Mulai bulan Maret kemarin, setiap Malming saya punya acara baru yang tidak bisa diganggu-gugat : nonton Dancing With The Stars. Acara ini ditayangkan Indosiar, merupakan kerjasama dengan BBC Worldwide dari program asal bernama Strictly Come Dancing. Menurut Wikipedia, hingga November 2010 program ini sudah dibeli lisensinya oleh 32 negara (sekarang pastinya sudah bertambah).
DWTS adalah kompetisi dansa yang diikuti oleh 12 pasangan selebriti/public figure dengan seorang professional dancer, terdiri atas 6 pasangan selebriti pria dengan professional dancer wanita, dan 6 selebriti wanita dengan professional dancer pria. Mereka berkompetisi dengan sistem eliminasi, hingga di babak grand final tersisa 3 pasang penari. Ada dua jenis tarian yang dikompetisikan, yaitu Ballroom Dance (Waltz, Quickstep, Tango, Slow Foxtrot, Viennese Waltz) dan Latin Dance (Chacha, Rhumba, Jive, Samba, Paso Doble). Seru … ๐
Foto dipinjam dari sini
Sabtu malam (9 April) kemarin DWTS Indonesia sudah memasuki babak ke tiga untuk selebriti wanita dan professional dancer pria. Ada 4 pasangan yang tampil, yaitu Yuanita Christiani (host & model), Magdalena (host, model & comedian), Cindy bernadette (R&B singer & vocal director), dan Poppy Putri (news presenter). Dua peserta yang sudah tereliminasi adalah Wiwid Gunawan (actrees & model) dan Zivana Letisha (Indonesia Miss Universe 2008). Adapun Sabtu 2 April selebriti pria yang tampil adalah Augie Fantinus (host & comedian), Fadly (host & model), Iwa K (rap singer), Henky Kurniawan (actor & FTV director), dan Ivan Ray (actor & vocalist). Seorang peserta yang sudah tereliminasi adalah Caesar (host & radio announcer).
Pada Sabtu 9 April peserta wanita yang tereliminasi adalah Poppy Putri. Ia berpasangan dengan penari profesional Martin, membawakan Hustle. Tarian ini adalah jenis disco dance yang pernah sangat populer pada tahun 70-an. Sayang Poppy kurang berhasil dalam performance kali ini, dan mendapatkan nilai terendah di antara keempat peserta. Ralf Lepehne, juri profesional dari Jerman, hanya memberikan nilai 5. Menurut Ralf, banyak langkah Poppy yang tidak match dengan musik. Sayang sekali … ๐ฆ
Martin dan Poppy membawakan hustle
Poppy dan Martin tersenyum ceria, sebelum juri memberikan nilai
Poppy dan Martin masih bisa tersenyum melihat nilai mereka, meskipun tak lagi secerah sebelumnya …
Peserta ke dua yang tampil adalah Magdalena, berpasangan dengan professional dancer Yana. Mereka menampilkan Quickstep, jenis dansa ballroom yang memiliki tempo tercepat, sekitar 50 – 60 langkah per menit (dansa ballroom lain memiliki sekitar 30 langkah per menit). Saya suka jenis dansa ini. Jika dibawakan dengan baik, Quickstep seperti tarian kijang yang berlari-lari dan melompat-lompat dengan indah. Magdalena belum cukup cepat, sekalipun koreografinya menarik dengan bumbu gerakan-gerakan kocak seperti pose Magdalena yang berbaring di pangkuan Yana. Not good enough anyway, sehingga Ralf hanya memberikan nilai 6. Lumayanlah, lebih tinggi dari Poppy … ๐
Ya’elah … ini pose apaan? Magdalena jadi gitar? ๐
Cathy Sharon, Magdalena, dan Yana di belakang layar menunggu nilai juri
Total nilai Magdalena dari juri adalah 21
Tango berasal dari wilayah Rio de la Plata, yang kemudian berkembang ke berbagai penjuru dunia. Pada tahun 2009 UNESCO memberikan pengakuan bahwa Tango adalah Intangible Cultural Heritage milik Argentina dan Uruguay. Tango masuk dalam kelompok ballroom. Tarian ini memiliki gerak yang khas, kombinasi antara langkah lambat dan kepala yang berputar dengan cepat. Di kompetisi DWTS 9 April, Tango ditampilkan oleh Cindy Bernadette dan Kiky. Ralf memberikan nilai 7 untuk pasangan ini. Cukup tinggi … ๐
Langkah Cindy cukup mantap dalam ayunan Tango …
Cindy berlatih keras dengan arahan Kiky untuk menampilkan Tango
Cindy melonjak gembira dan langsung memeluk Kiky begitu mengetahui nilai dari juri
Peserta ke empat adalah Yuanita Christiani dan Wawan. Yuanita sempat cedera ketika latihan, sehingga tidak bisa tampil pada babak pertama. Absennya pada babak pertama dibayar Yuanita dengan sangat bagus pada babak kedua, dengan menampilkan Vienesse Waltz. Pada babak ke tiga kemarin, Yuanita membawakan Rhumba dengan iringan lagu “My Heart Will Go On” yang sangat populer berkat film Titanic.
