Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Film’ Category

Akh … Khan!

BOLLYWOOD  ALA HOLLYWOOD

Bisakah anda melafalkan nama Shahrukh Khan dengan benar? Bisa? Eiiit …. jangan terlalu yakin dulu! Boleh jadi lidah dan tenggorokan anda memerlukan latihan berat untuk bisa mengucapkan ‘Khan’ dengan benar. Bukan …. bukan ‘Khan’, tapi ‘Khkhkhgaaan’. Diucapkan dengan suara dari tenggorokan terdalam. Silahkan dicoba, tapi untuk menjaga ketenteraman publik dan keamanan lingkungan, mungkin lebih baik anda berlatih di kamar mandi yang tertutup rapat ….

Seumur-umur, inilah pertama kalinya saya nonton film India, dan sudah pasti pertama pula melihat penampilan Shahrukh Khan (kadang ditulis Shah Rukh Khan, atau disingkat SRK) dan Kajol. Wajah SRK sendiri sudah terpatri di dalam benak saya, dari membaca berita-berita di media massa (saya nggak kuper-kuper amatlah …). Selain bintang film papan atas Bollywood, yang membuat SRK sangat populer tentu saja karena wajahnya yang — apa boleh buat harus saya akui — bolehlaaah ….  Kalau skala kegantengan mempunyai rank dari 1 – 10, SRK cukup oke diberi nilai 8 …

Ya iyalah, sudah pasti saya bicara tentang film “My Name Is Khan” (MNIK), film garapan Karan Johar yang diproduksi oleh Dharma Production dan Red Chilies Entertainment. Film ini mempertemukan kembali SRK dengan Kajol, sesudah film fenomenal mereka “Kabhi Khushi Kabhie Gham” pada tahun 2001. MNIK yang berdurasi 161 menit ini mengusung isu kemanusiaan, pluralisme, dan multikulturalisme.


Begitu beragamnya bangsa dan budaya manusia penghuni planet bumi ini, namun sesungguhnya manusia hanya dibedakan menjadi dua : manusia baik dan manusia buruk. Issue ini menjadi sangat crucial di tengah semakin memanasnya pertikaian berbagai bangsa di dunia yang disebabkan oleh perbedaan warna kulit, agama, ras, dan golongan. Aksi-aksi terorisme yang terjadi di berbagai belahan dunia membuat orang tergiring untuk memberikan stigma buruk pada umat tertentu, padahal pelaku-pelaku teror itu sesungguhnya justru mengkhianati ajaran murni agama mereka sendiri. Contoh paling jelas adalah prejudice bangsa Amerika kepada umat Islam sesudah terjadinya tragedi 11 September 2001 yang meruntuhkan WTC di New York. Nah, film MNIK menggambarkan paranoia bangsa Amerika terhadap apa saja dan siapa saja yang memiliki identitas keislaman, termasuk tokoh dalam film ini, Rizwan Khan.


(lebih…)

Read Full Post »

ADA YANG BERMINAT?

Ketika bumi seakan runtuh dan langit terlihat gelap, ketika hati pedih dan hidup berkeping  karena hubungan dengan orang tercinta hancur berantakan, apa yang kita lakukan?

Banyak pilihan. Let’s see …

Menembak oknum pelaku yang menjadi sumber bencana dengan bazoka? Hmm … selamat menghabiskan sisa umur di sel penjara yang pengap dan berkawan dengan kecoa yang busuk. Bunuh diri nyemplung ke ember? Ah, itu mah lebay banget, emang bunuh diri enak. Mengurung diri di kamar dan membanjiri bantal dengan air mata? Uff, repot njemurnya, kalau nggak kering bantal bakal jamuran. Menyantap semua isi kulkas? Sono gih, kalau mau tubuh melembung jadi gajah.

Pergi jauh, berganti suasana baru, setidaknya sementara, tampaknya adalah pilihan yang masuk akal. Mengeksplor sesuatu yang baru akan memberikan pengalaman fisik maupun batin yang mengasyikkan, menguras energi dan emosi, sehingga segala kepedihan dan rasa putus asa akan terlupakan, enyah sejauh-jauhnya.

