheheh
EM
Tuti :
Kalau resep masakan jamur, kayaknya Ata lebih ahli deh Mbak … ๐
Otak tengah.. diajarin sih Bu waktu kecil.. tapi sudah lupa deh bedanya dengan otak kiri-kanan apa.. bahasannya kayanya ga dalem2 amat juga..
Ehhmm.. kata orang, orang buta itu indera lainnya jadi lebih berkembang karena indera matanya tidak bisa berfungsi lagi. Apa itu ada hubungannya juga dengan otak tengah yang berkembang dan memudahkan orang buta berkonsentrasi pada indera lainnya ya?
5-15? Hukss.. udah kelewatan dua tahun yang lalu Buu umur saya.. (*ngerasamudaterus.com*)
Tuti :
Wow, ternyata Clara lebih canggih dari saya, sudah tahu tentang otak tengah sejak kecil. Saya tahu otak tengah baru-baru ini saja je … ๐
Kayaknya sih iya, orang buta itu indera peraba dan pendengarannya lebih terasah, sehingga jauh lebih peka dari kita yang bisa melihat. Saya dulu heran melihat orang buta bisa mengenali nilai uang kertas, tapi setelah membaca tentang otak tengah, jadi paham. Memang kita bisa membaca dan melihat warna dengan mata tertutup, jika otak dan indera kita dilatih.
Ow-ow … baru telat 2 tahun ya Cla? Kayaknya masih bisa dikejar tuh … hihihi … ๐
skrg klo aku tutup mata trus meraba raba wajah orang..
aku pasti tau mana yang Tuti Nonka
mbakyuku yang paling ayu.. ๐
Tuti :
Haduuuh …. diraba-raba Bundoku yang bening, deg-deg-pyar dan gemeteran deh … ๐
Kalo aku nggak usah meraba-raba, merasakan desir kelebatnya pun tahu ini Bundo …
wow…ternyata enak ya bisa ngliat tanpa memandang ….wah, bisa menerawang neh….hhahahhaha……bisa g ya saya ngelakuin itu y????heemmm…..kan uda tua neh…apa masih fresh ya otak saya? ๐
Tuti :
Apakah otak Fajar masih fresh atau tidak? Kalau baru keluar dari kulkas, pasti fresh deh … hihihi … ๐
Udah telat ya mbak? Ya wis, ntar buat cucu aja..mesti diingat-ingat.
Betapa senangnya kalau kita mempunyai otak yang seimbang, pasti kehidupan akan nyaman…karena justru kondisi sekarang ini memerlukan keseimbangan agar kita tak ikutan mumet ya.
Saya lupa deh mbak, tapi pernah ikutan apa ya namanya…”Brain mapping” atau apa ya… Kita diajak mengobrol, mendengarkan lagu, pokoknya diarahkan menjadi tenang begitu. Sesudahnya kita diajak mencoba menjatuhkan bola lampu melalui pralon…dan balon tak pecah malah keramik yang tertimpa balon pecah. Saya bisa nih sampai disini.
Kemudian diajak mematahkan potlot pakai tangan…otak kita diajak berpikir bahwa yang kita patahkan kerupuk..hehehe…saya gagal disini. Yang ketiga lebih sulit, diajak mematahkan besi….waduhh temanku bisa mengerjakan semuanya.
Kata gurunya, kebetulan itu acara di temu alumni S2….saya terlalu dominan otak kiri. Waduhh piye iki mbak??? Lha otak kanan aja masih kalah…apalagi otak tengah ya….
(Sedih…. ๐ฆ )
Tuti :
Waah …. Mbak Enny beruntung sekali pernah mengikuti pelatihan semacam itu. Jadi ada teman Mbak Enny yang bisa sampai mematahkan potlot dan besi? ๐ฎ
Memang ada kesalahan paradigma pendidikan kita di masa lalu (bahkan sampai sekarang pun), yaitu lebih mengagungkan kemampuan otak kiri. Akibatnya semenjak dini kita sudah terbiasa bekerja dengan otak kiri, dan otak kanan tidak diberi kesempatan berkembang. Padahal, orang yang didominasi otak kanan biasanya memiliki kepribadian yang lebih ‘manusiawi’. Saya memiliki seorang sahabat yang tidak pandai (dan tidak suka) matematika dan segala ilmu eksakta, tetapi dia penuh perhatian, selalu mengasihi sesama, dia juga seorang seniman yang kreatif. Saya merasa bahagia bersamanya, dan sahabat ini dicintai banyak orang …
Waw… Jenius…
Hehehe… saya mah boro-boro jenius, pokoknya punya otak sehat dan ga bermasalah aja udah alhamdulillah banget… ๐
Saya pernah denger soal pelatihan otak tengah ini, Bunda Tuti… Tadinya mau direkomendasiin buat ponakan saya… tapi rada mengkeret ngeliat biayanya ๐
Oiya, Bunda… sampai sekarang saya masih belum mengerti perbedaan anak yang jenius dan anak indigo… Bunda Tuti tau ga? *sekalian* ๐
Tuti :
Emang biayanya mahal banget ya? Belum pernah tahu sih … ๐ฎ
Kayaknya sih memang beda antara anak jenius dan anak indigo, tapi anak indigo itu seperti apa …. wah, saya juga nggak begitu paham *jujur.com* ๐ฆ
Besok kalau Mida dapet informasi duluan tentang anak indigo, kasih tahu saya ya … (loh, malah balik minta info ๐ )
wah aku koq malah takut kalo ada anak yang seperti itu ya mah kalo cuma bisa menyusun puzzle dengan mata tertutup atau membedakan warna itu ibarat sambil mbaca sambil masak sambil melakukan kegiatan lain sih oke2 aja
*apa aku yang kurang paham ye?* :p
Tuti :
Julia, aku masak sambil melotot aja nggak bisa, apalagi disambi baca buku (kecuali baca buku resep masakan … ๐ )
*sama, aku juga kurang paham kok* ๐ฆ
hahahaha…*cekikikangulingguling*
numpang cekikikan mbaca balasan komen Mbak Tuti. ๐
Tuti :
Dewi, cekikikannya jangan malem-malem, pakai baju putih-putih panjang, dan di tempat gelap ya. Ntar pada lari tunggang langgang … ๐
Bu Tuti, artikel yang menarik nih Bu, saya jadi lebih ngerti tentang pembagian otak dan fungsinya.
Saya kok agak skeptis ya dengan hingar bingarnya pelatihan otak tengah ini, juga dengan “pameran” anak-anak yang bisa membaca dengan mata tertutup.
Saya pernah melihat, hal ini dibahas di TV oleh seorang psikolog. Menurut ibu psikolog itu, secara logika tidak mungkin manusia normal bisa melihat tanpa indera penglihatan/mata dan cahaya.
Menanggapi maraknya tuduhan penipuan atas kegiatan aktifasi otak tengah oleh G*C itu, Psikolog ini cukup diplomatis dengan tidak mengatakan ini penipuan atau tidak, dia hanya tegas menekankan, manusia normal hanya bisa melihat dengan mata berdaya lihat (tidak buta) dan didukung adanya cahaya.
Saya pribadi setuju dengan pendapat psikolog tersebut.
Tanpa melihat dan mendengar komentar psikolog itupun, saya, maaf ya Bu, tidak terkesan dengan pelatihan otak tengah itu Bu…
Salam hangat selalu, Bu Tuti..
Tuti :
Nana, saya dulu juga seorang yang mengagungkan logika. Saya tidak bisa mempercayai sesuatu jika hal itu tidak masuk dalam logika saya. Tetapi dengan beberapa pengalaman empiris yang saya temui, saya mulai mempercayai bahwa tidak semua di dunia ini, dalam kehidupan di alam semesta ini, bisa dinalar dengan logika kita. Bisa jadi karena logika kita masih terbatas, dan dibutuhkan logika yang lebih tinggi untuk memahami suatu fenomena. Ilmu di alam ini tidak terbatas, bukan?
Saya cerita sedikit ya. Bertahun-tahun yang lalu, saya pernah diajak ke seseorang yang ‘pandai’. Saya diminta menuliskan beberapa pertanyaan di atas kertas, kemudian kertas itu saya lipat dan saya masukkan bersama beberapa lembar daun sirih ke dalam dua piring yang ditangkupkan secara rapat. Piring itu berada tepat di depan saya dalam jarak satu meter, dan tak pernah lepas dari pandangan saya. Beberapa saat kemudian, piring dibuka, dan di lembar2 daun sirih itu tertulis jawaban atas pertanyaan2 saya …! Bagaimana memahami peristiwa seperti ini dengan logika?
Tapi saya tidak mau mempercayai jawaban2 di daun sirih itu, sebab menurut ajaran agama saya, itu musyrik dan berdosa … Saya hanya ingin menceritakan bahwa ada hal-hal yg secara logika sulit kita terima, tetapi nyata terjadi.
Saya percaya, logika hanya sebagian dari sistem kehidupan. Logika juga terus berkembang, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Apa yang sekarang terasa tidak logis, bisa jadi kelak akan memperoleh penjelasan ilmiah yang sangat logis. Contohnya, seribu tahun yang lalu pasti tidak logis jika kita ingin berbicara dengan orang yang jaraknya 100 km. Sekarang? Jangankan bicara, kita bisa saling memandang dengan webcam yang dipasang di komputer, dan bicara secara online …
Ohya, dengan sinar infra merah, kita bisa melihat dalam gelap juga lho … ๐ Siapa yang bisa memastikan bahwa otak kita tidak bisa memancarkan sinar infra red?
Logika itu kerja otak kiri. Otak kanan bekerja dengan intuisi, yang tidak bisa dijelaskan dengan logika …
Salam hangat juga, Nana … ๐
Ah iya, keponakanku yg di semarang juga ikut GMC dan bisa atraksi dg mata tertutup itu, sayangnya emosinya yg meledak-ledak masih tetep blm stabil… Eh iya, kira-kira apakah ada efek negatifnya ya mbak, kalau otak tengah sdh diaktifkan lalu berhenti dan tdk diteruskan latihan2nya?
Tuti :
Kayaknya emosi keponakan Mechta yang belum stabil menjadi pe-er sendiri yang harus segera dicari metoda mengatasinya ya …
Kalau menurut buku “Dahsyatnya Otak Tengah” ini, sekali seseorang diaktifkan otak tengahnya maka tidak akan hilang. Entahlah apa memang benar demikian, mungkin juga ada unsur promosinya … hehehe …
Aku sendiri percaya, otak yang tidak pernah dilatih akan menurun kemampuannya
Otak, ternyata bagian tubuh yang ini masih menyimpan misteri terutama buat saya
Tuti :
Tidak hanya buat Mas Alam, buat kita semua otak masih menyimpan banyak misteri, karena ternyata memiliki kemampuan yang mungkin sampai saat ini belum kita ketahui
Hmmm, mungkinkah otak tengah adalah penjelasan ilmiah dari Indra keenam?
Tuti :
Pertanyaan yang bagus, Wijna ๐
Di buku ini juga dijelaskan, bagaimana binatang dapat mengenali bahaya, dapat menangkap mangsa di tempat gelap, dan sebagainya. Diduga mereka memakai otak tengah, yang mungkin identik dengan indra keenam itu …
ternyata otak tengah sebagai penyeimbang antara otak kanan dan kiri, gitu ya Mbak Tuti?
senang mendengar ada pelatihan utk ini, krn kita bisa mempunyai generasi penerus yg pintar sekaligus penuh kasih sayang.
terimakasih utk tulisan yg informatif ini Mbak Tuti ๐
salam
Tuti :
Konon begitu, Bunda. Setidaknya sampai saat ini, ada penelitian yang menyatakan demikian. Tetapi tentang benar tidaknya, wallahu a’lam … ๐
salam, Bunda …
[…] Corpus Callosum September 27, […]
…
emang kelihatan promosi banget kok…
lah itu ada foto punggung mas-mas yang pake kaos berlogo gmc..
๐
..
Tuti :
Kalau gitu aku mau link posting ini ke website GMC ah, dan meminta pelatihan gratis sebagai imbalan sudah mempromosikan mereka … (tapi kayaknya aku harus dilahirkan kembali ya, hawong umurku sudah kelewat jauuuuh sekali dari 15 tahun … wakaka ๐ )
kok lucu ya otak tengah bisa membuat orang membaca tanpa melihat? rasanya aneh aja.. hehe. karena walaupun orang sepinter apapun, kan tetep harus perlu ada mata untuk melihat.
dulu saya pernah baca2 tentang otak tengah ini. yang saya tau dengan punya otak tengah yang aktif ini jadi punya photographic memory. jadi kalo ngebaca/melihat gambar, bisa langsung terekam di otak dan jadi hafal sampe detil2nya. makanya dibilang jenius. tapi ya tetep awalnya harus ngeliat dulu. kalo gak ngeliat, gimana bisa inget ya? hehehe.
tapi yang saya pernah baca, otak tengah ini walaupun mau dilatih bagaimanapun, kalo emang anaknya bukan anak jenius, otak tengahnya akan tertutup sendiri setelah usia 6 th. itu emang normal begitu. well ya itu yang pernah saya baca sih… ๐ mungkin emang ada banyak versi penelitian2 tentang otak tengah ini ya… ๐
Tuti :
Kayaknya ini lagi-lagi soal logika (yang merupakan kerja otak kiri). Selama ini logika kita mengatakan, bahwa untuk ‘membaca’ orang harus punya mata. Barangkali … barangkali lho … ini adalah jika membaca kita lakukan secara fisik. Tetapi manusia tidak hanya memiliki kekuatan fisik (bahkan kekuatan fisik pun mungkin belum sepenuhnya kita eksplor), sehingga — menurut saja — tidak mustahil seseorang bisa membaca tanpa melihat dengan mata, tetapi dengan sensor (indera) lainnya … ๐
Tentang photographic memory, memang betul. Sebagaimana saya tulis di atas, ingatan fotografis memory adalah tingkat pertama dari hasil pengaktivan otak tengah, adapun kemampuan untuk membaca dengan mata tertutup adalah tingkat kedua (lanjut).
Saya percaya, tubuh manusia dan alam semesta ini menyimpan sangat banyak misteri yang belum bisa kita ungkapkan. So, just open our mind for new thought and invention … ๐
Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti seminar otak tengah ini bersama Prof. Asdi (ahli bedah otak UGM) dan Aisha Indiati (psikolog UGM). Kedua ahli ini mengupas melalui disiplin ilmu mereka masing-masing dan keduanya sepakat bahwa aktivasi otak tengah adalah sesuatu yang dapat dibenarkan secara ilmiah.
Anak-anak yang telah diaktivasi, bisa mengetahui sesuatu dengan ditutup mata karena mereka menggunakan indera lain, seperti pendengaran, penciuman dan perabaan. Ketika mata ditutup, anak-anak itu menajamkan inderanya yang lain. Maka, sering juga kita lihat anak-anak itu mendekatkan benda ke kuping atau hidungnya atau merabanya.
Mata tertutup itu sebenarnya bukanlah tujuan utama dari aktivasi otak tengah. Itu hanya sebuah poin plus yang kemudian dieksplorasi oleh penyelenggara untuk bahan promosi mereka. Secara lebih luas, aktivasi otak tengah sangat berguna bagi peningkatan kepercayaan diri dan konsentrasi seorang anak. Dari pengamatan saya, aktivasi otak tengah dilakukan oleh orangtua yang anaknya memiliki problem konsentrasi dan kepercayaan diri.
