Sodara-sodari pengunjung TV (Tutinonka’s Veranda) yang budiman dan budiwati,
Setelah sekian lama menjadi bintang panggung tunggal (hahah … ) di beranda ini, saya akan berganti posisi menjadi host alias penyambut tamu. Beberapa posting mendatang adalah tulisan teman-teman yang telah berbaik hati merelakan hasil pemikiran mereka menghiasi TV. Terimakasih berjuta, plus segunung bunga, saya haturkan kepada sahabat-sahabat yang telah sudi berbagi di beranda saya.
Jika sebelum ini di TV teman-teman bisa ngobrol, bercanda, ngopi, main gaple, atau sekedar duduk manis mendengarkan teman-teman yang lain baku komentar, sekarang teman-teman saya persilahkan untuk tampil. Mau nyanyi, nari, goyang dombret, ndongeng, ngelawak, khotbah, main sulap … monggo …
Oke?
Untuk kesempatan pertama, akan tampil penggagas ide sekaligus kontributor pertama postingan. Sodara-sodara, mari kita sambut dengan meriah : Ata Chaaaaan … !!
SIMPANG LIMA GUMUL VS SIMPANG DUA BELAS L’ARC DE TRIOMPHE
Beberapa waktu yang lalu saya ber-sms dengan someone, dan saya bertanya padanya..
” do you know SLG..? ” [send]
” hah..!! what is that..? [received]
” Monumen Simpang Lima Gumul ” [send]
” mmm…. tas krungu iki jhe ” [received] (baca: baru denger ini sih)
(temenmu ini Londo bule opo arek Jombang sih, Ta? Ngomonge gak genah ngono … -tuti-)
Nah dari pada repot nerangin di sms, saya putuskan bikinin postingan saja..
biar semua orang yang baca jadi mupeng dan napsong untuk pergi plesiran..
(apikan men awakmu, Ta … -tuti-)
Mungkin anda sudah bosen dengan Monumen Nasional (MONAS) atau Monumen Jogja kembali (MOJAKEM) .. 🙂
dan kepengen ngerasain pergi ke monumen-monumen klasik jaman renaissance macem L’arc de Triomphe de l’Etoile
tapi anda bermasalah dengan Just Do it (baca : duit)
nah saya akan memberikan alternatif, bagaimana kalau anda berkunjung saja ke Monumen Simpang Lima Gumul …
(aiih … namanya lutcu … ‘gumul’ 😀 -tuti-)
SLG adalah duplikat dari L’arc de Triomphe, meski gak sama persis dan minus bule-bule cakep sih.. 🙂
..
Woow … fotonya keren! Latar langit biru dan semburat merah di relief monumen … -tuti-
..
Monumen SLG berada di kota Kediri, berdiri di tengah jalan bundar dengan lima persimpangan..
terinspirasi dari “Jongko Jojoboyo” Raja Kediri abad XII yang ingin menyatukan lima wilayah di Kediri.
di arah timur adalah jalan menuju Pare dan Malang..
di arah selatan adalah jalan menuju Wates, Gunung Kelud, Blitar..
di arah barat menuju pusat kota dan Tulungagung..
di arah barat laut menuju Kertosono, Nganjuk atau pusat kota..
di arah timur laut menuju Bogo, Papar, Gurah dan sekitarnya..
(arah atas, bawah, depan, belakang, samping ….. ?? -tuti-)
Dalam selimut kabut pagi … -tuti-
Semua kendaraan dari luar kota diarahkan ke SLG, seolah-olah pamer : “ini lho land marknya kota Kediri … ”
Padahal di awal-awal pembangunannya banyak muncul pertentangan dan kontroversi …
Karena biaya pembangunannya yang ratusan miliar dan desainnya yang tidak mencirikan budaya asli daerah..
Mungkin orang-orang yang mencibir itu sekarang malah sering nongkrong di sana … 😛 (yeeiy … nuduh aja! -tuti-)
salut buat bapak Bupati Sutrisno yang teteup maju terus meski di tentang berbagai pihak..
SLG mulai dibangun pada tahun 2003..
Luas bangunan utama monumen 804 meter persegi.
Tinggi bangunannya mencapai 25 meter dan ditumpu tiga tangga setinggi 3 meter dari lantai dasar.
