ORANG BAIK BERTEMU ORANG-ORANG BAIK
Saya selalu senang pergi ke Jakarta. Meskipun banyak orang bilang ‘Ibukota lebih kejam dari Ibu Tiri’, bagi saya Jakarta baik-baik saja. Meskipun televisi dan koran sering menampilkan kemacetan dan banjir di Jakarta yang membuat orang sengsara, alhamdulillah saya selalu terhindar dari kedua hal tersebut. Saya senang melewati kawasan sekitar Monas yang hijau dengan pohon-pohon rindang. Di Yogya, susah menemukan kawasan seperti itu. Saya juga senang memandangi gedung-gedung jangkung yang megah, memikirkan alangkah hebatnya para insinyur yang merancang dan membangun gedung-gedung tersebut. Meskipun saya sendiri orang Teknik Sipil, saya belum pernah membangun gedung hebat seperti itu. Maklum, kerja saya cuma uplek di kampus … 🙂
Monumen Nasional, di dalamnya terdapat museum yang menyimpan sejarah perjuangan bangsa Indonesia
Kawasan terbuka yang hijau di sekeliling Monas
Saya relatif sering ke Jakarta (dibanding ke kota-kota lain). Tahun 2010 saya 6 kali ke Jakarta, terakhir pada tanggal 29 dan 30 Desember. Salah satu acara saya di Jakarta kemarin adalah menghadiri promosi doktor kawan baik saya, Pak Eko Atmadji, di FE UI.
Selama ini saya selalu mengandalkan taksi untuk hilir mudik di Jakarta. Tapi Pak Eko memprovokasi saya untuk naik KRL ke UI, apalagi hotel saya kebetulan ada di Jakarta Pusat, dekat dengan stasiun yang disinggahi KRL. Naik KRL sungguh tak pernah terlintas dalam benak saya selama ini. Bayangan kereta yang penuh berjubel dengan penumpang sampai ke atap membuat saya belum-belum sudah mau pingsan. Tapi Pak Eko bilang ada KRL Ekspres ber-AC, dan di luar jam berangkat serta pulang kantor, penumpang biasanya tidak penuh. Hmm …. menarik juga. Saya merasa tertantang mencoba naik KRL, untuk memperkaya pengalaman hidup (hayaah …. 😀 )
Dari Hotel Gren Alia di Jl. Cikini Raya, saya naik taksi ke stasiun Gondangdia. Ternyata cukup dekat, argo taksi cuma menunjukkan angka Rp. 10.000,- . Saya naik ke lantai satu, membeli tiket KA Pakuan Ekspres seharga Rp. 11.000,-. Tidak semua KRL ekspres berhenti di UI, hanya yang berangkat jam 12.15 dan 13.15 saja. Oh ya, selain KRL Ekspres AC, ada juga KRL Ekonomi dan KRL Ekonomi AC, tentunya dengan harga tiket lebih murah. Berapa? Ehm, sebentar saya tanyakan. Jangan pergi dulu ya … 😀
Lantai atas stasiun Gondangdia, cukup luas dan bersih
Naik lagi ke peron di lantai atas, ternyata kondisinya tidak sebersih lantai di bawahnya. Beberapa kursi plastik yang tersedia tampak kusam. Dua batang pipa stainless steel besar yang disusun sejajar, dimaksudkan sebagai tempat duduk bagi penumpang yang menunggu kereta, sungguh sangat tidak nyaman diduduki. Saya berani bertaruh, pencipta bangku aneh itu pasti tidak pernah mencoba duduk di bangku ciptaannya sendiri. Kalau pernah, maka ia pasti memiliki gen keturunan algojo berdarah dingin … 😈
Sambil duduk menunggu di bangku stainless steel dengan waspada (khawatir tergelincir jatuh … 😦 ) saya membuka percakapan dengan seorang bapak yang duduk di sebelah saya, yang tadi membeli tiket bersama saya. Kami sempat eyel-eyelan (tapi dengan sopan), karena bapak tersebut mengatakan tidak ada KRL Ekspres yang berhenti di UI, sementara saya memegang tiket yang oleh si mbak penjual tiket dikatakan berhenti di UI. ‘Perseteruan’ kami akhirnya ditengahi oleh seorang mahasiswa yang duduk di sebelah si bapak, bahwa memang ada KRL Ekspres yang berhenti di UI, dan langsung ke Depok. Baru si bapak percaya, dan akhirnya turun lagi untuk menukar tiketnya dengan tiket KRL Pakuan Ekspres seperti yang sudah saya beli. Ketika kembali, ia tersenyum dan mengucapkan terimakasih karena berkat obrolan dengan saya, dia tidak salah naik kereta. Iya Pak, sama-sama, jawab saya 🙂 . Mahasiswa yang berjasa melerai adu argumentasi kami sudah naik kereta yang lain, setelah berpamitan dengan sopan santun kepada saya (coba saya punya adik perempuan, mau deh saya jodohin sama dia … haha 😀 ).
Ketika sebuah kereta datang pada jam 12.15, jadwal kereta saya, saya bergegas mendekat ke rel. Kereta cuma berhenti 1 menit, jadi saya takut tertinggal. Saya hampir saja masuk ke pintu kereta yang terbuka, ketika si bapak buru-buru menyusul saya dan memberi tahu bahwa itu bukan kereta kami. Owgh! Saya pun kembali duduk di dua batang pipa stainless yang menyiksa itu. Ternyata benar, kereta itu adalah kereta ekonomi yang penuh berjejal dengan penumpang sampai ke pintu-pintunya.