Lalu, di mana akan tinggal? Hotel adalah pilihan paling mudah. Tetapi … hotel yang bagus tarifnya mahal. Lagipula, hotel tidak memberikan tantangan eksplorasi emosional. Bagaimana kalau bertukar rumah dengan seseorang? Nah, itu benar-benar mengasyikkan. Rumah lebih memberikan keleluasaan gerak dibanding kamar hotel. Rumah juga memiliki ‘kepribadian’ dan mencerminkan personifikasi pemiliknya. Rumah adalah bangunan yang hidup dan memiliki jiwa.

Jadi, jika anda sedang patah hati, benci dengan semua yang ada di sekitar anda, ingin membunuh apa saja yang ada dalam jangkauan tangan anda, dan ingin otak kembali waras, cobalah bertukar rumah dengan seseorang. Seperti yang dilakukan oleh Amanda Woods (diperankan oleh Cameron Diaz) dan Iris Simpkins (diperankan oleh Kate Winslet) dalam film “The Holiday” ini …


IMG_1313

Amanda menemukan rumah Iris lewat internet, dan dua orang yang tidak saling kenal ini sepakat untuk bertukar rumah selama dua minggu

(lebih…)

Read Full Post »

The Bucket List

JIKA HIDUP TINGGAL SESAAT LAGI …

Jika kita tahu bahwa hidup kita tinggal sesaat lagi, apa yang akan kita lakukan?

Sudah pasti jawabannya sangat beragam, tergantung siapa diri kita. Jika kita seorang pendosa, yang menyadari bahwa seumur-umur kita bersekutu dengan syaiton dan hawa nafsu, dan penjaga neraka akan menyambut kita dengan riang gembira, mungkin kita akan panik, ketakutan, putus asa, dan stress tak terkira. Namun jika kita merasa bahwa hidup di dunia ini sudah cukup, kebahagiaan sudah teraih sempurna, dan selamanya tak pernah jauh-jauh dari Tuhan, mungkin kita akan menunggu saat menghadap kepadaNya dengan ikhlas dan tenang.

Selain terpidana mati yang sudah ditetapkan saat eksekusinya, siapakah yang dengan sadar menjalani hari-hari terakhirnya? Para penderita penyakit berat, yang oleh manusia-manusia pandai berjuluk dokter telah divonis bahwa ruhnya akan meninggalkan jasadnya dalam jangka waktu tertentu.

Edward Cole dan Charter Chambers adalah dua penderita kanker kronis yang oleh dokter divonis usianya tak akan mencapai setahun lagi. Edward Cole adalah milyarder kaya raya yang atheis, terbiasa memanjakan nafsu hedonisnya, dan empat kali menjalani perkawinan yang kacau balau, sedangkan Carter Chambers adalah mekanik mobil yang gagal kuliah, tetapi sangat pandai, memiliki keluarga bahagia, dan selamanya hidup di jalan Tuhan. Keduanya memutuskan untuk menjalani sisa hidup mereka dengan melakukan berbagai hal yang menjadi impian mereka. Daftar keinginan itu mereka susun dalam The Bucket List.


img_0937

Akting Jack Nicholson dan Morgan Freeman membuat “The Bucket List”  memikat, meskipun sepanjang film penonton disuguhi wajah dua pria gaek yang jauh dari ganteng …

(lebih…)

Read Full Post »

Nonton Laskar Pelangi

PELANGI DUNIA PENDIDIKAN DAN RAKYAT MISKIN KITA

“Bulik, tiketnya sudah dapet, tapi kursi paling depan, jam 21.30. Maafin hasil ngantrinya tidak memuaskan … hihihi …” sms itu masuk ke ponsel saya hari Rabu siang, tanggal 8 Oktober lalu. Pengirimnya adalah Dhany, keponakan saya, yang antri tiket film Laskar Pelangi di Studio  21 Ambarukmo Plaza. Sebelumnya Aan, keponakan saya yang lain sudah dua kali antri, tapi selalu kehabisan tiket. Hari Rabu kemarin, setelah antri selama 3 jam, akhirnya kami berhasil mendapatkan 7 lembar tiket. Tapi ya itu tadi …. kebagian kursi paling depan. Wahaha. Kalau nonton konser musik, kursi paling depan adalah VVIP. Lha kalau nonton film? Hwaduh …. siap-siap leher pegel karena harus mendongak selama 2 jam!