Angka itu menggambarkan tanggal, bulan, tahun, hari jadi Kabupaten Kediri, yakni 25 Maret 804 Masehi.
Di dalam monumen yang kini menjadi salah satu ikon pariwisata Kediri itu, terdapat fasilitas beragam, di antaranya ruang pertemuan di gedung utama..
“hall auditorium” di lantai atas yang beratapkan mirip kubah (dome)..
Terasa kesan ruang yang membuat pengunjung merasa sangat kecil di antara kebesaran bangunan (kirain kebesaran Tuhan … 😦 -tuti-).
Ambil fotonya pasti dibela-belain nggeletak di lantai … -tuti-
Ketika memasuki kawasan bangunan ini, yang terasa adalah betapa kecilnya kita diantara kolom-kolom raksasa itu.
Mendongak, memperhatikan sekitar, di antara skala sebesar itu membuat kemampuan visual kita ditantang lebih jauh untuk memahami kehadiran kita dalam lingkup massa raksasa itu.
Bangunan ini setara 6 lantai lho..
Ruang serba guna di “basement”, diorama di lantai atas, minimarket (masih rencana) …
Weleh monumen kok mau ada mini market segala sih … (suka-suka dong, duit-duit gue … -tuti-)
Monumen ini juga memiliki tiga akses jalan bawah tanah, dari tempat parkir menuju monumen yang terhubung ke basemen..
keren euy… !!
dan pada salah satu ruang di sisi kaki monumen itu dijadikan sebagai salah satu kantor stasiun televisi lokal Jawa Timur.
kalau saya sebut JTV gak masalah kan.. 🙂 (terserah lu aja dah, gratis kok … -tuti-)
Adanya kemiripan dengan bangunan Arc de Triomphe di Paris akan coba saya ulas dari sudut pandang arsitek…*halahh..* 🙂 (*melongo* sejak kapan Ata jadi arsitek? -tuti-)
Apakah kemiripan itu bisa di samakan dengan mengulang suatu monumental yang memiliki makna di lain tempat..?
sepertinya tidak..
L’arc de Triomphe de l’Etoile adalah monumen sebagai simbol kemenangan Perancis dan revolusi kekaisaran Napoleon di abad 18..
sementara SLG dibangun sebagai kawasan kota baru dan pusat perdagangan di Kabupaten Kediri..
tidak ada makna sejarahnya, hanya sebuah bangunan yang monumental.. itu aja..
Melihat gaya arsitekturnya, kita tidak bisa menemukan perbedaan berarti, selain bahwa ada beberapa bagian dirubah desainnya..
namun yang banyak berubah ialah relief pada dinding bangunan, dan detil-detil yang dihilangkan..
gak mungin kan memajang relief-relief gaya renaisance yang agak vulgar itu.. 🙂 (maksod loe? -tuti-)
sebagai gantinya di buatlah relief yang menceritakan sejarah kerajaan Kediri dan kesenian asli Kediri..
Namun kesan kemegahan dan kebesaran monumen tetap terasa dengan baik.
Perhatikan skala relief dibandingkan dengan skala manusia.
Relief bangunan Arc de Triomphe menandakan vitalitas gerak dari jiwa orang Eropa,
monumen Arc de Triomphe ini juga dihiasi oleh 30 perisai dan pedang, dan di atas perisai tersebut terdapat nama-nama pahlawan perang pada masa revolusi dan masa kekhaisaran… (tau aja Ata, ‘mang pernah ke sana? -tuti-)
Sedangkan di Monumen Simpang Lima ini, reliefnya tidak menandakan sebuah vitalitas.. melainkan lebih pada jiwa sederhana masyarakat setempat, mengesankan kebersahajaan dengan ‘motto pembangunan’ yang biasa hadir dalam retorika pemerintah daerah.
Sedang dari sisi anatomi tampak, tidak terlihat adanya perbedaan berarti..
selain ada proporsi yang berubah sedikit..
