Sekali-sekali TV menyajikan tayangan nggak mutu ah … (hiyyaah, memangnya selama ini bermutu? hahah … 😉 ).
Ini tentang guling. Bukan kambing guling atau sapi guling, meskipun Hari Raya Idul Adha tinggal beberapa hari lagi. Lagipula, tidak pernah ada hewan kurban yang sempat berguling-guling di atas bara api dalam kondisi utuh, karena semua harus dibagi rata sampai ke tulang-tulangnya. Ini juga bukan soal tukar guling tanah milik sekolah yang letaknya strategis di pusat kota dengan tanah kosong di pinggir kota. Ini tentang guling yang bersaudara dengan bantal …
Alkisah, tersebutlah Aling, sebuah guling milik seorang pangeran muda nun di Negeri Antah Berantah. Pangeran muda ini sudah sangat ingin beristri, tetapi ia belum juga menemukan gadis yang benar-benar ‘klik’ di hatinya. Padahal tak kurang-kurang gadis dari berbagai negeri, Negeri Atas Angin, Negeri Bawah Samudera, Negeri Awan Berarak, sampai Negeri Bintang Berkerlip, yang antri ingin dipersunting olehnya. Karena kesepian, Sang Pangeran Muda lalu menjadikan gulingnya sebagai teman bercanda menjelang tidur. Guling itu diberinya nama Aling. Semula akan diberi nama Agul, tapi karena kedengaran seperti nama laki-laki, ia merasa kurang asyik tidur berteman guling laki-laki. Nanti dikira jeruk makan jeruk … hihihi 😀
Aling, yang matanya dari kancing dan bibirnya dari potongan cabe …
Foto di atas bukan Aling yang asli, karena Aling asli sedang jerawatan, sehingga malu difoto. Aling pada foto di atas diperankan oleh stuntgirl. Ia berjilbab merah bukan karena meniru tukang sapu TV, tapi karena aslinya dia gundul, sementara rambut palsunya sedang dipinjam Gayus Tambun’te’nan untuk nonton pertandingan tenis di Hotel Westin, Bali. Kan jelek kalau kepalanya kelihatan gundul, nanti dikira habis ketangkep nyolong jagung dan dikeroyok massa, jadi paling gampang ditutup saja pakai jilbab …
Karena prihatin melihat tuannya belum juga menemukan gadis yang cocok, Aling berinisiatif mencarikan jodoh bagi Sang Pangeran Muda. Ia membuatkan akun di Face Book, juga membuatkan blog di WordPress bagi Sang Pangeran. Aling memajang foto-foto paling keren tuannya, yang sudah dipermak mati-matian dengan photoshop, ditempeli kacamata hitam biar gaya. Aling juga mengaplod status di FB tuannya, menulis posting-posting motivasi yang lucu di blog Sang Pangeran Muda. Usaha Aling tak sia-sia. Penggemar Sang Pangeran Muda bertambah banyak. Telepon dan sms beruntun masuk ke ponselnya, kalimat bernada sayang mewarnai komen di FB maupun blognya.
Aling rajin menulis status FB dan posting tulisan di blog Sang Pangeran Muda
Tapi Sang Pangeran Muda bergeming. Hatinya belum lumer juga. Memang ia pernah digelari Ice Man oleh teman-temannya. Es di Kutub, yang susah mencair, bukan es krim yang sekedar ditaruh di meja pun (tanpa ada yang menyentuh atau merayu) akan lumer dengan sendirinya. Kebaikan dan kesabaran Aling bahkan akhirnya membuat Sang Pangeran Muda jatuh hati pada guling itu. Para Dewi Persik dan Dewa Bujana yang bertahta di Kahyangan kalang kabut dibuatnya. Akhirnya, demi menjaga kelestarian alam semesta, para Dewa dan Dewi di Kahyangan sepakat untuk mengubah Aling menjadi sebuah bantal jok kursi yang jelek dan kumal di sebuah bengkel becak ….
…..
