Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Februari, 2010

Senyum Di Mana-Mana

SENYUM DI MANA-MANA, KERAMAHAN DI MANA-MANA

Gara-gara janji akan menulis perjalanan saya hari ke dua di Jakarta, saya jadi seperti pengemplang utang yang dikejar-kejar debt collector. Ditagih melulu oleh teman-teman. Yeiiiy …. sekali-sekali boleh dong saya bikin janji palsu, yang ndak saya tepatin gitu …

Oke deh, daripada di-Pansus-kan, saya bayar saja hutang posting saya.

Sebagaimana saya kisahkan, saya akhirnya terdampar di Hotel Alia Pasarbaru. Karena tidak yakin dengan kondisi kamar yang ada, saya minta pada resepsionis untuk melihat kamarnya dulu. Ada dua kelas yang masih tersedia, yaitu kamar standar dan eksekutif. Kamar standar cukup bersih, tapi agak sempit, apalagi diisi twin bed. Saya memilih kamar eksekutif yang lebih longgar, dengan kingsize bed. Meskipun sendirian, kalau tempat tidurnya besar kan bisa gulang-gulung (ya’elah, memangnya gilingan kue …). Tapi yang lebih membuat saya terpikat adalah sofa besar empuk dengan bangku untuk kaki, tempat saya bisa duduk membaca sambil menunggu kantuk datang. Saya agak kaget ketika tahu hotel ini hanya bintang satu, karena kamarnya lumayan bagus, hampir setara dengan kamar hotel bintang tiga. Dan harga kamarnya, Rp. 400.000,- memang setara dengan Hotel Qu***ty yang berbintang tiga. Ohya, gara-gara no show di Hotel Qu***ty, saya dikenai denda Rp. 150.000 oleh Travelpass. Hiks! Tapi ya sudahlah, itu harga kehormatan yang harus saya bayar (hah??!!). Maksud saya, harga untuk membebaskan diri dari sebuah tempat yang membuat saya terlihat tidak terhormat.

Hari Minggu pagi, saya sedang menikmati sarapan di samping taman yang berumput hijau ketika sebuah sapaan membuat saya terpana, dengan sendok berisi nasi goreng terhenti di depan mulut (tapi mulut saya nggak nganga lho, jadi nggak jelek-jelek amat … )

“Ibu Tuti ya? Saya Yasmin” gadis tinggi kurus berambut keriting panjang dengan garis wajah Arab itu kembali menyapa.

Saya langsung bebas dari hipnotis.

“Oh, Yasmin? Aduh, ma’af … saya pangling … ” sambut saya sambil buru-buru menjabat tangannya dan mengajaknya duduk.


Yasmin, gadis muda yang membuat saya jatuh hati …

Siapakah Yasmin ?

(lebih…)

Read Full Post »

HARI PERTAMA YANG PENUH WARNA

Mendung putih pekat menggelayut di langit, menghalang pandang serupa tirai tebal para dewa. Butir-butir air deras menampar segala yang ada di bumi, serasa semburan naga yang marah. Mobil-mobil yang berjibaku menerjang genangan di jalan membuat air berdebur menjadi gulungan ombak tinggi bak tsunami menghempas pantai (jiaah … bahasaku !).

Saya menatap ke luar jendela taksi dengan kelu. Jakarta menyambut saya dengan hujan lebat. Aduh, padahal saya sudah berencana mau ke sini, akan ke sana, hendak ke sono, pengin ke sinu … Kalau hujan begini lebat, bisa-bisa saya terjebak banjir, dan terkurung di dalam taksi tanpa sampai kemanapun juga …

Ah Jakarta, teganya dirimu …

“Maaf, Ibu mau ke Hotel Qu***ty*?” pengemudi taksi Blue Bird sekali lagi menanyakan kepada saya.

“Iya Pak. Yang di Jl. Pangeran Jayakarta, kawasan Monas” saya sebutkan nama dan alamat hotel yang saya pesan melalui Travelpass.

“Ma’af Bu, tapi Jl. Pangeran Jayakarta itu bukan di kawasan Monas. Di Mangga Besar, Bu” Pak driver sedikit bingung.

“Oya? Lha saya down load dari Google Map, adanya di kawasan Monas tuh Pak? Saya sendiri belum pernah ke sana, wong saya booking lewat travel. Wah … Pakde Gugel kok bisa kesasar gitu ya …”



Menurut Pakde Gugel, hotel Qu***ty (digambarkan dengan balon merah) ada di kawasan Monas.

“Ooh … ” Pak driver terdiam sejenak. Saya menatap dia melalui kaca spion, dan eeh … ternyata do’i juga sedang memperhatikan saya melalui kaca spion. Helah! Bersirobok deh … hihi.

“Maaf Bu … (haiyah, pengemudi ini kaya bener dengan persediaan kata ‘maaf’) Setahu saya, hotel itu tidak bagus, dan lokasinya di ujung. Banyak wanita malam mangkal di sana.”

“Haa??!!” saya terlonjak saking kagetnya. Untung kepala saya nggak kejedot kap mobil.