Dari sisi keruangan, terdapat perbedaan…
Monumen Simpang Lima Gumul memiliki empat sisi sementara Arc de Triomphe memiliki dua sisi..
di dalam SLG terdapat ruangan-ruangan fungsional baik di atap maupun di dalam tanah, sementara L’Arc de Triomphe tidak ada.. (lebih hebat SLG dong … 🙂 -tuti- )
(Cieeee …. sapa tuh cowok ganteng yang akting hotspotan? Paling juga lapienya gak pake batere … hihi 😀 -tuti- )
Dana yang dihabiskan untuk membangun Arc de Triomphe sekitar 9,3 juta franc, sebuah jumlah yang besar untuk masa itu..
sedangkan Monumen SLG pada awalnya menghabiskan 300 miliar, termasuk pembebasan tanah seluas 37 hektar..
kalau dana yang dihabiskan sampai saat ini mungkin sudah nembus 900 miliar.. (*takjub* itu semua duit beneran ya, bukan koin plastik? -tuti-)
karena selain Monumen, juga sedang dibangun exhibition center, sub terminal dan water boom..
(ya’elaah …. Ata numpang di bak belakang? Kambingnya nggak keliatan ya? Hiks! 😥 -tuti- )
L’Arc de Triomphe memberikan perspektif atas kota Paris ke arah 12 jalan kembarnya yang semuanya membentuk bintang…
sementara SLG memberikan perspektif ke lima arah jalan ringroad yang membentuk lingkaran..
Pada perayaan kemerdekaan nasional Perancis setiap tanggal 14 Juli
akan dilaksanakan parade tentara di sepanjang l’Avenue Champs-Elysees yang berakhir di Arc de Triomphe.
sedangkan di SLG sering diadakan pertunjukan kesenian daerah..
Bangunan ini juga ditunjang beberapa area parkir yang luas..
Tarif untuk sepada motor Rp 1.000 dan mobil Rp 2.000.. (mahaaall …! internetan pake hp aja cuma Rp. 0,1 … 😦 -tuti-)
Dengan beragam fasilitas yang ada, monumen ini layak untuk dijadikan tujuan wisata favorit keluarga.
Pengunjung disediakan lift dan tiga anak tangga yang berada di kaki – kaki monumen untuk bisa melihat pemandangan di sekitar monumen.
***
***
Wajah SLG sekarang sudah sangat rapi dan bersih, karena adanya larangan berjualan di kawasan monumen..
rumput dan tanaman terawat, petugas kebersihan pun bekerja dengan baik..
juga para penjaga yang standby 24 jam, dan akan segera menegur setiap kendaraan yang berhenti di jalan lingkar monumen.. (maksudnya minta amplop damai, gitu …? weks! -tuti-)
(ya owloh … patung raksasa sapa tuh di foto? gwede beneeer … lebih tinggi dari SLG! -tuti- )
Paling asik pergi ke SLG pas malem minggu, duduk selonjoran di rerumputan sambil ngelihatin orang lalu lalang..
bisa dikatakan ini aktivitas “ngeceng” tapi oke banget buat memperhatikan dandanan orang..
dari anak-anak muda yang modis, sampai orang-orang paruh baya yang lagi puber kedua.. 🙂
kita juga bisa berinteraksi atau pun cuman sekedar menyunggingkan senyum simpul.. 🙂
(Kayak senyum Ata ya … siiip dah! Woii … bangun, bangun … cerita Ata sudah selese! Masih pade melongo aje!)
*nggulung tikar dan siap-siap nyapu beranda*
sumber : astudioarchitect.com
wikipedia
Ps :
Ini bukan tulisan Bu Tuti lho, tapi cuman penulis tamu … Coba tebak siapa saya! Yang berhasil menebak akan dapat piring dan payung cantik … hadiah dari Bu Tuti tentunya …
(Weeh … saya gak punya piring dan payung cantik, soalnya nanti nyaingin kecantikan saya … hiks! 😦 -tuti-)
Info susulan :
Atas permintaan penulisnya (yang mendadak sadar ternyata dia sangat populer sehingga semua pembaca bisa menebak identitas dirinya dengan betul), Ps di atas dimohon untuk dianggap tidak ada. Dengan demikian hadiah piring dan payung cantik juga dibatalkan … (horeee!!)
wow…….enak banget ya
jadi orang top markotop
bisa menjadi penyambut tamu
dan orang2 pun antri
pengen bertamu…….
kapan ya giliran aku
menyumbang tulisan ke sini
ahhhh…….agak kurang pede soalnya 🙂
btw, postingan panjang soal gumul-menggumul
kelihatannya postingan septarius ya ?
nice post bro 🙂
Tuti :
Waduh, belum ada yang antri kok Bang 😉 , jadi kalau mau bertamu langsung saja. Mari, mari … silahkan masuk, duduk-duduk, nyapu-nyapu, atau gosok-gosok debu (hah ??!!)