Tapi sudahlah, yang penting bisa nonton. Ternyata nggak cuma duduk di baris terdepan, kursi kamipun ada di pinggir. Ampyun ….! Kalau bukan Laskar Pelangi, saya mending tidur memeluk guling di rumah.

Saya perlu waktu beberapa menit untuk membiasakan mata saya melihat gambar-gambar di layar yang begitu dekat, dan dari arah sedikit ke samping. Tengah asyik-asyiknya nonton, masuk sms dari Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, organisasi tempat saya ikut bergabung, menawarkan untuk ‘nonton bersama’ Laskar Pelangi Kamis malam jam 19.00. Studio 21 sudah dibooking oleh PP Aisyiyah, jadi tiket dijamin nggak usah antri. Whoaa … saya langsung jawab, “Ikuuut!!”.

Foto-foto yang saya upload pada tulisan ini saya jepret langsung dari layar bioskop, pada kesempatan nonton yang kedua (alhamdulillah saya memperoleh kursi di tengah dan agak belakang). Tidak begitu mudah memotret tanpa flash dalam gelap, dengan obyek yang terus bergerak, terutama jika gambar muncul dalam warna-warna temaram (apalagi bagi saya yang hanya fotografer jadi-jadian). Jadi mohon maaf jika foto-foto yang tersaji disini kurang memuaskan ….

Anggota Laskar Pelangi menyaksikan pelangi yang melengkung di langit pulau Belitong

(lebih…)

Read Full Post »

Laskar Pelangi Telah Datang

KETIKA MIMPI MENJADI SUMBER INSPIRASI

Andrea Hirata. Anak muda Belitong itu telah membuat sekian juta orang di Indonesia tergugah dari kubangan stagnasi situasi hidup kebangsaan yang menyesakkan dan tanpa harapan. Andrea telah meluncurkan kembang api raksasa ke langit gelap, memencarkan cahaya yang indah kemilau dan terang benderang, membuat kita tiba-tiba tahu apa yang ada di sekitar kita dan apa yang mestinya kita lakukan.

Novel “Laskar Pelangi” adalah novel yang luar biasa. Bahasanya indah mempesona, jalinan kisahnya heroik, namun juga menyayat hati sekaligus lucu menyegarkan. Membaca novel ini membuat kita mengusap air mata haru, sekaligus  tertawa terpingkal-pingkal hingga keluar air mata pula!

Menceritakan apa isi novel “Laskar Pelangi” rasanya hanya meremehkan pengetahuan dan pengalaman batin anda, karena saya yakin hampir semua dari kita sudah membaca, paling tidak pernah mendengar tentang novel yang menceritakan perjuangan Bu Muslimah dan sepuluh muridnya ini.

Sampul depan “laskar Pelangi” edisi baru (hard cover)

Novel yang telah menggugah jiwa dan membangkitkan semangat sekian juta orang Indonesia (dan orang luar Indonesia) ini telah diangkat ke layar lebar. Kehebatan novelnya membuat film ini demikian ditunggu-tunggu kehadirannya, dengan penuh debar dan rasa tak sabar. Pada tanggal 12 September 2008 jam 21.30, acara “Kick Andy” di Metroteve yang setahun lalu memperkenalkan novel ini dan membuatnya demikian populer, menghadirkan film “Laskar Pelangi” dengan menampilkan para pemain pendukung serta anak-anak muda kreatif yang berada di belakang pembuatannya.

Salah satu snapshot indah film “Laskar Pelangi”

(lebih…)

Read Full Post »

Menunggu Cheng Ho

CHENG HO, LAKSAMANA GAGAH PERKASA DARI CINA

Menunggu Cheng Ho? Emang janjian? Dimana? Di pojok perempatan? Di gardu ronda? Atau di bawah pohon salak? Cheng Ho, yang jaga konter hape di Yogya Elektronik itu to? Haiyah …

Nggak janjian kok (habis, jalau janjian kan saya musti masuk ke alam kubur dulu … hiiii). Saya nunggu pemutaran film Cheng Ho. Kebetulan saja nonton Kick Andy hari Jum’at malam, 15 Agustus 2008 dan topiknya adalah film Cheng Ho. Kebetulan pula, saya belum lama mengunjungi Kuil Sam Poo Kong di Semarang yang berkaitan dengan sejarah Cheng Ho (baca Laksamana Cheng Ho, Sang Penjelajah Bahari ). Jadi, dengan Cheng Ho ini saya merasa sudah seperti sobat lama, gitu (halah!).

