CUM LAUDE? UNFORTUNATELY NOT …
Percayakah anda, bahwa saya yang ditakdirkan cemerlang (kalau habis digosok amplas), tidak lulus pada ujian pendadaran pertama di S1? Lho, kok ngangguk! Jadi anda percaya? Ah, kebangetan panjenengan iki. Lha wong saya saja ndak percaya je!
Ndak pantes banget kalau saya harus mengulang ujian pendadaran. Lha wong saya penerima beasiswa Supersemar, yang waktu itu top banget (halah!). IP selalu di atas 3 (ck, ck, ck …). Tapi itulah kenyataannya. Saya diuji empat dosen, dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang. Setelah disuruh menunggu di luar ruang sidang selama 10 menit, saya dipanggil masuk lagi, dan dijatuhi vonis : “Saudara harus mengulang ujian!”
Gubrak!!
Lah, kalau saya memang pintar, kok nggak lulus pada ujian pertama? Soalnya, waktu itu saya masih pengantin baru, jadi nggak sempat belajar. Heueheuheu … excuse!
Wah, tapi jangan berpikir aneh-aneh dulu tentang tak sempatnya saya belajar. Sebulan sesudah menikah, kami pindah ke rumah kontrakan, karena suami saya nggak mau ikut orang tua ataupun mertua. Nah, awal-awal menjadi seorang isteri membuat saya cuuapek dan stress. Tiap hari bersih-bersih rumah, nyuci baju, masak, and so on, and so on … Yang bikin stress adalah mikir ‘masak apa hari ini?’ (maklum, waktu gadis saya nggak pernah masak … hihihi …).
Pulang dari ujian, sampai di rumah saya menangis tersedu-sedu. Rasanya sedih banget nggak lulus. Ujiannya komprehensif, mencakup semua mata kuliah dari semester satu sampai semester delapan. Bayangkan betapa banyaknya buku dan diktat yang harus dijejalkan ke otak saya. Dan para dosen itu lho, pertanyaannya kok ya materi-materi yang saya nggak sempat pelajari dengan mendalam. Kayaknya ada cicak yang mengintip saya belajar, dan menginformasikan kepada beliau-beliau tentang materi yang saya lewatkan. Beugh!
Sekarang saya jadi dosen, dan gantian menguji pendadaran mahasiswa. Di jurusan saya ada dua tahap ujian akhir, yaitu Sidang Tugas Akhir dan Ujian Pendadaran. Sidang Tugas Akhir adalah mengklarifikasi penelitian dan laporan Tugas Akhir (skripsi) mahasiswa : apakah metodanya sudah betul, datanya valid, analisisnya meyakinkan, dan layak diujikan. Adapun Ujian Pendadaran adalah menguji penguasaan mahasiswa atas tugas akhirnya, serta mata kuliah – mata kuliah yang berkaitan.
Laporan Tugas Akhir baru boleh dijilid rapi sesudah lulus ujian pendadaran. Sekarang laporan diserahkan dalam bentuk hard copy dan CD.
Sangat menyenangkan kalau menguji bersama teman-teman dosen yang pintar, karena dari pertanyaan-pertanyaan mereka (juga penjelasan yang kemudian mereka berikan) saya jadi ikut belajar banyak. Kadang-kadang ada juga teman dosen yang salah menginterpretasikan suatu teori atau aksioma. Dosen yang lain biasanya akan mengoreksinya dengan cara yang bijaksana, agar dosen tersebut tidak malu (di depan mahasiswa gitu loh!). Yang lucu, ada salah satu teman dosen yang selalu tidur ketika mahasiswa melakukan presentasi dan ketika dosen yang lain sedang memberikan pertanyaan, tetapi begitu tiba gilirannya untuk menguji, ia langsung bangun dan melancarkan pertanyaan yang nyambung dengan pertanyaan-pertanyaan dosen sebelumnya!
Mahasiswa mempresentasikan tugas akhirnya. Penampilan harus rapi, hem dan dasi pinjaman tak soal …
Ada tiga dosen penguji pada Sidang TA maupun Ujian Pendadaran, dan sidang ataupun ujian tak bisa dimulai jika ada dosen yang belum hadir. Nah, ada salah seorang teman saya yang berlagganan terlambat. Suatu ketika, teman ini terlambat sampai 1 jam. Begitu dia masuk ke ruang sidang, saya minta dua mahasisa yang akan diuji untuk keluar ruangan. Setelah pintu tertutup rapat-rapat, teman ini saya damprat habis.