Guling adalah pasangan bantal, yang merupakan pelengkap kasur atau matras. Di negara-negara barat, guling digunakan untuk menyangga kepala atau punggung. Di negara-negara Asia Tenggara, seperti Vietnam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, guling didesain untuk dipeluk ketika seseorang tidur. Di Vietnam, guling disebut ‘goi om’. Di Jepang guling dinamakan ‘dakimakura’. Di Filipina, orang menyebutnya ‘tandayan’. Orang China menamakannya ‘bao zhen’ , dan orang Canton mengenalnya sebagai ‘lam chum’. Orang Malaysia menamakan dengan ‘bantal peluk’. Kita, sebagaimana judul di atas, menyebutnya ‘guling’.
Guling yang menunggu untuk dipeluk …
Guling biasanya dibuat dari kain yang diisi kapuk, busa, dacron, atau bulu angsa (yang ini mahaaal … ). Tapi pada zaman dulu, guling di Korea dibuat dari anyaman bambu, disebut Jukbuin, Chikufujin, atau Zhufuren. Apa enaknya memeluk guling dari anyaman bambu? Entahlah, saya juga belum pernah …. 😉 . Anyaman bambu dipilih, karena guling jenis ini bisa melewatkan udara sehingga terasa sejuk, cocok untuk negara tropis yang panas dan lembab.
Guling dikenal juga dengan nama ‘Dutch wife’. Istilah ini dipakai, karena konon menurut sejarahnya, dulu guling dibawakan oleh para istri Belanda untuk suami mereka yang pergi dalam waktu lama ke negara-negara jajahan. Supaya suami mereka tidak kesepian, para istri membawakan guling sebagai teman tidur. Bahwa kemudian guling kapuk itu digantikan oleh ‘guling’ yang lain, mau bilang apa …
Guling bambu dari Korea (foto : Wikipedia)
Dakimakura di Jepang berasal dari kata ‘daki’ yang berarti ‘memeluk’ dan ‘makura’ yang berarti ‘bantal’. Bentuknya pipih, seperti bantal dengan ukuran lebih lebar, dan pada umumnya bergambar ehm … wanita cantik. Itulah sebabnya dakimakura disebut juga ‘bantal cinta’ (lhaah … untuk wanita gimana dong? mosok pake bantal gambar wanita juga? protes, protes, protes … !) *gebuk-gebuk lantai*
Dakimakura, bantal cinta pria … 😦 (foto : Wikipedia)
Karena empuk dan lembut, guling (dan bantal) asyik juga dipakai sebagai alat ‘perang’ . Tapi meskipun empuk dan tidak membahayakan, kalau kita berdiri di atas kasur yang mentul-mentul sehingga posisi berdiri kita tidak kokoh, pukulan guling bisa juga membuat kita terjengkang (tentunya sambil tertawa-tawa …). Dan kalau guling atau bantalnya jebol, lalu kapuknya berhamburan memenuhi kamar, nah … itu seru bangeeet! 😀
Di Italia dan Jerman, ‘perang bantal’ bahkan diadakan secara massal (hiyah … kurang kerjaan ‘kali ya 😮 ). Meskipun sekarang kebanyakan guling dan bantal sudah diisi dengan bahan sintetis yang tidak mudah robek dan terburai, untuk acara perang bantal ini tetap dipakai bantal dengan isi bulu yang mudah robek. Tujuannya ya itu … supaya lebih seru kalau kalau pada akhir peperangan medan laga dipenuhi dengan bulu yang madul-madul …
Perang bantal di Bologna, Italia (foto : Wikipedia)
Adu jotos dengan bantal di Berlin (foto : Wikipedia)
Saya sendiri pada waktu kanak-kanak tidak punya guling. Entah kenapa keluarga kami dulu tidak punya guling. Mungkin karena ekonomi keluarga yang serba pas-pasan, sehingga dianggap guling adalah kemewahan. Guling saya, yang saya peluk ketika tidur, adalah lengan ibu saya. Saya akan terbangun kalau ibu menarik lengannya. Kalau sekarang saya kenang kembali … hiks, jadi terharu. Pasti ibu dulu menahan pegal setiap kali tidur, karena tidak bisa memindahkan lengannya … 😥
Setelah beranjak remaja dan punya penghasilan sendiri (dari honor menulis cerpen di majalah … 🙂 ) saya baru bisa membeli guling. Duh …. seneng banget rasanya bisa tidur sambil memeluk guling. Apalagi sambil membayangkan guling itu adalah Tom Cruise … hihi. Sekarang, alhamdulillah, saya bisa membeli guling sebanyak yang saya mau. Bahkan guling-guling lucu berbentuk kepala kucing yang sebenarnya tak pantas lagi menghuni tempat tidur saya … 😀
Guling kucing …. miaow … miaooow …
Bagaimana dengan Anda? Suka tidur memeluk guling jugakah? 🙂
(Sumber : Wikipedia)
…..