Sesungguhnya tidak ada masalah dengan aktivasi otak tengah. Hanya saja, karena ini sudah menjadi industri (bisnis), maka ada saja pihak-pihak yang memanfaatkannya demi keuntungan semata, tanpa peduli dengan hakikat aktivasi otak tengah itu sendiri. Sekarang di Jogja saya temui banyak brosur aktivasi otak tengah yang diobral begitu saja. Maka, bagi ortu perlu berhati-hati dalam memilih profider aktivasi otak tengah, agar jangan memberi dampak negatif terhadap anaknya… ๐
Tuti :
Komen Uda sangat melegakan hati saya, setelah sekian banyak komen dari teman-teman yang agak skeptis tentang aktivasi otak tengah ini (dan sempat membuat saya agak kecil hati … ๐ฆ ). Terimakasih ya Da … ๐
Wah, berarti saya termasuk yang cukup ketinggalan mengetahui tentang otak tengah ini ya. Saya nggak tahu pernah ada seminar tentang masalah itu di Yogya (Uda nggak ngasih tahu siiih …. lho, kok malah komplen … ๐ )
Saya setuju sekali dengan pendapat Uda. Aktivasi otak tengah ini bagus, hanya lalu terpeleset dalam ekspose tentang “membaca dengan mata tertutup”. Sehingga esensi dari manfaat pengaktivan otak tengah ini sendiri jadi terlupakan. Betul Uda, karena ini sudah menjadi komoditas, maka ‘penjual’ lalu mengeksploitir hal-hal yang paling spektakuler, yang paling gampang memikat masyarakat.
Saya juga setuju dengan Uda, karena ini sudah menjadi ‘barang jualan’ (kayaknya sama seperti ESQ ya?) maka sebagai ‘pembeli’ kita harus cermat memilih, mana yang asli dan berkualitas, mana yang cuma bagus kemasannya saja … ๐ Apalagi tidak ada jaminan produk yang menyebutkan bahwa “dijamin tidak luntur”. Yang ada mungkin malahan “luntur tidak dijamin” …. ๐ ๐
Selamat malam,
Info dari bapak Vison membuat saya googling. Benarkan ada dokter AHLI BEDAH SYARAF UGM bernama dr ASDI? saya tidak menemukan! Ada Prof Asdie yang dokter, tapi beliau ahli penyakit dalam, bukan ahli syaraf. Juga saya tidak menemukan beliau berbicara tentang Aktivasi otak tengah.
Dengan demikian, silakan disimpulkan sendiri…
Umar Farouk
Orangtua 2 anak yang peduli.
Wah, mbaca postingan ini jadi ingat dulu waktu saya SMP sering diiming-imingi teman2 yang ikut Pencak Silat Merpati Putih karena bisa jadi keeper tanpa ‘kegulan’ kalau pake mata tertutup…
Tapi jawaban saya yang paling nyaman untuk menolak halus mereka adalah, karena saya masih bisa main sepakbola pake mata hehehe…
Info yg menarik, Bu
Tuti :
Kalau aku, mau juga bisa membaca dengan mata tertutup Don, soalnya kalau pas lagi facial di salon, wajah dimasker kayak topeng dan mata ditutup irisan timun, kan bisa sambil baca artikel di blogmu … hihihi …. ๐
Mbak Tuti bbrp bulan yang lalu saya sempet menghadiri seminar tentang ini di sekolah anak saya yg disponsori oleh sebuah penyelenggara…nama persisnya agak lupa tapi mirip dgn yang mbak Tuti bahas.
Pelatihannya dilakukan 2 hari (biasanya Sabtu, Minggu) biayanya pada sa’at itu ditwrkan 3,5 jt / anak, tapi tidak ada jaminan jika ternyata aktivasi 2 hari itu gagal.
Ulasan yang mrk sampaikan mirip dgn paparan mbak Tuti, sample anaknya juga mirip. Anak yang berhasil diaktivasi bisa mewarnai dgn mata ditutup, bisa baca pakai kaki, dll. Kebetulan yang dijadikan sample anak si penyelenggara.
Awal2 setelah ikut seminar saya tertarik utk mengaktivasi otak tengah putraku yang pertama. Krn pemikiran saya dgn uang 3.5 jt kita bisa punya anak jenius, hehehe & kita pasti bangga dong punya anak yang super, hehehe
Tapi saya urungkan mbak.
Terus terang saya sempet merenung pas mlmnya. Saya mengumpamakan dari bbrp paparan mrk, jika sambil tidurpun mrk bisa membaca, bisa menganalisa, dll…duh kok saya jadi khawatir anakku nantinya pasti akan lelah. Terus kalau nanti mrk salah gunakan, dll bagaimana.
Mungkin lebih kekhawatiran seorg ibu yach mbak.
Saya agak khawatir jika ada efek samping dikemudian hari yang sulit dideteksi mbak. Bukan apa-apa ini menyangkut otak, hehehe….
(Sempet sharing juga sama temenku yang dokter & psikolog anak, intinya dia bilang nggak perlu…hehehehe….???)
Meski mrk (Penyelenggara) sa’at itu sempet bilang bahwa tidak ada efek samping, dll. Krn sehabis diaktivasi si anak harus terus dilatih tiap hari min 10-15 menit, diberi makanan & vitamin yang cukup utk otak, bla…bla..bla…
Nah, sekian sharingnya mbak Tuti. Jika memang ada fakta2 ilmiah yang mendukung boleh sharing lagi yach mbak Tuti. Siapa tahu memang memberikan dampak positif utk masa depan mrk. Mumpung anak-anakku masih dibawah 12 thn, hehehe….
Ok, see you mbak Tuti, thanks atas sharingnya tentang hal ini yach mbak ๐
Best regard,
Bintang
Tuti :
Saya menduga, penyelenggara yang mengadakan seminar di sekolah Farid itu sama seperti yang saya tulis di atas. Oh, jadi biaya untuk pelatihan itu 3,5 juta? Memang cukup mahal. Kalau ada 50 anak saja yang ikut, sudah berapa tuh keuntungan yang masuk ke kocek penyelenggara. Seperti komen Uda Vizon (silahkan dibaca di atas), aktivasi otak tengah ini sudah menjadi ladang bisnis yang sangat komersial, sehingga selain mahal, juga menggembar-gemborkan kemampuan “melihat dengan mata tertutup” yang sebenarnya hanya salah satu aspek dari aktifnya otak tengah.
Mbak Linda bertindak bijaksana dengan mempertimbangkan kembali beberapa kemungkinan, dan mencari informasi dari para ahlinya, sambil tetap membuka diri atas kemungkinan untuk menerima penemuan baru ini jika memang terdapat rujukan yang meyakinkan.
Tanpa mengikuti aktivasi otak tengah pun putra-putra Mbak Linda sudah begitu cerdas, apalagi jika otak mereka diaktifkan. Tapi yang lebih penting menurut saya adalah keseimbangan otak kiri dan otak kanan, jangan sampai hanya mengeksploitir otak kiri saja tapi otak kanannya tak berkembang. Saya khawatir mereka akan menjadi jago ilmu pengetahuan tapi hati nuraninya kurang terasah …
Sukses ya Mbak, semoga Farid dan Ghalib akan menjadi anak-anak yang bukan saja pintar, tetapi juga baik budi dan rendah hati …
salam hangat … ๐ ๐
Bu Tuti, Nadia dan Bibam juga ikut pelatihan ini di Medan. Memang mahal bukan main, tapi ortunya mampu ya gimana lagi. Namun yang menarik adalah dari 200 anak yang ikut pelatihan hanya kurang dari 10 anak yang dapat membaca dengan tutup mata, termasuk Nadia dan Bibam. Hanya saja Nadia lebih kaya dalam kebisaan itu, sedangkan Bibam hanya terbatas baca dan jalan.
Sampai sekarang Nadia masih dapat mendemonstrasikan keahliannya itu kepada Dhum dan Memmanya setelah sekian lama dilatih. Sungguh spektakuler. Saya sendiri juga tidak habis pikir dengan hasil tersebut. Bagaimana bisa.
Kalau Merpati Putih memang punya metode membuat kita bisa “melek” dengan mata tertutup. Tapi berbeda dengan pelatihan tersebut. Merpati Putih mengandalkan energi getar yang dipancarkan dan diterima (seperti Sonar) oleh tangan. Latihan intensifnya bisa tahunan baru bisa Jadinya kalau energi getar itu ditutup dengan cara menutup tangannya, ya sama juga buta. Jadi Merpati Putih dan pelatihan otak tengah tidak dapat diperbandingkan meskipun hasilnya sama.
BTW, saya baru saja nonton lagi film Phenomenon dari John Travolta. Kaitannya tentang otak kita. Di film itu diceritakan bagaimana seorang udik di pedesaan AS yang biasanya agak bodoh dan rata-rata, tiba-tiba menjadi seorang yang sangat jenius dan menakjubkan karena ia menderita kanker otak yang langka. Lain kali saya tak cerita deh soal ini bu Tuti.
Tuti :
Wooow …. ! Jadi Nadia dan Bibam juga sudah diaktivasi otak tengahnya, dan bisa membaca dengan mata tertutup? Hebat sekali ya Pak. Seneng deh dengarnya. Kalau begitu harus dilatih terus, supaya kemampuan super ini semakin berkembang, dan bukannya menyusut. Sebagaimana kita baca pada artikel di atas, pengetahuan yang melekat pada otak seseorang terwujud dengan terbentuknya jaringan atau ikatan pada neuron-neuron di otak. Jika pengetahuan ini lama tidak dipakai, jaringan tersebut akan lepas, dan akibatnya pengetahuan tersebut hilang/terlupakan oleh orang yang semula memilikinya.
Jadi, kalau kita belajar mati-matian untuk memahami sesuatu, sebenarnya yang kerja adalah otak kita, dimana neuron-neuron otak kita berusaha untuk membentuk suatu ikatan. Asyik ya … ๐
Sayangnya usia Pak Eko (eh, saya juga ding …. ๐ ) sudah terlewat jauh untuk diaktivasi otak tengah kita ya Pak. Coba kita sudah diaktivasi, pasti disertasi bisa selesai dalam beberapa bulan saja …. hahaha …. Ehm, kapan undangan ujian terbukanya dikirim Pak? Saya sudah enggak sabar nunggu lho …
Btw, saya belum nonton Phenomenon … ๐ฆ
Oh ya, ada yang lupa. Ortunya Nadia dan Bibam tidak berpretensi anaknya jadi jenius, tapi hanya menggunakan setiap kesempatan untuk memperbesar kemampuan anak dalam bidang apa saja. Saya juga tidak mau cucu saya jadi jenius yang tidak punya kehidupan sosial. Saya mau mereka hidup normal, punya teman, memiliki art sense, dan juga punya ambisi. Syukur-syukur sepandai Dhum dan Memmanya (ehm ehm). Lebih bersyukur lagi bisa mengolah kata sebagus bu Tuti.
Tuti :
Kalau menurut yang saya baca, aktivasi otak tengah akan membuat otak kiri dan otak kanan seimbang. Itu artinya selain logikanya jago, sekaligus juga kepekaan seninya tinggi. Kayak saya gitu lho …. *gubrak!! kecebur got* ๐ ๐
Ya deh, kayak Pak Eko. Pinter ngitung duit (kan ekonom … ), juga pinter main musik. Wis, saya percaya kok kalau Nadia dan Bibam bakal melibas Dhum dan Memmanya (dalam hal kejeniusan maksud saya ๐ )
Bisa mengolah kata dengan bagus seperti saya? Nah, kalau itu saya terpaksa mengakui, Pak Eko kalah dari saya …. wakaka ๐
Bu Tuti, saya masih nyantai karena “greng”nya belum gede untuk nulis cepat dan lengkap untuk disertasi. Lha bu Tuti kapan? September sudah hampir habis lho. Atau jangan-jangan sudah lulus. Atau ada kelonggaran lain. Tapi emoh nek saya diberi berita yang nggak bagus.
Tuti :
Owgh … nunggu “greng” to Pak? Colokin aja ke stop kontak … ๐
Saya belum ada kabar yang signifikan untuk disampaikan, Pak. Tunggu aja ya … Mudah-mudahan bukan berita yang diemohi Pak Eko ๐
Saya membayangkan, kalau pak Eko ini punya blog, pasti banyak sekali tulisan beliau yang bisa di sharingkan ke pembaca. Ayoo..pak Eko…kapan dong, bisa baca tulisan njenengan?
Tuti :
Betul Mbak, saya juga sudah membujuk, ngiming-imingi, sampai nakut-nakutin (lho?? ๐ฎ ), agar Pak Eko mau bikin blog, tapi kayaknya beliau masih nunggu sampai disertasinya selesai. Gitu kan Pak? ๐
Wah, sudah dua orang yang membujuk dan mengencourage saya nulis di blog saya sendiri. Maturnuwun. Masih dipikirkan dulu bu. Sekarang memang fokus ke disertasi dulu. Selanjutnya, tergantung langit. He he he. Seperti cersil Tionghoa aja nih.
Tuti :
Kalau begitu saya berdoa semoga besok langitnya biru dengan awan putih berarak, matahari bersinar cerah, dan angin bertiup sepoi-sepoi lembut …. ๐
organ tubuh kita yang satu ini istimewa banget ya bu
seruuu baca semua komen dari teman2,
sampai 2 aku nggak tau mau komen apa lagi he..he…
Tuti :
Kalau gak tahu mau komen apa lagi, kasih penilaian atas komen teman-teman aja Bu. Komen yang paling bagus dapat hadiah. Hadiahnya boleh pilih : otak-otak tengiri, otak-otak tahu, atau otak-otak apa saja … ๐
Salam persohiblogan
Lama tak bersua. Maaf karena kesibukan membuat saya sulit BW.
Baru sempet nih, itu pun sekedar sapaan sembari lewat. ๐
Mohon Maaf Lahir & Bathin
Tuti :
Salam juga, Kang Achoey …
Sibuk membangun rumah tangga ya Kang ๐
Semoga rukun damai dan diberkahi Allah
Mohon maaf lahir batin juga
wah waktu itu saya nonton liputan tentang program ini di tv Bu, dan rada ga percaya :p
Tuti :
Dan waktu ini masih gak percaya? ๐
bagus nih tulisannya, saya baru tau otak tengah itu sama pentingnya dengan otak kanan dan kiri.
memang katanya manusia sepintar2nya baru pakai otaknya 5 – 10 % aja kemampuannya.
jadi potensi sebenarnya otak kita itu masih sangat luas ya bu?
btw kok kalau liat gambar2nya jadi ingat film daredevil ya?? ๐
Tuti :
Sama, Didot … saya juga baru tahu kok … ๐
Memang otak adalah bagian tubuh kita yang paling istimewa, yang membuat manusia memiliki kelebihan dibanding makhluk-makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Bahwa kita baru mempergunakan sebagian kecil dari kemampuan otak kita, saya percaya. Tapi baru mempergunakan sebagian kecil saja, kadang-kadang kita sudah pusing ya … ๐
Film Daredevil? Waduh, saya belum nonton … ๐ฆ
Dear Ibu Tuti,
Salam kenal…
Saya penggemar tulisan Ibu dan suka main ke veranda ibu ๐
Saya tau blog Ibu dari link blognya Mbak Ernut (mantan tetangga saya).
Saya sendiri belum punya blog & baru merencanakan membuat blog sesuai anjuran mbak Ernut (mungkin sudah setahun yang lalu saran ini dilayangkan ;))
Kemarin saya baca artikel ibu tentang otak tengah ini. Cukup menarik. Lalu saya cari tahu di internet mengenai GMC.
Dan tanpa sengaja hari ini seorang teman mengirim email tulisan Dr. Sarlito mengenai masalah otak tengah & GMC ini.
Saya sengaja ingin sharing, mungkin berguna sebagai bahan pembanding.
Berikut artikelnya :
OTAK TENGAH Menurut Kajian Sarlito Wirawan Sarwono (Guru Besar Fakultas Psikologi UI)
Tanggal: Selasa, 21 September, 2010, 1:05 AM “Teori otak tengah sudah jelas penipuan”
Dengan berpikir atau bertanya sedikit, setiap orang bisa tahu bahwa ini adalah penipuan. Namun orang Indonesia itu malas bertanya dan ingin yang serba instan. Termasuk kaum terpelajar dan orang berduitnya. Jadi kita gampang sekali jadi sasaran penipuan. Inilah menurut saya yang paling memprihatinkan dari maraknya kasus otak tengah ini.