KRL ekonomi, penuh berjubel dengan penumpang
Saya mengucapkan terimakasih kepada si bapak yang telah menyelamatkan saya dari salah naik kereta. Hm … dalam waktu sekitar 10 menit, ternyata kami sudah saling tolong bak sahabat masa kecil 🙂 . Kamipun lalu ngobrol, dan ternyata bapak tersebut juga baru pertama naik KRL, karena mobilnya masuk bengkel. Kami ngobrol tanpa berkenalan. Tidak saling menanyakan nama, apalagi nomor henpon (coba dia tahu siapa saya sesungguhnya, pasti dia menyesal tidak berkenalan dengan saya … *publik melengos dengan sebal* 😀 )
Kereta Pakuan Ekspres datang beberapa menit kemudian, dan kami melompat naik. Si bapak naik duluan, dan langsung mendapatkan kursi. Saya yang naik sesudahnya, tak kebagian tempat. Melihat saya celingukan mencari kursi kosong, si bapak berdiri dan mempersilahkan saya duduk di kursinya. Ah … terimakasih Bapak Yang Budiman 🙂 . Ia sempat berdiri beberapa saat, sampai akhirnya sukses meminta dua pria tambun yang asyik ngobrol sambil duduk memenuhi kursi untuk tiga orang, menyisihkan tempat baginya. Kereta Pakuan Ekspres cukup nyaman, dengan tempat duduk yang empuk. Gerbong pertama dan gerbong terakhir adalah gerbong khusus wanita, yang dijaga oleh satpam wanita.
Interior KA Pakuan Ekspress … kinclong (foto : Wikipedia)
Ketika tiba di stasiun UI sekitar setengah jam kemudian, bapak tersebut menoleh kepada saya (jarak kami sekitar 5 meter), memastikan bahwa saya juga sudah siap turun, tidak kebablasan sampai ke Depok. Saya mengangguk dan tersenyum. Don’t worry about me, Pak 🙂
Mengikuti arahan pemandu perjalanan saya (Pak Eko), saya naik bis kampus berwarna kuning. Bis kampus yang besar ini juga berAC dan penuh dijejali mahasiswa. Saya naik paling akhir, dan tidak bisa duduk. Lagi-lagi, seorang mahasiswa berdiri dan memberikan kursinya kepada saya dengan sopan. So sweet *berbunga-bunga*. Padahal banyak mahasiswi cantik-cantik yang juga berdiri, tapi mahasiswa tersebut memberikan kursinya kepada saya. Sekejap saya sempat ge-er, tapi kejap berikutnya saya sadar, pasti mahasiswa tersebut memberikan kursinya kepada saya karena khawatir emak-emak yang sudah uzur ini bakal semaput kalau berdiri … hiks 😥 . Kan lebih gampang mengalah berdiri daripada mengangkat emak-emak yang bobotnya setara karung beras … hiks hiks … 😥
Sebenarnya saya berencana ke Fakultas Teknik dulu untuk menemui seorang pakar, tetapi mendadak beliau ada urusan penting dan tidak bisa menemui saya, sehingga saya memutuskan untuk langsung ke Fakultas Ekonomi.
Bis kuning semacam inilah yang menyediakan transportasi gratis di kawasan kampus UI
Dalam waktu sekitar satu jam, saya telah menjumpai tiga orang baik di Jakarta, yang konon lebih kejam dari ibu tiri itu. Mahasiswa di stasiun Gondangdia yang tanpa diminta telah memberi informasi kepada kami, si bapak yang menyelamatkan saya dari salah naik kereta, memberikan kursi di KRL dan mengingatkan saya untuk turun di UI, dan mahasiswa yang memberikan kursi pada saya di bis kampus. Senang sekali mengetahui bahwa masih banyak orang-orang baik di ibukota negri yang semakin gaduh dengan korupsi dan premanisasi ini.
Kampus UI benar-benar sejuk, nyaman, dan hijau segar. Ini adalah kunjungan pertama saya ke kampus seluas 320 hektar ini, dan saya langsung jatuh cinta pada suasananya. Alam yang hijau, sungguh harmonis dengan arsitektur bangunan yang didominasi dinding dengan bata merah ekspos.
Kursi-kursi semacam ini diletakkan mengelilingi air mancur, sungguh nyaman untuk duduk bertukar pikiran ataupun membaca buku
Saya makan siang di kantin FE UI, menghadap ke danau buatan yang dikelilingi oleh pepohonan hijau. Beberapa orang terlihat menebar jala di danau, apakah memang ada ikannya? Saya memesan ayam bakar ala Manchester United, salah satu menu pilihan di antara menu-menu lain dengan nama klub sepakbola yang hebat-hebat. Di meja sebelah, tiga orang mahasiswa ramai membicarakan Timnas Sepakbola yang sore itu akan berlaga melawan Malaysia di Gelora Bung Karno, memperebutkan piala AFF.
Pas saya selesai makan, seekor kucing jantan (kok saya tahu kucing itu jantan? ya iyalah, wong punya kumis … hihi 😀 ) naik ke kursi di depan saya, memandang saya dan tulang ayam di piring saya berganti-ganti. Owgh … kamu lapar ya Pus? Oke, ini untukmu. Saya ambil tulang dari piring saya dan saya lempar ke lantai. Si pus melompat turun, dan menikmati makan siangnya dengan lahap. Hmm …. mungkin anak muda penjaga stand ayam bakar itu akan keheranan melihat piring saya bersih, dan mengira saya memakan ayam bakar sampai ke tulang-tulangnya. Biar sajalah … toh bukan tulang-tulang dia yang saya makan 😀
Teman makan siang saya mengincar tulang ayam di piring saya
Selesai makan siang yang lezat, saya pergi ke mushola untuk sholat Dzuhur dan Asar dengan jamak takdim. Mushola FE UI cukup nyaman. Letaknya di sebelah kantin, masih di pinggir danau, bersih dan sangat tenang. Secara periodik, pengharum ruangan menyemprotkan wewangian, membuat udara segar memenuhi paru-paru. Lagi-lagi, saya menjumpai kucing di sini, tidur dengan nyenyaknya di sudut karpet. Hm, rupanya kampus UI adalah tempat yang ramah dan nyaman bagi kucing-kucing untuk hidup 🙂
UI (Universitas Indonesia) hanya beda satu huruf I dengan kampus saya, UII (Universitas Islam Indonesia) di Yogyakarta. Dan saya merasa nyaman di kedua kampus tersebut … 🙂
Selamat Tahun Baru 2011 …. !!
saya seumur2 cuma pernah sekali ke UI. pas lagi ikut tahap pertama olimpiade fisika. naik kereta tentunya sampe ke UI. tapi karena hari itu hari libur jadi gak ada bus nya!
yang ada kudu jalan kaki sampe fakultas MIPA. jauuuhhh banget! huahahaha….