Tadi malam Andy Noya, gembala acara Kick Andy, menggiring para pemain film Cheng Ho masuk ke studio. Mereka adalah para aktor kawakan maupun aktris kagetan yang bernasib baik memperoleh kesempatan main di film kolosal ini. Yusril Ihza Mahendra, bekas mentri (yang ternyata juga bekas pemain drama) mendapat anugerah memerankan Laksamana Cheng Ho. Slamet Rahardjo, aktor kawakan beneran dan juga sutradara andal, bermain sebagai Wirabumi, anak raja Majapahit Wikrama Wardana. Nurul Arifin, yang menurut pengakuannya ‘main apa aja jadi’, berakting sebagai permaisuri Wirabumi. Betharia Sonata, penyanyi yang wajah cantiknya masih saja awet, menjadi ibu Wirabumi. Meskipun dalam film ini ia adalah aktris kagetan, insya Allah aktingnya boleh kok …

Betharia Sonata, NurulArifin, Slamet Raharjo, Yusril Ihza, dan Andy Noya.

Yusril sebagai Cheng Ho

(lebih…)

Read Full Post »

KETIKA CINTA, KEKUASAAN, DAN KEPAHLAWANAN BERTEMU

“Hectoooor …. !” raungan Achilles menggema di benteng kokoh kota Troy, memantul berkumandang ke segenap sudut kota. Achilles, si pemilik suara halilintar itu, berdiri tegak di depan pintu gerbang raksasa benteng. Tubuhnya yang kekar tertutup baju zirah dan kepalanya terlindung dibalik topi besi. Di tengah keluasan hamparan pasir kosong di luar benteng kota Troy, sosoknya tegak bagai batu karang.

Hector, putra sulung Raja Troy, Priam, juga sudah siap dalam baju perangnya yang terbuat dari besi. Ia tahu, Achilles akan datang untuk membunuhnya. Pada perang melawan tentara Yunani yang menyerang Troy, Hector membunuh sepupu Achilles, dan siapa pun tahu bahwa Achilles akan menuntut balas atas kematian sepupu yang sangat dicintainya itu. Semua orang tahu Hector akan mati di tangan Achilles, sebab tidak ada seorangpun yang mampu melawan Achilles, sang singa Yunani. Sebenarnya Hector bisa saja tetap bersembunyi di dalam benteng kota Troy yang sangat kuat, Achilles tidak akan bisa masuk, tetapi sebagai seorang putra raja yang berjiwa kesatria, Hector pantang bersembunyi dari musuh yang datang menantangnya.

Hector berlutut dan mencium tangan ayahnya. Raja Priam memeluk putra tercintanya itu, mencium keningnya dengan perasaan kelu. Hatinya pedih melepas putranya menantang maut, tetapi ia bangga memiliki putra yang berjiwa kesatria dan gagah berani menjemput kematian demi membela harga diri bangsanya.

“Tidak ada seorang ayah pun pernah memiliki akan lelaki sebaik engkau” kata Raja Priam dengan mata berkaca-kaca.

IMG_1352

Hector berpamitan kepada isteri dan anak lelakinya sebelum keluar dari benteng Troy untuk melawan Achilles

Setelah mencium isteri dan anak lelakinya serta memeluk Paris, adiknya, Hector melangkah ke pintu gerbang. Sepuluh orang perajurit mengangkat palang pintu gerbang, dan membuka pintu gerbang raksasa yang maha berat itu. Hector melangkah perlahan, mantap dan penuh keyakinan, menyongsong Sang Penantang. Achilles.

(lebih…)

Read Full Post »

Shall We Dance?

Susan Sarandon (Beverly), Richard Gere (John Clarke), dan Jenifer Lopez (Paulina)

KETIKA MALAM TIBA-TIBA MENJADI INDAH …

Apa yang bisa membangkitkan gairah dan mendatangkan kebahagiaan bagi seorang pria setengah baya, yang selama puluhan tahun hidup monoton dalam kerja keras dan merasa jemu serta lelah dengan hidupnya?

Lantai dansa. Irama musik, ayunan kaki, putaran tubuh, lambaian lengan ….

