Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Maret, 2011

Hypnotherapy

Beberapa waktu yang lalu saya menulis tentang hipnotis di rumahΒ tetangga sebelah yang lagi sakit gigi plus sariawan komplit mabuk jengkol kepala cenat-cenut sehingga senyum raib dari wajahnya. Dari komen teman-teman yang masuk, terkesan bahwa kata “hipnotis” memunculkan persepsi skeptis, bahkan negatif. Masuk akal sih, sebab saya mengaitkan hipnotis dengan fenomena Uya Kuya yang menampilkan hipnotis hiburan di televisi. Sebagai sebuah pertunjukan hiburan, sudah pasti hipnotis ala Uya harus heboh. Kalau tidak, acaranya nggak bakal laku dong πŸ™‚

Sebenarnya hipnotis ada beberapa jenis dan memiliki banyak manfaat positif. Salah satunya adalah hypnotherapy, yang dipergunakan sebagai cara penyembuhan dari berbagai gangguan emosional maupun gangguan fisik yang disebabkan oleh pikiran. Hipnotis memiliki sejarah panjang, banyak berkaitan dengan ilmu psikologi dan psikiatri. Sejak ribuan tahun yang lalu, banyak etnis dari berbagai bangsa (Yunani, India, Mesir, China, dll.) menyembuhkan penderita sakit dengan mantra, diiringi musik dan tarian, yang sebenarnya adalah salah satu bentuk dari hipnotis.

Hipnotis juga sudah lama dipakai di rumah sakit di beberapa negara. Ketika terjadi Perang Dunia I dan II, banyak tentara yang terluka dihipnotis untuk menghilangkan rasa sakit pada saat dioperasi, karena pada waktu itu banyak rumah sakit kekurangan obat bius. Hipnotis juga diterapkan pada tentara Amerika veteran perang Vietnam untuk menyembuhkan trauma psikologis mendalam yang mereka alami.

 

Seorang pasien dalam terapi hipnosis (gambar dipinjam dari sini)


(lebih…)

Read Full Post »

Supermoon

Senin pagi jam 05.00, seorang sahabat mengirim sms kepada saya, “Eh, ternyata masih ada purnama. Coba tengok, bulan kelihatan besar sekali. Ini Supermoon, hari ini jarak bulan terdekat ke bumi … “.

Saya yang sedang menikmati secangkir cappuccino langsung ke luar ke balkon dan melihat ke arah barat. Waw, benar! Bulan tampak sangat besar, sampai terlihat jelas bopeng-bopengnya. Beberapa saat saya tersenyum menikmati pemandangan indah itu, sampai pelan-pelan kabut awan gelap menutup bulan dari pandangan. Ah … nyesel deh, kenapa saya nggak memotret Supermoon itu 😦

Saya kemudian mengambil kamera, dan menunggu sampai bulan kembali menampakkan diri. Langit yang semula gelap pelan-pelan berubah warna menjadi biru muda. Nah, Supermoon muncul kembali! Cepat-cepat saya membidikkan kamera, dan ‘klik, klik, klik’ … memotretnya tiga kali. Sayang hasil bidikan saya sama sekali tidak bagus 😦 . Tapi biarlah, yang penting ini asli seratus persen Supermoon yang saya foto sendiri. Sekedar info, Supermoon hanya terjadi 18 tahun sekali. Pada saat terjadi Supermoon, jarak bumi ke bulan adalah 356.577 km. Siapa yang mengukur dan bagaimana caranya? Nah, kalau ini jangan ditanyakan ke saya, soalnya saya juga tidak tahu πŸ˜€


Supermoon, 21 Maret 2011, 05.45 WIB


(lebih…)

Read Full Post »

Gerhanacoklat Julie

Namanya terdengar aneh : Gerhanacoklat. Gerhana dan coklat sepertinya nggak nyambung. Kayaknya sih gerhana itu merah atau kuning. Tak tahulah. Julie mengatakan memang suka banget gerhana. Wew, aneh … Belum pernah saya dengar ada orang suka gerhana. Lagipula, gerhana kan jarang terjadi, jadi susah dong memenuhi kesukaan melihat gerhana. Tapi ini kan hak azasi manusia, jadi boleh saja mau suka gerhana, atau gempa, atau tsunami …

