Jika pergi ke suatu kota, di mana Anda lebih suka tinggal? Di hotel, atau di rumah saudara/teman?
Bagi saya ini pilihan yang relatif, artinya ‘tergantung pada’ : tergantung pada kedekatan hubungan saya dengan saudara/teman yang diinapi, dan pada tujuan kepergian saya ke kota tersebut. Tetapi pada umumnya, pilihan pertama saya adalah tinggal di hotel. Mungkin saya sudah terpapar virus ‘orang kota’ yang menginginkan privacy. Tinggal di hotel jelas memberikan privacy yang lebih leluasa dari pada menginap di rumah orang. Fasilitas pun — pada umumnya — lebih baik. Minimal ada room service 24 jam (bayangkan kalau kita menginap di rumah orang, dan tengah malam kelaparan, masak mau gerilya di dapur atau di meja makan? ๐ ), taksi selalu tersedia, kamar dengan AC, televisi dan air panas, bahkan sekarang banyak hotel yang menyediakan internet gratis di kamar. Dan, ini yang paling penting bagi saya, kita bisa datang dan pergi semau kita, kalau capek bisa tidur sesuka kita, tanpa perlu merasa telah menjadi tamu yang tidak beradab … ๐
Menu breakfast yang lengkap di Hotel Atlet Century Jakarta termasuk yang saya sukai ๐
Di hotel Atlet Century ada larangan untuk breakfast dengan mengenakan kaos singlet, celana pendek, dan sendal. Mematikan selera makan tamu yang lain ๐ฆ
Tetapi, tinggal di rumah kerabat atau teman yang memiliki hubungan baik juga merupakan hal yang sangat menyenangkan. Merasakan suasana kehidupan sehari-hari, melihat setiap sudut dan pernik rumah seseorang, dan mengenal seluruh anggota keluarganya, adalah hal-hal positif yang tak ternilai bagi hubungan persahabatan dan persaudaraan. Untuk kehangatan hubungan seperti ini, kenyamanan fasilitas bolehlah dinomorduakan.