Penampilan Yuanita dan Wawan sempurna sehingga Ralf memberikan nilai 10! Luar biasa! Belum pernah Ralf memberikan nilai maksimal dalam DWTS. Bahkan nilai 9 pun belum pernah diberikannya. Kalau tidak salah, nilai tertinggi yang pernah diberikan Ralf adalah 8, dan itu untuk penampilan Yuanita di babak ke dua dengan Viennese Waltz. Ralf bahkan memberikan julukan Princess of Waltz kepada model cantik berbakat ini.
Wawan, pasangan professional dancer Yuanita, adalah dancer yang andal dan sudah berpengalaman mendampingi artis debutan dancer. Dalam acara Seleb Dance yang ditayangkan Anteve tahun 2007 Wawan mendampingi Kinaryosih, dan memberikan penampilan bagus. Meskipun tidak berhasil menjadi pemenang pertama, mereka mendapat kesempatan tampil pada “Nach Baliye” di Mumbai, sebuah tayangan kompetisi dansa di India yang diadaptasi Seleb Dance.
Yuanita mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada Wawan, pasangan professional dancernya
Yuanita menangis ketika melihat Ralf memberikan nilai 10 …
Ada tiga juri dalam DWTS, tetapi saya selalu hanya menyebut Ralf. Mengapa? Ralf Lepehne adalah professional dancer dari Jerman yang pernah menjadi juara Latin & Ballroom International Dance. Dia sangat menguasai bukan hanya pengetahuan tentang dansa, tetapi juga seorang dancer yang memiliki segudang pengalaman. Penilaian Ralf menjadi standar yang bisa dipercaya bagi kemampuan peserta. Ralf juga menguraikan dengan rinci bagaimana seharusnya suatu jenis tarian dibawakan, di mana kekurangan dan kelebihan yang dimiliki tiap-tiap peserta. Saya suka mendengarkan penjelasan Ralf, karena dari situ kita bisa banyak belajar ๐
Komentar Ralf menambah pengetahuan penonton tentang teknik dansa yang benar
Bagaimana dengan dua juri yang lain? Dengan segala permohonan maaf, menurut saya Mieke Amalia dan Marcelino Lefrandt kurang memiliki kompetensi sebagai juri. Mereka tidak tahu tentang dansa, sehingga komentar yang diberikan pun tak memiliki dasar, subyektif, bahkan sering -sekali lagi ma’af- lebay bombay ๐ฆ . Saya tidak tahu mengapa Indosiar tidak memilih juri yang lebih kompeten. Banyak pakar dansa di Indonesia yang memiliki kapabilitas sangat baik. Atau, kalaupun harus diambil dari kalangan selebriti sebagai daya tarik penonton, bisa dipilih selebriti yang meskipun bukan pedansa tetapi memiliki pengetahuan yang cukup tentang dansa.