“Tolong hargai saya dan orang-orang lain ya Pak! Memangnya Bapak sendiri yang sibuk? Ini sudah yang ke sekian kalinya Bapak terlambat. Kalau Bapak begini terus, saya tidak mau lagi menguji bersama Bapak!”
Wahahaha! Bu Tuti ngamuk! Teman ini, dan teman penguji yang satu lagi, bengong melihat saya marah besar (maklum, biasanya kalem, atau malah cengengesan … hihihi). Untungnya, teman yang saya damprat ini bukan pendendam. Selesai ujian, dia mendatangi saya, menyalami dan minta maaf dengan sungguh-sungguh. Ya, sebenarnya kami memang berteman baik, dan biasa bercanda. Iya deh Pak, permintaan maaf dikabulkan …
Pada kesempatan lain, ketika bertemu lagi dalam sebuah rapat, teman ini membuka hp-nya dan menunjukkan foto saya. Lho, kok ada foto saya di hpnya! Rupanya, waktu saya lost of control itu, diam-diam dia memotret saya dengan hpnya (dan ajaib, saya nggak sadar!). Katanya, sebagai pengingat dirinya agar tidak terlambat lagi kalau menguji bersama saya. Busyeett! Saya sih nggak apa-apa dia menyimpan foto saya, tapi mbok ya dalam pose dan ekspresi yang manis gitu loh! Kan aslinya saya memang manis (uhuk, uhuk … *terbatuk-batuk*) . Mosok orang lagi ngamuk difoto. Ya’elah ….
Kembali ke kisah ujian pendadaran pertama saya yang nggak lulus. Setelah kegagalan itu, suami saya menganjurkan agar saya pulang ke rumah ibu saya dulu, supaya bisa belajar dengan baik.
Syukurlah pada ujian yang kedua saya lulus dengan baik. Cum laude? Unfortunately not, karena IP saya masih kurang dari 3,5. IP antara 3,0 sampai 3,49 predikatnya adalah ‘Sangat Memuaskan’. Ah, tapi it’s not bad, iya toh?
Nah, yang lucu adalah pada waktu wisuda. Karena jurusan Teknik Geodesi didominasi oleh laki-laki, pada periode wisuda itu ceweknya cuma saya sendiri. Sependek pengetahuan saya, wisudawati selalu berkain kebaya. Tetapi menurut peraturan tertulis yang saya terima dari UGM, wisudawati diminta memakai blus putih, dasi kupu-kupu, dan rok hitam di bawah lutut. Maksudnya, supaya waktu dipanggil untuk menerima ijazah, jalannya bisa cepat, tidak tertatih-tatih karena terhambat kain panjang.
Nah, dengan tunduk dan patuh, sayapun datang ke wisuda dengan pakaian persis seperti peraturan. Tapi apa yang terjadi? Ternyata oh ternyata, semua … SEMUA … wisudawati mengenakan kain, kebaya, sanggul, dengan make-up komplit. Bujubuneng. Piye to iki? Masak dari seluruh wisudawati, cuma saya sendiri yang patuh pada peraturan!
Yaah … nasib! Karena nggak ada teman cewek, jadi nggak ada yang diajak kompakan soal pakaian wisuda.
Dik, dik …! Mau ikut wisuda ya? Pakai kain dulu, sono! Ya ampyuun, ini anak katrok banget, dari planet mana sih? Dimana-mana wisuda ya pakai kain, Nduk!
Itu kisah pendadaran dan wisuda saya yang pertama, tahun 1986. Bagaimana pendadaran dan wisuda saya berikutnya, tahun 1998 dan 2002? Tunggu kelanjutan kisahnya. Dijamin lebih seru !! (weleh, weleh … )
(to be continued)
(*layar panggung turun pelan-pelan …*)
seru mbak seruuuuu…
aduh si mbak lulus 1986, aku baru masuk UI.
Aku musti panggil Sempai (senior) nih ke mbak.
Kalau saya pikir soal wisuda kebaya atau rok ngga jadi masalah, lha wong ditutup Toga ini, ngga keliatan juga kalo pake daster misalnya hihihi.
Jadi waktu wisuda udah foto sama MAM dong ya? Aku belum tuh mbakk…. eh yang bener udah tapi akhirnya bukan dia yang menjadi pasangan hidup gitu.