Tuti :
Hwaaa ….. jalan kaki sampai ke MIPA? Bawa baju ganti nggak? (soalnya baju yang dipake pasti basah kuyup keringat … hihihi … 😀 ).
Btw, hasil olimpiadenya gimana? Hebat deh Arman, ikut olimpiade bergengsi …
aduhhhh kangen sama bus kuning.
Jaman awal pindah ke Depok, jumlah bus kuning masih sedikit, sehingga kami harus jalan dari pintu gerbang/stasiun. Mending daripada berdesak-desakan, krn pernah juga bus kuning menelan korban mahasiswa 😦
Saya belum pernah coba naik KRL krn stasiunnya jauh dari rumah saya. Awal-awal saya naik bus sampai Depok. Sejak kejadian saya kecopetan di bus, bapak membelikan saya Jimny deh (dan harus belajar nyetir hehehe)
Senang sekali kalau mbak Tuti nyaman di Jakarta dan UI.
Selamat Tahun Baru ya mbak.
EM
Tuti :
Kemarin saya sempat salah tempat waktu menunggu bis, jadi udah semangat melambai-lambai bisnya nggak mau berhenti … 😦 . Setelah lihat kanan kiri, ternyata bis berhenti untuk menaikkan mahasiswa kira-kira 100 meter dari tempat saya berdiri. Ketahuan deh kalo saya orang udik yang belum pernah ke UI 😀
Mbak, itu bus kuning menelan korban mahasiswanya gimana? Wah, pasti sedih dan ngeri ya …
Ngomong-ngomong, Mas Jimnynya sekarang dimana Mbak? Pasti sudah jadi om-om ya … hihi 😀
Iya Mbak, saya memang senang di Jakarta.
Selamat tahun baru juga, semoga tahun 2011 memberikan segala yang lebih baik bagi kita …
mas Jimnynya malah udah pensiun mbak. 2 th lalu ada yang mau beli utk koleksi (jimny th 87 tuh), tapi karena orang itu tinggalnya dekat rumah, masih bisa liat si opa Jimny tiap hari. Warnanya masih sama, maroon! Kangen juga sama si opa hehehe.
Tuti :
Kalau tahun 87, berarti umurnya baru 23 tahun … belum opa lah Mbak. masih Om … 😀
Kapan-kapan kalau pas pulkam, mungkin bisa pinjam Om Jimnynya dari tetangga untuk kangen-kangenan ya Mbak … hehe …
emang begitu resikonya orang cantik pergi jalan sendirian..
di mana-mana dihampirin sama orang baik
.. dan juga kucing.
😀
selamat tahun baru mbak cantik sayang..
Tuti :
Hahahaha …. Bundoooo, bisa aja 😀
Orang paling baik yang menghampiri saya adalah Bnd Bkt 😛
Tapi iya, saya seneng ketemu kucing dimana-mana … daripada ketemu macan, kan?
Selamat tahun baru juga Bundo Bening …
Aku sama sekali tidak mengenal bis kuning dan KRL karena setiap ke Jakarta selalu saja ada pengantar karena memang tidak tahu utara-selatan blass. Terakhir ke Jakarta malah dibawa ke panti pijat oleh sang sopir di bilangan kemayoran, asem. 😈
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
Tuti :
Saya tahu utara-selatan, tapi nggak tahu jalan 😀 . Yang sedikit tahu paling-paling di seputar Jakarta Pusat saja. Nah, kemarin karena ada yang memandu, dan berpegang pada peta, saya berani naik KRL dan bis. Senang juga, mencoba sesuatu yang baru … 🙂
Hahaha … mungkin sopir taksi itu ngira Mas Sugeng capek, jadi perlu dipijit 😀
salam hangat juga dari Yogya
wah kalah sama mbak Tuti, hi..hi.. Aku belum pernah naik kereta krl atau pakuan sendirian. Selamat Tahun Baru, mbak.
Tuti :
Haiyaa …. Mbak Monda belum pernah naik KRL ya? Murah, nyaman dan cepet lho, tapi harus lihat-lihat jamnya. Kalau pas jam berangkat dan pulang kantor, ya siap-siap berdiri 😉
Selamat tahun baru, semoga berlimpah rahmat dan kebahagiaan ya Mbak …
Saya mengaku kalah deh sama mbak Tuti…terakhir naik KRL saat anak-anak kecil dan pengin naik kereta, tapi cuma dari stasiun Jatinegara ke stasiun Gambir…dan di sana sang ayah sudah menjemput dengan kendaraan nya. Setelah kereta api yang pertama, akhirnya anak-anak bisa diajak naik kereta api ke Bandung…senang sekali melihat pemandangan indah sepanjang jalan, walau tidak indah sejak Cikampek-Jakarta.
