Begitu mendapatkan vonis bahwa penyelesaian studi saya mundur setahun, saya menghela nafas panjang, merentangkan lengan, dan meluruskan punggung. Istirahat dulu. Santai dulu. Refreshing dulu … 😀
Agar bisa konsentrasi merampungkan studi, saya menghentikan semua aktivitas ‘ekskul’ sejak setahun yang lalu. Latihan dancing adalah yang terakhir saya stop, sekitar delapan bulan yang lalu. Dan ‘manfaat’nya segera terlihat : berat badan naik tiga kilo …. huwaaa 😦 . Maka begitu tahu deadline sudah lewat, saya langsung mencari sepatu dansa dari tumpukan kotak sepatu. Kebetulan seminggu lagi akan ada gathering seluruh anggota sanggar, sehingga saya buru-buru menelpon trainer saya untuk membuat jadwal latihan. Delapan bulan tidak latihan membuat saya perlu menyegarkan kembali ingatan saya akan koreografi-koreografi yang pernah saya pelajari.
Saya ingat pada teman-teman bloger yang baru saja kopdar dengan saya. Ehm … kayaknya bagus juga mengajak mereka untuk datang rame-rame ke acara gathering. Siapa tahu ada yang tertarik untuk ikut belajar chacha, salsa, rumba, jive, waltz, dan lain-lain. Maka sayapun mengontak kelima ‘anak’ saya (habis semua panggil saya Bunda, jadi mereka anak-anak saya kan? 🙂 ). Anna tidak bisa ikut karena akan bertugas ke luar kota. Ais baru mudik ke Jakarta (padahal – katanya – dia pengin sekali belajar dancing). Titik mudik ke Purworejo untuk sebuah keperluan pribadi yang berkaitan dengan penampilan (apa itu? ehm, rahasia … 🙂 ). Ari pengen banget pergi, tapi nggak punya kendaraan, gagal pula cari tebengan (dan pacarnya, para sopir bus, tidak beroperasi sampai malam). Mida tertarik, tapi agak ragu-ragu, khawatir acaranya pesta dansa-dansi yang ‘gimana’ gituh (ya’elah … mosok gak percaya sih sama aku :-o).
Agar Ari tidak nangis di pojokan karena tidak bisa ikut, saya minta dia nyamperin saya dan pergi bareng-bareng (wah … jingkrak-jingkraklah dia 😀 ). Mida pun sukses saya yakinkan bahwa acaranya aman, tamunya sopan-sopan dan saya jamin tidak ada yang bakal mencubit pipinya … 😀 . Ditambah Aan, keponakan saya, Malam Minggu kemarin berempat kami ber’malming date’ di Pandan Garden Resto, tempat acara dilaksanakan.
Ari Tomboy, Mida Geulis, dan Si Emak (Mida curang ah, sembunyi di belakang biar kelihatan kecil … 😀 )
Banyak orang memiliki kesan ‘miring’ jika mendengar kata ‘dansa’. Yah, masuk akal sih, karena selama ini ekspos tentang dansa kebanyakan melalui film atau liputan media massa, yang menggambarkan dansa di klub-klub malam. Dansa seperti itu adalah jenis dansa hiburan. Padahal sebenarnya ada dansa ‘serius’, yang menekankan pada teknik dan seni olah tubuh. Dansa ini adalah jenis olah raga (sport dance) yang sudah masuk sebagai salah satu cabang KONI dan ikut dipertandingkan dalam PON. Organisasi resmi olah raga dansa yang diakui KONI adalah IODI (Ikatan Olahraga Dansa Indonesia).
Pada dasarnya dansa ada dua macam, yaitu dansa berpasangan (couple dance) dan dansa perseorangan (line dance). Couple dance sangat bagus jika dilakukan oleh pasangan suami-isteri. Sayangnya, tidak banyak pria yang mau belajar dansa. Mungkin karena ada kesan ‘genit’ atau kurang macho. Padahal sebenarnya tidak. Pria yang bisa berdansa dengan baik justru kelihatan sebagai gentleman. Adapun line dance bisa dilakukan oleh pria maupun wanita, tetapi lagi-lagi, lebih banyak wanita yang tertarik untuk berdansa.