Saturday, 18 September 2010
Di suasana Lebaran ini mestinya saya menulis sesuatu tentang Lebaran,tepatnya tentang bermaaf-maafan, wabil-khusus tentang psikologi maaf. Namun,draf tulisan yang sedang saya siapkan terpaksa saya sisihkan dulu saking gemasnya mengamati perkembangan pseudo-science (ilmu semu)yang sangat membahayakan akhir-akhir ini tentang otak tengah(midbrain). Mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi bahan bacaan alternatif yang menarik di tengah tengah banjirnya (lebih parah dari banjir Pakistan) artikel dan siaran tentang Idul Fitri di hari-hari seputar Lebaran ini.
Otak tengah adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai relay station untuk penglihatan dan pendengaran. Dia juga mengendalikan gerak bola mata. Bagian berpigmen gelapnya yang disebut red nucleus (inti merah) dan substantia nigra juga mengatur gerak motorik anggota tubuh. Karena itu kelainan atau gangguan di otak tengah bisa menyebabkan parkinson.
Untuk keterangan lebih lanjut silakan berkonsultasi dengan dokter.
Namun, yang jelas, otak tengah tidak mengurusi inteligensi, emosi, apalagi aspek-aspek kepribadian lain seperti sikap, motivasi, dan minat. Para pakar ilmu syaraf(neuroscience) Richard Haier dari Universitas California dan Irvineserta Rex Jung dari Universitas New Mexico, Amerika Serikat, menemukan bahwa inteligensi atau kecerdasan yang sering dinyatakan dalam ukuran IQ tidak terpusat pada satu bagian tertentu dari otak, melainkan merupakan hasil interaksi antar beberapa bagian dari otak.
Makin bagus kinerja antar bagian- bagian otak itu, makin tinggi tingkat kecerdasan seseorang (teori parieto-frontal integration). Di sisi lain, pusat emosi terletak di bagian lain dari otak yang dinamakan amygdala, tak ada hubungannya dengan midbrain. Sementara itu aspek kepribadian lain seperti minat dan motivasi lebih merupakan aspek sosial (bukan neurologis) dari jiwa, yang lebih gampang diamati melalui perilaku seseorang ketimbang dicari pusatnya di otak.
Sampai dengan tahun 1980-an (bahkan sampai hari ini) masih banyak yang percaya bahwa keberhasilan seseorang sangat tergantung pada IQ-nya. Makin tinggi IQ seseorang akan makin besar kemungkinannya untuk berhasil. Itulah sebabnya banyak sekolah mempersyaratkan hasil tes IQ di atas 120 untuk bisa diterima di sekolah yang bersangkutan. Namun, sejak Howard Gardner menemukan teori tentang multiple intelligence (1983) dan Daniel Goleman memublikasikan temuannya tentang Emotional Intelligence (1995), maka para pakar dan awam pun tahu bahwa peran IQ pada keberhasilan seseorang hanya sekitar 20โ30% saja.
Selebihnya tergantung pada faktor-faktor kepribadian lain seperti usaha, ketekunan, konsentrasi, dedikasi, kemampuan sosial. Walaupun begitu, beberapa bulan terakhir ini, marak sekali kampanye tentang pelatihan otak tengah.
Bahkan rekan saya psikolog psikolog muda ada yang bersemangat sekali mengampanyekan otak tengah sambil mengikutsertakan anak-anak mereka kepelatihan otak tengah yang biayanya mencapai Rp3,5 juta/anak (kalau dua anak sudah Rp 7 juta, kan) hanya untuk dua hari kursus.
Hasilnya adalah bahwa anak-anak itu dalam dua hari bisa menggambar warna dengan mata tertutup. Wah, bangganya bukan main para ortu itu. Mereka pikir setelah bisa menggambar dengan mata tertutup, anak-anak mereka langsung akan jadi cerdas, bisa konsentrasi di kelas, bersikap sopan santun kepada orang tua, bersemangat belajar tinggi, percaya diri, dan sebagainya seperti yang dijanjikan oleh kursus-kursus seperti ini.
Mungkin mereka mengira bahwa dengan menginvestasikan Rp3,5 juta untuk dua hari kursus, orang tua tidak usah lagi bersusah payah menyuruh anak mereka belajar (karena mereka akan termotivasi untuk belajar sendiri), tidak usah membayar guru les lagi (karena otomatis anak akan mengerti sendiri pelajarannya), dan yang terpenting anak pasti naik kelas, malah bisa masuk peringkat. Inilah yang saya maksud dengan โberbahayaโ dari tren yang sedang berkembang pesat akhir-akhir ini.
Untuk orang tua yang berduit, uang sebesar Rp3,5 juta mungkin tidak ada artinya. Namun, kasihan anaknya jika ternyata dia tidak bisa memenuhi harapan orang tuanya. Selain bisa menggambar dengan mata tertutup (sebagian hanya berpura-pura bisa dengan mengintip lewat celah penutup mata dekat hidung), ternyata dia tidak bisa apa-apa.
Konsentrasi tetap payah, motivasi tetap rendah, dan emosi tetap meledak-ledak tak terkendali. Pasalnya memang tidak ada hubungannya antara otak tengah dengan faktor faktor kepribadian itu.
Namun, orangtua sepertinya tidak mau tahu. Dia sudah membayar Rp3,5 juta dan sudah mendengarkan ceramah Dr David Ting, pakar otak tengah dari Malaysia itu.
Kata Dr Ting, anak yang sudah ikut pelatihan otak tengah bukan hanya jadi makin pintar, tetapi jadi jenius. Karena itu nama perusahaannya juga Genius Mind Corporation. Malah bukan itu saja. Menurut Dr Ting, anak yang sudah terlatih otak tengahnya bisa melihat di balik dinding, bisa melihat apa yang akan terjadi (seperti almarhumah Mama Laurenz), bahkan bisa mengobati orang sakit. Ya, itulah yang dijanjikannya dalam iklan-iklan Youtube-nya di internet. Dan dampaknya bisa dahsyat sekali karena angka KDRT pada anak bisa langsung melompat naik gara-gara banyak anak dicubiti atau dipukuli pantatnya sampai babak-belur oleh mama-mama mereka sendiril antaran tidak bisa melihat di balik tembok, meramal atau mengobati orang sakit.***
Untuk menyiapkan tulisan ini, saya sengaja menelusuri nama David Ting di Google. Ternyata ada puluhan pakar di dunia yang bernama David Ting dan David Ting yang menganjurkan otak tengah ini ternyata bukan pakar ilmu syaraf, kedokteran, biologi, atau psikologi. Dia disebutkan sebagai pakar pendidikan dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syaraf (neuroscience).
Maka saya ragu akan ilmunya. Apalagi saya hanya mendapati beberapa versi Youtube yang diulang-ulang saja, beberapa tulisan kesaksian, dan cerita-cerita yang sulit diverifikasi kebenarannya. Saya pun lanjut dengan menelusuri jurnal-jurnal ilmiah online, siapa tahu tulisan-tulisan ilmiahnya sudah banyak, tetapi saya belum pernah membacanya. Namun hasilnya juga nol.
Maka saya makin tidak percaya.
Saya yakin bahwa teori David Ting tentang otak tengah hanyalah pseudo-science atau ilmu semu karena seakan-akan ilmiah, tetapi tidak bisa diverifikasi secara ilmiah. Sama halnya dengan teori otak kanan-otak kiri yang juga ilmu semu atau astrologi atau palmistri (membaca nasib orang dengan melihat garis-garis telapak tangannya). Masalahnya, astrologi dan palmistri yang sudah kuno itu tidak merugikan siapa-siapa karena hanya dilakukan oleh yang mempercayainya atau sekadar iseng-iseng tanpa biaya dan tanpa beban apaapa. Kalau betul syukur, kalau salah yo wis.
Lain halnya dengan pelatihan otak tengah dan dulu pernah juga populer pelatihan otak kanak-otak kiri. Bahkan, saya pernah memergoki, di sebuah gedung pertemuan (kebetulan saya ke sana untuk keperluan lain), sebuah pelatihan diselenggarakan oleh sebuah instansi pemerintah yang judulnya โMeningkatkan Kecerdasan Salatโ. Semuanya dijual sebagai pelatihan dengan biaya (istilah merekaโbiaya investasiโ) yang mahal. Ini sudah masuk ke masalah membohongi publik, sebab mana mungkin dengan satu pelatihan selama dua har iseorang anak bisa disulap menjadi jenius yang serbabisa, bahkan bisa melihat di balik dinding seperti Superman.
Lagipula, apa hubungannya antara menggambar dengan mata tertutup dengan jenius?
Einstein, Colombus, Thomas Edison, Bill Gates, Barack Obama, dan masih banyak lagi adalah kaum jenius tingkat dunia, tetapi tak satu pun bisa menggambar dengan mata tertutup.
Teori otak tengah sudah jelas penipuan. Dengan berpikir atau bertanya sedikit, setiap orang bisa tahu bahwa ini adalah penipuan.
Namun orang Indonesia itu malas bertanya dan ingin yang serba instan. Termasuk kaum terpelajar dan orang berduitnya. Jadi kita gampang sekali jadi sasaran penipuan.
Inilah menurut saya yang paling memprihatinkan dari maraknya kasus otak tengah ini.
(*)SARLITO WIRAWAN SARWONO. Guru Besar Fakultas Psikologi UI
Tuti :
Salam kenal juga, Mbak Sari. Terimakasih sudah membaca tulisan-tulisan saya yang sederhana. Jadi Mbak Sari tetangga Mbak Ernut ya? Mestinya harus bertetangga di blog juga lho … ๐ Ayo, segera dibikin blognya Mbak Sari. Supaya bisa sharing dengan teman-teman, dan nambah teman juga …
Penelitian tentang otak manusia memang masih terus berkembang. Ada penemuan-penemuan baru yang spektakuler seperti otak kiri, otak kanan, dan otak tengah, tetapi atas penemuan-penemuan ini ada juga ahli yang membantahnya. Nah, saya sendiri, karena bukan ahlinya, menampung saja dulu penemuan-penemuan itu. Mana yang nantinya terbukti benar, ya itu yang kita terima …
Jadi atas tulisan Pak Sarlito di atas, saya menampung saja, belum menerima sepenuhnya (ada yang tidak saya setujui di beberapa bagian). Menurut Uda Vizon (silahkan baca komen beliau di atas) di Yogya pernah diadakan seminar tentang otak tengah dengan menghadirkan para pakar juga, dan kesimpulannya adalah bahwa pengaktivan otak tengah ini mungkin saja bisa dilakukan. Jadi mana yang benar? Sekali lagi saya tidak tahu.
Sedikit catatan untuk tulisan Pak Sarlito, kelihatannya beliau agak emosional ya? ๐ Saya heran beliau menghubungkan pelatihan ini dengan KDRT kepada anak yang akan meningkat, karena anak-anak akan dicubiti oleh ibunya kalau tidak berhasil menunjukkan kehebatan hasil aktivasi otak tengah mereka. Apa iya begitu sih? Kalau itu mah dari sononya si ibu memang sudah suka menyiksa anak ‘kali ya …
Terimakasih untuk sharingnya, Mbak Sari. Sangat menyenangkan bisa berbagi informasi seperti ini … ๐
Metodologi pak Sarlito dalam mencari kebenaran memang baik, tapi tidak cukup. Beliau kan psikolog. Harusnya mengakui kalau neurolog itu bukan bidang patennya dia. Sebagaimana ia mengkritik David Ting yang “cuman” berkualifikasi pendidik. Ada baiknya pak Sar juga berdiskusi dengan koleganya dari fakultas kedokteran.
Apa mungkin pak Sar tidak mau bertindak lebih jauh karena media tempat menulis bukanlah media ilmiah sehingga cukup berlogika saja.
Mau juga saya membaca pendapat ahli lain. Siapa tahu memang anak-mantu saya ketipu. Yo wis, 7 juta hilang untuk sedikit manfaat pada cucu saya ya gak apa-apa. Yang pasti, cucu saya pasti akan saya sediakan segudang pengetahuan yang mereka ingin ketahui. Kalau ini priceless. Saya korban uang ya nggak apa-apa.
Tuti :
Kayaknya ini pe-er buat Pak Eko, untuk membuktikan apakah Nadia dan Bibam adalah korban penipuan. Apakah mereka hanya bisa menggambar dengan mata tertutup, dan tidak tahu apa-apa selain itu? Apakah mereka menjadi lebih cepat menangkap pengertian baru, atau sama saja dengan dulu? Ohya, menurut yang saya baca, untuk mempertahankan hasil aktivasi 2 hari itu, anak harus terus dilatih setiap hari, minimal selama 15 menit. Jadi tidak seperti yang digambarkan oleh Pak Sarlito, bahwa dengan membayar 3,5 juta lalu anak-anak langsung jadi genius selamanya.
Kalau Nadia butuh guru menulis, saya siap jadi relawan lho Pak … ๐
stujaaa bunda!
*menstujakan line akhirnya bunda
bahwa anak anak adalah masa depan bangsa.
usia 5-15 tahun yah bund?
aku praktekin ama ponakanku dulu, secara belum punya anak he he..
** cari buku panduan, kira kira juno ama choco mau ndak yah kalu tantenya yang ngajarin hi hi…
Tuti :
Waduh … kalau wi3nd (bacanya gimana siy …. “wiwiwin” ?) yang ngajarin, jangan-jangan bukan cuma otak tengah keponakan yang terlatih, tapi otak tetangga ikut pinter … ๐
xixixi jadi triple getuh bundamah…
bacanya “wien” ajah dech bunda ๐
Tuti :
Owalaaah …. *tepok jidat*
Angka 3 itu maksudnya huruf e to? Dasar manula yang nggak ngerti gaya anak muda … ๐ฎ
*berasa jadi nenek-nenek* ๐ฆ
Menurut saya Bu …
Pendayagunaan otak tengah …
dibalik pro dan kontranya …
tidak ada salahnya …
namun ini adalah semacam melengkapi tingkat-tingkat kecerdasan yang ada …
dan memang betul …
Intelegensia itu harus diimbangi dengan Social/Emotional Skill … dan juga Spiritual skill yang baik …
salam saya Bu Tuti …
Tuti :
Kalau nggak salah, yang disebut dengan IQ, EQ, dan SQ ya Om?
salam saya juga, Om ๐
koreksi …
bukan tingkat-tingkat kecerdasan …
tapi … tipe-tipe kecerdasan …
salam saya Bu
Tuti :
Koreksian diterima Om … (untung jawaban belum diserahkan ke dosen penguji … hihihi … )
salam saya juga Om ๐
Kutipan: Intinya, menurut saya artikel di kompasiana itu kurang ilmiah dan kurang bisa dipercaya. Lebih bagus isi buku โDahsyatnya Otak Tengahโ, lebih masuk akal gitu โฆ ๐
Hmm?
Yang menulis press rilis adalah para ahli di bidang kesehatan, psikologi, pendidikan tidak bisa dipercaya?
Pembina dan narasumber anakberbakat@yahoogroups.com
1. DR. Endang Widyorini, psikolog ahli gifted children
2. Adi D Adunigroho, PHD, special education specialist
3. Dr. Arman Yurisaldi, SpS,MS, dokter spesialis syaraf
4. Kasandra A Putranto, Spsi, HIMPSI Jaya
5. Dr. M Nashim, dokter offshore
6. Dr Waldi Nurhamzah, SpA, dokter spesialis anak
7. DR Julia Maria van Tiel, doktor antropologi kesehatan
http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/14/pers-rilis-aktivasi-otak-tengah-bukan-jalan-pintas-menuju-jenius/
Lha..yang mau dipercaya siapa? Hartono Sangkan Paran?
Aneh.