Beberapa hari yang lalu saya menerima kiriman buku kumpulan puisi Julie, “Gerhanacoklat”. Jujur, selama ini saya bukan penikmat puisi. Apalagi puisi yang terlalu abstrak, yang tidak saya mengerti apa maksudnya. Halaman puisi di koran dan majalah adalah halaman yang selalu saya lewatkan. Tetapi dengan segera Gerhanacoklat mengubah kesan saya terhadap puisi. Puisi-puisi Julie beda …


Gerhanacoklat Julie


(lebih…)

Read Full Post »

Malming Date

Begitu mendapatkan vonis bahwa penyelesaian studi saya mundur setahun, saya menghela nafas panjang, merentangkan lengan, dan meluruskan punggung. Istirahat dulu. Santai dulu. Refreshing dulu … πŸ˜€

Agar bisa konsentrasi merampungkan studi, saya menghentikan semua aktivitas ‘ekskul’ sejak setahun yang lalu. Latihan dancing adalah yang terakhir saya stop, sekitar delapan bulan yang lalu. Dan ‘manfaat’nya segera terlihat : berat badan naik tiga kilo …. huwaaa 😦 . Maka begitu tahu deadline sudah lewat, saya langsung mencari sepatu dansa dari tumpukan kotak sepatu. Kebetulan seminggu lagi akan ada gathering seluruh anggota sanggar, sehingga saya buru-buru menelpon trainer saya untuk membuat jadwal latihan. Delapan bulan tidak latihan membuat saya perlu menyegarkan kembali ingatan saya akan koreografi-koreografi yang pernah saya pelajari.

Saya ingat pada teman-teman bloger yang baru saja kopdar dengan saya. Ehm … kayaknya bagus juga mengajak mereka untuk datang rame-rame ke acara gathering. Siapa tahu ada yang tertarik untuk ikut belajar chacha, salsa, rumba, jive, waltz, dan lain-lain. Maka sayapun mengontak kelima ‘anak’ saya (habis semua panggil saya Bunda, jadi mereka anak-anak saya kan? πŸ™‚ ). Anna tidak bisa ikut karena akan bertugas ke luar kota. Ais baru mudik ke Jakarta (padahal – katanya – dia pengin sekali belajar dancing). Titik mudik ke Purworejo untuk sebuah keperluan pribadi yang berkaitan dengan penampilan (apa itu? ehm, rahasia … πŸ™‚ ). Ari pengen banget pergi, tapi nggak punya kendaraan, gagal pula cari tebengan (dan pacarnya, para sopir bus, tidak beroperasi sampai malam). Mida tertarik, tapi agak ragu-ragu, khawatir acaranya pesta dansa-dansi yang ‘gimana’ gituh (ya’elah … mosok gak percaya sih sama aku :-o).

Agar Ari tidak nangis di pojokan karena tidak bisa ikut, saya minta dia nyamperin saya dan pergi bareng-bareng (wah … jingkrak-jingkraklah dia πŸ˜€ ). Mida pun sukses saya yakinkan bahwa acaranya aman, tamunya sopan-sopan dan saya jamin tidak ada yang bakal mencubit pipinya … πŸ˜€ . Ditambah Aan, keponakan saya, Malam Minggu kemarin berempat kami ber’malming date’ di Pandan Garden Resto, tempat acara dilaksanakan.

Ari Tomboy, Mida Geulis, dan Si Emak (Mida curang ah, sembunyi di belakang biar kelihatan kecil … πŸ˜€ )


(lebih…)

Read Full Post »

Susahkah sekolah S3? Beratkah untuk memenuhi kualifikasi doktor?

Jawabnya tentu relatif. Tidak sedikit orang yang bisa menyelesaikan S3 dalam waktu kurang dari 4 tahun, tapi tak kurang-kurang juga yang membutuhkan 10 tahun untuk lulus. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelelesaikan S3 juga berbeda-beda, tergantung dari program yang diikuti. Untuk program by course, waktunya sedikit lebih lama, karena harus menempuh sejumlah mata kuliah dulu sebelum melakukan penelitian dan menulis disertasi. Sedangkan untuk program by research, waktunya lebih cepat karena mahasiswa masuk sudah dengan proposal penelitian. Sistem ujian juga berbeda untuk setiap perguruan tinggi (PT).