Bis Kuning? Wahh saya benar-benar belum pernah naik. Pantes waktu ditelpon, mbak Tuti kok ada di FEUI, bukan di PPIE-FEUI…..rupanya baru menikmati kantin di sana. Dulu, saat si sulung masih kuliah di UI, saya suka nongkrongi….membaca sambil duduk-duduk di hutan depan Komputer UI..(Sekarang ada bangunan baru, yang nanti akan terlihat bagus, diatapnya ditanami rumput, mungkin agar menyatu dengan lingkungan sekitar). Dan kata si sulung…cewek FIB kalah cantik dengan cewek Psikologi UI….hehehe
Tuti :
Saya suka mencoba hal-hal baru Mbak, syukur-syukur ada sedikit nuansa petualangan … 🙂 . Hidup hanya sekali, harus diisi dengan hal-hal yang memperkaya pengetahuan dan pengalaman (hayah … sok deh 😛 )
Sebenarnya kemarin saya pengin naik bis yang mengelilingi kampus, tapi yang datang bis dengan tanda biru, yang langsung ke Fak Psikologi, Fisipol, FIB, dan Fak Ekonomi. Sesuai petunjuk boss, saya naik bis yang langsung ke FE. Begitu nyampe saya memang langsung mencari kantin karena sudah kelaparan … hehehe …
Kayaknya, dimana-mana cewek Fak Psikologi selalu cantik-cantik deh. Mungkin biar pasien yang konsultasi cepet sembuh … 😀
Lupa…Selamat Tahun Baru,
Semoga di tahun 2011 ini kondisi kita semua menjadi lebih baik
Sukses ya mbak..semoga cepat menyusul pak Eko (bukan orangnya lho…tapi maksudnya segera sidang terbuka….)
Tuti :
Terimakasih Mbak Enny, mohon doanya saya juga bisa segera menyelesaikan tugas berat ini 🙂
ssst ibu saya ini cewek FIB, sebelum ganti nama dari sastra hihihi. Tapi emang cewek sastra dan psi suka saingan sih 😀
Tuti :
Dan Mbak Imel sendiri juga cewek FIB Jurusan Bahasa Jepang. Haduuh …. kayaknya Mbak Ennny menarik ekor macan nih … hihihi … 😀
Itu kata si sulung lho…yang artinya, berarti ada cewek psi yang ditaksir…..hehehe
Tuti :
Hehehe … Mbak Enny tangkas juga ngeles … 😀
Akhirnya provokasi saya berhasil. He he he. Yang belum mungkin keliling fakultas teknik yang luas nian. Masih ada waktu kok bu kalau mau menengok kampus UI lagi.
Matur nuwun rawuhnya. Sungguh saya berbahagia dihadiri oleh banyak teman-teman yang baik hati. Walaupun yang rawuh tidak banyak tapi semuanya adalah sobat-sobat saya dari SMA sampai sobat kantor.
Pulangnya diantar mbak Eny ya bu. Ndak sampai kesasar kan bu? Ya mesti lah, mbak Eny kan sing mbaurekso Jakarta. 🙂
Tuti :
Iya Pak, Pak Eko memang provokator yang hebat. Terimakasih sudah dipandu dengan berbagai peta dan jadwal KRL 🙂
Betul Pak, bagi saya juga yang penting kualitas, bukan kuantitas. Kehadiran sahabat-sahabat yang baik hati pastilah hal yang sangat membahagiakan, apalagi yang datang dari jauh seperti saya (halah … 😀 ). Seperti Mbak Enny juga, yang sebenarnya belum begitu mengenal Pak Eko (Pak Eko sudah pernah berkunjung ke blog Mbak Enny?) tapi bersemangat hadir …
Ya, kemarin pulangnya diantar Mbak Enny, padahal cukup jauh. Mbak Enny memang baik hati 🙂
Saya masih menunggu foto-foto waktu promosi Pak Eko, untuk posting part 2 minggu depan. Tolong dikirim ya Pak, terimakasih …
Saya nggak bisa membayangkan betapa nyamannya Pakuan Ekspres saat masih gress ya Mbak…
Denger2 kereta itu didatangkan ke Indonesia dalam kondisi setengah pakai.
Kalau ke Bogor saya sering naik kereta itu…
Nyaman, sejuk dan seger.
Nggak berdesak2an lagi…
——————–
Selamat Tahun Baru 2011
Semoga jadi tahun yang membawa lebih banyak kesuksesan…
Salam!
Tuti :
Kalau saya bisa kok membayangkan KA Pakuan Ekspress waktu masih baru : pasti nyaman sekali 🙂
Wah iya ya, ke Bogor enak sekali pakai kereta itu. Lancar, nggak kena macet, nggak berdesakan, dan semilir …
Selamat tahun baru juga Pak Mars, semoga tahun mendatang hidup lebih cerah, harapan baru merekah, kebahagiaan bertambah, dan rahmat Allah melimpah. Amin …
Ada Tiga Hal Bu …
1. KRL – Bis Kuning
Seingat saya … saya beberapa kali naik kereta …
namun saya lupa apa ini Rel Listrik atau biasa …
waktu dulu … jurusan ke Bogor
2. Foto
Saya hampir tidak percaya bahwa foto yang Ibu Tuti sampaikan itu diambil di Indonesia
Soalnya yang biasa diekspos orang … kejelekannya melulu
Memang sih … Walaupun masih banyak yang perlu di benahi … namun saya percaya ada yang juga bagus. Like This Bu. Saya suka ibu mengekspos hal seperti ini
3. Pak Eko
Hanya satu kalimat …
This is The Beauty Of Blogging
(terus terang saya tau cerita ini pertama kali dari Postingannya ibu EDRatna)
Dan menurut ibu EDRatna … ini sebetulnya adalah kali pertama bapak dan ibu-ibu ini bertemu
Very Nice
Salam saya Bu Tuti
Tuti :
Tiga hal juga untuk Om Nh …
1. Yang jelas, pasti rel besi Om. Kalau rel plastik mah mainan anak-anak … 😀
2. Foto-foto itu jepretan saya sendiri Om, kecuali foto interior KRL Pakuan Ekspres yang saya ambil dari Wikipedia. Foto-foto Monas saya ambil pas cuaca cerah, jadi hasilnya bagus (bukan karena fotografernya yang pinter).