Aling? Aliiing ….. oh …..
Kamu jadi jok kursi di bengkel becak? Hiks … hiks … 😥
Teganya para dewa dan dewi di Kahyangan …
….
*bukak Googlemaps, nyari lokasi bengkel becak*
….
Tuti :
Becaknya lagi dipake bawa kubis ke pasar Ta … 😀
..
Uber kepasar, cari abang becaknya..
..
Tuti :
Memangnya tahu, pasar yang mana?
Ehem..ehem..
Tuti :
*kasih permen pelega tenggorokan*
..
Hatrick ah..
..
Tuti :
Haiyaah … 😮
Pengin photonya tampil berderet aja toh? Hayo ngaku!
Pantes kog Bu.. kucing2 gulingnya di tempat tidur Ibu..
Saya lebih bisa tidur kalo ada guling, ketimbang ada bantal.. hehe.. saya pecinta guling..
Dan perang guling.. wah.. seru banget tuh waktu kecil 😀
Tuti :
Hihi … Clara, itu guling untu anak-anak, karena ukurannya kecil. Aku beli cuma karena suka ada kucingnya aja … 🙂
Memang guling itu luwes ya, kalau terpaksa dipakai buat bantal kepala juga bisa. Tapi kalau ukuran tempat tidurnya kecil, guling jadi bikin sesak 😀
Wah… ini dia para penghuni caty’s house… kayaknya makin lama makin buanyaaak… 🙂
Bu, aku lebih demen tidur dengan guling bahkan waktu kecil tidur tanpa bantal, hanya ditemani guling.
Kalo sekarang pake bantal khusus (pinjaman dari teman, bentuknya bantal biasa tapi isinya kulit kacang yg dikeringkan) karena sering salah bantal alias urat leher kaku…hehehe. Semenjak pake bantal kulit kacang syukurlah tak pernah salah bantal lagi 🙂
Ternyata Ping anakku mirip dengan Ibu Tuti, kalo tidur selalu meluk lengan kiriku… Tenang aja bu, Gak terasa pegal, karena udah terbiasa. Bahkan kalo lenganku tidak dipeluk Ping, aku dengan sendirinya akan meletakkan lenganku di badan Ping. see?… jangan sedih lagi ya, Ibu pasti senang lengannya dipeluk dengan hangat oleh Tuti kecil…
Tuti :
Iya Hen, kan pada berkembang biak 🙂
Bantal kulit kacang? Wah, baru dengar sekarang, ada bantal yang isinya kulit kacang. Bukannya kulit kacang itu keras ya Hen? Aku pernah lihat bantal kesehatan dari bahan dacron, bentuk permukaannya bergelombang mengikuti bentuk leher dan kepala kita. Sehingga kalau pake bantal itu, posisi kepala dan leher selalu pas.
Begitu ya Hen? Iya deh, semoga ibuku dulu tidak pegal tangannya karena kupeluk terus waktu tidur. Hei … jadi pengin lihat foto Ping waktu bobo’ dengan meluk lengan Henny 🙂
Bu Tuti, bukan kulit kacang tanah lho… tapi (kayaknya) kulit ari kacang ijo yang udah kering-kerontang, warnyanya item.
Karena tau itu bantal pinjaman, Ping sempat heran dan malem sblm tidur nanya; Ma, kok tidur pake bantal yang ini terus… Iya, supaya gak sakit leher… Ma, ini bantal Tante Nova ‘kan… Iya, Mama pinjem… Sekarang Mama masih sakit leher ya?… Udah gak pernah lagi…. Ma, kok bantalnya gak dibalikin sih?…. *naaa lhooo*
Tuti :
Owgh … kupikir kulit keras kacang tanah 😮
Salut sama Ping, yang nggak mau nilep barang pinjaman. Harus ditiru mamanya tuh … 😀
wah hebat Henny tidka pegal lengannya ditiduri Ping. Kalau aku pasti semutan, jadi kalau Kai sudah lelap pasti aku tarik. Untung kedua anakku itu kalau sudah tidur sulit terjaga. hehehe
Kalau aku sih guling tidak mutlak ada. Kalau ada dan lagi pengen meluk, ya meluk guling. Kalau tidak ada juga tidak cari. Dakimakura itu sebetul kebudayaan baru, dulu tidak ada kebiasaan dakimakura begitu. Aku ingat waktu aku pertama datang ke sini 18 th lalu, tidak ada yang jual guling, harus pergi ke toko khusus atau buat sendiri.
