SETELAH SEKIAN LAMA BERJALAN BERSAMA …
Adakah di antara anda yang belum pernah merasakan jatuh cinta menggelora, yang membuat gurun pasir serasa penuh bunga, langit mendung seakan penuh bintang kejora, gubug derita bak surga, dan dunia bagai milik berdua? Jika belum, rugi sangat …
Passionate love, cinta yang membikin seseorang mabuk kepayang seakan melayang terbang, biasa dialami seseorang ketika bertemu dengan pasangan (calon pasangan) hidupnya. Cinta yang penuh hasrat dan romantisme seperti inilah yang akan membuat seseorang mampu menerjang badai sehebat apa pun, dan halangan-rintangan setinggi apapun. Emosi dan khayalan yang sarat menyertai passionate love membuat seseorang seringkali tidak mampu melihat kekurangan dan potensi ketidakcocokan antara dirinya dengan pasangannya. Kalaupun mereka melihatnya, mereka menanamkan keyakinan dalam hati mereka bahwa everything’s will be okay.
Begitulah, dan pasangan yang dilanda passionate love akan melangkah ke jenjang pernikahan dengan penuh kebahagiaan …
Dalam beberapa tahun perjalanan pernikahan, passionate love tersebut masih akan ada di antara keduanya. Namun dengan semakin bertambahnya waktu, secara perlahan gelora yang menggebu itu akan perlahan-lahan mereda. Setelah menikah dan hidup bersama, merasakan dan menjelajahi segala hal yang dulu hanya menjadi khayalan, melihat dan mengetahui watak serta perilaku keseharian pasangan, maka kedua pasangan akan dihadapkan pada jati diri sebenarnya dari pasangan mereka. Khayalan tentang cinta yang dulu ada, sekarang dihadapkan pada realita.
Dibutuhkan rasa kasih yang tulus, kesabaran yang luas, kedewasaan yang penuh pertimbangan, keteguhan pada komitmen, dan kelapangan hati bagi kedua pasangan untuk bisa menerima jati diri pasangan sebagaimana adanya, serta mengatasi konflik-konflik yang mungkin terjadi di antara mereka. Cinta romantis penuh hasrat yang dulu mengikat mereka, secara perlahan berubah menjadi cinta persahabatan dan persaudaraan yang berisi saling memahami dan menghormati. Pada tahap ini, passionate love berubah menjadi companionate love.
Transisi dari passionate love menjadi companionate love tidak selalu berjalan mudah. Kedua pasangan harus berjuang dengan sekuat tenaga untuk bisa menumbuhkan companionate love, karena cinta jenis inilah yang akan membuat sebuah perkawinan bertahan. Setelah usia bertambah, cumbu rayu bukan lagi menjadi kebutuhan utama. Yang dibutuhkan adalah teman berbincang dan berbagi rasa yang menumbuhkan rasa damai, keyakinan akan adanya seseorang yang akan selalu mengasihi dan mendampingi.
Ketika menemukan pasangan yang cocok, seseorang dikatakan telah menemukan ‘pelabuhan hati’. Pernikahan sering diibaratkan dengan ‘melayari samudera kehidupan’. Sebuah perumpamaan yang sungguh tepat, sebab begitu biduk dilayarkan ke samudera, maka keselamatan dan kesejahteraan biduk itu sepenuhnya berada di tangan kedua orang yang mengemudikannya, yaitu suami dan isteri. Persis sama seperti kehidupan manusia, laut pun penuh misteri dan memiliki ‘perilaku’ yang seringkali tak bisa diprediksi. Cuaca cerah bisa berubah menjadi badai. Riak-riak kecil tak mustahil berubah menjadi gulungan ombak. Dibutuhkan keteguhan, keberanian, dan ketrampilan untuk menyelamatkan biduk agar tidak karam dan bisa meneruskan pelayaran dengan tenang sampai ke pantai tujuan.
Di manakah pantai tujuan pernikahan? Jika salah satu atau kedua penumpang biduk pernikahan kembali kepada Yang Maha Kuasa, maka biduk pernikahan itu berlabuh di pantai tujuan. Jika kedua penumpang berpisah selagi berada di tengah samudera, berarti biduk pernikahan tersebut karam.
Hari ini, kami telah 24 tahun melayarkan biduk pernikahan kami. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatNya, hingga biduk kami selamat sampai ke pantai tujuan. Amin.

Read Full Post »