Tuti :
Bapak Agung, kalimat “Intinya, menurut saya artikel di kompasiana itu kurang ilmiah dan kurang bisa dipercaya. Lebih bagus isi buku โDahsyatnya Otak Tengahโ, lebih masuk akal gitu โฆ ๐ ” tersebut Bapak kutip dari jawaban saya terhadap komentar Mbak Imelda, yang me-link sebuah tulisan di kompasiana. Nah, ketika saya membaca tulisan tersebut, saya tidak menemukan nama para pakar yang Bapak sebutkan. Tidak jelas artikel tersebut ditulis oleh siapa, hanya ada beberapa jawaban komentar terhadap tulisan tersebut yang mengatasnamakan dirinya “hai hai”. Silahkan Bapak meng-klik link tersebut, untuk mengecek apa yang saya tulis ini.
Terhadap pendapat para pakar yang Bapak sebutkan, sudah pasti saya tidak akan menyangkal. Nah, tentu saya akan berterimakasih sekali jika Bapak melampirkan tulisan para pakar tersebut, agar saya yang awam ini bisa memperoleh informasi yang ilmiah.
Terimakasih banyak atas masukannya, Pak Agung … ๐
Nuwun sewu…
Maaf, sekedar memajang “nama-nama besar” itu klaimnya kurang meyakinkan, pak.
Beribu maaf. Link-nya juga kurang akurat ๐
Aktivasi Otak Tengah Tidak Efektif Membuat Anak Jenius
Thursday, 16 September 2010
AKTIVASI otak tengah menjadi cara yang dipilih sebagian orang tua untuk mencerdaskan anak.Padahal, hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena menjadikan anak jenius bisa dilakukan dengan cara lain. Psikolog dari Universitas Soegyapranata Semarang, Dr Endang Widyorini,menuturkan bahwa kegiatan dan publikasi aktivasi otak tengah jelas bisa menjerumuskan pemahaman masyarakat, baik orang tua maupun guru,terhadap pemahaman jenius secara ilmiah.Pemahaman ini sudah didukung oleh berbagai penelitian panjang di berbagai bidang ilmu lebih dari seratus tahun. Publikasi aktivasi otak tengah yang mengklaim dilandasi oleh pengetahuan ilmiah itu sungguh tidak ilmiah karena jauh dari pemahaman tentang jenius itu sendiri. โSebenarnya seseorang menjadi jenius tidak bisa dibuat dengan jalan instan seperti itu, dan tidak ada hubungan antara kejeniusan dengan otak tengah,โ ujar ketua Program Magister Psikologi Universitas Soegyapranata Semarang ini.
Berkaitan dengan kejeniusan yang ditimbulkan dengan mengaktivasi otak tengah,dalam diskusi orang tua anak gifted (cerdas luar biasa/cerdas istimewa), suatu kelompok orang tua dengan anakanak yang terdeteksi sebagai anakanak gifted (cerdas istimewa) menyebutkan, metode aktivasi otak tengah yang tujuannya agar anak menjadi jenius, dilihat dari sudut ilmu apa pun, tidak dapat memberikan dukungan bagi pengembangan penelitian baginya.Apalagi bila dilihat dari ilmu psikologi yang mengupas tentang anak jenius, juga tidak mungkin bisa memberikan dukungan secara teoritis, terutama tentang orisinalitas eksistensi kejeniusan. Inteligensi luar biasa adalah sebuah hal yang diturunkan,yaitu merupakan natur genetik. Natur genetik ini masih membutuhkan dukungan lingkungan agar si anak bisa menghasilkan prestasi luar biasanya sebagai karya jenius.
Dari sudut pandang ilmu kedokteran, baik ilmu saraf yang mempelajari fungsi otak maupun kedokteran anak yang mempelajari tumbuh kembang anak,jelas kedua cabang ilmu ini juga tidak bisa mendukung secara teoritis.Itu karena klaim aktivasi otak tengah tidak berkorelasi dengan teori dalam keilmuan kedokteran itu. โHingga hari ini belum ada satu pun publikasi ilmiah yang menyatakan bahwa aktivasi otak tengah meningkatkan kecerdasan manusia, apalagi meng-upgrade-nya menjadi jenius,โsebut Endang. Dari sudut ilmu pendidikan,kegiatan aktivasi otak tengah juga menisbikan dan menolak keragaman yang terdapat pada tiap-tiap individu dan bertentangan dengan ragam teori dan kepustakaan ilmiah di bidang tumbuh kembang kognisi manusia (cognitive and learning theories). Keragaman yang ditentukan oleh potensi dasar se-seorang akan memengaruhi gaya belajar, cara berpikir, dan cara menyerap suatu informasi.Dengan prinsip yang ditawarkan oleh kegiatan aktivasi otak tengah, maka secara tidak langsung menjanjikan harapanharapan palsu terhadap orang tua dan anak didik.
Endang mengatakan, kondisi yang dialami anak-anak apabila terjadi pemaksaan dalam pengaktivasian otak tengah ialah terjadinya awareness, yakni suatu kondisi mental penuh kewaspadaan. Kondisi awareness yang berlebihan akan membuat seseorang mengalami berbagai gangguan kejiwaan, yakni berupa gejala kecemasan yang ringan sampai yang berat. โTentu ini berbahaya.Lagi pula jenius itu bukan sekadar membaca dengan mata tertutup kan?โ ucapnya
.Psikolog keluarga dari Kasandra & Associates, Kasandra Putranto MPsi, mengatakan, otak tengah adalah penghubung otak depan dan otak belakang,dan apabila pengaktifan otak tengah ini dihubungkan dengan kejeniusan,maka itu tidak sepenuhnya benar. โJustru dengan diaktifkan otak tengah, hanya bisa meningkatkan kepekaan anak agar bisa menggunakan indranya lebih kuat.Jadi,itu bukanlah meningkatkan kejeniusan, melainkan meningkatkan kepekaan indrawi,โtuturnya. (inggrid namirazswara)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/350845/36/
Tuti :
Ibu Julia, terimakasih banyak atas informasinya yang sangat berharga. Pastinya akan menambah wawasan bagi saya (khususnya) dan juga para pembaca yang awam tentang masalah ini ๐
Otak Tengah
Saturday, 18 September 2010
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/351297/
DI suasana Lebaran ini mestinya saya menulis sesuatu tentang Lebaran, tepatnya tentang bermaaf-maafan, wabil-khusustentang psikologi maaf.
Namun,draf tulisan yang sedang saya siapkan terpaksa saya sisihkan dulu saking gemasnya mengamati perkembangan pseudo-science (ilmu semu) yang sangat membahayakan akhir-akhir ini tentang otak tengah (midbrain).Mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi bahan bacaan alternatif yang menarik di tengahtengah banjirnya (lebih parah dari banjir Pakistan) artikel dan siaran tentang Idul Fitri di hari-hari seputar Lebaran ini. Otak tengah adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai relay station untuk penglihatan dan pendengaran.
Dia juga mengendalikan gerak bola mata.Bagian berpigmen gelapnya yang disebut red nucleus (inti merah) dan substantia nigra juga mengatur gerak motorik anggota tubuh.Karena itu kelainan atau gangguan di otak tengah bisa menyebabkan parkinson. Untuk keterangan lebih lanjut silakan berkonsultasi dengan dokter Google.Namun,yang jelas,otak tengah tidak mengurusi inteligensi, emosi, apalagi aspek-aspek kepribadian lain seperti sikap, motivasi, dan minat.Para pakar ilmu syaraf (neuroscience) Richard Haier dari Universitas California dan Irvine serta Rex Jung dari Universitas New Mexico,Amerika Serikat, menemukan bahwa inteligensi atau kecerdasan yang sering dinyatakan dalam ukuran IQ tidak terpusat pada satu bagian tertentu dari otak, melainkan merupakan hasil interaksi antarbeberapa bagian dari otak.Makin bagus kinerja antarbagian- bagian otak itu,makin tinggi tingkat kecerdasan seseorang (teori parieto-frontal integration).
Di sisi lain,pusat emosi terletak di bagian lain dari otak yang dinamakan amygdala,tak ada hubungannya dengan midbrain. Sementara itu aspek kepribadian lain seperti minat dan motivasi lebih merupakan aspek sosial (bukan neurologis) dari jiwa, yang lebih gampang diamati melalui perilaku seseorang ketimbang dicari pusatnya di otak. Sampai dengan tahun 1980-an (bahkan sampai hari ini) masih banyak yang percaya bahwa keberhasilan seseorang sangat tergantung pada IQ-nya.Makin tinggi IQ seseorang akan makin besar kemungkinannya untuk berhasil.
Itulah sebabnya banyak sekolah mempersyaratkan hasil tes IQ di atas 120 untuk bisa diterima di sekolah yang bersangkutan. Namun, sejak Howard Gardner menemukan teori tentang multiple intelligence (1983) dan Daniel Goleman memublikasikan temuannya tentang Emotional Intelligence (1995),maka para pakar dan awam pun tahu bahwa peran IQ pada keberhasilan seseorang hanya sekitar 20โ30% saja. Selebihnya tergantung pada faktor-faktor kepribadian lain seperti usaha, ketekunan, konsentrasi, dedikasi, kemampuan sosial. Walaupun begitu,beberapa bulan terakhir ini,marak sekali kampanye tentang pelatihan otak tengah.
Bahkan rekan saya psikologpsikolog muda ada yang bersemangat sekali mengampanyekan otak tengah sambil mengikutsertakan anak-anak mereka ke pelatihan otak tengah yang biayanya mencapai Rp3,5 juta/anak (kalau dua anak sudah Rp 7 juta, kan) hanya untuk dua hari kursus. Hasilnya adalah bahwa anak-anak itu dalam dua hari bisa menggambar warna dengan mata tertutup.Wah, bangganya bukan main para ortu itu. Mereka pikir setelah bisa menggambar dengan mata tertutup, anak-anak mereka langsung akan jadi cerdas, bisa konsentrasi di kelas, bersikap sopan santun kepada orang tua, bersemangat belajar tinggi, percaya diri, dan sebagainya seperti yang dijanjikan oleh kursus-kursus seperti ini.
Mungkin mereka mengira bahwa dengan menginvestasikan Rp3,5 juta untuk dua hari kursus,orang tua tidak usah lagi bersusah payah menyuruh anak mereka belajar (karena mereka akan termotivasi untuk belajar sendiri), tidak usah membayar guru les lagi (karena otomatis anak akan mengerti sendiri pelajarannya), dan yang terpenting anak pasti naik kelas, malah bisa masuk peringkat. Inilah yang saya maksud dengan โberbahayaโ dari tren yang sedang berkembang pesat akhirakhir ini. Untuk orang tua yang berduit, uang sebesar Rp3,5 juta mungkin tidak ada artinya. Namun, kasihan anaknya jika ternyata dia tidak bisa memenuhi harapan orang tuanya.
Selain bisa menggambar dengan mata tertutup (sebagian hanya berpura-pura bisa dengan mengintip lewat celah penutup mata dekat hidung), ternyata dia tidak bisa apa-apa.Konsentrasi tetap payah,motivasi tetap rendah, dan emosi tetap meledakledak tak terkendali. Pasalnya memang tidak ada hubungannya antara otak tengah dengan faktorfaktor kepribadian itu. Namun,orangtua sepertinya tidak mau tahu. Dia sudah membayar Rp3,5 juta dan sudah mendengarkan ceramah Dr David Ting, pakar otak tengah dari Malaysia itu. Kata Dr Ting, anak yang sudah ikut pelatihan otak tengah bukan hanya jadi makin pintar,tetapi jadi jenius.
Karena itu nama perusahaannya juga Genius Mind Corporation. Malah bukan itu saja.Menurut Dr Ting,anak yang sudah terlatih otak tengahnya bisa melihat di balik dinding, bisa melihat apa yang akan terjadi (seperti almarhumah Mama Laurenz),bahkan bisa mengobati orang sakit. Ya, itulah yang dijanjikannya dalam iklan-iklan Youtube-nya di internet. Dan dampaknya bisa dahsyat sekali karena angka KDRT pada anak bisa langsung melompat naik gara-gara banyak anak dicubiti atau dipukuli pantatnya sampai babak-belur oleh mama-mama mereka sendiri lantaran tidak bisa melihat di balik tembok,meramal atau mengobati orang sakit.
*** Untuk menyiapkan tulisan ini, saya sengaja menelusuri nama David Ting di Google. Ternyata ada puluhan pakar di dunia yang bernama David Ting dan David Ting yang menganjurkan otak tengah ini ternyata bukan pakar ilmu syaraf, kedokteran,biologi atau psikologi. Dia disebutkan sebagai pakar pendidikan dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syaraf (neuroscience). Maka saya ragu akan ilmunya. Apalagi saya hanya mendapati beberapa versi Youtube yang diulang- ulang saja,beberapa tulisan kesaksian, dan cerita-cerita yang sulit diverifikasi kebenarannya. Saya pun lanjut dengan menelusuri jurnal-jurnal ilmiah online, siapa tahu tulisan-tulisan ilmiahnya sudah banyak, tetapi saya belum pernah membacanya.
Namun hasilnya juga nol. Maka saya makin tidak percaya. Saya yakin bahwa teori David Ting tentang otak tengah hanyalah pseudo-science atau ilmu semu karena seakan-akan ilmiah, tetapi tidak bisa diverifikasi secara ilmiah. Sama halnya dengan teori otak kanan-otak kiri yang juga ilmu semu atau astrologi atau palmistri (membaca nasib orang dengan melihat garis-garis telapak tangannya). Masalahnya, astrologi dan palmistri yang sudah kuno itu tidak merugikan siapa-siapa karena hanya dilakukan oleh yang memercayainya atau sekadar iseng-iseng tanpa biaya dan tanpa beban apaapa. Kalau betul syukur, kalau salah yo wis. Lain halnya dengan pelatihan otak tengah dan dulu pernah juga populer pelatihan otak kanak-otak kiri.
Bahkan, saya pernah memergoki, di sebuah gedung pertemuan (kebetulan saya ke sana untuk keperluan lain), sebuah pelatihan diselenggarakan oleh sebuah instansi pemerintah yang judulnya โMeningkatkan Kecerdasan Salatโ.Semuanya dijual sebagai pelatihan dengan biaya (istilah mereka โbiaya investasiโ) yang mahal. Ini sudah masuk ke masalah membohongi publik, sebab mana mungkin dengan satu pelatihan selama dua hari seorang anak bisa disulap menjadi jenius yang serbabisa, bahkan bisa melihat di balik dinding seperti Superman.Lagipula, apa hubungannya antara menggambar dengan mata tertutup dengan jenius? Einstein, Colombus, Thomas Edison,Bill Gates, Barack Obama, dan masih banyak lagi adalah kaum jenius tingkat dunia, tetapi tak satu pun bisa menggambar dengan mata tertutup.
Teori otak tengah sudah jelas penipuan. Dengan berpikir atau bertanya sedikit,setiap orang bisa tahu bahwa ini adalah penipuan. Namun orang Indonesia itu malas bertanya dan ingin yang serbainstan. Termasuk kaum terpelajar dan orang berduitnya. Jadi kita gampang sekali jadi sasaran penipuan. Inilah menurut saya yang paling memprihatinkan dari maraknya kasus otak tengah ini.(*)
SARLITO WIRAWAN SARWONO Guru Besar Fakultas Psikologi UI
Tuti :
Terimakasih lagi, Ibu Julia ๐
Tulisan ini juga sudah dikutipkan oleh Mbak Sari pada komen di atas …
TIDAK ADA ILMU (MANUSIA) YANG BENAR MUTLAK,
DUNIA SELALU BERUBAH DAN BERKEMBANG
Ada banyak penemuan revolusioner di dunia ini yang sering menabrak logika umum. Yah, itulah namanya “perubahan besar”. Penemuan gelombang radio saja awalnya juga dicerca para ilmuwan dan birokrat saat itu. Belum lagi penemuan bahwa bumi ini bulat.