Anak-anakku ngga ada yang dibiasakan pakai guling, tapi mereka suka berguling-guling di atas kasur sampai…bruk jatuh ke lantai. Untung lantainya tatami hahaha
EM
Tuti :
Iya Mbak, menurut Wikipedia yang saya rujuk, dakimakura baru muncul pada tahun 1990an. Kalau lihat gambarnya, itu juga kan model gambar tahun 90-an.
Bagi saya, yang menarik sebenarnya justru bantal gaya Jepang, yang cuma menyangga tengkuk saja agar dandanan rambut tidak rusak. Ohya, jaman dulu kalau saya tidak salah, wanita Jepang dengan busana tradisional (kimono)nya biasa menggendong sebuah bantal kecil di punggung. Untuk apakah bantal kecil itu?
Saya juga tidak terlalu tergantung pada guling, mungkin karena sejak kecil tidak diperkenalkan dengan guling. Saya lebih ‘mencari’ bantal kursi, buat ganjel punggung atau buat dipangku 😀
Btw, tatami itu cukup empuk ya Mbak? Kelihatannya tipis … 🙂
Mbak Em, kayaknya si Kai juga suka meluk lengan Mama ya? takut malem-malem Mamanya ngilang ‘kali… 🙂
Pegal atau kesemutan sih gak… dan lagi kalo udah pules, udah gak sadar kalo kita selipkan dengan guling hehehe… oya, jadi inget juga dulu masa-masa kami kecil… jumlah bantal-gulingnya cuma sedikit gak sebanding dengan penghuni rumah, supaya gak bertengkar gara-gara rebutan bantal-guling, kita tungguin sampe adik tertidur pulas selanjutnya hahahaha… tinggal panen aja.
Tuti :
Panen bantal guling? Hahaha … 😀
wahaha.. bundaaaa asik juga loh cerita gulingnya. apalagi dengan kehadiran Aling yang lucu dan menggemaskan. Aliiiing.. pinjem dong sony vaio-nya untuk blogwalking.. 😆
saya suka banget pake guling bun, malah mending ga pake bantal daripada ga ada guling, hihi.. apalagi sedang perut gede, guling perlu bgt dipake untuk ganjel di kaki di punggung pokonya yang bisa menyamankan posisi tidur yang mulai membingungkan itu.. 🙂 hehe..
eniwei, kangen dg cerita2 dari caty’s house, penghuninya makin banyak dan lucu-lucu euy… *culik guling kucingnya*.. 😀
Tuti :
Hihihi … Sony Vaionya cuma dipelototin aja lho sama Aling, soalnya dia nggak punya tangan buat mencet-mencet kibod 😀
Kalo ‘guling hidup’nya gimana Yun, mau nggak dipake buat ngganjel-ngganjel? Malah nggelitikin pasti ya 😀 . Semoga si adik yang makin besar nggak ngrepotin mamanya ya. Ntar kalau udah lahir, baru deh silahkan direpotin … 😀
Penghuni Caty’s emang makin banyak, soalnya jadi tempat pengungsian … 🙂 Hah, Yuyun mau culik guling kucingnya? *umpetin buru-buru*
Guling pas tidur, bagi tetik hampir gak mutlak selalu ada….
kalo ada ya dimanfaatin …
tapi kalo gak ada juga bisa tidur ngedengkur… >_<
Tetik kalo tidur asal ngletak aja sih langsung hilaang kenegri kayangan …:)
Salam Bunda TV
Tuti :
Baguslah kalau nggak tergantung guling. Apalagi nggak tergantung bantal dan kasur … wah, enak betul. Ibaratnya, tidur di gentengpun bablaass … 😀
salam juga, Tetik …
huahaha lucu banget sih cerita (dan juga foto) si aling… ada2 aja nih bu tuti… 😛
kalo saya, saya punya guling favorit nih. dibawa dari sby pas pindah ke jkt th 1990 lalu. dan tentunya guling itu juga saya bawa pas pindah kemari dong… 😀
gak afdol rasanya kalo tidur gak pake guling. hehehe.