Ibu-ibu ber-line dance. Pasangan menari bisa lady-lady
Cha cha bersama Aan, keponakan saya. Hayo, langkahmu salah … 😀
Saya memilih dansa sebagai olah raga saya. Lari keliling lapangan, atau olah raga dengan memakai berbagai peralatan seperti yang diiklankan di televisi, rasanya monoton dan membosankan. Di rumah saya ada treadmill, yang akhirnya hanya menganggur menuh-menuhin ruangan, karena saya bosan lari-lari di tempat tanpa pernah sampai ke mana-mana 🙂
Dalam dansa ada gabungan antara seni musik, tari, dan olah raga, yang membuat dansa tidak saja menyehatkan, tetapi juga fun. Dansa juga melatih otak, karena kita harus mengingat sekian banyak jenis gerakan dalam urut-urutan yang tidak boleh salah. Dalam dansa, otak kanan dan otak kiri kita dilatih agar seimbang. Dansa adalah koordinasi dan harmoni antara kepekaan musikal dan keluwesan serta kekuatan tubuh. Yang lebih menarik, belajar dansa tidak ada kata berhenti, karena ada banyak jenis dansa (chacha, salsa, rumba, jive, waltz, tango, foxtrot, quick step, dll.), dan dari setiap jenis dansa bisa dibuat koreografi yang tidak terbatas. Nah, jika ada pilihan yang demikian luas, mengapa hanya memilih lari-lari di atas belt berputar pada treadmill?
Lari di tempat, tak sampai ke mana-mana (gambar dipinjam dari sini)
Jadi, malam Minggu kemarin Ari dan Mida saya ajak untuk melihat sesuatu yang baru (menurut pengakuan mereka). Apakah mereka tertarik untuk ikut belajar atau tidak, saya tidak tahu. Kalau untuk Ari sih, kayaknya lebih cocok jenis hip hop atau break dance 🙂 . Cewek satu ini memang tomboy abis. Waktu menunggu di rumah saya, dan saya beri tabloid Nova sebagai bacaan, dia melongo. “Ha?! Nova?” . Ya iyalah, sekali-sekali baca tulisan tentang perempuan, gitu lho …. hahaha 😀
Nah, Mida kebalikannya. Mojang Bandung bersuara kecil-manja ini ngebetnya ke salon … 🙂 . Kami memang janjian untuk relaksasi ke salon bareng-bareng. Ari? Hm … mungkin dia lebih suka manjat pohon atau berburu kancil … 😀
Begitulah, Malming Date kami berakhir jam 22.30 dengan segala kepuasan di hati. Sesudah mengantar Mida pulang ke tempat kostnya di ujung utara Yogya, saya mengantar ke rumah kontrakan Ari yang … ajubile, juauuh di luar kota, di selatan Yogya. Pokoknya thousand miles from nowhere. Ari ngakak ketika saya tanya apa ada temannya yang mau datang ke tempat kostnya yang ada di ujung dunia itu.
Eh iya, untuk mengimbangi olahraga dansa yang dinamis dan ekspresif, saya juga mulai belajar olahraga yoga yang karakternya berlawanan seratus delapan puluh derajad dengan dansa. Yoga mengutamakan pernafasan, konsentrasi pikiran, mengheningkan rasa, dan lebih bersifat ke’dalam’. Tapi olah tubuh yang gerakannya sangat lambat ini ternyata tak kurang menguras tenaga.
Ayo, mau ikut yang mana, dansa apa yoga?