Kompetensi seorang juri sangat penting, sebab bagaimana mungkin seseorang memberi penilaian atas sesuatu yang tidak dikuasainya? Bagaimana mungkin dia bilang bagus atau jelek, kalau dia tidak tahu bagaimana yang betul dan seperti apa yang salah? Saya yakin, para peserta justru tahu lebih banyak dibanding kedua juri yang saya sebut terakhir.ย Ini tidak fair, tidak adil bagi peserta. Penonton juga sebal. Please, penonton tidak bodoh, dan banyak penonton berasal dari kalangan pedansa, yang sedikit banyak tahu tentang dansa … *sewot* ๐ฆ
Please Bu … kurangi lebaynya … ๐ฆ
Bapak juga … tolong berikan penilaian yang lebih kritis ya …
Kekurangan yang sama (meskipun sedikit lebih baik dibanding Mieke dan Marcel) juga ada pada Coky Sitohang dan Cathy Sharon, sepasang host yang memandu acara ini. Mereka kelihatannya tidak cukup tahu tentang dansa. Ini terlihat dari komentar mereka, yang tidak fasih menyebut terminologi-terminologi khusus dalam dunia dansa. Saya pikir, jika seseorang sudah menyanggupi untuk menerima suatu job, sudah seharusnya ia berusaha untuk menguasai materi acara yang ia bawakan. Kerja keras sedikit dong, belajar untuk tahu tentang dansa. Panggil pakar dansa, atau search ke internet. Gampang kok mencari informasi tentang ini. Baru itu namanya host dan juri yang memiliki tanggung jawab profesional …
Selain dinilai oleh Ralf, Mieke, dan Marcel, peserta juga dinilai oleh 100 orang juri votelock yang dipilih secara acak. Menurut saya, meskipun acak, pemilihan 100 juri votelock seharusnya juga melalui prosedur tertentu, yaitu dipilih acak dari kalangan yang paham tentang seni pertunjukan, khususnya tari. Istilah kerennya purposive sampling (halah … ๐ ). Ya iya dong. Aneh kan kalau juri yang terpilih ternyata sama sekali tidak suka musik dan dansa?
Coky Sitohang dan Cathy Sharon, host DWTS
Tanpa memiliki pengetahuan tentang jenis-jenis dansa dan teknik tiap-tiap jenis dansa, penilaian juri bisa terpeleset hanya melihat pada kehebohan sebuah penampilan, misalnya banyak liftingnya, atau bahkan penarinya yang cantik dan seksi ๐ฆ . Ini tampak misalnya pada Marcel, yang memberikan nilai rendah pada Yuanita sembari mengatakan bahwa ia mengharapkan penampilan yang lebih cepat dan dinamis (kira-kira begitu, kalimat persisnya saya lupa). Lho, dimana-mana, yang namanya Rhumba itu temponya pelan dan lebih menampilkan penghayatan emosi.
Harapan Ralf agar teknik dansa semakin dimatangkan nampaknya sangat perlu diperhatikan peserta. Nggak perlu terlalu banyak ‘pengantar’ cerita yang tidak berupa tarian. Waktu yang cuma 90 detik (baca : sembilan puluh detik, satu setengah menit) seharusnya dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin untuk menampilkan real dancing.
*ehm …. kok saya jadi bawel bin cerewet ya … ๐ *
Oke, kita tunggu saja penampilan para peserta DWTS di babak berikutnya hingga grand final.
Sumber : Wikipedia, Gatra.com, Indosiar.com
..
sebelum tayang di Indonesia saya pernah lihat DWS luar di youtube..
waktu tayang di indosiar langsung deh saya sms sahabat yang gemar dance..
dan taraaa… ๐
saya baru ngeh, ternyata DWS tayangan khusus dewasa..
kostumnya sexy abis… hihihi..
kayaknya Bu Tuti deh yang cocok jadi jurinya, mendampingi om Ralf.. ๐
mieke emang Lebay, muji mulu gak berani kritik..
kadang suka asal, pas yg tampil augie ketawanya nggilani.. ๐
..
soal jagoan saya, mungkin Yuanita sama Fadhlan..
..