walaupun saya bisa sih tidur gak pake guling (kalo di hotel kan gak ada guling), tapi tetep kangen dah ama guling di rumah…. 😀
Tuti :
Ya olooh … tampang
seremkeren gitu ternyata demen guling juga ya Man? 😀 Bawa guling dari Jakarta ke Amerika??!! *asli melongo* Mang guling spesial Arman kayak apa sih? Jangan-jangan punya kaki dan tangan ya … hihihi …Ohya, Esther nggak cemburu sama si guling kan? 😀 😀
Tebak-tebakan : kenapa di hotel nggak ada guling?
haha guling saya spesial soalnya. pas banget buat didekep. 😛 sekarang malah jadi suka dipake ama andrew. dia gak mau pake guling yang lain, cuma mau pake guling yang itu. untungnya dia kalo udah pules biasa gulingnya dilepas, jadi bisa saya ambil lagi. huahahaha…
iya gak tau juga ya bu, kenapa di hotel2 gak disediain guling… ada yang tau kah apa penyebabnya??
Tuti :
Bukannya semua guling sama ukurannya?
Wahaha …. daddy and son gantian ndekep guling yang sama. Beruntung banget tuh guling. Mamanya Andrew pasti ngiri dah …. 😀
Mungkin guling dianggap bukan perlengkapan standar tempat tidur ya, sehingga nggak disediain di hotel? Kenapa juga sprei hotel selalu putih, hayo? 🙂
gak lah bu, guling bisa beda2 ukurannya. yang saya punya itu gulingnya rada kurus. sementara guling2 kita yang lain pada gemuk2. hehehe.
si esther mah udah terbiasa lah… dari sejak pacaran udah tau kok kalo saya punya guling favorit. hahahaha.
lha si ibu kok malah tebak2an mulu… 😛
btw kalo dibilang guling itu bukan perlengkapan standard, ya kalo di amerika emang iya. tapi kalo di indonesia kan standard tuh. harusnya kalo hotel2 indo nyediain guling ya…. 😛
nah kalo kenapa sprei hotel warna putih ya… mungkin biar keliatan kali ya bu kalo udah lama spreinya gak pernah diganti. hahahaha
Tuti :
Guling yang gemuk-gemuk itu karena males olah raga … hahaha 😀
Tentang kenapa hotel nggak nyediain guling, mungkin karena pertimbangan estetis saja. Kalau ada guling, kan pemasangan bedcovernya jadi gak bisa rapi. ‘Kali aja lho … 😀
Sprei warna putih, supaya nggak ada risiko luntur ‘kali … hihihi 😀
hi hi hi..gulingnya Lutju lutju bundaaa..
yaaa ampyuunn. ada adah ajah dipakein jilbab getooh 😀
perang guling pernah ama ponakan Lumayanlah kapuknya berantakan abis itu dimarahin *nyengir
guling mah sahabat baik aku, selalu setia menemani saat berlayar ke pulau kapuk, kiri kanan tuch guling 😀
Tuti :
Kan si Aling malu kalo keliatan gundul, jadi pake jilbab aja dah … Jilbabnya dapet pinjeman pulak 😀
Nyengirnya sambil ngumpulin kapuk yang berantakan ya? Awas loh sesak napas … 🙂
Wien sahabatan sama guling ya? Suka sms-an juga? Kasih dong nomer hape guling Wiend …
hemm..jangan jangan jilbab aku yang dipinjem 😛
hi hi.i.yah harus beresin kapuknya yang berantakan ituh 😀
Aling dijodohin ajah bund, tapi ama gulingnya sapah yaa
ntar disemees langsung dari nomer hp gulingnya wien ke bunda tuti ato ke aling 🙂
Tuti :
Cek di lemari, itung lagi jilbab Wien, jangan-jangan ada yang lenyap … 😮
Gimana kalo Aling dijodohin sama gulingnya Wien aja? Guling Wien cowok kan? Kita jadinya besanan … 😀
pengen meluk guling yg pake kerudung kayak mbak cantik ituh..