Tulisan Bang Mike ditunggu lho. Saya kan salah satu pembaca setia blog Bang Mike …. 🙂
Seratus untuk Bang Mike! Ini memang tulisan Septarius. Meskipun anak muda ini punya tujuh lapis keseriusan (Septa-rius), tapi gaya tulisannya nggak serius-serius amat kan? Meskipun demikian, tulisannya sarat informasi dan substansi tulisannya serius …
hehehe, pantes ada yang aneh pas mbaca tulisannya, Bunda. Apa ini yang namanya, “orang ndeso ingin terlihat keren makanya meniru-niru orang asing”. Gitu?
Tuti :
Wijna, sebenernya … (haduh, buka rahasia nih) ‘someone’ yang disms Ata itu adalah …. saya sendiri! Wakaka !! 😀
Wah, ini inovasi bu Tuti yang lagi dipepet waktu setoran. Dengan menampilkan tulisan ciamik tulisan tamu dan bu Tuti hanya nyumbang 15 kalimat, wis jan penak tenan.
Pengin juga lho nyumbang tapiiiii…. 1) sedang mikir mau nyumbang apa ya. Rasanya kok masih belum keluar idenya. 2) Jangan-jangan hanya untuk para undangan tertentu. Hiks. 3) Saya ya sedang dipepet setoran. He he he
Wis bu, selamat mempraktikan ide baru ini. Banyak kok yang antri mau nulis di blog terbaik di dunia. 🙂
Tuti :
Weeh … Pak, meskipun dapat sumbangan tulisan, saya tetap memerlukan waktu 1- 2 jam loh untuk mengedit serta mengatur layout. Jadi ya tetap berpeluh, bukan tinggal ongkang-ongkang 🙂
Saya tunggu tulisan panjenengan, Pak. Ada kok tulisan Pak Eko di note FB yang cocok untuk diposting di TV. Boleh ya Pak? Nanti saya pasang foto panjenengan, biar pembaca tahu : Ooo …. ini to teman Tuti yang sering nulis komentar tapi nggak pernah menampilkan wajahnya itu … Siap-siap jadi ngetop Pak … hehehe ! 😀
Asal panjenengan edit dan, ehm, fotonya jangan yang itu ah. Nggak pake foto lebih baik lho.
Tuti :
Ijin sudah diperoleh. Maturnuwun Pak … 🙂
Iya deh, nanti saya edit, meskipun sebenarnya tulisan panjenengan sudah nggak perlu diapa-apain. Tentang foto, semua tamu di TV harus memperlihatkan wajahnya Pak. Aturan standar, nggak bisa ditawar. Saya nggak mau dikira menghadirkan tamu fiktif, atau buron yang menutup wajahnya dengan topeng hitam kayak di teve-teve itu … hihihi … 😀
Fotonya jangan yang ‘itu’? Yang mana maksudnya, Pak? Oh, mau diganti yang lebih ganteng? Boleh, boleeeh …. namanya juga mau nampang di TV … wakaka …. 😀
Kayanya tau deh Bu.. Penulis muda dari Kediri.. benar kan? Saya minta piring dan gelas aja ya Bu.. kalo piring dan payung kayanya bukan pasangan yang cantik deh.. 😀
Tuti :
Iya tuh … soalnya Ata kalo habis makan nggak minum dari gelas, tapi nunggu nadahin air hujan untuk minum. Makanya benda yang ia ingat adalah piring dan payung, bukan piring dan gelas … hihihi 😀
ah ini sih tulisannya si ata alias septarius…
tul kan bu?? 😀
ditunggu ah hadiahnya karena menebak dengan benar 😛
sekalipun itu piring cantik dan payung cantik yg gak secantik yg punya blog ini 🙂
Tuti :
Betuuul …. itu dia si Ata!
