REK, AYO REK, DOLAN NANG SUROBOYO …
Bangkrutnya Adam Air sungguh menyedihkan hati saya. Bukan karena saya pemegang saham maskapai itu, tapi karena gulung tikarnya Adam Air menandai berakhirnya harga murah tiket pesawat. Sekarang harga tiket melambung tinggi, menjerat leher para penumpang dengan kantong rakyat. Tiket Lion Air Yogya – Surabaya sudah hampir 500 ribu, untuk penerbangan selama 40 menit. Untuk berdua, pergi-pulang berarti sudah 2 juta. Sementara tiket kereta api eksekutif Sancaka hanya 85 ribu, dengan waktu tempuh 5,5 jam. Karena hanya beberapa jam, dan keretanya nyaman, saya pilih naik Sancaka. Saya nggak mau membuang-buang uang 1,6 juta untuk pesawat dengan tempat duduk sempit dan tanpa memberikan pelayanan setetes minuman pun itu.
Saya berdua dengan keponakan tiba di Stasiun Gubeng hari Rabu jam 12.45, tepat sesuai jadwal. Karena sudah puluhan tahun tidak menginjak Gubeng, saya tidak kenal medan. Begitu keluar pintu, saya ditawari taksi resmi milik koperasi stasiun. Borongan, ke Garden Palace tempat kami menginap, ongkosnya 40 ribu. Saya iya saja, pokoknya aman sampai ke hotel. Begitu dibawa ke taksinya, lho … kok mobilnya kijang. Saya pikir mobil sedan sebagaimana umumnya taksi. Lalu begitu naik, puanaasnya minta ampun. Ketika sopir saya minta menghidupkan AC, katanya AC rusak. Whoaa, saya pun protes, karena dijanjikan mobilnya ber-AC. Maka kami pun dipindahkan ke kijang lain, yang ACnya waras.
Sebenarnya saya sudah membeli peta kota Surabaya, tapi karena menjelang berangkat banyak yang harus dibereskan, saya tidak sempat membuka peta. Ternyata, oh ternyata … dari Gubeng ke Garden Palace di Jalan Yos Sudarso, suuangaat dekat. Kalau dengan taksi argo, paling-paling hanya 10 – 15 ribu. Waduh, ternyata saya dikerjain taksi stasiun. Peringatan bagi teman-teman yang belum pernah ke Surabaya lewat Gubeng, jangan meniru kebodohan saya memakai taksi milik koperasi stasiun!
Sebagian gedung-gedung megah di Surabaya yang tampak dari jendela hotel