Saya ikut nonton aja, Mbak… 😀
Tuti :
Siap tepuk tangan yang kenceng ya … 😀
eh, betulkah ni? Ane mengamankan pertamaxxx???? untuk yang pertama kali…???? Di sini..???? Di TV.. ???
Supriseeeeeeeddd…!!!!
😀 😀 😀
*jingkrak-jingkrak*
Tuti :
*nabuh gendang ngiringin yang jingkrak-jingkrak* 😀
wah asik belajar dansa, saya cuma suka liatnya aja bu, apalagi jaman dulu lagi musim tango, tapi gak pernah berani sekalipun cuma belajar.
tapi yg paling saya suka itu liat tap dance , kayak para koboi2 itu bu 😛
Tuti :
Hlaa …. belajar aja kok gak berani? Asyik loh …
Ayo, belajar sekarang, Dot 🙂
Iya, tap dance juga asyik. Kalau yang biasa ditarikan para cowboy, itu jenis country dance. Itu paling gampang, karena gak pake liukan tubuh 🙂
kalo nonton chaca/rumba, dkk di Jakarta, ajak saya ya Bu.. *belum pernah.com*
Tuti :
Iya deh. Tahun 2009 ada kompetisi dansa internasional di Jakarta, aku ngantar ponakan-ponakan yang pada ikut. Asyik-asyik dansanya …
Bu, akhir2 ini saya merasa kehilangan ‘space’ dalam hidup…
Rencana bulan depan mau ikut yoga… sapa tau bisa membantu menemukan imbangan dalam rutinitas yang gila ini 🙂
Tuti :
Bagus Don, yoga memang olah fisik sekaligus olah batin yang akan memberikan efek ketenangan spiritual. Aku juga lagi mulai belajar nih. Ada unsur meditasi, tapi olah fisiknya cukup berat juga, sampai basah berpeluh … 🙂
Ari? Siapa itu Ari? Itu Kilan yang imut, Bunda… Wkakakaka… *piss euy… 😛
Betul betul betul… Dansa itu mengasah otak kiri dan kanan. Lucunya, beberapa orang saya lihat masih dansa dengan ekspresi wajah sibuk menghitung dan mengingat langkah, belum ‘larut’ sama musiknya, hehehe….
Pengen sih, bisa dansa, tapi bukan buat olahraga, cuma buat fun aja… lebih tertarik Yoga, atau malah bela diri sekalian (pengen ikut wushu, ga pernah kesampean, hahaha…)
Kalo saya lebih suka olahraga sambil rekreasi di alam bebas, Bunda… Lebih seger… 😉 Ntar abis beraktivitas sampe gosong, lanjut difacial sama dipijet2 *teteuppp… nyalon… 😛
Tuti :
Kilan … Kiloan … sama ajah … 😀
Iya, bagi pemula, untuk dancing memang masih sibuk menghapal langkah. Maklum gerakannya banyak, dan nggak boleh salah urutannya. Kalau salah bakal kelihatan banget, apalagi dalam line dance. Semua orang berputar ke kiri, bisa-bisa dia sendiri yang melangkah ke kanan … 😀
Dansa buat fun juga oke kok Mid. Ikut line dance aja, yang gak usah repot cari pasangan. Dan kalaupun mau dansa pasangan, bisa sama-sama cewek. Ais kayaknya mau tuh 🙂 *towel-towel Ais*
Olahraga bela diri? Aku dulu SMA pernah belajar kempo, tapi gak tahan … 😀
Aku suka juga olahraga di alam bebas, tapi emoh gosongnya, secara udah gelap tambah gosong lagi … 😦
*batuk2*
Dansa yo dansa dddoooonnnggggg …
Heheheheh
Salam saya bu
Tuti :
Dansa yuk Om …
tapi jangan injek kaki saya ya 😀
salam saya juga Om
Dulu kepengen banget belajar serampang 12, nggak kesampaian sp sekarang. Sekali2nya belajar di tempat les Inggris, tarian rakyat Amrik sono, namanya square dance, itupun nggak inget lagi. Kl sport dancing nonton di tv doang mbak.