Tuti :
…
Sobat Ata pasti seneng banget tuh dikasih tahu tentang DWTS di Indosiar ๐ . Minta komisi dong *ngomporin*
…
Iya, di Indosiar selalu dimunculkan peringatan bahwa tayangan ini untuk dewasa, makanya ditayangkan jam 22.00, di saat anak-anak seharusnya sudah bobo’ (kalau ada anak-anak yang masih melek, nah … ortunya kemana tuh … ). Aku sebenernya risih dengan kostum dancer wanita yang sering terlalu terbuka, tapi mau gimana lagi, lha wong ini budaya impor dari ‘sono’, yang ukuran etika berpakaiannya beda dengan kita. Makanya aku pengin banget mensosialisasikan dancing yang lebih sopan dan tertutup, tapi tetap indah *cita-cita*
…
Aku jadi juri mendampingi Om Ralf? Kwk … kwk … kw… nggak beraniii ๐ . Emang aku tahu apa soal dansa? Kasihan peserta dan penonton deh …
…
Aku juga njagoi Yuanita dan Fadly (bukan Fadhlan ๐ฎ ). Yuanita sangat berbakat, postur tubuhnya juga mendukung (ramping). Kalau kita lihat dancer-dancer wanita Barat, kakinya panjang-panjang dan langsing-langsing, jadi kelihatan indah waktu menari ๐
..
duh kayaknya gak perlu komisi2an deh, asal bisa buat orang seneng itu sudah cukup..tsahhh..
cincailah… ๐
..
tapi ballroom gak mungkin pake’ kebaya’ Bu..
apalagi tango.. bisa kesrimpet… hihihi..
..
Fadhli-Fadhlan kalo di jejerin Bu Tuti juga gak bakal bisa ngenalin.. ๐
..
kelemahan Yuanita mungkin masih kurang PeDe aja..
*marcel mode on*
..
Tuti :
Syukurlah kalau si sobat gak perlu ngasih komisi … ๐ . Iya, bikin orang lain senang itu bikin kita senang juga. Maka sering-seringlah nyenengin orang …
…
Siapa bilang ballroom gak bisa pake kebaya. Bisa saja. Kebayanya gak masalah. Nah, kainnya dikasih belahan, terus di bagian dalam pakai celana panjang …
…
Yee … itu kan Fadli-Fadlan yang lain, yang suka nyanyi lagunya Beatles dan Everly Brothers ๐ฎ
…
Sesudah dapet nilai 10 dari Ralf, pastinya Yuanita akan lebih pede ๐
Saya pernah menonton Penampilan Yuanita Kristiani …
Waktu itu dia menari bagus sekali …
penuh penghayatan …
saya lupa tepatnya kapan …
tetapi ketika itu Yuanita dan Wawan (kalau tidak salah) menarikan Theme dari “Pearl Harbour” …
Penghayatan Yuanita luarbiasa disana dan diberi penilaian yang juga tinggi …
Salam saya Bu
Tuti :
Yuanita baru tampil dua kali Om, jadi yang Om tonton itu pastinya penampilan Yuanita pada babak ke dua. Kisahnya yang dia dikabari kalau suaminya meninggal, terus dia mimpi ketemu suaminya itu ya? Kalau saya nggak salah ingat, dia membawakan Viennese Waltz, dan memperoleh nilai 8 dari Ralf Lepehne. Kalau lagunya, saya malah nggak ingat ๐ฆ
Memang Yuanita bagus ya Om … ๐
salam saya juga Om
Waktu itu saya lupa Yuanita membawakan langkah Dance apa …
Tuti :
Viennese Waltz Om, jenis waltz dengan tempo cepat (lebih cepat dari waltz Amerika)
Ya betul bu …
Jadi ceritanya dia terima surat …
(mungkin isinya sangat menyedihkan …)
kemudian dia tertidur …
dalam tidurnya dia mimpi berdansa dengan kekasih hatinya …
Salam saya Bu
Tuti :
Betul Om, jalan ceritanya memang seperti itu. Om pinter deh … ๐
salam saya juga Om
saya tidak paham dance,, tapi dari penjelasan di postingan ini saya setuju dengan Ata, lebih paham Bu Tuti daripada dua juri pendamping tadi, apalagi saya ๐
saya pernah ngeliat acara ini selintas di Indosiar, kalo ga salah yeyen yg jadi peserta,, hehehe,, ternyata acara ini ๐
walaupun ga paham dance, saya tetap terkagum-kagum sama lomba dance yang disiarkan AXN, dan ini saya udah ngikutin dari penyisihan pas 24 besarnya,, soalnya kagum,, kok bisa buat gerakan seperti itu yaa ๐
Tuti :
Wah … enggaklah. Saya juga nggak tahu banyak kok tentang dansa. Sok tahu aja … hahaha ๐
Mmm … kalau pada DWTS ini kayaknya nggak ada peserta yang bernama Yeyen deh. Mungkin pada acara yang lain ya, meskipun sama-sama di Indosiar.