Tapi berhubung dia sudah sangat populer, dan semua orang bisa menebak, maka hadiah piring dan payung dibatalkan *pemilik blog mengucap alhamdulillah sambil menengadah ke langit*
ngga mau piring dan payung cantik
maunya tiket JAL hihihi
guest blogger begini juga cara yang bagus daripada hiatus berlama-lama.
Gimana mbak? Agustus jadi kan kita berkencan hehehe
EM
Tuti :
Tiket JAL? Waduh, nabung dulu sepuluh tahun Mbak. Tiket JAL Tokyo – Jakarta itu bisa ditukar lima gudang piring dan payung lho … 😀
Mbak Imel mau jadi guest blogger untuk TV kan? Mau kan? Kaaan?? Plis …. *membungkuk ala Jepang 7 kali*
Kencan besok Agustus? Wew … harus mulai mempercantik diri sejak sekarang nih. Kalo nggak, ntar kalah pamor sama Mbak Imel … hihihi 😀
…
Kalo tiket JAL mah bikin bangkrut Bandar..
Agustus sebentar lg mbak..
😀
..
Tiga hal Bu Tuti, (ketularan Om Nh)
#1, Ide yang mantap mengundang teman-teman narablog ketika kita kesulitan untuk aktif nulis… Tapi, jangan minta saya nyumbang tulisan ya, soalnya kondisi kita sama, hahaha…
#2, Ini tho versi lengkap dari status Ata yang di pesbuk itu ya? Ouw… semakin kelihatan manas-manasinnya… 😀 btw, tulisannya sangat informatif, thanks Ta…
#3, Di Jogja juga ada miniatur gedung yang cukup terkenal, yaitu Masjid Baiturrahman Aceh, baru saja dibangun di perempatan Madukismo
Tuti :
Rupanya Om Nh memang pembawa virus menular …
Tapi masak tiga juga sih Da. Kan Uda Vizon punya empat …. tuh, The Fantastic Four 😀
#1, Mengundang teman untuk menulis ini bukan semata-mata karena saya nggak sempat menulis lho Da, tapi lebih karena saya menghormati teman-teman. Dan karena saya amat sangat menghormati Uda Vizon, maka Uda nggak terbebas dari giliran menulis di TV (haiyaaa …. )
#2, Memang Ata selalu bawa kompor (don’t forget, he is a good chef!), makanya kemana aja selalu manas-manasin … 😀
#3, Perempatan Madukismo ya Da? Dekat rumah Uda kan itu? Maka ….. kayaknya itu jatah posting Uda untuk TV … hahaha 😀
mesem-mesem …
Tuti :
*buru-buru ambil kamera, motret mesemnya Om Nh*
Mba Tuti, aku mau 3 hal juga ahh..
1. Enak kan ya, tinggal posting tulisan dari penulis tamu, xixi.. engga pake mikir lagi. (aku ampe kepikiran mau tayangin penulis tamu ajah sepanjang tahun 😛 )
2. Itu Ata? ah masa siyh..? (meskipun Ata ud sms, tetap pura2 ngga percaya)
3. Tulisan dan foto-foto dari Ata, mantap..!
Tuti :
Hayah, Bundo … tigo juo 🙂
1. Enak Bundo. Nah, karena Ladang Jiwa Bundo sudah diisi oleh penulis tamu sepanjang tahun, jadi Bundo posting aja di Tutinonka’s Veranda sepanjang tahun … hihihi … 😀
2. Ata? Yang mana? *pura-pura ikut bengong gak percaya*
3. Memang, Bundo. Dia belajar dari gurunya … pemilik blog ini … wakaka! 😀
mesam-mesem maning …
Tuti :
*jepret maning*
Pemeran utamanya manstab gan!
Minta tanda tangan dong. . . *peace mas septa*
buat bu tuti salam kenal dari saya ya 🙂
Tuti :
Memang …. pemeran utamanya top markotop, sip markosip …. !
Ata, nih piloxnya (haa?? tandatangan pake pilox??)
Salam kenal juga, An … 🙂
..
Wes Dik Anla ini bisa aja..
Aku bukan seleb kok, saleb mungkin iya.. 😀 ..
Bentuk bangunannya mirip..