3. Kita doakan saja semoga sesudah selesai sekolah, Pak Eko lalu mau membikin blog sendiri … 🙂 . Betul Om, ini adalah keindahan silaturahmi yang dijalin melalui dunia maya, khususnya dunia blog
salam saya juga, Om. Yang paling manis 🙂
Saya malah belum pernah naik Pakuan. Kapan-kapan mau mencoba menaikinya, siapa tahu bisa ketemu sama orang-orang baik. gak hanya tiga orang, kalau bisa 30 orang baik juga mau.
Tuti :
Mungkin bukan hanya 30 orang baik Mas, tapi 300 (satu kereta penuh) … 🙂
Silahkan dicoba …
Hehehe ke UI naik kereta n bus kuning juga pernah saya alami mbak, hehehe mmg pengalaman unik 🙂
Met thn baru juga mbak 🙂
Best regard,
Bintang
Tuti :
Hidup menjadi indah jika diisi dengan hal-hal yang unik, kan? 🙂
Selamat tahun baru 2011 Mbak Linda, semoga di tahun ini kita memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan yang lebih besar lagi, serta rahmat dari Allah SWT yang berlimpah. Amiin …
salam hangat
pengen jalan jalan kesanaaa…. T_T
Tuti :
Boleh kok ….
Keliling di sana capek juga mbak, dulu aku sama temen-temen sering main kesana, mejeng sama anak Technik, jiaaa, ketahuan kesananya ngapain 😛
Enggak, ini serius, dulu sering kesana karena temanku suka fotographi, dan moto-moto di UI itu nyenengin banget! gak ada yang larang, apalagi bsia mejeng dan kenalan sama anak Technik. *di tulis lagiiiii*
LOL
Selamat tahun baru, mbak 🙂
Aku ingin punya banyak waktu untuk bisa selalu kesini, tapi ah…update blog sendiri aja sering sulit 🙂
Tuti :
Ehm …. mejeng sama anak Tekniknya sukses nggak, Yess? Hihi … 😀
Ah iya ya …. motret-motret di UI memang asyik banget. Sayang kemarin aku nggak bawa kendaraan sendiri, jadi mau keliling kampus susah. Udah gitu, pas nyampe di sana perut lapeer banget, jadi ingatnya nyari kantin doang … 😉
Selamat tahun baru juga Yessy.
Semoga besok-besok akan ada banyak waktu buat Yessy, bukan hanya untuk mempir kesini, tapi juga untuk mampir ke blog teman-teman yang lain, dan tentu saja ngapdet blog Yessy sendiri …
Ayo, semangat di tahun yang baru mulai ini *kepal tangan, angkat ke atas*
wah bener tuh yang dibilang Om NH..
berasa nggak di Indonesia.. 🙂
tapi yang paling suka dari tulisan ini adalah.. Bunda Tuti menuliskan bahwa Jakarta tidak selalu kejam. banyak orang2 baik yang ditemui di perjalanan, kebersihan sudut2 Jakarta.. yg selama ini sering terlewat.. dieksposnya yang jeleknya mulu.. 🙂
selamat tahun baru! semoga lindungan Allah senantiasa bersama kita .. amin.
Tuti :
Begitulah, Jeng Anna. Mungkin kebetulan juga, kalau pas ke Jakarta seringnya saya lewat di seputar Monas, Senayan, dan di tempat-tempat yang tertata rapi di Jakarta Pusat. Tapi dari bandara ke arah kota, sempat melewati daerah yang kumuh juga, di sekitar jalan tol layang.
Nah, itulah yang membuat saya heran (sekaligus senang). Di Jakarta, yang masyarakatnya individualistis, ternyata masih banyak juga orang-orang yang baik dan ramah, yang membantu kita tanpa pamrih apa-apa.
Selamat tahun baru juga, Jeng Anna. Semoga tahun ini kita mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan yang lebih banyak ya. Amin … 🙂
salam kenal….
saya belum pernah ke sana dengan krl…:( (……
kapan yah saya bisa kesana
Tuti :
Salam kenal juga, Prof …
jadi kalau ke sana dengan apa?
Prof bisa kesana, tentunya pas jadwal beroperasinya krl … 😀
Selamat sore bu Tuti
Wah baca ceritanya seru ya Bu ….
berkelana sendiri…
saya juga senang ngebolang sendiri, sambil menikmati apapun yang terjadi >_<
(Tetik belum pernah ke Jakarta 😦 )
Tuti :
Selamat malam Tetik …
Wah, sama dong kita, suka
menggelandangngebolang (apa sih ngebolang? baru denger sekarang 🙄 ) sendiri …Tetik belum pernah ke Jakarta? Ayo … kapan mau saya antar 🙂
bude, sedikit tambahan tentang KRL,
KRL adalah kuda tunggangku untuk pulang pergi ke kantor setiap hari, jadi aku ‘agak tersungging’ dengan keheranan dan ketidaktahuan bude tentang benda bernama KRL itu…hehehe.
Meski komplek perumahanku hanya berjarak selemparan pandang dari stasiun, 3 tahun yang lalu KRL tidak pernah masuk dalam kehidupanku. Bayangan bude tentang kereta persis seperti gambaranku sebelum mengenal KRL. Bahwa kereta identik dengan copet, berjubel, bau pesing dan orang2 susah bin miskin. Sekarang diskripsi ‘borjuis kurang ilmu’ itu, berubah total, kecuali berjubelnya yang semakin menjadi jadi. Pengguna jasa kereta dari hari ke hari bertambah seiring dengan tingkat kemacetan yang semakin membusuk parah di jalanan di ibukota.
Meski jadwal sering tidak setia, tetapi aku merasa sudah kadung jatuh cinta pada stasiun dan KRL. Bandingkan apabila mengendari mobil, berangkat dari rumah sama2 jam 7.00, dengan kereta jam 08.00 sudah sampai kantor, sementara kalau naik mobil jam 9.00 – 10.00 baru nongol di kantor.