Apa yang ditampilkan para peserta DWTS memang hebat (terutama untuk peserta ceweknya, karena gerakannya lebih complicated). Apalagi mereka belum lama belajar. Lha saya yang sudah belajar beberapa tahun saja belum juga bisa … (dasar memang gak punya bakat … ๐ )
Belum nonton acara ini. Pernah nonton Yg satu lagi, lupa di tv mana. Pesertanya bintang2 juga, ada chef haryo. Tp kayaknya modern dance deh. Kl juri untuk nemani Ralf kok nggak ajak pak Damsik ya?
Tuti ;
Dance kayaknya memang sudah jadi kegemaran baru para selebriti. Kalau yang ada Chef Haryo saya nggak ngikuti Mbak.
Iya betul, Pak Damsyik itu salah satu pakar dansa Indonesia. Mungkin usia beliau sudah terlalu lanjut. Tapi pakar-pakar dansa yang masih muda banyak juga kok …
wow… baru kali ini baca ulasan mengenai suatu reality show se komplit ini. bukan hanya peserta yang di review, juri, pembawa acara bahkan sampai juri vote lock pun di review..
dah bener: kenapa gak bunda ajah yah jadi juri?
my vote for bunda tutii buat jadi juri
atau.. pembawa acara deh.
hehehhehe…
kapan aku diajak gathering bun?
*ngarep*
Tuti :
Hak hak hak … kalau Ais ikut, aku mau jadi juri … ๐
Bulan Mei kayaknya bakal ada gathering lagi. Ayo latihan dulu, biar besok bisa ikut nggesek sepatu di dance floor, gak cuma jadi penonton … ๐
healah bun, aku kapan latihan nya..
latihan sendirian di rumah pake gaya tap dance abal-abal waktu masih jadi color guard waktu dulu boleh bun?
hehehhehehee
Tuti :
Lah, memangnya sekarang Ais masih di Jakarta? ๐ฎ
Tap dance abal-abal? Boleh … boleh … pasti nanti semua orang bakal berhenti dance buat nonton Ais ๐
bundaaa…..
tahu gak siih.. aku lagi nonton dance with star malam ini. dan iyyyaaah beneeer.. jurinya yang ngasih komen dengan serius keknya cuman si Ralf ajah
huaaa.. aku jadi inget Bunda pas nonton Dancing with the star ini
๐
Tuti :
Halo Ais …
Aku juga nonton, tapi pindah-pindah channel ke Metroteve yang lagi nayangin kisah Queen Elizabeth II ๐
Komentar Mieke dan Marcel sekarang sudah lebih baik lho dibanding waktu aku nulis posting dulu. Mungkin mereka sudah belajar gara-gara tulisanku yang mengkritik mereka (ge-er deh … ๐ ).
Yep, Ralp memang piawai karena dia dancer profesional
hiahahahhaha.. keknya emang dia baca Bun, soalnya udah aku kash linknya
*nambah ngawur*
hihiihiiihihi,
oh gitu toh. ah minggu depan nonton lagi ah. penasaran. siapa yang jadi juara, soalnya aku jadi jatuh hati sama Yuanita. dia okeh banget kemaren!
Tuti :
Hwaa … kalo gitu mereka harus berterimakasih dong ke aku *super ngawur* ๐
Iyaah … Yuanita oke banget. Makin kesini para peserta memang semakin okeh …. Iyalah, kan mereka semakin terlatih ๐
Waduh.. ya ampun.. sabar Buu… xixixxi.. kalo saya yang nonton pasti saya iya-iya in aja itu Marcelino Lefrant.. abis ganteng sih (*_*)
Tuti :
Hahaha …. ๐
Ingat Cla, Yos lebih ganteng dari Marcel lho … hihihi …
Wah jarang nonton tv .. tapi kalau menempatkan orang yang tidak kompeten disini sudah sangat umum .. sampai ke dunia entertainment juga ikutan .. sayang sekali ..