Satu yang jadi pertanyaan kenapa banyak gedung dan monumen di Indonesia yang makin lama makin tiru-tiru ya?
Padahal bentuk2 asli di Indonesia itu justru digemari di luar negeri..
Ya nggak, Bu Tuti.. eh Bu/Pak penulis tamu?
Tuti :
Iya juga sih Don …
Mungkin lebih baik kalau bentuk-bentuk asli Indonesia itu dikembangkan ya, agar kekayaan budaya kita semakin beragam dan bisa mengakomodasi kemajuan zaman.
Wooi … penulis tamunya ini belum menjadi bapak, Don (lah … dia menyebut dirinya cowok cakep gitu, hihi 😀 ) dan sama sekali bukan ibu.
Wow ide yang sangat kreatif mbak Tuti….Sepertinya bisa di contoh daripada blogku jadi hutan belantara karena nggak ada yang diposting, hihihi……
Wow, Ata memang keren, dech…foto2nya juga mantap…sip dech 🙂
Wow, penyambut tamunya untuk TV juga yahut lho….khan hrs edit2 dulu sebelum diposting….
Wow…saya ditelp big bos…so harus pamit dulu mbak, see you on next TV….
Best regard,
Bintang
Tuti :
Wow, komen Mbak Linda penuh ‘wow’ deh … 🙂
Iya, silahkan ditiru Mbak, sudah ada beberapa blog yang menerapkan strategi seperti ini, meskipun tidak semua karena pemiliknya terlalu sibuk sehingga nggak sempat lagi nulis.
Yang jelas, saya jangan diminta jadi penulis tamu di blog Mbak Linda ya, lha wong nulis di blog sendiri aja nggak sempat … hihihi … 😀
Ata memang keren, itu sudah diakui dunia internasional … 🙂
Oke Mbak, selamat memenuhi panggilan big boss. Sukses ya! (semoga nggak disuruh lembur sampai pagi … hiks 😦 )
salam hangat,
ide keren dan lucu, selalu kusuka! muuah…(muuah buat mbak tuti lho…)
Tuti :
Nah, saya mengundang Mbak Ernut untuk nulis di TV juga. Monggo Mbakayu ….
Eiit …! Ata nggak boleh ngiri dengan ‘muuuach’nya ya 😀
..
Weleh..!
Tiwas aku Ge er mbak..
Hi..hi..
..
Bu, tulisan Ata sangat bagus dan informatif sekali… plus komen dari Bu Tuti yang nyempil di sana-sini… bikin gemes aja hihihihi…*kirain Bu Tuti dan Ata sidak ke SLG*
Tuti :
Ataaa …!! Tulisanmu dipuji nih!! Senyum dong … 😀 Bilang terimakasih … 😀
Aku ganti profesi jadi tukang celetuk aja ya Hen. Enak, nggak perlu nulis banyak-banyak, bisa nyeletuk semau sendiri (lha wong di blogku sendiri … hehe 😀 ). Thanks, Henny. Peluk kangen buat Ping ya …
Wow …
keren juga ya Monumen tersebut …
kelihatannya juga bersih sekali …
(Mudah-mudahan tidak banyak lepehan permen karet disana … 🙂 🙂 🙂 … )
Ini di Kediri ya ….
Top banget !
Salam saya
Tuti :
Iya Om … keren banget. Apalagi kalo Om berfoto di depan MSL, kayak Ata. Keren banget Om … (monumennya, maksud saya … 😀 )
Iya Om, Kediri. Om tahu kan dimana Kediri? Bukan … bukan Tanzania. Ya’elah Om … *geleng-geleng*
Mbak, saya lagi menyesuaikan dulu cara membacanya. Jane tulisan mbak Tuti tuh yang kalimatnya pake warna merah? Terus lainnya tulisannya Septa…tapi kok beda ya gaya bahasanya dengan tulisan Septa di blognya sendiri. Atau karena jadi penulis tamu, gaya bahasa menjadi “agak beda”?
Ide yang bagus mbak..tapi aku masih bingung …. jangan 2 IQ ku mulai jongkok :((
Thanks dikasih tahu ada gapura baru di Kediri (tanah kelahiran suami)…berarti kalau mudik mesti lewat sana..maklum kampung suami nggak sampai masuk kota Kediri udah belok kanan ke arah kota Pare.