Sekedar menambah beberapa contoh dermatogliphics dan hipno adalah sebagian diantara penemuan di bidang pendidikan yang sangat mencengangkan. Namun, rasional sejati justru menganggap ini tantangan untuk dikuak-siapa tahu ilmu baru meuncul darinya. Bukan malah silau, tercengang dan latah โmengkafirkanโ.
Oiya, di awal semester mahasiswa ilmu sosial biasanya belajar tentang ilmu sosiologi dasar. Tema semacam ini tidak asing dalam bab “Perubahan Paradigma”.
Tapi sebagai orang tua kita masih bisa cukup jernih memilah dan memilih. Selama semua masih berpijak kepada kecintaan terhadap anak-anak, sah-sah saja mengkhawatirkan itu.
Ngomong-ngomong soal โmembisniskan penemuanโ, siapa sih yang menafikan hal itu? Jika itu memang โberdosaโ, mestinya tudingan pertama harus ditujukan kepada lembaga sekualitas P**I ketika memberikan label pada pasta gigi tertentu. Atau โperhimpunan gizi medisโ yang memberikan stempelnya pada produk makanan tertentu. Juga terhadapa โpakarโ atau โpraktisi kedokteranโ atau โahli ekonomiโ mendukung iklan produk tertentu.
Jika boleh saya menganjurkan kepada para peneliti/pakar di bidang psikologi dan neurologi (jika berkenan berangkat dari niat yang bersih) mestinya mempelajari FAKTA APA YANG SUDAH TERJADI setelah ada perubahan pada anak-anak alumni AOT. Bukan malah merasa โjijikโ untuk mendekati. Sekali lagi- siapa tahu ilmu baru meuncul darinya.
Bukan sekedar membandingkan dengan teori-teori lama (yang mungkin sudah waktunya “gulung tikar”). Sayangnya, hingga sekarang para “kritikus” itu JARANG (kalau tidak bisa disebut TIDAK ADA) yang BERKENAN melakukan observasi langsung saat training berlangsung, saat coaching dan mengikuti SELURUH PROSES secara utuh, tanpa pretensi.
Kok bisa berani menghakimi kalau hanya berdasarkan polemik di internet๏?
Saya simak beragam perdebatan (kalau bisa dianggap perdebatan, karena lebih tepat disebut gosip) di dunia maya, dan berani menyimpulkan bahwa 9 dari 10 orang yang nimbrung dalam perdebatan belum melihat sendiri saat anak-anak (yang benar-benar mengikuti AOT) itu memperagakan kebolehannya. Meragukan kualitas tutup mata adalah salah satu โargumenโ yang (maafffff) boleh disebut konyol. Tanya aja, apakah yang bersangkutan pernah mencobai penutup mata itu?
Hal lainnya, kalau ukuran AOT adalah hanya dari satu provider (G*C), maka juga tidak cukup obyektif untuk menghakimi seluruh kegiatan yang ada. Padahal fitur dan metodenya sangat menentukan.
Sekedar contoh kalau hanya melihat salah satu “pelaku” AOT di Jogja, mungkin langsung mengatakan (maaf) MUSYRIK. Karena dia menggunakan metode metafisik (jika memang penuduhnya tidak terkesan dengan ilmu ini) untuk mengaktivasi wilayah tengah otak itu.
Saya kira cukup jelas bagi kita bersama. Intinya, jika kita bingung dengan sebuah fenomena, maka dekati dan pelajari. Jangan cuma berani bergosip dari luar ring. Menurut saya, bukan PERCAYA DENGAN HAL BARU yang menjadi masalah utama negeri ini, tapi MENUTUP PIKIRAN TERHADAP FENOMENA-FENOMENA BARU itulah yang membuat bangsa ini selalu terpuruk.
Sekedar info semoga bermanfaat. Setiap SELASA, RABU, SABTU, MINGGU di kantor AJI Jogja (gerai IT TAMAN PINTAR) ada coaching untuk alumni AOT. Jika ingin melihat langsung hasilnya atau bersambungrasa langsung kepada orang tua tentang apa yang terjadi pada anak-anaknya pasca AOT, tentu forum itu sangat tepat.
Tuti :
Terimakasih Cak Nur, sangat mencerahkan komentarnya.
Terlebih informasinya tentang gerai IT di Taman Pintar, Yogyakarta. Wah, saya pengin banget melihat dan berkomunikasi dengan anak-anak itu. Jam berapakah gerai itu dibuka?
Dear Bu Tuti,
Maaf saya kirimkan bacaan dari surat kabar
hanya untuk memberikan wawasan yang balance dari sudut ilmu psikologi yang khusus membahas keberbakatan.
Saya sendiri pembina mailinglist orang tua anak gifted anakberbakat@yahoogroups.com yang sudah berdiri hampir sepuluh tahun. Jadi bagaimana jenius jenius itu sudah kami koprek sampai dalam termasuk bagaimana cara kerja otak anak-anak jenius.
Disamping itu sayapun membantu Diknas membuat buku2 panduan untuk orang tua dan guru. Disana tidak pernah kami utarakan ada otak tengah, karena yang kami gunakan adalah acuan ilmiah.
Bila Ibu menginginkan lebih jauh bagaimana masalah anak-anak jenius bisa diunduh disini:
http://gifted-disinkroni.blogspot.com/
Begitu juga masalah otak tengah dapat dibaca disini:
http://kesehatan.kompasiana.com/group/medis/2010/09/28/aktivasi-otak-science-neuroscience-neurofeedback-pseudoscience-new-age-mlm-%E2%80%A6-what-else/
semoga caunter balans saya bisa memberikan tambahan wawasan.
Masih ada artikel lain, dari surat kabar yang akan saya tambahkan.
Tuti :
Ibu Julia, saya sungguh merasa tersanjung memperoleh tanggapan dari Ibu untuk tulisan saya yang ‘cetek’ ini. Menilik kepakaran Ibu dalam bidang anak berbakat, sudah pasti saya mempercayai kebenaran hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Ibu dan para pakar yang tergabung dalam mailinglist yang ibu asuh.
Terimakasih juga untuk artikel-artikel yang sudah Ibu link-kan. Sungguh memperkaya pengetahuan saya tentang otak tengah yang heboh ini … ๐
Otak Tengah yang Bikin Heboh
Saturday, 25 September 2010
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/352938/34/
INGINanak Anda berkembang di atas rata-rata? Apakah Anda ingin memberi anak Anda kemampuan seperti para pesulap besar? Ingin anak Anda berprestasi sangat tinggi di sekolah dan kehidupan?
Pelatihan ini memberikan kemampuan- kemampuan itu dalam waktu dua hari! Begitulah bunyi promosi yang dilayangkan sebuah lembaga yang menawarkan aktivasi otak tengah.Ya,fenomena aktivasi otak tengah (midbrain/ mesenchephalon) dalam waktu setahun terakhir menjadi pembicaraan banyak orang tua. Memang sudah banyak kesaksian dan testimoni yang mendukung argumentasi tentang efektivitas aktivasi otak tengah terhadap peningkatan kercerdasan, namun hingga saat ini banyak pihak meragukan sisi ilmiahnya. Fenomena ini pula yang membuat guru besar psikologi Universitas Indonesia Sarlito Wirawan Sarwono geram.Dia mengkritik keras fenomena aktivasi otak tengah yang berkembang belakangan.
Sarlito terutama menekankan pada lemahnya sisi ilmiah dampak aktivasi otak tengah terhadap kecerdasan anak. Menurut dia, maraknya fenomena pelatihan tentang aktivasi otak tengah semakin meresahkan. Alasannya, hingga saat ini belum ada argumentasi ilmiah yang mendukung kesimpulan bahwa aktivasi otak tengah bisa membantu meningkatkan kecerdasan anak. โSemua masih berdasarkan kesaksian dan testimoni. Jika ingin mengklaim sebagai sesuatu yang ilmiah, maka harus didukung dengan metode ilmiah dan verifikasi yang terukur. Jadi harus standar,โ ujar Sarlito kepada SINDO. Hingga kini belum ditemukan laporan riset atau paper di jurnal ilmiah yang membahas korelasi antara aktivasi otak tengah dengan tingkat inteligensi.
Untuk menjadi cerdas dan genius tidak mudah, tetapi harus melalui proses panjang. Antara lain seorang genius memiliki IQ tinggi, kemampuan untuk berinovasi, ketekunan, dan fokus pada apa yang dipelajarinya. โSaya menjadi gerah dengan fenomena aktivasi otak tengah ini karena ada salah satu mahasiswa saya yang mengaku menjadi korban dari trainingyang hanya dua hari dengan biaya jutaan rupiah tapi katanya bisa membuat anak menjadi cerdas, berakhlak, dan memiliki emosi yang bagus,โpapar Sarlito. Saking geramnya Sarlito mengibaratkan fenomena maraknya aktivasi otak tengah ini tidak berbeda dengan fenomena Mak Erot, wanita yang dikenal mampu memperbesar alat reproduksi kaum pria. Banyak kesaksian yang melingkupi, tapi tidak bisa dibuktikan khasiatnya secara ilmiah.
โJika mereka melakukan kegiatan dengan benar tanpa alasan ilmiah segala, saya tidak ungkit,โ keluh Sarlito. Pelatihan aktivasi otak tengah (saat ini) hanya diperuntukkan bagi anak usia 5โ15 tahun.Menurut Sarlito, anak-anak usia 5โ15 tahun adalah masa di mana mereka suggestible. Mata mereka ditutup kain dan disugesti untuk bisa melihat, maka mereka akan merasa bisa melihat.Atau sangat mungkin ada celah di antara hidung yang bisa digunakan anak untuk mengintip. Wajar saja kalau mereka bisa menggambar atau membaca. โUntuk semakin membuktikannya, kita lihat saja 10 tahun lagi anakanak yang katanya bisa menjadi genius itu akan menjadi apa,โ tantangnya.
Sarlito juga mengkritik secara keras argumentasi yang menyebutkan bahwa aktivasi otak tengah bisa menyeimbangkan emosi dan menumbuhkan rasa empati anak. Sehingga si anak akan memiliki akhlak mulia.Padahal, untuk membangun karakter dan akhlak seseo r a n g , peranan terbesar adalah dari pendidikan dan lingkungan. Selain itu prosesnya juga butuh waktu lama dan bersifat dinamis. Prinsipnya, masyarakat harus bersikap kritis terhadap segala sesuatu yang bersifat instan. Bagaimanapun fenomena semacam aktivasi otak tengah yang demikian populer ini akan tetap berulang di masa mendatang. Situasi itu contohnya pada fenomena metode belajar matematika dengan teknik sempoa atau kumon yang sempat meraih popularitas.
Meski saat ini metode-metode tersebut tidak mati,namun popularitasnya sudah surut. Demikian pula aktivasi otak tengah, bisa jadi nanti akan digantikan fenomena lain yang tidak kalah populernya. Terkait otak tengah ini Sarlito menjelaskan, bagian otak ini berfungsi untuk mengoordinasikan semua stimulus indra perasa sebelum didistribusikan ke bagian-bagian otak lain.Adapun kecerdasan terletak pada kulit otak yang tersebar. Otak tengah adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai relay station untuk penglihatan dan pendengaran. Dalam pandangan Sarlito, otak tengah tidak mengurusi inteligensi, emosi, apalagi aspek-aspek kepribadian lain seperti sikap, motivasi, dan minat.
Berbeda dengan Sarlito, penulis buku Dahsyatnya Otak Tengah Hartono Sangkanparan menjelaskan, yang dimaksukan genius dengan otak tengah adalah keseimbangan dalam memakai seluruh bagian otak secara bersamaan.Tidak ada lagi pemisahan-pemisahan. Karena otak sebenarnya memang bekerja secara terintegrasi dengan tingkat kompleksitas yang tinggi. Secara mudah genius yang dimaksudkan adalah keseimbangan antara IQ dan EQ ditambah dengan loving inteligence (kemampuan mengasihi orang lain). โDiharapkan generasi baru ini akan menjadi orang-orang yang berpikiran terbuka,positif,kreatif, dan baik hati. Karena otak tengah mempunyai fungsi koordinasi, dengan aktifnya otak tengah, kecerdasan secara umum akan meningkat,โ ujar Hartono yang juga pernah mengikutkan anaknya pada program pelatihan aktivasi otak tengah ini kepada SINDO.
Menurut dia, secara umum kecerdasan yang muncul adalah kecerdasan dasar yang sudah ada di otak anak, tetapi belum terlihat manifestasinya.Beberapa di antaranya adalah meningkatnya konsentrasi, daya ingat,daya tangkap, kreativitas, daya analisa. Otak tengah adalah bagian integ ral d a r i otak.Tidak dapat dipisahkan dengan otak kanan, kiri, depan, belakang. Mereka semua terkait dalam satu kesatuan. โBeberapa orang yang salah mengerti menjelaskan seolah-olah otak tengah adalah otak superior yang mengalahkan otak lain. Mungkin ada yang menyangka kita tidak perlu otak lain selain otak tengah.Tentu saja ini tidak benar.
Otak tengah adalah bagian dari otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari bagian otak yang lain,โpaparnya. Selama ini sebagian kalangan yang mengklaim sisi positif aktivasi otak tengah juga meyakini bahwa bagian kecil dari otak ini berfungsi menghubungkan otak kanan dan otak kiri.Tetapi, pada kalangan medis hal itu dibantah dan dianggap sebagai sebuah kesalahan fatal. Karena dalam kacamata medis, otak tengah (mesenchephalon) tidak berada di tengah-tengah, antara otak kanan dan otak kiri, melainkan berada di tengah-tengah antara otak depan dan otak belakang. Pandangan ini juga diperkuat tulisan Arman Yurisaldi dalam bukunya โMengungkap Misteri Otak Tengahโ yang menyebutkan, otak tengah (midbrain), secara anatomik adalah bagian penghubung otak depan (forebrain) dengan otak belakang (hindbrain).
Lalu,P Sidharta dan G Dewanto dalam buku Anatomi Syaraf Pusat Manusia menulis bahwa penghubung antara otak kiri dan kanan adalah corpus callosum.Karena itu, bagi kalangan yang โmenentangโ program aktivasi otak tengah menyatakan, kesalahan fatal ini membuktikan bahwa secara anatomi,para praktisi otak tengah tidak dapat dipercaya dalam sisi ilmiahnya. (abdul malik/ islahuddin)
Tuti :
Ibu sangat berbaik hati telah membagi tulisan ini kepada saya dan para pembaca.
Terimakasih, Ibu Julia ๐
Wah pada bersemangat memberikan artikel-artikel dari koran Indonesia tentang kontroversi otak tengah. Ada yang punya artikel yang lebih ilmiah yang ditulis orang luar dalam bahasa Inggris? Syukur-syukur dari jurnal ilmiah untuk memastikan peran otak tengah. Kalau cuma artikel koran, saya masih skeptis kebenarannya. Pengalaman pribadi sih.
Tuti :
Saya jadi gemeteran juga lho Pak, lha disanggah para pakar je …
Padahal, apalah saya ini …. ๐ฆ
Tapi saya berterimakasih sekali, jadi punya pembanding pemikiran dan tambahan pengetahuan. Wis, pokoke saya manut para ahlinya saja … ๐
Saya sedang mencari artikel ilmiah berbahasa Jepang mengenai otak tengah, karena disebut-sebut “berasal dari Jepang” itu. Nama yang keluar yang pernah saya lihat adalah Shichida. Dan memang saya tahu Shichida mempunyai yayasan pengembangan pendidikan. Tapi selama saya cari tulisannya dalam bahasa Jepang kok justru dia menulis tentang mengembangkan Otak Kanan. Tanpa ada gembar-gembor tentang otak tengah yang dalam bhs Jepang disebut sebagai ่ณๆข Nouryou ๏ผใฎใใใใใcorpus callosumใCC๏ผ.