Tadi pagi aku iseng2 menulis puisi, tentang ibu2 perkasa yang di dalam hatinya berlinang air mata…
senyum rapuh ibu2 di stasiun
nyanyian sumbang rel tua menjerit letih,
menyeret raut2 duka dan wajah2 tega para ibu,
ingat anak2nya, dititipkan pada angin dan debu,
ditinggalkan jauh di bogor, depok, bekasi, serpong dalam asuhan pembantu.
hatinya teriris bertambah pedih,
saat menengok kereta mengular di belakang sana,
melihat anak2 berhimpit bertengger di atasnya,
jarak alam kubur dengan hidup hanya setinggi atap gerbong,
dalam do’anya, sang ibu tersedak airmata,
aku tak punya pilihan menjalani semua ini,
sendunya membela diri.
Stasiun Manggarai 3 Januari 2011
Tuti :
Wah … maafkan daku jika telah membuatmu ‘agak tersungging’ … 😉 . Maklumlah, di Yogya tidak ada KRL, jadi wajar to kalau aku tidak tahu apa dan bagaimana itu KRL? *ngeles*
Memang betul, jadwal KRL tidak terlalu setia, suka agak selingkuh sedikit. Kemarin, KRL yang seharusnya masuk stasiun Gondangdia jam 12.15, ternyata baru memenuhi janjinya pada jam 12.25. Dan betul juga, bahwa KRL bisa meretas kemacetan jalan yang ajubilah. Dari Gondangdia ke UI hanya membutuhkan waktu sekitar 25 menit, padahal kalau dengan mobil entah berapa lama baru nyampe …
Puisimu menggores hati, as always …
* SELAMAT TAHUN BARU 2011 juga mbak…Terakhir saya ke UI th 2002 waktu saya membawa tim lomba Perahu Naga, tempatnya ya di danau itu….
* Memang gak salah juga kalau UI masuk peringkat 10 besar dunia untuk “Kampus Hijau”, sejuk dan tenang …. dan terasa lebih nikmat lagi kalau ke UI via mobil lho mbak, bermacet-macet di jalan dulu, trus berubah suasana yg hijau setelah masuk di dalamnya.
* Kalau ke Jakarta lagi nanti nyoba naik Bus Trans Jakarta mbak, bisa muter2 juga dengan sekali beli tiket….tapi naiknya antara jam 10-14an, kalau pagi atau sore ya persis KRL Ekonomi juga, uyel-uyelan.
Tuti :
* Selamat Tahun Baru juga, Mas Karma 🙂 . Ya, saya pernah mendengar tentang Perahu Naga, tapi belum tahu secara detil. Jadi lombanya dilaksanakan di danau buatan UI ya?
* Ya, memang untuk menjelajah seluruh UI akan lebih nyaman kalau membawa mobil sendiri. Saya pengin juga, suatu saat nanti kembali lagi ke UI khusus untuk keliling-keliling, menikmati kehijauan yang sejuk, sambil menyegarkan pikiran … 🙂
* Wah, terimakasih … Usul yang bagus. Ya, saya juga belum pernah naik bus Trans Jakarta. Kayaknya ini cara menikmati Jakarta versi lain ya?
Waahh.. Ibu lirik2an sama Bapak2 di kereta, xixixi.. (kompor hampir meledup) Beruntunglah ketemu orang-orang yang baik saat di sini.. kalo katemu yang jahat bisa saja itu Bapak penghipnotis.. amit-amit.. saya pertama kali naik KRL juga perginya ke Depok, tapi ke kotanya, kampus UI masih lewat lagi..
Tuti :
Yeeeiy … bukan lirik-lirikan, Clara. Tapi pelotot-pelototan … hihi 😀 . Ya, saya beruntung bertemu dengan orang-orang baik. Dari gelagatnya bisa dilihat kok, orang itu baik atau jahat. Lagipula, saya pernah baca … eh, nonton di teve, orang hanya bisa dihipnotis kalau dia memang mau dihipnotis …
terakhir kali saya ke UI pas SMA Bunda, pengen kesana lagi, ah tapi saya kan sudah bukan mahasiswa 😀
Tuti :
Looh … emangnya yang boleh ke UI hanya mahasiswa? Aku juga bukan mahasiswa … 🙂
Alhamdulillah, masih ada orang seperti Mba Veranda. Bisa melihat Jakarta dari hal yang positif. sehingga bisa menulis tentang Hijau dan indahnya taman di Jakarta, Bersihnya stasiun Gondangdia, Kinclongnya kereta Pakuan, serta Nyamannya membaca di Taman yang Asri…..
Karena, kalau kita bicarakan kejelekannya tidak akan bernah habis-habisnya untuk dibahas.
Salam Mba, semoga sukses……….
Tuti :
Ya, alhamdulillah … saya mencoba melihat segala sesuatu dari sisi baiknya. Kalau melihat pakai kacamata gelap, nanti adanya mengeluh melulu, dan akhirnya stress sendiri. Tentu bukan berarti kita tidak peduli pada kekurangan-kekurangan yang masih ada, yang harus segera diperbaiki …
Salam juga Ded, sukses juga ya 🙂
kekejaman ibukota terganyung perspektif kali yah, bu?:) buktinya, ibukota baik-baik aja dengan ibu tuti he..he..
Tuti :
Sebenarnya saya tahu juga, bahwa masih sangat banyak warga Jakarta yang hidup dalam kesempitan. Makanya saya agak merasa ‘bersalah’ juga ‘pamer’ kenyamanan di Jakarta … 😦 .
wah kebetulan yg dikunjungi yg tempat2 enaknya Jakarta.
Jl Merdeka, Monas, dan stasiun GOndangdia serta UI Depok.