(lebih…)

Read Full Post »

No Refund, No Exchange

MENCARI CELAH DI ANTARA MASALAH

Maaf teman-teman, ini masih tentang “24 Sauh”. Bosen? Iya, iyaaa …  saya tahu, makanya di awal-awal saya sudah minta maaf. Posting ini nggak dibaca saya juga ikhlas kok. Sumpe …

Saya belum menyinggung sama sekali tentang karya teman-teman penulis dalam antologi ini. Ke-24 wanita ini berangkat dari latar belakang yang berbeda, memiliki profesi yang berbeda, sehingga karakter tulisan mereka pun berbeda. Ini yang membuat “24 Sauh” kaya warna … (haiyah, promosiiii …. !)



Saya tak hendak mengulas cerpen saya. Cerpen saya hanya 6 halaman dari 236 isi antologi ini, jadi nggak penting banget. Karya penulis lainlah yang patut diulas, baik yang berupa cerpen maupun puisi. Mmm … tapi agak susah juga memilih mana yang akan saya urai di sini, karena semua bagus sementara saya – lagi-lagi – harus berkompromi dengan panjang tulisan.

Oke, kita lihat 1 (dari 12) puisi Dewi Motik Pramono ya. Saya pilih Dewi Motik, karena selain beliau sangat senior (dan populer), tanggal lahir kami sama persis, hanya Bu Dewi 11 tahun lebih dulu (pembaca dilarang protes, ini hak prerogratif saya  … hehe!)


BERCINTA

Dalam mayapada … / Bila insan-insan sedang bercinta / mabuk kepayang tiada tara.

Ingat / jangan bercinta segenap jiwa / apalagi dapat tertinggal rasa selain jiwa / Karena insan-insan pasti akan kecewa / tiada yang abadi di dunia fana / Apa yang rasa pasti, bisa berubah rupa / Perubahan selalu berputar di mayapada

Tapi / Bila insan-insan bercinta dengan yang Kuasa / Janji pastinya, sudah ada di DIA


Gimana? Bagus? Enggak? Teman-teman berhak memberikan penilaian sendiri. Mau A+, mau B- , mau 100, mau 44, monggo …

Nah, teman-teman pastinya pengin lihat seperti apa kecantikan (hwalaah … !!) para penulis “24 Sauh” kan? Ini foto mereka. Cantik wajah mereka, cantik jugakah tulisan mereka? Silahkan dinilai sendiri (asal ngasih nilainya jangan kejam-kejam amat kayak dosen killer …  sudah nggak musim killer-killeran, friends!).


(lebih…)

Read Full Post »

24 Sauh

KETIKA PARA PEREMPUAN BICARA

“Secara kodrati wanita yang memiliki upacara hidup sebagai ibu pasti memiliki pengalaman batin sebagai penerima buah cinta, memelihara kandungan hingga proses melahirkan. Wanita dapat merasa bahagia dalam rasa sakit yang tak terhingga pada masa persalinan. Pengalaman fisik dan batin ini sangat terasa dalam karya-karya mereka. Jika saya boleh berpendapat, dalam buku ini dapat dirasakan perbedaan mendasar dari karya para penulis pria terutama pada pendekatan, eksplorasi emosi, dan cara penyelesaian masalah  yang penuh maaf dan pengertian. Masalah yang tak berarti dalam pandangan lelaki, dilihat oleh penulis wanita secara berbeda dan ditampilkan sebagai sebuah masalah bermakna dalam”

Demikian Slamet Rahardjo Djarot, sutradara sekaligus aktor film kawakan memberikan komentar atas antologi cerpen dan puisi “24 Sauh” yang diluncurkan pada tanggal 1 Pebruari 2010 baru lalu. Adapun Rieke Diah Pitaloka, pemain film dan teater, juga anggota DPR RI mengatakan :

“Indah, kumpulan kisah dari perempuan, tentang hidup yang tak gampang. Lewat caranya, perempuan sanggup menuturkan hidup harus diperjuangkan, kehidupan harus dipertahankan, dan kemanusiaan harus ditegakkan. Inspiratif, sungguh!”

Masih ada Putu Wijaya, Ikranegara, Dr. Meutia Hatta, Helmy Yahya, Tantowi Yahya, Bens Leo, dan Satrio Arismunandar yang menuliskan komentar mereka mengenai “24 Sauh”, dan bisa dibaca di sampul belakang buku antologi ini.

Launching antologi cerpen dan puisi “24 Sauh” ini dilakukan oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Ibu Linda Amalia Sari Gumelar, S.IP. Acara launching juga dihadiri oleh banyak tokoh dan selebritis, seperti Dewi Motik Pramono, Moza Paramita, Tika Bisono, Happy Salma, Yessy Gusman, Mien Uno, Titie Said, Mayong Suryoleksono, dan lain-lain. Launching dihadiri oleh 22 dari 24 penulis wanita yang karyanya dimuat dalam antologi ini. Salah satunya adalah :  saya  (yeeeiy … boleh dong bangga !)


Foto bersama Ibu Linda Gumelar. Happy Salma dan Yessy Gusman sudah pulang duluan, sehingga tak tampak di foto

(lebih…)

Read Full Post »