John Clarke (diperankan Richard Gere) adalah seorang pengacara yang sibuk. Perkawinannya dengan Beverly (diperankan Susan Sarandon) yang dikaruniai dua anak berjalan dengan baik, tetapi ada kalanya ia merasa sepi dan hampa. Setiap kali pulang dari kantor dengan naik kereta api, ia melewati sebuah tempat kursus dansa, dan melihat seorang instruktur wanita berdiri di belakang jendela tempat kursus itu. Suatu ketika, entah apa yang mendorongnya, ia turun dari kereta dan masuk ke tempat kursus itu. Sejak malam itu, hidupnya berubah. Hari Rabu malam, jadwal kursus dansa di tempat Miss Mitzi, menjadi saat-saat paling membahagiakan bagi Clark.

Lantai dansa di ruang kursus Miss Mitzi membuat Clark tiba-tiba menemukan sesuatu yang membuatnya hidup. Paulina (diperankan Jennifer Lopez), sang instruktur dansa, tak pelak menjadi magnet kuat yang membuat adrenalin Clark mengalir deras. Tetapi Clark merasa tidak pantas mengungkapkan kebahagiaannya itu kepada isteri dan anak-anaknya. Everything is okay in his marriage, jadi mengapa ia masih merasa kurang bahagia dan harus mencari kebahagiaannya di luar?

Perkawinan adalah proses yang tidak pernah selesai. Ketika kebersamaan dengan pasangan hidup sudah berlangsung bertahun-tahun dan menjadi rutinitas yang monoton, kehampaan lalu merayap perlahan-lahan, menunggu kesempatan untuk muncul ke permukaan dan menuntut jalan keluar. Sesuatu yang mampu mendatangkan sensasi, meletupkan ekstase …

(lebih…)

Read Full Post »

PENGABDIAN, KEHORMATAN, DAN PATRIOTISME

Malam ini selama tiga jam penuh saya menjadi ‘couch potato’ (tapi yang ini kentangnya sudah diolah menjadi crispy, bukan kentang gundukan dalam karung …). Meskipun rencana browsing literatur gagal total, saya tidak merasa rugi, soalnya film yang saya tonton sangat bagus.

“The Last Samurai” dibintangi oleh Ken Watanabe dan Tom Cruise. Meskipun dalam film produksi tahun 2003 ini Tom Cruise (yang aslinya good looking) kelihatan nggak begitu ganteng, tapi aktingnya ‘oke punya’. Begitu juga Ken Watanabe yang memerankan sang Samurai, Katsumoto. Film kolosal yang melibatkan ratusan (mungkin malah ribuan) pemain ini digarap dengan sangat serius oleh Edward Zwick, sang sutradara.

(lebih…)

Read Full Post »

Ayat Ayat Cinta Yang Mendua

MULTI CINTA ALA KANG ABIK

Cinta selalu saja menjadi topik yang mampu menggugah hati dan menjadi kekuatan besar dalam hidup, tak terkecuali bagi seorang santri seperti Habibburahman El Shirazy atau akrab disapa Kang Abik. Romantisme cinta mampu menghanyutkan tidak saja remaja yang sedang jatuh cinta, tetapi bahkan tokoh besar seperti mantan presiden Habibie (yang mengaku menangis menonton film “Ayat Ayat Cinta”).

Novel AAC menjadi best seller yang diskusinya sudah sepanjang sungai Nil dan seluas gurun Sahara. Filmnya pun sukses besar di bioskop-bioskop. Penonton mengisi hampir semua kursi di setiap jam tayang. Baliho besar bergambar Fahri dan Aisha, dua tokoh utama film ini, terpajang di sudut-sudut strategis kota.

Supaya tidak ‘mati suara’ ketika ada perbincangan tentang novel dan film ini, ayo kita nonton rame-rame ….

Pesan pertama bagi orang yang sudah membaca novelnya dan akan nonton film ini, jangan membandingkan novel dengan film. Bahasa tulis dan bahasa gambar adalah dua ekspresi yang berbeda. Masing-masing punya idiom sendiri, punya nilai artistik sendiri, punya daya pikat sendiri. Novel memanjakan imajinasi kita, film memanjakan mata kita dengan shoot-shoot yang indah serta membelai telinga kita dengan alunan nada yang merdu.

Okay, yuk kita duduk tenang dan memusatkan seluruh perhatian kita ke layar lebar ….

(lebih…)

Read Full Post »

Older Posts »