Kalao mau ke Taman Menteng, bakal lebih asyik lagi. Dan naiknya pun pas di luar jam kerja.
ya wajar lah bu…
coba deh kalo jam2 kerja. Terus tidak naik kereta. Tp naik bus. Dan klo bisa pas sedang hujan deras.
Akan sedikit beda ceritanya…
Ah Yogyakarta juga banyak pohon2 an kok.
Panas krn ibu berada di UII sih, klo situ kawasan yg memang panas…
Beda dg kampus UGM…
btw, naik dr Gondangdia?? Hmm,, yg difoto yg di atas sih,, bukan yg dibawah.
coba yg difoto lantai dasar…..
itu stasiun atau pasar coba….??
Sebenare ada satu kereta lagi namanya kereta Biru orang nyebutnya, keliling jakarta.
trus coba deh diperhatiin di dalam kereta. apa ada org yg terlibat komunikasi satu sama lain>>?? Ternyata semua lebih nyaman bc koran khan???
deket Gondangdia ada kntorku lho. (*halah)
Tuti :
Wah … Mas Goda ini semangat kritiknya kenceng banget ya … 😀
Ya iyalah, Jakarta ada nyamannya, ada susahnya. Lha kalau bisa milih, kenapa nggak milih yang nyaman?
Weeh …. siapa bilang UII panas? Mas Goda kapan ke UII? Meskipun belum serimbun UGM, Kampus Terpadu UII di Jl. Kaliurang cukup hijau lho … *protes*
Kereta biru? Wah, belum pernah dengar. Yeah … baca koran lebih bagus dari pada nyopet kan … hihihi …
Wooo … ujung-ujungnya mamerin kalo kantor Mas Goda dekat stasiun Goda-dia … eh, Gondang-dia to 😮
nggak gitu bu…
bukan masalah klo bisa memilih atau tidak, tetapi kita bicara averwhole dalam menilai khan?
klo masalah bs milih nyaman kenapa milih yg tdk nyaman, itupun lbh ke persoalan uang khan? dimana2 klo ada uang scr umum lbh nyaman.
Kampus UII Kaliurang kok dibilang rimbun sih?? hmm.. coba deh bu foto terbarunya.
jalan dr boulevard ke masjid yg cuman beberapa ratus meter saja rasa2nya puanasnya pol.
Beda sama UGM, apalagi kalau UNS…. jauhhhhh
Ya ngga pas lah perbandingan copet dg mbaca koran. Dr situ khan terlihat bhw rata2 individu masyarakat jkt adl individualis. ini bicaranya secara umum lho bu….
Tuti :
Iya deh, iya deh …. 😀
Iya deh, iya deh … 😀
*lagi males berdebat*
wkwkwwkwkwkwkwkwwkwk
ga asyik ah.
:p
Tuti :
Maap Mas … lagi pusing mikirin harga cabe, mikirin Gayus, mikirin lahar dingin Merapi … 😦
Selamat Tahun Baru bu tuti…
*walaupun telat*
Semoga keberkahan , kesehatan dan kebahagiaan selalu tercurah untuk bu Tuti tersayang.. 🙂
menyenangkan sekali membaca perjalanan ibu, yang paling berkesan “jika saya punya adik perempuan, mau deh saya jodohkan dengannya.. “hehehhe… saya senyum2 sendiri…
memang, Jakarta tak selalu identic dengan hal-hal buruk seperti itu bu, tergantung bagaimana kita, seperti yang ibu bilang, orang baik akan bertemu dengan orang-orang baik.. 🙂
dan tentu saja, sebagai salah satu warga ibukota, saya sangat tersanjung kedatangan tamu sebaik bu Tuti,.. 🙂
salam sayang saya…
Tuti :
Selamat tahun baru, Mbak Iyha … 🙂
Semoga Mbak Iyha dan suami (serta calon baby yang masih dalam kandungan) juga dikaruniai kesehatan, keselamatan, dan berkah yang tak terhingga dari Allah SWT. Amin …
Hehe … iya, sayangnya saya tidak punya adik perempuan, adik laki-laki juga tidak … 🙂
Alhamdulillah, saya sering bertemu orang-orang baik dalam perjalanan saya. Meskipun demikian, tetap tidak mengurangi kehati-hatian saya jika bepergian dan berada di tempat asing.
Wah, lain kali kalau saya ke Jakarta lagi, mungkin kita bisa kopdar ya?
salam sayang juga, Iyha … 🙂
..
syukur deh Bu Tuti gak ketemu orang yang nyebelin, tapi kemanapun pergi harus tetap eling lan waspodo..
tul gak.. 😉
..
wah kampus yang banyak kucingnya, pasti asik tuh..
dengan suasana sejuk,nyaman dan tenang apa mahasiswanya gak ngantuk ya.. hihi..
..
sekalian numpang ucapan selamat buat Pak Eko..
ayo dong Buk, komporin beliau bikin blog..
kalo perlu pake’ ancaman.. hehe..
..
Tuti :
…
Iya lah, eling lan waspodo itu sudah naluri. Begitu melihat gejala orang gak bener, alarm saya langsung berdering kok (emang alarm asap … 😛 )
…
Iya, kucing-kucing itu banyak di sekitar kantin, karena di situ banyak sisa makanan yang bisa mereka santap.