Yang memang diketahui umum bahwa Shichida mengembangkan kepandaian anak-anak dengan promosi belajar bahasa sebanyak-banyak terutama bhs Inggris. Penerbit Shichida pernah menerbitkan buku CD tentang buku bergambar (Picture book) dalam 25 bahasa. Dan salah satunya bahasa Indonesia (kebetulan naratornya saya) http://imelda.coutrier.com/logbook/
Di Jepang Shichida = pendidikan anak-anak yang menjual alat bantu/peraga, majalah/bulletin ttg pendidikan anak.
Saya masih belum menemukan penekanan dia ttg pelatihan otak tengah, krn kata Noryou่ณๆข itu sendiri jika di search dgn google jepang, tidak ada yang menghubungkannya dengan jenius atau tensai ๅคฉๆใTapi…saya masih mencarinya terus ๐
Saya juga pernah coba googling [corpus callosum training genius]….
EM
Tuti :
Mbak Imeeel ….. terimakasih sudah mau bersusah payah mencari rujukan tentang otak tengah. Nanti kalau sudah ketemu, saya dikasih tahu ya …. (woo … mau enaknya sendiri si Tuti ini … ๐ฆ )
Bu Tuti ndak usah gemetaran meskipun bukan ahlinya. Saya aja yang bukan ahlinya tidak merasa gemetaran. Mereka memang mendedikasikan hidupnya untuk kesejahteraan generasi penerus kita. Dan mereka punya keahliannya masing-masing. Mestinya untuk skolar seperti kita, artikel koran, kompasiana, ataupun majalah tidaklah cukup meyakinkan kita. Apalagi ditulis dengan kalimat yang agitatif (kompasiana). Lebih bagus bukunya karena ditulis dengan bahasa yang santun sehingga tampak lebih baik meskipun belum tentu benar. Mungkin perlu penelitian yang lebih dalam seperti yang mungkin akan dilakukan mbak Imelda.
Kalau dalam bidang saya itu seperti kasus bank century bu. Koran, politisi, LSM, sebagian ekonom, orang awam, semua menyalahkan Boediono-SMI. Bagi ekonom yang mengerti sepenuhnya what is going on tentu tak sependapat dengan mereka. Meskipun penjelasan sudah ditulis di artikel koran dll tetap aja tidak dipercaya publik. Yah, kami tinggal diam aja nunggu proses hukum berjalan.
Rupanya kasus pencarian kebenaran memang seperti drama. Entah berapa babak.
Tuti :
Nggak boleh gemetaran ya Pak? Yo wes, nggak kok …. (pegangan tiang listrik ๐ )
Pak Eko sudah baca bukunya Hartono ya? Betul Pak, bahasanya santun sekali, malah kocak, bikin saya beberapa kali tertawa. Memang beda dengan bahasa beberapa artikel yang menyanggahnya, yang cenderung sarkastik. Tapi soal kebenaran ilmiahnya, saya benar-benar tidak tahu mana yang benar, mana yang salah.
Wah … kok saya jadi pusing ya … ๐ฆ
bunda Tuti…
artikel yang sangat lengkap.. ditambah lagi dengan diskusi para narablog yang komen di sini. byk informasi yang bisa saya dapat.
hm, saya sendiri mungkin –tadinya– cukup skeptis dengan masalah otak tengah ini. Bisa baca dengan mata tertutup.. saat ini pun masih belum ngeh banget, kok bisa…
kalo di pencak silat ato bela diri, sering juga kan ada atraksi dengan mata tertutup bisa melakukan byk hal.. apakah ini juga termasuk dari aktivasi otak tengah?
Tuti :
Mbak Ana, saya melihat sendiri anak-anak itu membaca dengan mata tertutup. Pak Eko (yang komentarnya berderet-deret di posting ini … ๐ ) memiliki 2 cucu yang memiliki kemampuan sama. Jadi, gimana ya mau nggak percaya? ๐
Nah, tentang pencak silat atau bela diri yang bisa memberikan kemampuan melakukan sesuatu dengan mata tertutup, saya tidak tahu …. (makin kesini kok saya makin takut ngomong, jangan-jangan nanti ada yang menyalahkan lagi … ๐ฆ )
Bu Anna. Kalau Merpati Putih yang pencak silat itu memang benar punya kemampuan seperti itu. Tapi jelas bukan karena aktivasi otak tengah. Perlu latihan bertahun-tahun untuk dapat melakukan kegiatan dengan mata tertutup. Pendekatannya berbeda. Intinya mensensitifkan semua 4 indra kita (kecuali mata) untuk bisa “melihat”. Awalnya tangan yang dijadikan “mata” kemudian bisa seluruh tubuh.
Kalau aktivasi otak tengah cuma butuh 2 hari dengan treatment tertentu. Jadi jelas beda kan. Meskipun hasilnya sama. Namun kalau di Merpati Putih kemampuan itu bisa lama hilangnya kalau tidak dilatih. Kalau aktivasi otak tengah ya kemampuan baca dengan mata tertutup cuma sebentar.
Terus terang, saya maupun anak saya sudah berniat bahwa pelatihan otak tengah pada cucu saya bukan bentuk ambisi untuk membuatnya jadi genius. Just for fun. Syukur-syukur sesuai apa yang diiklankan. Kalau tidak ya tidak apa-apa. Yang pasti di masa depan, cucu saya akan disediakan semua prasarana untuk berkembang, baik intelejensia maupun budi pekerti. Tidak sekedar mengandalkan pelatihan aktivasi otak tengah.
Tuti :
Terimakasih Pak Eko sudah dengan setia memberikan ‘komen untuk komen’ di TV. Bagaimana kalau ini diberlakukan untuk semua posting saya, Pak? Ceritanya, saya kasih SK pengangkatan asisten, gitu … hihihi … ๐ Punya asisten kandidat doktor, opo ora hebat?
Selamat Malam pak Eko,
Mudah-mudahan saya dimaafkan lagi oleh bapak karena akan usil lagi nih… tapi gak pa-pa ya pak kalau sekedar share info apa yang saya ketahui. kebetulan hobby saya kalau ada waktu adalah googling… mencari info dan kebenaran.
yang ingin saya bagi adalah info soal merpati putih. nama ini sebenarnya sangat “putih” bagi saya. bagaimana tidak, perkumpulan bela diri dari negeri sendiri, dan bikin sehat tentunya. sayangnya sekarang ini (tepatnya sejak tahun 2000an) menjadi agak ternoda. gara-garanya ya soal melihat dengan mata tertutup itu. setelah dilakukan test di amerika, kemampuan ini resmi dilabel “hoax”. Semua ini karena perwakilannya gagal membuktikan bahwa mereka bisa melihat dengan mata benar-benar tertutup.
tapi ini tidak hanya terjadi pada merpati putih saja. pada dasarnya tidak ada yang bisa melihat dengan mata benar2 tertutup. jadi ada satu orang kaya yang menyediakan uang 1 juta dolar bagi yang bisa membuktikan. sayangnya semua gagal.
info lengkap soal MP dan sayembara ini bisa kita dapatkan dengan kata kunci “merpati putih”dan “hoax” jika kita google.
sekali lagi saya minta maaf jika tidak berkenan.
salam
Pak Farouk, terima kasih atas tanggapan Merpati Putih. Salah satu sumpah Merpati Putih adalah Merpati Putih hanya diajarkan kepada WNI, tidak kepada orang asing. Saya tidak tahu apakah sumpah ini sudah dilanggar. Jadi kalau orang Amrik menyatakan Hoax ya tidak ada ruginya. Malah lebih baik karena jadi eksklusif untuk bangsa sendiri.
Penelitian ilmiah tentang Merpati Putih pernah dilakukan oleh almarhum Prof dr Ahmad Muhammad dari FK UGM. Saya belum pernah baca laporannya. Orang-orang Merpati Putih sering mengutip penelitian ini.
Untuk yang di Amrik perlu diperjelas apakah test dilakukan pada orang yang benar-benar berlatih silat Merpati Putih atau hanya asal-asalan. Yang pasti latihannya tidak gampang dan lama. Semuanya menuntut ketangguhan fisik dan penguasaan emosi. Tidak ada klenik di sini.
Aduh saya lagi pak Farouk. Sudah saya lihat googlingnya. Setelah membaca artikel yang dimaksud hanya berkata “What can I say?”. Apa yang saya lihat dan rasakan seolah dihancurkan oleh artikel ini. Mana yang saya percaya, pengalaman pribadi atau artikel yang tidak jelas kredibilitasnya. Mengapa saya mempertanyakan kredibilitas artikel tersebut?
Prof John E Sohl dikatakan memimpin tes tersebut. Siapakah ia. Sudah saya googling, beliau profesor fisika dengan spesialisasi fisika atom dan laser. Interes pribadinya adalah wisata gunung dan astronomi. Tak ada satupun yang berkaitan dengan paranormal. Tulisan ilmiah beliau juga sedikit. Saya merasa agak aneh seorang profesor di Amrik kok tidak banyak artikel yang ditulis. Kesimpulan, ia bukan ilmuwan tingkat dunia, bahkan mungkin medioker. Kemungkinan namanya dicatut karena tidak dikenal. Untuk itu mungkin saya akan korespondensi dengan beliau.
James Randi yang dikatakan seorang milyuner penyedia hadiah 1 juta dollar. Dari Wikipedia dikatakan bahwa JR bukanlah milyuner. Ia seorang yang sangat skeptik dengan paranormal. Riwayat pekerjaannya adalah tukang sulap, penulis buku yang berkaitan kebohongan paranormal, dan jubir untuk melawan paranormal. Uang satu juta dollar bukan dari kantongnya. Dari yayasan yang didirikannya (murah kok mendirikan yayasan) ia menyumbang 1000 dollar sebagai hadiah untuk membuktikan paranormal itu ada dan lulus uji. Kemudian mengalir banyak sumbangan hingga mencapai satu juta dollar. Yang diuji biasanya seseorang dapat menghubungkan orang mati dengan keluarganya. Uri Geller menjadi musuh utamanya. Uri Geller dikenal dengan kemampuan telekinesis yang dapat membengkokkan sendok garpu tanpa menyentuhnya.
JR memang pribadi yang kontroversial. Agar upayanya berhasil sering ia melakukan kebohongan sehingga sering pula dituntut oleh yang merasa dirugikan. Intinya, ia tidak percaya paranormal atau kekuatan gaib. Oleh sebab itu ia tidak beragama.
Berdasarkan uraian di atas, saya kok meragukan kredibilitas dari artikel tersebut. Mungkin karena berbahasa Inggris sehingga tampak kredibel dan keren. Saya juga tidak yakin Merpati Putih mau melayani tantangan itu. Sesuai dengan filosofinya yaitu bertindak benar berangkat dari berfikir yang benar, saya tidak yakin Merpati Putih mengirimkan utusannya. Apalagi, hadiah satu juta dollar itu untuk pembuktian paranormal sedangkan Merpati Putih bukan paranormal tapi ilmu silat yang mengandalkan latihan fisik bukan klenik.
Silahkan pak Farouk untuk googling lebih dalam. Siapa tahu riset kecil-kecilan saya ini ada salahnya.
Asyiknya mengikuti perdebatan Pak Farouk dan Pak Eko ๐
*nggelar tikar duduk manis*
Bu Tuti,
Jika ibu punya keyakinan dan itu untuk ibu sendiri, jelas tidak apa-apa. Tapi jika ibu menyarankan sesuatu yang belum jelas ke orang, ibu bisa menyesal sekali nantinya. Saya sudah melihat efek negatif dari aktivasi otak tengah. Dampaknya adalah anak yang megalomania karena sugesti. AOT itu terlalu kontroversial, sehingga sangat berbahaya jika ibu sudah berani menyarankan.
Salam,
Umar Farouk
ayah dari 2 anak, 8 dan 10 tahun
yang bersukur bahwa anaknya tidak jadi AOT
Tuti :
Pak Farouk yang terhormat,
Saya menyadari sepenuhnya keterbatasan pengetahuan saya, oleh karena itu di awal posting saya sudah memberikan catatan, agar para pembaca (termasuk Bapak) membaca juga komentar-komentar yang ada, agar memperoleh informasi tambahan selain apa yang saya tulis. Saya kira, para pembaca cukup cerdas untuk bisa mengambil kesimpulan dan menentukan sikap terhadap masalah otak tengah ini.
Salam buat putra-putra Bapak, semoga kelak mereka menjadi insan-insan yang mulia …
Pak Farouk, bersyukur sekali anak anda tidak ikut AOT. Hemat 7 juta juga lho. Lha bu Tuti saja tanpa ikut AOT sudah berkualifikasi S3. Bahkan orang-orang pintar sekarang dulunya gak pakai AOT. Cara normal juga tidak ada salahnya dan sudah terbukti berhasil.
Soal anak menjadi megalomania gara-gara AOT apa memang kasus umum tuh. Semua anak jadi begitukah? Saya perhatikan cucu saya tidak seperti itu tuh.
Kontroversinya pada malpraktek kedokteran atau penipuan? Kalau malpraktek kedokteran kok pemerintah belum bertindak atau … manakah himbauan umum para ahli medis tentang malpraktek ini? Kalau penipuan, menurut saya disinilah kontroversinya, ya sudah bagi yang tertipu hilang uang 3.5 juta tapi anak tidak berbeda dengan sebelumnya.
Saya tidak membela AOT, cuma saya kok merasa ditakut-takuti bahwa cucu saya akan jadi megalomania. Dasarnya apa? Kesaksian anda itu bagaimana ceritanya? Tentu akan megalomania kalau setelah AOT kemudian dipuji-puji tak terkontrol menjadi anak jenius dan selalu dibenarkan tindakannya. Apakah semua orang tua akan begitu? Paling tidak, saya dan anak saya tidak begitu.
Tuti :
Sebenernya saya juga mau ngomong seperti Pak Eko lho (hayah … ๐ ). Tapi karena saya tidak punya 2 cucu yang sudah ikut AOT dan berhasil membaca dan melihat dengan mata tertutup, saya merasa tidak berkompeten untuk ngomong (hayah lagi … ๐ )
Tulisan mbak Tuti ini memang membuat setiap kali jadi ingin balik ke sini membaca komentar para komentator.
Saya sepakat dengan pak Eko…..bahwa masing-masing punya keahlian. Kadang jika hanya baca di artikel koran, dan media lain..ada unsur beritanya…..(mbak Tuti ingat yang pernah saya ceritakan)…..
Saya juga lebih suka kalau kita bisa membaca bukunya, yang ditulis oleh para ahli, syukur kalau nanti dijelaskan lagi dalam seminar ilmiah. Ya kan pak Eko….
Kasus Bank Century? Itu sekarang udah jadi Bank Mutiara..menarik untuk dijadikan contoh sebagai risiko operasional, yang kemudian menjadi risiko hukum, terus risiko reputasi…dan malah ada risiko politiknya. Dan risiko apakah yang paling menonjol awalnya? Risiko kreditkah atau risiko likuiditas (risiko pasar) atau risiko operasional…..
Dan bicara dalam diskusi ilmiah lebih menarik….karena berdasarkan fakta dan data…..
Tuti :
Mbak Enny bisa membaca buku “Dahsyatnya Otak Tengah” itu. Bukunya menarik, cukup ilmiah, sehingga saya jadi percaya pada apa yang disampaikan oleh penulisnya. Saya pengin sekali membaca tulisan serupa dari para penyanggah buku tersebut, syukur menunjukkan langsung kesalahan-kesalahan dalam buku “DOT”.