Tuti :
Ayo, sekarang belajar lagi Mbak Mon. Nggak ada kata terlambat untuk belajar dancing. Di sanggar saya, ada ibu-ibu yang usianya sudah 70, masih aktif dansa, yah… meskipun yang pelan semacam waltz 🙂
sini tak ajarin serampang 12 monda
bundaaaa *nangis di pojokan*
Tuti :
Cep cep … jangan nangis dong … Bunda beliin balon yak? 😀
bundaaa ihhh aku gak diajak dancing
aku kan sukaaaaaa
😦
bund pokoqnya nanti kalo aku ke sono aku musti kudu diajak dance di rumah bunda ajaa biar kalo lagi males bisa tidorrr :p
Tuti :
Yeeiy … Julie kan di Jakarta, emang mau terbang ke Yogya buat ikut dancing?
Hayuuk …. kapan mau ke Yogya lagi, nanti aku ajakin dancing sampek pagi, sampek kaki gempor dah … 😀
Habis itu boleh tidooor, asal jangan ng****l … hihi …
aku dari dulu niatnya mau kursus tari2an jawa dan betawi karena belom pernah menguasai tari2an itu kan aku lebih banyak tau tarian sumatera
cita2nya mau buka sanggar bunda *cengir*
Tuti :
Aku juga pengin belajar tari tradisional, tapi kapan ya ada waktu? 😦
Nah, sama dong … cita-citaku juga punya sanggar *pelukan*
Tapi aku mungkin lebih konsen ke sanggar dance 🙂 . Kayaknya kita perlu mengembangkan tari tradisional yang cocok untuk tari pergaulan ya, selain poco-poco. Semacam chacha dan salsa, yang bisa dimainkan pada acara-acara pertemuan gitu …
dansa apa yoga? mmm… badminton aja deh bun #loh?#
ssttt… bun ati2 ntar blognya dibajak ma yg jualan treadmill loh! 🙂
Tuti :
Badminton? Duh … ‘kok’ku mencelat terus tuh Mey … 😀
Haduh, iya ya …. Ma’ap pada semua produsen treadmill, percayalah produk Anda tidak akan bangkrut hanya gara-gara hasutan saya untuk tidak memakai treadmill 😉
eh bun ini rahasia loh ya. dl prnah nganter mas ikut Reiky smacam pngobatan ala yoga gt bun. syaratnya rileks kosongkan fikiran. kl fokus jd kek terhipnotis ma alunan musiknya bun, nanti tubuh bs gerak sndiri buat ngobatin bagian yg sakit.
lah iseng nyoba, bukannya fokus mlh daku pnasaran ngintip depan, kiri & kanan yg gerak2 walhasil krn ktakutan ngliat pd aneh gt, bukannya ngosongin fikiran mlh sibuk dzikir. #walah# ngga bakat tnan aku bun 🙂
Tuti :
Aku pernah juga tuh ikut pelatihan Reiky, sama Anand Krishna langsung, pas ada acara di Yogya. Tapi nggak sampe gerak-gerak sendiri gitu, cuma seperti meditasi aja, mengosongkan pikiran agar bisa menangkap tenaga dari alam. Tapi dasar pikiranku selalu penuh, susah ngosongkan pikiran. Walhasil, ya gak berhasil deh aku belajar Reiky … 😛
Wahhhhhhhhhh,,, malming yang asik punya tuh bu.. 🙂
pengen juga sih belajar dansa yang serius, secara aku kan tukang jejingkrakan, tapi kok gak yakin bisa yak, soalnya aku ini kaku dan macho dalam bergerak gitu lho, tambah lagi, bodynya dah kayak bus Damri, guedii abis,, hehhee,,,
kalo yoga??? mungkin bisa dicoba ya bu, hehehe…
salam sayang bu Tuti sayang…
*eh, baru liat jilbab biru nan cantik itu, ah, bu tuti, ternyata kecantikannya tak hanya terpancar dari jilbab merah saja,, hehhe,,,, Iyhaaaaaaaaaaaa…. usil deh.. 😛 *
Tuti :
Hayuuu dicoba, pasti Iyha bisa dancing kok. Kalo ngerasa macho dan badannya guediii … malah cocok buat jadi cowok yang berpasangan dengan cewek. Jarang tuh yang cocok memerankan cowok, jadi pasti laris, gampang dapet pasangan dancing … 🙂
Nah, yoga juga bagus. Kalau ini nggak ada urusan sama ukuran body 🙂
Uhuyy ….. makasih Iyha. Seneng banget dipuji sama Iyha yang cuantiik *langsung nyari cermin* 😛
salam sayang juga Iyhaaa …
dansa memang mengasikkan, dan aku paling suka walls, tango dan foxtrot, 🙂
tapi, itu dulu…….