Kalau Ata yang kuliah di UI, kayaknya memang bakal ngantuk mulu … lha wong di kursi yang panas aja bisa ketiduran … hihi …
…
Aku sudah pesen Pak Eko, bikin blognya besok kalau aku juga sudah selesai sekolah. Sementara ini biar Pak Eko nyumbang tulisan ke TV dulu … 😀
s7 bunda kampus UI mmg sejuk alami, sy biasanya naik KRL turun Gunadarma bun trs masuk UI lewat sampingnya coz itu yg terdekat dg halte bis kuning yg lwat fakultas Biologi yg sy tuju biasanya.
naek bis kuning jg sgt berkesan krn kita diajak muter2 dl. tp jgn sampe kjebak kl lg pas musim demo bun coz srg bis kuningnya jg mogok operasi. kbayang kan bun gmn capeknya kaki ini mesti muterin kampus seluas itu…
salam kenal dr sy bun,
mhon do’a jg atas kabar duka di http://kakmila.wordpress.com/2011/01/04/semangat-sembuh-untuk-sausan/
Tuti :
Owgh, Mey kuliah di Fakultas Biologi ya … 🙂
Saya mah nggak paham lokasi-lokasi di Kampus UI, wong kesananya juga baru sekali. Tapi memang iya, kalau harus memutari kampus dengan jalan kaki, bisa gempor beneran … 🙂
Salam kenal juga, Mey. Ya, insya’allah saya akan segera berkunjung ke blog yang dilink Mey begitu ada kesempatan. Terimakasih kunjungannya ya …
yup bun, tp bukan di UI. brp x maen ksana cm ke perpust ma pasca cr literatur bun. jln2nya plg ke kolam, suasananya syahdu gitu hehe
salam sy bunda
msh mgharapkn do’a ats kbr terbaru di http://kakmila.wordpress.com/2011/01/09/semangat-sembuh-untuk-sausan-2/
Tuti :
Owgh … begitu. Senang ya tinggal di Jakarta, bisa setiap saat mencari kesejukan alam di UI, meskipun tidak kuliah di UI … 🙂
Oh ya, saya sudah mengunjungi blog Kak Mila. Sedih sekali melihat penderitaan Sausan 😦 . Semoga ia diberi kesembuhan oleh Allah SWT. Amiin.
hm…org baik ( terbukti dg perhatian yg besar pada si pus.. 🙂 )akan ketemu dg orang2 baik pula… *eh si bapak itu, setelah baca posting ini pasti nyesel banget telah melewatkan tandatangan ibu begitu saja.. 😛 *
Tuti ;
wah … kedengarannya kok sombong ya, bilang diri sendiri orang baik 😦 . Maaf … nggak bermaksud gitu lho …
Kalau si bapak membaca posting ini, maka beliau akan tahu nama saya, sementara saya tetap tidak tahu nama beliau (kecuali beliau meninggalkan komentar dan menyebutkan nama 🙂 )
bu tuti, selamat tahun baru ya. maaf lama nggak berkunjung ke sini. 🙂
ngomong2 soal krl, saya juga nggak berani kok naik kereta yg berjubel. biasanya memang yg berjubel itu kereta ekonomi. tapi kalau pas jam pulang kantor, kereta ekspres pun juga penuh, banyak yg berdiri. tapi memang tidak separah kereta ekonomi yg berjubel itu sih…
Tuti :
Kris, selamat tahun baru juga. Sama-sama Kris, saya juga minta maaf sudah lama nggak mampir ke blog Kris. Biasaa … alasan klise : sibuk, nggak ada kesempatan 😦
Iya, saya ingat waktu kopdar bulan Agustus 2009 lalu, Kris mengatakan akan pulang dengan KRL. Waktu itu saya belum punya bayangan sama sekali tentang KRL … 🙂
wah..semua fotonya terlihat bersih dan tanpa cacat. berbeda jauh sama image yang selama ini saya lihat di setiap stasiun KA. kok bisa ya?
Tuti :
Setiap tempat pasti memiliki sudut-sudut yang bersih dan sudut-sudut yang kumuh. Nah, saya mengambil tempat-tempat yang bagus, jadi hasilnya pun bagus. Simpel kan? 🙂
halooo..salam kenal…:)
Tuti :
Salam kenal juga … 🙂
3 hal bu…. 🙂
1. Memang resiko jadi selebblog ya kemana mana banyak berbaik hati, susahnya nanti kalo minta photo bersama.
2. “Kami ngobrol tanpa berkenalan. Tidak saling menanyakan nama, apalagi nomor henpon”….. saya percaya andaikan 15 atau 20 tahun yg lalu pasti deh minta… (hihihi.. peace)
3. Lah UII kan bacanya UI satu….. hanya beda cara bacanya saja kok….
Tuti :
Weeh … Mas Kartiko pengikut Om Trainer juga to? 😀
1. Seleblog? Terimakasih … mudah-mudahan bukan seleb jeblog ya … hihi 😀
2. Itulah bedanya anak muda dengan orang tua, Mas. Sudah tua gini mah gak lagi cari-cari ‘mangsa’ (ya’olooh …. macan ‘kali … 🙄 )
3. Wakaka …. benul, benul …. UI Satu … 😀
Aaaah bis kuning 😀
*memori terputar*
Btw bun… poto2nya bagus, resolusi dan warnanya tajam.
*aku udh lama bgt gak naek krl, terakhir tahun 2000.. jd malu sama bunda 😀
Tuti :
Bis kuning yang kunaiki kemarin masih baru, jadi pasti bukan bis kuning yang ada dalam memori Eka 😀
Terimakasih, terimakasih … *menjura* itu foto cuma mengandalkan ‘auto mode’ dan sinar matahari yang cerah saja. Maklum fotografer amatiran 😉
Mustinya aku yang malu, Eka, lha wong seumur-umur baru sekali kemarin naik KRL … hihi …
Maaf .ya ..Jeng saya share Peta Perjalanan KA.Kommuternya trim’s ya jeng …
yang moto pinter 🙂
gambar biasa jadi bagus 🙂
salam kenal mbak, klo ke fakultas UI kalo dari jalan margonda raya depok town square…?
maaf lancang
artikelnya bagus buk
Buat mahasiswa UI,JANGAN NGAKU MAHASISWA UI KALOK BELOM PERNAH NGEJAR² SPEKUN/BIKUN. Kadang mau turun malah pinyu udah nutup duluan. hahahaha