Tuti :
Hihihi …. Mbak Enny, bingung ya? Yang biru itu tulisan Ata, celetukan gak genah yang warna merah itu tulisan saya.
Besok kalau pulang ke Mediyoen mesti menyempatkan diri mampir ke MSL, Mbak. Buktikan, betul nggak apa yang ditulis Ata. Kalau ternyata Ata melebih-lebihkan … *siapin bulu ayam buat nggelitik Ata* 😀
* Cindera mata dari Ata sama-sama lugas spt postingan mbak Tuti juga koq (atau ini hanya tipuan daya nalar saya saja ya…krn model huruf, komen pada gambar, penggalan2 kalimat hasil edit mbak Tuti).
* Ibarat dalam dunia otomotif, aslinya adlh produk TOYOTA, tapi dikemas ulang menjadi merk LEXUS, semua orang juga tahu bahwa dua-duanya adalah kaliber dunia.
* Kalau saja posting tsb tidak ditampilkan, entah baru tahun kapan saya mengetahui ada SLG di Kediri….dan, harus jujur saya mengakui bhw lingkungan di kawasan tsb menjadi asri, enak dilihat…..dan yang pasti masyarakat Kediri mempunyai icon yang cukup membanggakan.
Tuti :
* Ata kan belajar dari saya, Mas …. (jangan ngamuk Ta, iya … iya, tulisanmu memang sudah bagus sejak belum kenal saya 😀 ). Tipe huruf memang saya buat sama, karena itu sudah menjadi ciri khas blog TV. Selain kalimat-kalimat yang berwarna merah, semuanya adalah tulisan asli Ata.
* Jadi, MSL Gumul sudah masuk kaliber dunia juga?
* Itulah sebabnya saya minta Ata untuk bikin posting tentang MSL Gumul, karena belum banyak orang yang tahu. Kayaknya Bupati Kediri harus berterimakasih pada Ata nih … 🙂
Ass. Bu, idenya keren, tulisan dan bangunannya juga keren, bikin Kediri tambah percaya diri. Celetukannya? hihi… jahil juga ternyata dikau! Sukses ya, Bu. Salam….
Tuti :
Hai, Irda 🙂
Yang punya ide keren ini adalah cowok keren, dan disetujui oleh ibuk-ibuk yang juga keren …. wakaka! 😀
Aku jahil? Loh, baru tahu? 😀
Thanks, Irda …
wuihhhhhh…….idenya cemerlang..kaya yg dicuci make sabun cuci terkenal….jrenggggg genjerenggg
hihihi….ternyata Kediri jadi keyen oiii….semoga semua bisa menjaga kebersihannya dan ndak pernah jadi kumuh…
huaaaaa…ingat kediri ingat tahu takwa…
Tuti :
Mbak Wieda … ini ide Ata tuh. Dia kasihan lihat blog saya jarang diupdate … jadi nyumbang tulisan. Hayo, Mbak Wieda nyumbang juga dong … hehe … 😀
Iya, mudah-mudahan apa yang sudah dibangun dengan bagus ini bisa terus dipelihara hingga bisa berusia lama …
Tuti :
Iya … ingat Ata Takwa 😀
2 hal dari Lee (krn klo 3 musti beli license dr Om NH) :
1. Kok lebih seru komen-nya Bu Tuti daripada postingannya
2. Ini yg ditunggu-tunggu, salah satu hasil nyata dr usaha pengembangan daerah. Jadi gak perlu migrasi ke Jkt….
Sekian
Tuti :
Om Nh lagi bagi-bagi license kok … ambil gratis-tis
1. Anak muda mesti ngalah sama yang tua, Lee …. 😀
2. Kayak Lee, jadi migran ke Jakarta? Eh, salah ya …. 🙂
Tuti :
1. Ini cara lain untuk bilang bahwa aku punya faktou U ya Ta? Awas, kutunggu di perempatan juga (loh, jadinya kencan bertiga dengan Lee dong … hihi 😀 )
2. Nah … syukur sadar … 😦
mesem maning …
Tuti :
Suka-suka Om lah …. *capek njepret*
kerennnnnnnn
jadi pingin kesana
dan foto2
hahhaha
😀
Tuti :
Jangan lupa bawa batere … (kamera tanpa batere kan beban aja)
Tuti :
Ata aja langsung ditangkep habis foto narsis … 😀
Wah, info baru nihh buat saya…
Saya baru tahu monumen ini. Semoga tetap asri dan terawat, dan jangan sampai jadi ajang pergumulan… *lho??