Salam
Tuti :
Saya juga sebenarnya lebih sering nonton teve berita, baru kalau ada acara menarik di teve lain, saya pindah channel ๐
Kalau pada DWTS ini, penempatan juri dan host yang kurang kompeten sepertinya hanya untuk mengejar ‘gebyar’ saja …
salam,
wah..blom nonton acara ini, tapi pengen nonton juga jadinya setelah baca posting ini ๐ Hm…apalagi klo Bu Tuti ikut jadi peserta / bintang tamunya… ayo buu…semangat latihannya ๐
Tuti :
Aduuuh … saya bukan selebriti, dan bukan jago dansa !
Jadi penonton aja deh Mbak (dan penonton yang cerewet … ๐ )
Wahh aku ketinggalan mbak (ssst bukan ketinggalan, tapi memang jarang nonton TV). Padahal saya fans setia AXN untuk acara “So you thing you can dance?” yang juga acara kompetisi tari….
Atau juga Glee…
Hmm mesti dicatat nih mbak, hari Sabtu ya…
Tuti :
Wah … saya malah nggak pernah nonton AXN maupun Glee …
Iya Mbak Enny, hari Sabtu malam jam 22.00. Jangan lupa ya … (wah, saya kok kayak humas Indosiar nih jadinya ๐ )
wah iya kok aneh sih jurinya bukan dancer semua…
kalo dwts sini 3 3 nya jurinya penari semua.
lagian di indo kan banyak juga penari2 handal nya…. masa gak bisa nyari juri yang penari juga ya?
Tuti :
Itulah makanya aku gemes …
Atau jangan-jangan ada unsur ‘perkoncoan’ ya ๐
Saya waktu yg kemaren ampe kaget
Ada dua juri memberikan nilai sempurna
Hebat ya ๐
Tuti :
Wah … Aa’ nonton juga ya? Kirain nggak suka tontonan seperti itu. Dosa lho A’, lihat yang gak nutup aurat … ๐
kalo disini mau gak mau hanya chanel indosiar aja yang bisa dilihat…
itu cara potong gambarnya gimana ya bu…
Tuti :
Lho, teve-teve yang lain nggak bisa? Wah, kenapa ya? Indosiar hebat dong … ๐
Itu gambarnya saya foto langsung dari layar teve Mas. Makanya gak begitu bagus ๐
Wah wah wah. Tutup ketemu tumbu. Klop banget. Sudah suka dansa dapat acara TV tentang dansa sekaligus ada komentator jagoan. Pantaslah kalau acara kawinan pas acara DWTS langsung disetip untuk didatangi. Apalagi kalau yang mengundang tak begitu dikenal.
OSI, saya jadi hati-hati kalau mau kontak pas acara DWTS. Bisa-bisa SMS saya baru dibalas esok harinya. ๐
Selamat menikmati acara DWTS meskipun banyak kekurangannya. Saran saya, buat komplain ke Indosiar lewat email. Pasti didengar kok. Lha Indosiar lagi cari acara bagus untuk nutup kerugian.
Tuti :
Iya Pak, memang saya seneng nemu acara ini. Kemarin suka nonton Ale Soul di acara Indonesia Mencari Bakat Transteve. Habis IMB, ada DWTS. Pindah channel deh ๐
Tapi kalau soal njagong manten teteplah Pak, kan DWTS mulai tayang jam 22.00, jadi sudah pulang kondangan.