Tuti :
Gulingnya gak punya gigi loh Bundo … 🙂
Pasti seneng banget dipeluk Bundo 🙂
Komplit banget ulasan tentang gulingnya. Sayangnya saya gak terbiasa tidur pakai guling.
hehehehe
Tuti :
Gak papa Mas, yang penting tidurnya merem to? 😀
Wah cantik2 nya gulingnya
Apalagi cerita ttg. Guling
Saya ngga biasa pakai guling, karena saya pecinta bantal
Jadi nyesel knapa yah dulu ngga mencintai guling
Ah mbak Tut seh critanya ga dulu2
Coba………..
Tuti :
Lho, cinta gulingnya dimulai sekarang kan masih ada kesempatan Mbak Wied. Tapi bakal ada yang protes ya, soalnya jatah dipeluknya jadi berkurang … hihihi …. 😀
Ternyata oh ternyata. Guling adalah cinta pertama bu Tuti. Sudah cinta pertama, cinta mati pulak, alamak romantisnya.
BTW, bisa minta gulingnya satu bu. Di sini tempat kos2an saya butuh guling karena “Eko’s wife” tidak ada. Pliiiss (sambil mata dibuat selalu berkedip sendu dan wajah distel memelas) .
Tuti :
Pak Eko, dosen galak bin judes yang bikin gemeter semua mahasiswa itu, minta guling untuk dipeluk? Hihihi … gak cocok Pak! Panjenengan kayaknya lebih cocok dikasih sansak 😀
..
Wakakaka..
Kok sansak..?
Emang pak Eko suka mukul.. 🙄
..
Tuti :
Waduh … kalau itu aku nggak tahu *gemeter lirik Pak Eko, siap kabur*
Tapi kalau lihat penampilannya sih, pantas jadi pelatihnya Chris John 😀
Wah, ini perlu diluruskan. Saya ndak pernah mukul mahasiswa. Kalau marahin sih sering. Nek mukul ya waktu gelut dengan orang yang bikin gara-gara. Itupun waktu duluuuuu sekali, sik cilik. Sekarang sudah sabar kok. Kayaknya sih. He he he
Tuti :
Syukurlah kalau sudah sadar … eh, sabar … 🙂
Tapi, saya suka lelaki yang berani gelut, tentunya untuk membela harga diri, bukan untuk bikin gara-gara … 😀
*kalau mau gelut lagi kasih tahu saya ya Pak, saya mau nonton … (sambil nyiapin perban, gips dan kruk) … hehehe 😀 *
hihi … ada-ada aja ceritanya … salam kenal ya bunda..
Tuti :
Salam kenal juga, Maya 🙂
Bu,
saya kok malah takut tho kalau guling dihias kayak gitu hiiiii… serem 🙂
Tuti :
Iyaa … nanti kalau tiba-tiba matanya merem melek, atau bibirnya komat-kamit, hiiiy …… *pingsan*
Itu gulingnya didandani cuma dalam rangka dipoto aja kok Don, sehari-hari ya enggaklah … 🙂
alo bu, salam kenal 🙂
btw tukeran link yuk 😀
ditunggu kabar baiknya ya 🙂
Tuti :
Tukeran link?
Kirain tukeran guling … 😀
Oke, terimakasih Widhie 🙂
Hahaha bunda ada-ada aja deh. Prolognya kayaknya menceritakan seseorang ya bun, apal banget ma kacamata hitamnya 😀
Anis waktu kecil malah kayak kecanduan sama guling. Gak bisa tidur tanpa guling. Sewaktu kuliah, pertama kali kost, juga sempat susah tidur karena gak ada guling di kosan 😀
Tapi sekarang dah gak separah itu sih. Kalaupun pake guling ya cuma buat tumpangan kaki, gak dipeluk kayak pas kecil, hehehe. Tanpa gulingpun oke-oke aja.