sekarang?
karena malas jogging ataupun jalan cepat
(kayaknya kok capek dan males banget ngelakoni ini ) 😦
*alesaaaaann*
aku mulai belajar seni pernafasan saja
xixixiix…….. orang2 banyak yg bilang, ini olah raga utk wong sepuh, karena low impact atau malah sama sekali gak ada impact nya ya ? 😛
padahal ternyata seni pernafasan ini, sungguh sangat menguras tenaga juga lho 🙂
Semoga kita semua selalu sehat ya Mbak Tuti ,amin
salam
Tuti :
Bunda Lily, ayo dong dansa lagi … Waltz kan bisa sampai usia berapa pun.
Tapi olah raga pernafasan juga bagus. Yoga kan juga dimulai dengan latihan pernafasan. Kalau gitu belajar yoga aja sekalian Bun …
Amin Bunda, semoga kita semua sehat ya 🙂
salam,
di kantor habis senam sering diajari gerakan cha2 Bun.. Asyik ya.. Sebenernya pengen banget ikut… Besok lagi deh, kalo ada kesempatan ya Bun… Sy suka nari, jd sepertinya dansa sy cocok.. Sy juga suka menyendiri, ah…rasanya yoga jg perlu dicoba…
Tuti :
Chacha memang asyik, lincah dan penuh semangat.
Iya deh, besok kalau ada acara lagi aku ajak. Atau kalau mau latihan di sanggar, bisa mulai kapan saja
Mau ikut yoga juga? Ayuuk … 🙂
lho? Kok gk ngomentari Ari…
Surprise liat Ari pake baju imut… Hihihi…
Tomboynya pake banget ya Bun?
Btw, jd udah pada main t4 Bunda dunk… Iiii…pengeeeen….
Yg bulu2 kok gk diceeritain si Bun, kn penasaran…
Tuti :
Waktu Ari datang, aku sudah speechless karena dia pake jaket gombrong yang gak jelas warna dan bentuknya. Eh, rupanya di dalam jaket dia pake blus yang lumayan sekseh … hihi 😀
Yang ke rumahku baru Ari, dan sempat ngaku-ngaku sebagai mahasiswaku waktu ditanyain satpam … 😀
Bulu-bulu? Bulu-bulu apaan? *berlagak amnesia* 😉
ini emang aslinya imut mbak.. hadooooh pd ga percaya seh..
jatah crt bulu2 ada di mb mida *lempar tanggung jawab*
Tuti :
Hmmm …. ternyata pada terkesan sama bulu-bulu itu ya … 😮
eh… eh… cerita bulu-bulu apa ini?
*ikutan amnesia bareng Bunda… 😛
Tuti :
Hyaaa … kok jadi amnesia massal? 😀
..
saya suka lihat dance waltz, swing..swing… 🙂
kayaknya itu dance paling romantis deh..
kalo cuman box step sih bisalah.. *tepuk dada.. *
hihihi…
jangan lupa tiap Malming ada acara baru ‘dance with star’ di indosiar..
wajib nonton.. *promosi*
..