Oh ya, nggak usah kuatir kalau sms Pak, pasti dijawab kok. Apalagi kalau smsnya bilang mau ngirimin kue ๐
Usul yang bagus Pak, kirim email ke Indosiar untuk kasih masukan …
Saya mah lebih suka liat briptu norman joget daripada nonton acara ini, Bunda… ๐
Liat kostum seksi dan gerakan tarinya bikin kepala cenat-cenut… kalo pesertanya suami-istri mungkin masih mw lah nonton… *maklum dari kampung… ๐
Tuti :
Hihihi … ma’aap kalau postingan ini bikin kepala Mida cenat-cenut ๐
Aku sih lebih memperhatikan teknik gerak dansanya, bukan pakaiannya. Yah, bisalah aku memilah-milah, mana yang bisa dijadikan penambah ilmu, mana yang dibuang …
Saya memang kurang tahu soal dansa. Satu-satunya pertandingan dansa yang saya tonton lewat kotak TV adalah yang ada di dalam film Shall We Dance nya versi Jepang.
Sejak adanya film ini, dance di Jepang populer, meskipun skr sudah mulai pudar lagi.
Kalau di sini kami pasti menonton figure skate, duh indah sekali.
EM
Tuti :
Figure skate itu menari di atas es itu bukan, Mbak?
Memang selera orang akan keindahan berbeda-beda, dan tidak ada yang salah dengan perbedaan itu ๐
Keindahan gerak tubuh memang bisa ditampilkan dalam bermacam jenis ya. Bisa dansa, ballet, figure skate, senam tali, bahkan pantomim. Bina raga masuk ngga ya hihihi.
Oh ya satu lagi, yang di dalam air itu: synchronizeใjuga indah.
EM
Tuti :
Bina raga kayaknya bukan mengandalkan keindahan gerak tubuh Mbak, tapi keindahan tubuh itu sendiri (tentu saja bagi yang menganggap tubuh berotot itu indah ๐ ).
Kalau Cathy dan Cocky yang nari berdua gimana ya? ๐
Tuti :
Pada awal membuka DWTS mereka memang memasuki stage dengan langkah dansa, tapi belum dansa beneran ๐
Hahaha nun sewu Bunda, aku baca ini koq ngebayangin bunda lagi ngomel2 sebel yah ๐ maafkan ya bun..
Aku belom pernah nonton ini, jadi belom bisa komentar banyak. Nanti Sabtu saya sempatkan ๐
Tuti :
Hehehe …. kayaknya aku juga lebay ya sebelnya ๐
Nah, Eka boleh coba nonton besok Sabtu malam, jam 22.00 … ๐
OOOOOOO…..saya ngaku mbak…nggak pernah nonton acara ini di indosiar, hehehe… ketinggalan cerita dech, hihihi…
“Host dan juri yang memiliki tanggung jawab profesional”…harus itu….krn nggak lucu kalau ajangnya hanya sebagai ajang main-main hahaha….
Btw….gimana mbak Tuti latihan dancenya masih lanjut kan ? kalau saya terputus nih mbak krn beberapa kesibukan lain, hehehe….
Kangen dancing…salsa dan samba nih….yuk dansa sejenak matanya, qiqiqi…
Best regard,
Bintang
Tuti :
Iya Mbak, acaranya ditayangkan malam, jam 22.00 – 23.30. Pasti Mbak Linda sudah pulas sambil mendekap dua pangeran kecil Mbak ya ๐
Latihan sempat stop sekitar 8 bulan, waktu sibuk kemarin. Sekarang sudah mulai lagi …. Ayo, seneng banget kalau bisa latihan salsa sama samba dengan Mbak Linda. Kalau kesibukan sudah berkurang, salsanya dilanjutkan ya Mbak ๐
salam hangat,
Aku jarang liat tipi, Bunda, tapi aku tahu kalau di Indosiar ada acara ini. Seneng liatnya. Biarpun nggak suka dansa (dan GAK BISA dansa), tetep aja nyenengin ngeliatnya. Apalagi Bunda yang jagoan gini, ya? ๐
Eniwei,
Soal juri2 dan host itu, memang harusnya dicarilah yang lebih kompeten. Kenapa bukan juri yang guru tari, misalnya. Selebnya satu aja. Yang bawel.
Kalo host-nya, mending Bunda aja, deh. Lebih mumpuni.. ๐
Tuti :
Halo Lala … angin apa gerangan yang membawa Lala mampir di blogku? ๐
Wah, aku bukan jagoan dansa lho! Cuma seneng aja lihat gerakannya yang indah. Dan yang aku suka adalah dansa yang mengutamakan teknik tinggi, bukan macem dansa di night club yang cuma peluk-pelukan thok ๐ฆ
Itu dia, kenapa ya Indosiar nggak cari juri yang lebih baik. Padahal pasti akan lebih mengangkat citra acara ini.