Di Universitas DiponegoroΒ  tempat saya mengambil S3, masa studi dibatasi 5 tahun. Peraturan itu ditetapkan ketika banyak mahasiswa sudah menempuh studi lebih dari 3 tahun, sehingga tak pelak lagi mereka kelabakan. Karena tidak tahu masa studi bakal dibatasi, banyak mahasiswa merencanakan studi mereka dalam ‘jangka panjang’. Mengerjakan ini dulu, itu dulu, baru kelak tahun ke sekian akan menulis disertasi. Maka ketika tiba-tiba diberi tahu bahwa masa studi hampir habis, mereka kelimpungan. Begitulah, ketika masa studi mahasiswa angkatan saya berakhir pada 28 Februari 2011, di Undip ada ratusan kandidat doktor yang terancam drop out …. !

Salah satunya adalah saya …..

Padahal disertasi saya sudah selesai, dan saya tinggal menempuh ujian. Di Undip ada empat tahap ujian : ujian kelayakan di tingkat Program Doktor, ujian kelayakan di tingkat Paskasarjana, ujian tertutup, dan ujian terbuka (promosi doktor). Saya sudah menempuh ujian kelayakan di tingkat Program Doktor, dan sudah siap maju ke ujian kelayakan di tingkat Paskasarjana. Tapi begitulah, vonis sudah keburu jatuh. Saya kehabisan waktu. Ada 10 orang (dari 15 orang) teman seangkatan saya yang nasibnya serupa. Tiga orang sudah lulus, dua orang selamat karena tinggal menempuh ujian tertutup, sepuluh orang terkena penalti.


Disertasi saya harus menunggu setahun lagi baru bisa diujikan …


(lebih…)

Read Full Post »

Big Is Great

Desainer mode adalah kelompok yang paling diskriminatif memperlakukan wanita. Semua gaun indah yang mereka rancang adalah untuk wanita dengan tinggi 170 dan berat 55. Di luar ukuran itu, silahkan minggir, Anda jadi penonton saja. Atau, jika ingin mengenakan gaun saya, diet dulu sampai terkapar, atau silahkan pergi ke dokter bedah plastik agar badan Anda dipermak!

Diskriminasi seperti itu harus dilawan. Dan saya akan masuk barisan demonstran pada kesempatan pertama. Oh bukan, bukan karena saya jelek dan gemuk (nah, mulai deh narsisnya … πŸ˜› ), tapi karena tidak realistis menafikan kenyataan bahwa tidak semua wanita bertubuh ideal. Tidak adil menutup kesempatan bagi wanita-wanita over size untuk tampil cantik penuh percaya diri.

Karena itu, saya antusias ketika menerima undangan launching “Plus Size Plus Cantiknya” dari Al Fath, salah satu cabang khazanah busana milikΒ Bunda Dyah Suminar. Slogan yang dikibarkan, Plus Size Plus Cantiknya dan My Size Is My Beauty adalah bentuk keberpihakan, dukungan, dan encouragement kepada para wanita bertubuh besar yang selama ini cenderung dicemoh, bahkan dilecehkan. Gemuk? It’s okey. Be happy with your size, you have every right to look great with that!

Saya tiba di Al Fath tepat jam 11 siang, sesuai yang tertera dalam undangan. Setelah menunjukkan undangan yang saya terima kepada mbak-mbak cantik penjaga meja tamu, dan menandatangani daftar tamu (wow, nama saya sudah ada dalam daftar, terimakasih Bunda Dyah … πŸ™‚ ) saya menerima tas berisi snack dan souvenir mug cantik. Toko rupanya buka seperti biasa, dan saya merasa ‘istimewa’ di antara pengunjung lain dengan menenteng tas tersebut, karena menunjukkan bahwa saya adalah tamu undangan *ge-er powl* πŸ˜€


Brosur dan mug souvenir “Plus Size Plus Cantiknya”

(lebih…)

Read Full Post »