Tuti :
Swing … swing …. gubraakk! *jatuh kesrimpet* 😀
Kalo sudah bisa box step, bisa dong bawa cewe dansa waltz. Asyiiik …. sipa mau dansa dengan Ata? 🙂
….
Catet : malam Minggu jam sepuluh malam, Indosiar. Tunggu aku tampil ya …. *swing nabrak pintu*
Ari ngakak ketika saya tanya apa ada temannya yang mau datang ke tempat kostnya yang ada di ujung dunia itu.
jawaban nya : heran nya ada loh bun
*mengelap peluh*
seriuus bunn aku mupeng. kalau aku ada di jogja, aku pengeen banget ngekut.
penasaraaaan.
apalagi dansa cha cha. aw.. aw.. aw.. kek nya berkeringat banget gituu
hhihihihihi.
kalau ada gathering lagi aku diajakin yah bun
tenang.. si tomboy itu nanti aku yang nyeret
😀
Tuti :
Untung bener Ari punya teman yang setia mati, sampek mau berpeluh-peluh datang ke kostnya … 🙂
Dansanya macem-macem Ais, nggak cuma chacha. Kalo mau yang lebih berkeringat, coba jive. Dijamin megap-megap … 😀
Ayo, kalo mau belajar, ikut latihan aja di sanggar …
Iya deh, besok kalo ada gathering lagi aku ajakin yak … *masrahin Ari ke Ais*
bunda, dr dulu aku pgn ngerasain yoga, tapi yg fokusnya ke
lebih bersifat ke’dalam’bukan yg plintatplintutin badan. tapi kayaknya bakal ga betah duduk diem deh. yaaa.. kecuali yoganya blh sambil ngenet.. hhehehehheeTuti :
Gak mau plintat-plintutin badan, takut gak bisa balik ke bentuk semula ya? 😀
Yoga yang sambil ngenet itu Yogakarta ‘kalee … 😉
aduh salah html, mau bikin miting malah jd coret *tepok jidat*
Tuti :
miting? *kening berkerut*
haduh salah tulis, miring maksudnya..
*otak error efek modem error*
Tuti :
Owgh … miring tho? Berapa derajad miringnya? 😮
Waah..pengen jga niy…*sambil longak-longok nyari disekitar kalau2 ada tempat latihan dansa juga* Saat ini sih bisanya cuma poco-poco 🙂
Tuti :
Di Semarang banyak loh tempat latihan dansa. Coba aja cari-cari informasi …
Halo mbak Mechta, saya baru mulai belajar ballroom dance, domisili saya di semarang.
apakah sudah menemukan tempat latihan dansa di semarang? saya juga masih cari.
kalau sudah menemukan, kabari saya yach. Makasih sebelumnya.
Tuti :
Di Semarang ada kok sanggar dansa. Besok kalau saya sudah dapat alamatnya, saya kasih tahu deh …
Saya kok naksir treadmillnya yang menganggur. Bisa dikirim ke rumah untuk saya pinjam. Waktu pinjam sekitar 12 tahun gitu :). Karena saya hobi nonton film, alangkah indahnya jika saya nonton film sambil treadmill. He he he
Tuti :
Hehehe … boleh dilungsur Pak, dijamin masih baru-ru, wong dipakai baru 3 kali (bayangkan, setahun sejak dibeli, cuma dipake 3 kali …!).
Kalo nonton film kejar-kejaran, sambil lari di treadmill memang cocok Pak, berasa jadi aktor utama (asal jangan jadi tokoh cerita yang dikejar hantu … 😀 )
percaya gak bu, saya pernah lho belajar ballroom dance. huahaha. gara2 waktu itu ballroom dance itu lagi ngetop banget di kalangan keluarga saya. papa mama saya les, om tante, sepupu2 juga. kalo ngumpul2 suka pada dansa2.
jadi saya pernah ikutan les. tapi cuma bentar trus brenti. gak bisa! hahaha.