🙂
Tuti :
Pergumulan ide gak papa lho Na … 😀
Pergumulan orang narsis foto juga boleh … 😀
Ha..ha..
Pergumulan opo tho mbak..?
Satpamnya banyak kok..
..
wahhh keren banget ya tempatnya…
asli mirip abis dengan yang di paris..
menjadi daya tarik tersendiri buat kediri.. (yaiyalah milyaran gitu 😀 )
mudah2an bisa kesana dan sama dengan Darah biroe…
mau phutu2 ….
izin dulu ama mas septa…. 😛
Tuti :
Ati-ati … Ata lagi keluar tanduknya … *berlindung di balik pintu*
lama tak berkunjung ke sini, apa boleh jadi penulis tamu juga, tapi bingung temanya apa
Tuti :
Silahkan, Mas Narno. Gimana kalau tentang romantika kehidupan remaja/pelajar, berdasarkan pengalaman Mas Narno menjadi pendidik? 🙂
kirain lagi jalan2 di Paris, keren juga ya Kediri
jadi bu Tuti untuk sementara berperan sbg editor dulu nih
Tuti :
Kediri memang keren *melirik Ata yang senyum-senyum bangga*
Mbak Monda mau kontribusi tulisan?
bagussss monumennya..
salam kenal..
Tuti :
Memang bagus ….
salam kenal juga, Fitri 🙂
Bu, melihat hasil jepretanmu yg indah
Oh, menggetarkan hati ini
Bahwa dunia memang indah
Terlebih saat kita menjadi sosok2 yg bersahabat
Tuti :
Haha … ini jepretan Ata, A’ … bukan saya yang nulis posting 🙂
kelihatannya keren ya foto modelnya ( sambil ngelirik ke Mas Septa 🙂 )
Ternyata oh ternyata ada monumen keren kayak di Paris,
tapi begitu lihat biayanya…………. wow dan wow ….. duit semua ya itu, bukan campur daun ? 😆
salam
NB: Mbak Tuti libur nulis ya? tapi jadi editor disini? 🙂
Tuti :
Memang keren, Bunda. Kapan-kapan disempatkan berkunjung ke Kediri, sekalian menjelajah obyek-obyek wisata di Jawa Timur.
Selain menjadi editor, sekali-sekali masih akan nulis juga, Bunda … 🙂
hehehe…mbak Tuti ini memang pinter…lagi pengin duduk ongkang2 lha kok ngundang narablogger….ide brilian…perlu ditiru…
Tuti :
Lhoh … mengundang sahabat-sahabat untuk menuls di TV ini adalah bentuk penghargaan saya kepada para sahabat je Mbak. Ayo, mana tulisan Mbak Ayik?
OOT …
Selamat Ulang Tahun Ibu Tuti …
Semoga sehat dan Bahagia selalu
Salam dan Doa saya
🙂
Tuti :
Terimakasih doanya Om … 🙂
Ada posting khusus tuh untuk ultah … 🙂
Wah akhirnya ke SLG juga bu…salam kenal.
Tuti :
Bukan saya yang ke SLG, tapi sobat muda saya, Ata 🙂
Salam kenal juga
Kediri Gitu Lohh…. (wes ngoten mawon dr org asli Kediri nya) hhehe… ^^
Tuti :
Tetangga Ata dong, penulis artikel ini 🙂
Wah ….duit segitu cuman buat monumen gt doang…..
mending dikasihkan orang miskin suru bikin usaha…..biar org miskin berkurang di Kediri….,GMN ide Gua…sipps kan
[…] salah seorang sahabat bloger asal Kediri (tapi yang mengaku lebih akrab dengan kota Malang ) di posting ini . Kami menyeberang Sungai Brantas yang lebar dan tenang, menuju ke Monumen SLG yang terletak di […]
[…] tv – […]