Oya bun, dulu Anis pernah dapat cerita dari teman yang ikut mini seminar kesehatan reproduksi. Salah satu yang disampaikan adalah bahwa adiksi ke guling itu kurang baik juga untuk kesehatan reproduksi. Tapi temen Anis sendiri kurang bisa njelasin lebih detil dan waktu itu kami baru SMP, jadilah pendalamannya Anis juga kurang paham. Bunda pernah dengar jugakah?
ps: boneka kucingnya luccuuuuuuu 😀
Tuti :
Menceritakan siapa ya 🙄
Kecanduan guling? Wah … baru dengar sekali ini. Biasanya mah orang kecanduan rokok, minuman keras, narkoba … 😀
Guling kapuk mungkin memang sudah nggak perlu lagi, Anis. Tapi nanti akan perlu gulingyang lain … 🙂
Kaitan guling dengan kesehatan reproduksi? Aku kok belum pernah denger ya …. 😮
Aku nggak punya kucing hidup, tapi mengoleksi boneka dan patung kucing. Anis mau lihat koleksiku? 😀
Haiyaaa …
postingan khas ibu Tuti …
Siapa bilang ini postingan cemen …
ini postingan yang sangat komprehensip bu …
meskipun topiknya kelihatan simple
And Yes Indeed …
Saya …
jika “selesai” dengan “guling” yang satu itu …
saya akan memeluk guling yang lain …
hahahah …
salam saya …
Tuti :
Om …. kata-kata yang ada dalam tanda petik itu …. aduh, bikin deg-degaaaan ….
Banyak anak kecil Om! Hihihi … 😀
hahahaha….. toss dulu ah sama Om Nh…
saya juga sama… hahaha… 😀
Tuti :
Haduh … Uda 😮
Sama juga ternyata dengan si Om … 😀
Ahaha…
Asli gokil banget yang aling megang laptop :))
luar binasa kreatifnya… 😀
–dakimura beli dimana ya?? 😆 —
Tuti :
Luar binasa … pingsan dong?
Dakimakura pasti bisa dibeli di Jepang … 😀
Saya nggak bisa tidur tanpa memeluk guling…jika nggak ada guling, lebih baik tanpa bantal, tapi bantalnya dijadikan guling.
Kalau liburan, rasanya enak banget baca buku sambil memeluk guling, rasanya dunia berhenti berputar…apalagi jika diiringi suara musik yang sayup-sayup…duhh nikmatnya….
Aku serem mbak lihat guling yang punya mata dan berjilbab merah..ntar tahu-tahu bisa bangun sendiri bagaimana…? Kan bisa puntang-panting….
Tuti :
Iya, pantes lah kalau Mbak Enny pecinta guling, lha wong berjauhan sama suami … 🙂
Hehe … Mbak Enny ternyata sama dengan DV, takut melihat guling yang didandani. Asosiasinya sama, bagaimana kalau guling itu hidup. Kalau melihat patung atau boneka gimana Mbak, takut juga? 🙂
Bu Tuti, saya lihat film silat dengan setting masa lalu. Mereka kalau tidur pakai bantal kotak warna agak hitam dan kecil. Saya pikir pelit amat pakai bantal kok cumak kecil. Setelah saya iseng gugling, ternyata oh ternyata, bantal jaman kuno itu bukannya empuk tapi dari batu. Apakah ada batu yang empuk? Pantas saja orang dulu sakti-sakti. Lha kalau tidur bantalnya batu. Tapi ada tapinya, mereka gentar dengan guling. Untuk sakti cukup bantal batu. Pakai guling batu? Itu artinya cari penyakit. Kalau ngglundung bisa nggak bangun sak terusnya. 🙂
Tuti :
Lebih sakti orang India lho Pak, lha kasurnya dari papan yang ditancepin paku … 😮
Mungkin perlu dicoba pake bantal batu Pak, biar sekolahnya cepat kelar … 😀
Aduuh…yg msk klas ga bermutu aja kaya’ gini…kebayang deh gimana yg masuk klas bermutu… ;P Terimakasih…membaca kisah Aling, lungkrah lesu yg ada tak lagi tersisa lho…
Tuti :
Hahaha … sekali-sekala nulis yang celelekan, Mechta. Biar nggak serius terus, takut pembaca TV jadi tegang dan stress … 🙂
waaaah…… gulingnya lucuuu…banget yg dipakain jilbab 😀
ulasan ttg guling yg sangat lengkap 🙂
khas tulisan Mbak Tuti……………..
salam
Tuti :
Syukurlah kalau Bunda menganggap guling berjilbab itu lucu, soalnya ada juga lho yang menganggapnya menyeramkan … 😀
Terimakasih Bunda, salam saya juga 🙂