Tuti :
Wuaa …. asyik dong kalo satu keluarga pada ikut belajar dance semua. Aku juga suka ballroom, waltz, tango, quick step. Ruangannya harus luas tuh. Untuk ballroom, idealnya ukuran ruangan 15×20 meter, kan langkahnya meluncur panjang-panjang. Asyik banget … 🙂
Yeah, mosok sih nggak bisa? Kurang semangat aja ‘kali … Ayo belajar lagi sama Esther, besok kalo babynya udah lahir. Kan romantis banget tuh kalo pasangan suami-isteri dansa waltz 🙂
dansa atau yoga?
dansa ngga bisa goyang
yoga ngga bisa konsen
aku diajak jalan cepat aja deh atau jadi petugas pos 😀
EM
Tuti :
Hwaduh … kalau jalan cepat saya nyerah deh Mbak. Lha wong putri Yogya gitu lho, jalannya pasti lemah gemulai … apalagi kalau lapar … hihihi … 😛
ehm… saya kok jadi pingin dansa juga ya.. tapi goyang komando aja deh hehe..
Salam kenal ya Mbak….
Tuti :
Goyang komando? Iringannya apa tuh? 🙂
Salam kenal juga lozz
wah, adik ipar yang tinggal serumah sama saya juga bisa dansa lho bu, keren sekali kalau lihat dia kok bisa lentur banget badannya melenggak lenggok gitu..
eh bukan salsa ding, tari latin katanya dan dia baru kemaren ikut dance competition di jakarta..
suami saya juga jadi lucu, kalo adik latihan dia sering ngikut2in gerakannya padahal badannya kaku kayak tukang gitu..hihi..saya mah ketawa ketiwi aja liat polah mereka..
dan hebatnya lagi..adik ipar saya itu cowok lho…tapi pinter banget narinya, hehe
Tuti :
Iya, belum lama kemarin memang ada kompetisi dansa di Jakarta. Dulu tiga keponakan saya juga sering ikut kompetisi (salah satunya Aan yang saya ajak kemarin). Tapi dua keponakan saya yang cewek sekarang sudah berpencar, kerja di luar Yogya, jadi brenti deh aktivitas dansanya 😦 . Padahal mereka dulu sudah ikut kompetisi kemana-mana, dan beberapa kali menang pula …
Biarpun cowok, seorang dancer pasti badannya lentur. Eh iya, siapa nama adik ipar Intan? Siapa tahu saya atau keponakan saya kenal, soalnya komunitas dansa di Yogya orangnya kan itu-itu saja, hampir semua saling kenal.
Istri saya sekarang lagi getol-getolnya Yoga, Bu Tuti…
Saya sering diajakin, tapi gak tertarik, hehehe…
Saat ini, olahraga saya adalah naik-turun tangga perpustakaan, lumayan lho, empat lantai, hahaha… 😀
Saya sudah pernah lihat kemahiran bu Tuti berdansa… Uhuy tenan deh… 🙂
Tuti :
Wah … Uni Icha suka yoga juga to? Di mana latihannya? Hasilnya sudah terbukti nyata kan Da, Uni Icha sekarang langsing (eh, bukan berarti dulu gemuk lho, cuma lebih ‘berisi’ gitu … 🙂 ). Nah, besok kalau naik-turun tangganya sudah kelar, ikut yoga sama Uni ya. Dijamin bakal mirip Tengku Ryan ukuran asli … hihi 😀
Hwa, kapan ya Uda pernah lihat saya dansa? Jangan-jangan Uda suka ngintip ke sanggar ya? 😀
Lha, kan dulu di Balai Melayu, Bu Tuti “perform” di hadapan kita-kita, masa lupa, hahaha… 😀
Tuti :
Oiya …. Wah, tapi itu belum apa-apa Da, sekarang lebih asoy lagi … hahaha 😀
Bunda… menyesal dakuuu..