Terus terang, gencarnya bantahan yang disampaikan para komentator membuat saya rada keder juga lho ๐ Cuma, saya kok tetap berpendapat bahwa manusia sesungguhnya memiliki kekuatan dan kemampuan yang tak terduga, yang selama ini belum tergali. Kemampuan-kemampuan yang bersifat metafisik, gitu …
Buat saya yg selalu seenaknya ini hanya bisa berkomentar yg ga bermanfaat, didunia ini everything is possible
Jadi ga Ada yg ga mungkin
Aseek baca keseluruhan tulisan dan sanggahan yg menarik ini
Bravo mbak Tut, keep writing and I always be pembaca tulisan mbak Tut
Tuti :
Setuju Mbak, everything is possible …
Mbak Wied baca semua? Sampek sak komen-komen dan artikel-artikel yang di-link di komen? Masakan hangus dong…. hihihi … ๐
Selamat malam bu Tuti dan pak Eko,
saya sudah berkomentar. jadinya nggak enak sama tuan rumah dan juga pak Eko yang merasa ditakut-takuti. he he.. maaf juga baru menjawab sekarang. maklum baru nyampe rumah…
begini pak, yang dilakukan dalam AOT adalah biasa saja. mendengarkan musik, makan, tidur juga kalo ngantuk, dll tentu diberi motivasi juga. diyakinkan bahwa dia punya kemampuan lebih. nah, sesi yang sebenarnya sederhana ini bisa memicu gejala (misalnya megalomania) hanya kalau si anak memang sudah punya kecenderungan itu. jadi jika cucu bapak tidak punya masalah, syukurlah, AOT tidak mengakibatkan masalah buat cucu bapak. jadi sifatnya memang individual. banyak kok infonya, baik di kaskus, fb, dll. ini terjadi karena yang menjadi subyek adalah anak-anak, dimana masih mudah di sugesti. dan anak motivasinya memang membuat orang lain (terutama orangtua) bangga dengan kemampuannya bukan? bagi sebagian anak, itu menjadi -misalnya- seakan-akan dia bisa membaca dengan mata tertutup. anak-anak pasti tidak bermaksud bohong, hanya ingin dipuji saja.
saya sendiri sudah mengumpulkan info dengan korespondensi dan googling soal AOT. Saya info saja ya pak, AOT ini hanya ramai di negara kita. di negara lain tidak laku. di jepang tidak ada. asalnya dari malaysia. yang membuat adalah tokoh NLP. tapi bahkan di negara asalnya AOT ini tidaklah heboh seperti disini. mengapa tidak ada di negara lain? monggo ditafsirkan sendiri.
jadi saya sekali lagi minta maaf jika membuat tidak nyaman bu Tuti dan pak Eko. untuk sementara ini saja yang saya sampaikan. mudah2an cucu bapak sehat selalu.
salam
farouk
Tuti :
Saya nyaman-nyaman saja kok Pak … ๐
Saya tidak kekeh sumekeh dengan pendapat bahwa AOT memiliki kebenaran mutlak. Saya mau mendengarkan pendapat dan informasi lain, jika memang informasi itu benar. Ya ngapain juga to saya mati-matian membela AOT (atau GMC) kalau memang itu salah, wong saya nggak punya kepentingan apa-apa dengan mereka.
Saya cuma sebel, orang yang mengatakan AOT itu penipuan selalu dengan argumen bahwa anak-anak itu bisa melihat dari celah di bagian bawah penutup mata mereka. Lha saya sudah mencoba menutup mata seperti itu, nggak bisa melihat dari celah apapun tuh. Lagipula yang dilihat anak-anak itu DI DEPAN mata mereka, bukan DI BAWAH mata mereka. Kecuali kalau penutup mata itu kain yang transparan, ya memang tetap bisa melihat.
Pak Eko, penutup mata Nadia dan Bibam transparan atau tidak?
Terima kasih pak Farouk. Kalau saya ditawari AOT ketika anak-anak masih kecil ya pasti saya akan waspada karena 7 juta bukan jumlah yang sedikit. Kemungkinan besar saya juga tidak mengikutkan AOT. Namun karena anak saya mampu untuk membiayai, mengapa tidak. Paling tidak kakeknya ini bangga karena cucunya mendemonstrasikan sesuatu yang langka. Namun, sebagai seorang guru, saya juga waspada. Tidak akan pernah berharap dari AOT kemudian cucu saya jadi jenius. Saya percaya jenius seseorang didapat dari keturunan, kesempatan, dan kerja keras. Bukan dari AOT semata.
Soal mengapa di Indonesia sukses, kalau dipersilahkan berintepretasi sendiri, sebagai ekonom, saya menganggap AOT sukses pemasarannya. Mengapa? Banyak penjelasannya. Salah satunya, buku Hartono disajikan dengan memikat. Bagi yang ingin mengcounter AOT mungkin juga bisa membuat tulisan dengan penyajian yang memikat. Tidak semua calon customer adalah ilmuwan. Jadi penyajian yang apik mempengaruhi keputusan.
Terima kasih
Ealahh, baru minggu kemarin salesnya main kerumah, nawarin product ini. Tangguh baru 3 tahun, kalau 5 tahun mungkin saya tertarik ๐
Tuti :
Yessy, sebelum mengikutsertakan Tangguh, ada baiknya pelajari dulu masalah ini dengan membaca pendapat para pakar …
* duduk maniez, nyimak para komentator ngebahas masalah ini*
hemm..tampaknya begitu serius…..
**mule cari referensi,..
Tuti :
* duduknya jangan di depan pintu ya, ntar dikira patung selamat datang … ๐
** kirain cari cemilan … ๐ฎ
sudah terbukti bahwa anak2 yang melakukan blond fold reading lulusan aktivasi otak tengah, melakukannya dengan cara mengintip…kasihan anak2 tsb dikondisikan berbohong sejak kecil…kita tinggal tunggu mereka besar dan terciptalah masyarakat pembohong….
Tuti :
Buktinya seperti apa, Pak?
hi hi ngakak abis liat foto tiga anak di atas yang mendongak ketika memakai blind fold (ngintip). ga habis pikir…masyarakat indonesia kok ya bodoh berjamaah….
Tuti :
Saya memotret anak-anak itu ketika mereka diminta untuk menemukan ponsel yang disembunyikan di balik rak-rak buku, terlindung banyak barang-barang lain. Mungkinkan dengan mendongak seperti itu (yang hanya menghasilkan ruang pandang sempit di lantai di hadapan mereka, seandainyapun mereka memang mengintip), bisa menemukan ponsel dibalik rak?
Saya menduga, mereka mendongak itu adalah untuk memusatkan konsentrasi saja.
Maaf jika memang saya termasuk yang bodoh berjamaah … ๐
ini hanya salah satu bukti..jadi kasihan melihat anak itu…
Tuti :
Video di youtube yang Anda link memang menunjukkan bahwa anak tersebut tidak bisa melihat dengan mata tertutup. Saya kira, ini salah satu contoh anak yang gagal. Tetapi tidak semua video menunjukkan gambar seperti itu, bukan? Bagaimana yang naik sepeda dengan mata tertutup? Bisakah melihat jalan di depan dari celah sempit di bawah penutup mata?
Saya bukan membabi-buta mempercayai AOT, tetapi kita harus melihat bukti-bukti secara seimbang, bukan? Bukan hanya yang gagal saja, tapi juga yang berhasil.
Andai saja masyarakat Indonesia, terutama para orang tua mau sedikit saja berpikir kritis dan mencari keterangan tentang aktifvasi otak tengah di berbagai negara yang sudah terbukti hoax, tentu tidak akan terjadi pembodohan massal seperti ini.
Namun anehnya, walau sudah dijelaskan tentang kebohongan AOT oleh para ahli dibidangnya, para korban (orang tua) tetap mempertahankan pendapatnya, secara psikologi mereka tidak mau mengakui bahwa mereka tertipu karena sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk mengikut sertakan anak2nya pada program AOT.
Pihak AOT pun selalu berdalih (ngeles), jika anak2 hasil AOT terbukti mengintip, dengan mengatakan, itu hanya satu dua kasus saja…(padahal banyak). Jika diminta penjelasan ttg keilmiahan metode mereka, selalu menjawab dengan berputar putar dan lagi2 ngeles.
Selamat datang di Indonesia…negeri yang aneh…:)
lembaga pelatihan sejenis yang sudah terbongkat kebohongannya oleh ESO TV dari budapest. Pihak ESO tv sampau saat ini masih menawarkan sayembara sebesar 10.000 dollar bagi yang bisa membuktikan membaca dengan mata tertutup.
(We are ready to pay you – and anyone – USD 10.000๏ปฟ if you can read blindfolded with our google on (not the one from Bronnikov!). You fly to our EsoTV studios in Budapest, you present it and then you can walk away covering more than your cost and time. I would be the happies if you could do it. We still believe in wonders!
EsoTVinternationa)
http://www.kaskus.us/showpost.php?p=254732316&postcount=796
tantangan dari berbagai negara dengan hadiah2 yang menggiurkan
Bu Tuti, saya pikir sudah jelas disini, seperti apa yang kita bicarakan sebelumnya. Pelatihan AOT tetap meraih banyak customer menunjukkan aktivitas penentangnya lemah dalam mengkomunikasikan idenya. Mereka pikir dengan me-link ke berbagai website sudah cukup untuk mengubah pikiran seseorang untuk tidak ikut pelatihan AOT. Jika tidak mempan maka meluncurlah kalimat hinaan yang mengasihani orang yang ikut pelatihan. Sungguh tidak simpatik.
Mereka lupa, tidak semua orang berduit pintar internet. Mereka juga lupa kebenaran yang disampaikan dengan tidak simpatik akan berefek kebalikan dari harapan. Malah kekeliruan jika disampaikan dengan cara tepat dapat membuat orang merasa itulah kebenarannya.
Saya pikir Rizky, Nita, dan Syamsul termasuk orang-orang yang gagal menyampaikan maksudnya. Entah intinya benar atau salah. Apalagi sampai mengeluarkan kata merendahkan membuat orang lain tidak simpatik sehingga cenderung mengabaikan apa yang disampaikan mereka.
Bu Tuti, kita sudah menyampaikan bahwa kita bukanlah pendukung AOT, hanya terperangah saja. Bagi kita kan sebuah pikiran itu adalah milik yang pribadi. Kalau kita disuruh untuk ikut pikiran orang lain dengan cara yang tidak simpatik bahkan memaksa dengan halus (dengan menggunakan kata merendahkan jika tidak ikut), lha buat apa dituruti.
Soal anak saya mungkin tertipu, ya sudah buat apa disesali. Lha dia juga tidak merasa rugi karena bisa memberikan paling tidak hiburan bagi anak-anaknya. Kalau boleh saya menyarankan kepada orang-orang yang sekelompok dengan Rizky, Nita, Syamsul. Yang anda hadapi itu adalah perusahaan pencari untung, sedangkan anda kan kelompok nirlaba. Kebanyakan kelompok nirlba kalah karena institusi berorientasi laba (IBL) memiliki banyak amunisi. Untuk mengalahkannya perlu strategi khusus dengan sedikit ongkos. Apa itu? Saya tidak mau terlalu campur tangan dengan peperangan anda. Silahkan berfikir sendiri. Yang pasti cara yang sudah anda lakukan tidaklah efektif paling tidak untuk saya. Saya tetap netral-netral aja.
Tuti :
Dari hiruk pikuk komentar tentang AOT ini, saya mengambil kesimpulan sebagai berikut (jiaah … sudah masuk BAB 6 nih Pak, “Kesimpulan dan Saran” … hahaha … ๐ )
1. Fungsi otak tengah masih menjadi perdebatan di antara para ahli. Mungkin masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam untuk mendapatkan kebenaran yang betul-betul benar. Sebagai orang awam di bidang itu, saya mah netral saja.
2. Saya percaya bahwa otak memiliki kemampuan yang jauuuh di atas kemampuan yang selama ini kita gunakan. Tidak mustahil ada cara-cara untuk melatih otak kita sehingga bisa bekerja dengan lebih baik, entah itu dengan mengaktifkan otak tengah atau yang lain.
3. Saya percaya bahwa manusia memiliki kemampuan lebih dari kemampuan fisik. Manusia memiliki kekuatan batin yang bersifat metafisik. Zaman dulu, nenek moyang kita memperolehnya dengan cara bertapa atau ‘laku’ yang sejenis itu. Sekarang, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan ilmiah, bisa jadi cara-cara yang dulu sulit dijelaskan secara logika itu, menjadi hal yang bisa dipelajari oleh siapa saja.
4. Kita melihat, orang-orang yang buta memiliki indera pendengaran, penciuman, dan peraba yang tajam. Saya tahu pemijat tuna netra yang bisa mengenali nilai uang kertas. Mereka seperti punya indera keenam. Barangkali – barangkali lho – seperti komentar Wijna di atas, otak tengah ini yang berfungsi sebagai indera keenam tersebut.
5. Saya juga heran, kenapa ya para penyanggah AOT ini cenderung menyampaikan pendapat mereka dengan cara yang tidak simpatik (menghina dan sarkastik)? Padahal bukankah AOT tidak menyerang mereka? Kok malah mereka yang es-mosi? ๐
Nampaknya hanya Ibu Julia (pembina mailinglist anak berbakat) yang menyampaikan pendapat dengan elegan, sopan, dan ilmiah.
6. Melihat dengan mata tertutup ini kan sebenarnya bukan tujuan utama dari mengaktifkan otak. Genius tidak identik dengan bisa melihat dalam gelap. Kemampuan berpikir seperti Einstein atau Hawking, tidak sama dengan kemampuan Mama Laurent atau orang yang bisa memecahkan batu dari jarak jauh. Ini dua hal yang berbeda. Nah, GMC mungkin melakukan ‘bias’ dengan mengidentikkan kejeniusan anak dengan kemampuan melihat dengan mata tertutup. Bisa jadi, karena mereka adalah lembaga komersial, dan yang paling gampang ‘dijual’ ya kemampuan yang spektakuler seperti melihat dengan mata tertutup.
7. “Mengintip” adalah titik lemah AOT, yang selalu dipakai oleh para penentang AOT untuk menyerang GMC. Mestinya ini menjadi koreksi yang harus dilawan GMC (jika GMC memang tidak menipu). Semestinya GMC menekankan kepada anak-anak yang ikut pelatihan untuk jujur, dan tidak melihat dengan cara mengintip.
Atau, untuk mematahkan ‘tuduhan’ mengintip ini, pakai topeng aja sekalian. Dan jangan lupa pilih topeng yang cantik kayak Barbie atau ganteng kayak Brandon … ๐
8. Tentang mengintip, sejujurnya saya masih penasaran. Saya mencoba menutup mata dengan kain, dan ternyata nggak bisa mengintip je … ๐ Kecuali kainnya transparan, nggak usah mengintip pun ya tetap bisa melihat. Lagipula, bukankah celah di bawah kain penutup itu sangat sempit, dan hanya memberikan medan pandangan sempit di bawah mata? Lalu bagaimana anak-anak itu bisa naik sepeda, menembak sasaran, dll yang harus melihat ke depan?
9. Udah, gitu aja … Silahkan nambahi kesimpulan jika ada yang belum tercakup dari ke 8 butir di atas ๐
Oh ya bu Tuti, mungkin setelah ini akan banyak kunjungan dari orang-orang sekelompok dengan mereka untuk mengulangi strategi yang sama. Ya sudah diterima saja. Tapi saya tidak akan menanggapi lagi lho. Biar numpuk di blognya bu Tuti.
Tuti :
Iya Pak … kayaknya memang begitu.
Saya juga tidak akan menanggapi lagi, sudah capek. Lagipula topik pembicaraan di TV kan sudah ganti soal jodoh dan asmara … hehehe ๐
sangat menarik menyimak sharring wacana di blog ini.
trimakasih jeng tuti. sangat bermanfaat.
demi anak-anak kita, yang trbaik memang harus tetap kita gali dan berikan.
gagasan yang emosian tentu akan digilas oleh sejarah.
btw, kulonuwun menjadi penikmat blog ini….