Aku jadi host? Hwahaha … host di rumahku aja La ๐
Wooo ini tho yang diceritain waktu kopdar kemarin?
Acara Dancing With Stars di sini marak sekali, Bu….
Tuti :
Wooo … jadi kemarin Donny ‘nggak konek’ to? ๐
Suka nonton acara DWTS Aussie ya Don?
ini dia bu jurinya para juri…hekekek….
suka ya Bun kalo nonton tayangan dansa gitu..indah..
syg sy gk bisa ntn, dan gk mudeng jg soal dansa..
sy jg gk berani ah jadi juri votelock
takut salah…
*kok jadi takut gini ya…hihihi*
Tuti :
Waduh … jadi malu nih. Kelihatan lebay dan sok banget ya saya … ๐ฆ
Ya, saya suka menikmati segala sesuatu yang serba indah.
Loh … kok takut, memangnya ada yang minta Tt jadi juri? Kalau ada, aku wakilin juga boleh ๐
sangat detil…
ya bunda sangat detil memperhatikan acara ini.. karena emang bunda pecinta dance yak..
tapi saya juga kagum lho dengan mereka yang jago ngedance ini..
badannya lentur, dan perlu juga otak yang cerdas. ngapalin gerakan bukanlah hal yang mudah kan bund? perlu kecerdasan tersendiri..
selain cerdas, juga sehat… setuju??
Tuti :
Setujuuu … ๐
Dansa itu melatih fisik, kepekaan seni (musik dan gerak), juga otak. Makanya, kalau hobby dansa katanya bisa mencegah kepikunan dan osteoporosis … ๐
Ayo, Anna mau ikut belajar nggak? Jangan khawatir, temannya wanita semua kok, banyak juga yang pakai jilbab, gak masalah …
saya juga nonton pas edisi ini bu..keren abis walau sebenarnya ga gitu mudeng dengan dance..
yup, pantes banget si yuanita dapet nilai perfect dari ralph tu selain bagus narinya juga postur tubuhnya yang menunjang, rampiing dan langsing, hehee..
Tuti :
Ya, episode kemarin memang keren. Saya juga kagum melihat lifting-lifting yang begitu indah. Itu gerakan yang sulit dan berbahaya. Kalau sampai terlepas pegangannya, atau hilang keseimbangan, risikonya bisa fatal ๐ฆ
Yuanita memang cantik, ramping, dan kemampuan dancingnya bagus, saya setuju ๐
met kenal Mbak Tuti, saya lagi belajar ngeblog nih. Saya adiknya mbak Rini dosen UII fak Teknik Arsitektur. Semoga bisa belajar banyak dari tulisannya mbak Tuti. Oh ya, blog saya ada 4, ada wordpress dan blogspot.
Tuti :
Met kenal juga Dik Ratna. Adiknya Bu Rini to ๐
Kita saling belajar ya, saya juga masih belajar kok soalnya …
Dik Ratna punya 4 blog? Hwalaah ….. lha saya punya 1 saja sering keteteran je ngurusnya ๐
tau ga nama lagu penutup di acara dance d indosiar?
Tuti :
Kalau nggak salah, The Last Waltz …
Kini di negeri kita semakin marak dan di gemari yang namanya dance (ballroom n line dance). Bahkan hampir di setiap pusat kebugaran yang dulunya cuma aeorbic kini line dance sudah ikut nimbrung di dalamnya.
Tayangan DWTS di Indosiar sangat-sangat mengibur dan memberi tambahan ilmu (tehnik2 dansa pro) bagi penggemar. Mungkin untuk Ballroom Competion tingkat dunia yang pernah diselenggarakan oleh Indosiar bekerjasama dengan salah satu produser sabun mandi ternama di Indonesia perlu di lanjutkan lagi. Saya rasa Jeng Tuti dan penggemar dansa yang lain sangat setuju.
Happy Dancing!