soal dansa.. sebenernya saya pernah ikutan bebrapa kali. Dulu sering ikutan di kantor.. Bu Ponco salah satu boss di pemkot, emang punya hobi dansa.. salah satu putrinya juga atlit sport dance DIY. Bu Ponco yg mendatangkan instrukturnya.
seminggu sekali.. saya ikut latihan.. tapi baru jalan sebulan mandeg.. krn kesibukan.. *huu.. alesaaan..hihi*
jadinya baru smpat belajar sedikit bunda..
🙂
bunda pasti udah jago yaaa???
Tuti :
Tuuh kan, penyesalan selalu datang kemudian … 😀
Iya, aku kenal Bu Ponco. Setiap ngantar keponakan ikut kompetisi sport dance di mana pun, pasti ketemu Bu Ponco yang ngantaer putrinya. Putrinya sudah jago banget. Keponakanku (3 orang) malah sudah pada pensiun dari dansa, ada yang kerja di Jakarta, ada yang sibuk ini-itu … 😦
Ayo, Anna mau latihan lagi nggak? Ikut latihan di sanggarku saja. Ais juga mupeng banget tuh. Titik juga pengin, tapi dia kan punya rencana lain. Mida mau juga. Ari maunya goyang polisi, ya sudah biar dia ke Polres saja … 😀
Mbak Tuti…
Andai tinggal di Jakarta…
Saya bisa ikutan….(yang udah lama tak sempat ikutan senam, apalagi menari)….
Tuti :
Kayaknya di Jakarta banyak lho Mbak studio/sanggar dance. Tinggal cari teman berlatih saja, soalnya kalau rame-rame biasanya lebih semangat 🙂
Asyik malming dgn berbagai aktivitas yg buat kita enjoy n happy yah mbak. Sayang saya jauh di sini kalau deket pasti saya tak ragu utk ikutan, hahaha 🙂 🙂 🙂 I like salsa very much mbak 🙂 gara2 ikut carnaval JFFF thn lalu hahaha 🙂
Best regard,
Bintang
Tuti :
Betul Mbaak … Ayo kapan kita rame-rame bersalsa-ria 😀 . Memang asyik ya menari sambil diiringi musik. Bikin hati jadi ceria, tubuhpun bugar …
salam hangat,
Ibu Tuti, saya merasa lega setelah baca tulisan Ibu, bahwa ternyata di Jogja ada sanggar dansa. Kalau boleh tahu di mana alamatnya? Saya sangat ingin belajar dansa, dan hingga saat ini masih terus mencari tempat dansa. Mohon bisa diinformasikan ke email saya alamat sanggar Ibu.
Terimakaih banyak.
Tuti :
Di Yogya banyak kok sanggar dansa. Atlet dansa Yogya juga cukup andal di tingkat nasional.
Saya latihan di sanggar Melati, Jl. Dr. Sutomo (pertigaan lampu merah Lab Parahita ke selatan sekitar 20 m). Nomor teleponnya 0813 2821 7288 (Tante Jimmy)
Terimakasih banyak Ibu, saya akan segera cari informasi ke sana.
Tuti :
Terimakasih juga, Endah. Semoga cocok, dan bisa segera ikut berlatih di sana 🙂
[…] cukup belajar gilanya. sekarang waktunya cerita. kamu inget ceritanya bunda tuti yg ini? apa? ga inget?! ya sudah, ga ngaruh itu, saya tetep mau cerita versi saya soal ceritanya bunda […]
Wah, seru tuh.. Btw kursus dansa dimana Tante? Saya tertarik, tapi gak tau tempat belajarnya,hehehe… Makasih infonya 🙂
di Jogja sanggar tari salsa atau cha cha dimana Ibu?