Tuti :
Terimakasih Cak Nur ๐
Ya, diskusi soal otak tengah ini memang menarik. Semoga ada manfaatnya bagi pembaca, dan bukan malah menambah bingung ๐
Selamat datang di TV, silahkan mengambil apa yang berguna, dan membuang yang tidak ada gunanya …
Salam kenal bu Tuti;
Saya tahu blog ibu dari link seorang teman.
Terus terang saya dalam beberapa minggu ini sudah banyak mendengar PRO / KONTRA akan aktivasi otak tengah (AOT) ini. Dan untuk memenuhi keingintahuan saya maka sayapun banyak mencari-cari di Internet dari link-linknya GMC, AJI, RMC, sampai ke sumber-sumber ilmiah seperti Wiki, Neurozilla, jurnal neurologi, dll.
Dari pencarian saya tersebut saya sampai pada pandangan bahwa AOT adalah HOAX. Kenapa?
Dari sejak SD kita tahu bahwa mata adalah satu satunya indera manusia yang bisa menangkap image 2D. Tapi ketika melihat gambar AOT yang memperlihatkan otak tengah yang memancarkan gelombang yang katanya untuk MEMBACA saya geleng-geleng.
Bagaimana sebuah gelombang bisa menangkap sebuah image 2D? Gelombang apakah yang bisa melakukan itu? Apa alat pengukurnya?
Saya pernah menanyakan hal ini ke pihak praktisi AOT, dan mereka menjawab gelombangnya adalah gelombang Alpha dan alat ukurnya adalah EEG.
Jawaban ini lebih membuktikan bahwa mereka berbohong / tidak mengerti. Saya jelaskan sedikit.
1. EEG adalah alat untuk mencatat aktivitas LISTRIK di otak. Perubahan aktivitas listrik tersebut digambarkan di LAYAR EEG berbentuk seperti GELOMBANG, makanya untuk memudahkan para ahli menyebutnya BRAINWAVE / GELOMBANG OTAK.
“Jadi jangan membayangkan gelombang otak itu seperti gelombang radio / sonar yang bisa dipancarkan dari satu pemancar dan diterima di tempat lain oleh suatu receptor(penerima). Itu pandangan yang SALAH.”
2. Gelombang Alpha dan Theta yang sering disebut-sebut dalam AOT sebenarnya bukanlah benar-benar sebuah PANCARAN gelombang seperti radio/sonar.
ALPHA dan THETA adalah sebuah KONDISI dimana pada kondisi tersebut, aktivitas otak manusia digambarkan di EEG berada pada range dan frekuensi tertentu.
Jadi jelas bahwa BFR (Blind Folded Reading) adalah hal yang MUSTAHIL dari sisi ILMIAH. (Kecuali dari sisi MISTIS dengan bantuan JIN / roh halus).
Bila Merpati Putih mengatakan mereka bisa merasakan benda sekelilingnya (3D) dengan getaran saya masih angguk-angguk karena mereka tidak pernah mengklaim ilmiah dan saya bisa mencoba membayangkannya dengan logika “SONAR”. Tapi ingat, bahkan sonar/radarpun tidak bisa menangkap image 2D karena tulisan dikertas hanya akan ditangkap sebagai benda segi empat.
Saya harap penjelasan saya tersebut bisa membuka mata pembaca semua. Bila anda tidak percaya /skeptis dengan tulisan tersebut, anda bisa mencarinya sendiri baik dari buku maupun googling.
Sebagai tambahan:
Saya sudah baca buku DAHSYATNYA OTAK TENGAH tersebut, dan boleh dikata isinya tidak beda jauh dengan isi web-web GMC, bahkan GMC merupakan salah satu referensi penulisan buku tersebut.
Saya tidak menemukan penjelasan secara ilmiah mengenai AOT seperti metodologinya, penemunya, sejarah penelitiannya, dll.
Bahkan 3 halaman BAB otak tengah dalam Biologi yang saya harapkan akan menjelaskan AOT secara ilmiah, ternyata hanya berisi anatomi otak.
Bila di Luar Negri, khususnya USA ada badan yang mengkategorikan sebuah bacaan, dan buku Dahsyatnya Otak Tengah saya rasa akan dikategorikan “Advertisement” (iklan).
Mungkin saya memang bukan seorang dokter / neurolog, namun semua tulisan diatas bersumber dari pencarian saya sendiri dari buku / internet, dan sampai saat ini belum ada pihak yang dapat membantahnya dengan menunjukkan bukti jurnal / literatur ilmiah yang mendukung mereka.
Saya tidak menutup diri akan perkembangan baru ilmu di dunia ini, namun tentunya harus dibuktikan dulu mana sumbernya yang valid. (jangan asal percaya karena saat ini banyak praktek PseudoScience. Penipuan berkedok Ilmiah).
Terimakasih.
Salam,
Tony
Tuti :
Wah … terimakasih tambahan informasinya, Pak Tony. Bagi orang awam seperti saya, informasi apapun rasanya betul. Makanya, kalau ada dua informasi yang berbeda, jadinya bingung : mana yang betul, setengah betul, agak betul atau sama sekali tidak betul … ๐
“…Saya pernah menanyakan hal ini ke pihak praktisi AOT, dan mereka menjawab gelombangnya adalah gelombang Alpha dan alat ukurnya adalah EEG….”
Wah, pasti pak Tony kebetulan bertanya kepada marketing-baru AOT (yang kurang kompeten, ya)?
Semoga suatu saat Bapak berkesempatan melihat langsung buktinya, agar tidak sekedar menelan gosip.
Kebenaran di tingkat manusia memang dikategorikan pada ainul-yaqin (setelah melihat langsung. Misal: percaya dengan hasil AOT setelah melihat langsung anak-anak tersebut benar tidak mengintip), haqqul-yaqin (memang faktanya begitu. Misal: kebenaran bahwa setiap hari matahari terbit dari langit timur) dan ilmul-yaqin (secara ilmiah, misal: setelah Bapak menemukan literaturnya).
Kita di kategori yang mana?
Ya, monggo saja.
Tuti :
Ya, monggo saja lah Pak … ๐
*bingung*
Pak Caknur,
Dikarenakan pihak AOT menyatakan bahwa metoda mereka telah melewati bertahun – tahun PENELITIAN ILMIAH, maka ini dikategorikan ilmul-yaqin.
Bapak bisa baca sendiri di brosur maupun websitenya.
Bila berani mengatakan ilmiah, maka HARUS bisa dibuktikan secara ilmiah.
Bila tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, tapi berani mengambil istilah-istilah ilmiah itu disebut PseudoScience (Penipuan berkedok ilmiah).
Seperti yang saya katakan juga di tulisan sebelumnya, saya tidak mempermasalahkan klaim MERPATI PUTIH yang mengaku bisa mengenali object sekitar dengan VIBRASI. Kenapa? Karena mereka TIDAK PERNAH mengklaim praktek mereka ilmiah!
Jadi kebenaran MP bisa dibilang kebenaran ainul-yaqin seperti kata bapak.
Saya harap Pak Caknur bisa memahami hal ini karena ini berlaku di semua bidang ilmu pengetahuan istilahnya EBP (Evident Base Practice).
Terimakasih,
Salam
Tony
Bunda, aku pernah baca dan cari2 tau masalah ini. dan setelah membaca keseluruhan ternyata ada beberapa pihak yang senggaja memanfaatkan aktivitas otak tengah ini untuk ajang mencari uang.
berikut linknya…aku dapat dari kaskuser
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4804278
aku sih tidak begitu membaca lebih lanjut karena sudah terlanjur kecewa, tapi secara ilmiah memang aku tau kalau otak tengah itu penyeimbang otak kanan dan kiri. seribu sayang kalau ini malah mengakibatkan penipuan! ๐ฆ
Tuti :
Masalah ini memang sedang ramai diperdebatkan. Membaca komen teman-teman di posting ini, aku juga jadi nggak merasa pasti, mana yang betul dan mana yang salah. Kita lihat sajalah bagaimana nanti akhirnya …
Bu Ria,
Yang di KasKus itu bukan ajang cari uang, malah mereka memberikan uang bagi siapa saja yang bisa membuktikan bisa BFR (Bilnd Folded Reading) / Membaca dengan mata tertutup.
Hadiahnya juga disediakan oleh pihak yang berbeda.
Jadi ada beberapa Kaskuser itu menyumbang untuk hadiahnya.
Peserta tidak dipungut biaya apapun, jadi penyelenggara 100% tidak mendapat untung materil dari sayembara ini.
Sekali lagi, ini lebih merupakan tantangan bagi yang mengklaim bisa BFR.
Salam,
Tony
bahwa di dunia ini tidak ada yang terbukti bisa melihat dengan mata tertutup
tentu kita sangat sering mendengar ada seseorang yang mampu melakukan sesuatu dengan mata tertutup seperti membaca, bersepeda, dll. Tidak hanya itu, jika kita melongok ke website2 perguruan tenaga dalam bahkan website rekor muri (http://www.muri.org) dan melakukan search ‘rekor mata tertutup’ anda akan menemukan setidaknya 5 rekor yang dilakukan dengan mata tertutup. Namun sadarkan anda bahwa tidak ada satu rekorpun di guiness world of record ataupun ripleys yang menunjukkan seseorang mampu membaca dengan mata tertutup? Tahukah bahawa jref selama lebih dari 10 tahun menawarkan 1 juta dollar bagi siapun yang bisa membuktikan mampu melakukannya dan tidak ada yang bisa mendapatkannya termasuk merpati putih dan puluhan institusi lain? Tahukah bahwa eso tv dan institusi2 lain masih menawakan 10rb usd kepada siapapun yang mampu melakukan hal ini? Tidakkah janggal apabila diantara ribuan orang di indonesia yang tertangkap kamera mampu malakukanh menggambar/bersepeda/naik motor dengan mata tertutup tidak ada yang mau mengambil hadiah hadiah bergengsi tersebut? Atau karena sebenarnya mereka tidak bisa?
Kenyataannya, pertunjukan dengan mata tertutup di indonesia selalu berupa pertunjukan. Bukan pengujian! Bagi anda yang terlanjur mengikutkan anak anda ke pelatihan pelatihan tersebut dan mengaku mampu melakukan sesuatu dengan mata tertutup, harap cermatilah. Luangkan waktu sejenak untuk benar benar melakukan pengetesan sempurna akan kemampuan anak anda dalam melakukan sesuatu dengan mata tertutup. Pastikan penutup matanya rapat dan gunakan bahan yang berbeda untuk pengujian sampai anda yakin anak anda memiliki/tidak memiliki kemampuan tersebut. Jika anak anda berbohong selama ini, nasehatilah dengan penuh kasih sayang sebelum mereka terjebak menjadi pembohong. Jika anak anda ternyata mampu, anda tidak perlu mengabarkannya pada kami (karena kami sudah mendengarnya puluhan kali) namun segera daftarkanlah anak anda ke institusi2 tersebut diatas dan anak anda tidak hanya kan berprestasi dan membanggakan anda, namun seluruh indonesia. Semoga tuhan memberkati kita.
Tidakkah bung Fuad juga kritis pada penyedia hadiah tersebut? Apakah mereka punya kredibilitas cukup untuk dipercaya hadiahnya memang benar-benar ada? Klaim
JREF akan hadiah 1 juta dollar apakah benar nyata. Jangan-jangan kalau memang benar ada yang dapat membaca dengan mata ditutup, tidak benar-benar dipanggil. Atau kalau didatangi yang berkemampuan tersebut mereka akan berdalih tak punya waktu. Buktinya, ada orang yang mampu membengkokkan sendok tanpa menyentuh dan sudah berkali-kali ditayangkan TV nasional AS, tapi JREF tidak pernah mengakui dan tidak pernah mau mengujinya. Hanya melakukan perang kata-kata.
ESO TV itu darimana? Kalau memang terkenal ada di negara mana. Jika di internet dikatakan terkenal, maaf saya kok baru dengar. Kalau yang menawarkan hadiah adalah NBC atau CBS tentu dengan senang hati akan datang membuktikan.
Bung Fuad, berimbanglah.
selama bangsa kita tidak mau berpikir panjang, hal2 yang bersifat pseudo-science akan terus berkembang subur di indonesia tercinta……
welcome to indonesia…..:)
assalam alaikum, jumpa lagi bu Tuti
dan salam kenal semua
wahh, rame sekali, sampe capek bacanya ๐
kalo saya seh, tidak terlalu mempermasalahkan esensi “kekuatan otak tengah” , yang penting generasi mendatang haruslah manusia2 berakhlaq mulia dan berbudi luhur…
dan saya pikir aneh juga jika ahlaq mulia dan budi luhur bisa dibikin instant kaya metode otak tengah’ hehe.
banyak yang saya kira janggal dalam metode ini. misal yang menjadi subjek hanya anak, saya rasa fisiologis otak manusia sangatlah dinamis berapapun umurnya. contohnya penemu2 baru “kelihatan pinter” pada umur 40 tahunan ๐
maraknya buku2 yang menurut saya meramaikan pasar “fenomena shortcut”…seperti the secret dll saya menilainya wajar. karena manusia memang selalu pengin mudah dan cepat’ [continue to: xx]
dan kalau saya boleh berpendapat, seharusnya sebelum keajaiban itu dibukukan(dicacat) pastilah fenomena itu telah ada pada/dari si penemu….contoh thomas alfa edisson, newton, bill gates, bahkan mark zuckenberg, hehe. sangat ilmiah dan sistematis. maka kita lihat saja apakah yang bisa dilakukan para “yang otak tengah nya telah terakifkan” untuk memperbaiki bangsa ini…– pragmatis mode on, biarin. sudah capek lihat negara yang lucu–
[xx]
padahal sunnatullah sebagai “aturan universal” tidak mengajarkan begitu….hehehe
yang diajarkan adalah ketekunan dan kesabaran….dan kesabaran itu tentu saja adalah mental positif itu sendiri
* maka mintalah pertolongan dengan doa(sholat) dan sabar….(cuplikan Q.S yg lebih saya percaya) ๐
oh iya Bu sedikit tambahan comment’
mengenai comment yang ada “daun sirih” nya…bukan saya tidak percaya…bahkan sangat percaya, karena ada Jin di alam Gaib, dan Jin itu mempunyai ilmu juga ๐
–masalahnya saya gak percaya pada JIN nya :D–
jadi menurut saya ini bukan “out of logic”,.sama seperti orang kesurupan. hehe
Hmmm…aku pernah dengar sih tentang otak tengah. Seingatku fungsinya berhubungan dg pergerakan/refleks mata. Aku juga pernah dengar ttg penyeimbangan antara fungsi otak kiri dan otak kanan akan sangat membantu dalam proses belajar anak2. Terutama dalam membuat belajar mjdi lebih menyenangkan. Tp aku baru dengar bahwa proses penyeimbangan antara otak kiri dan kanan dibantu dengan adanya otak tengah. Cukup menarik, tapi perlu kajian y lebih dalam lagi ^_^
Tuti :
Ya, saya juga pernah membaca bahwa otak tengah berhubungan dengan refleks mata. Sebagian literatur juga mengatakan, bahwa otak tengah itu menghubungkan otak depan dan otak belakang, bukan otak kiri dan otak kanan. Memang masalah otak tengah ini masih menjadi kontroversi, dan perlu kajian yang lebih mendalam.
salam,
Hhmm..menarik sekali artikelnya meski sy masih bertanya..apakah putri kdua sy akan memdapatkan keseimbangan otaknya krm jujur..anak sy diagnosis cp
sia berumur 3th
dan yg sy herankan..dgn keterbatasan penglihatan dia..dia seakam2 tau siapa yg berbicara suka atau yg tdk dia suka ataupun apa yg sy pegang skr (hp)
Kerusakan otaknya tepat di sblh kiri
tetapi yg sy herankan selalu saja diberi ke optimisan..tenang bu..kerusakan otak kiri bkn kiamat untuk anak ibu..pelihara dan latih otak kanan dan corpus collasum nya…
hhmm….
tp anak sy cp
so…how can???