Baru inget, aku juga belum tulis masa-masa di universitas…. masih terlewatkan. Tapi seneng ya mbak kalo nulis gitu, jadi senyum-senyum sendiri bernostalgila….
EM
Tuti :
Kuliah saya memang agak lambat. Jaman dulu biasa mahasiswa teknik 6 -7 tahun baru lulus. Kalau sekarang, dengan kurikulum baru dan sistem perkuliahan kredit semester, mahasiswa bisa lulus dalam 4,5 – 5 tahun.
Di Yogya, sampai sekarang mahasiswa wisuda selalu memakai kain/sarung dan kebaya. Soalnya, selain pakai toga kan sering pada foto-foto tanpa toga juga.
Iya Mbak, saya dan MAM nikah sama-sama belum lulus, jadi waktu wisuda fotonya berdua semua … 😀
Ayo Mbak Imel, ditulis kenangannya waktu kuliah di S1 dan S2. Saya tunggu lho! Pasti seru juga!
Waktu saya wisuda, justru Mama yang heboh bener.
Saya sudah berencana untuk pake rok biasa dan berjilbab seadanya (kan di Univ Islam), trus dandan sendiri.
Tapi pas Mama datang membawa kebaya, tiba-tiba hari berikutnya saya wisuda dengan kain dan kebaya lengkap, plus dandanan berlipstick merah (yang langsung saya hapus lagi)
Ouch …
Kapan itu saya datang ke wisuda teman di pasca UGM, asik banget, hampir semua wisudawati memakai kemeja putih dan celana/rok hitam.
Tuti :
Wah … Muzda nggak suka lipstik merah ya? Jadi sukanya apa dong? Hijau? 😀 😀
Ya, untuk wisuda S2 dan S3 memang pakai rok. Waktu wisuda bareng saya tahun 1986 itu, wisudawan S2 juga sudah pakai rok. Jadinya saya malah kayak lulusan S2 … qiqiqi … 😀
jadi waktu wisuda s1 bu tuti sudah berstatus istri? hehehe… kami juga sudah berstatus suami-istri ketika wisuda, dan wisudanya juga bareng… hmm… lagi mikir2 mau bikin tulisan soal ini juga ah…
dosen yg motret bu tuti itu namanya siapa? saya pengen ketemu beliau, soalnya mau minta foto “dahsyat” itu, hehehe… 😀
Tuti :
Wah …. asyik dong, Uda Vizon dan Uni Icha bisa wisuda bareng. Pasti kebahagiaannya berlipat-lipat ya. Sudah ada yuniornya belum? Nah, sekarang saya nunggu undangan ujian terbuka doktornya.
Hehehe …. kalau foto ‘dahsyat’ itu, teman saya sudah saya wanti-wanti, nggak boleh disebarluaskan, soalnya bisa menarik minat produser film … qiqiqi … 😀
ya, saya ingat waktu ujian pendadaran ada satu dosen yang saya gagal menjawabnya. Akhirnya beliau mengalah karena dari lima dosen hanya gagal di beliau saja maka akhirnya beliau menyerahkan nilai ke yang lebih tinggi. artinya saya diluluskan tanpa boleh menerima huruf A
Tuti :
Wah, diuji 5 dosen? Banyak banget ya? Tapi ada untungnya, karena hanya gagal 1 dari 5, maka 4 orang bisa mengangkat nilai yang jatuh. Kalau saya dulu, dari 4 penguji, 5 yang jatuh … (lho?!) 😀
Nggak apa-apa nggak dapat nilai A, karena nilai A memang hanya untuk hasil yang sempurna …
Hahaha…saya terbayang kikuknya saat pakai seragam hitam putih itu, dan yang lain pagi2 udah nyalon…..hehehe
Lha yang mendampingi wisuda aja ikutan lelah, saya sekeluarga sampai mengungsi ke penginapan, yang dekat salon, supaya nanti tak kena macet…padahal masih sama-sama di Bandung….hahaha…
gara-gara ikutan pake sanggul…..dan ternyata foto wisuda nya baru kebagian jam 8 malam..udah lelah dan ngantuk…dandannya sejak 4 pagi percuma.
Tuti :
Betul Mbak Enny, saya malu dan nggak pede waktu lihat wisudawati yang lain pada keren-keren dan cantik-cantik. Tapi dasar muka tembok, akhirnya ya cuek aja … hihihi 😀
Waktu wisuda Narpen di Bandung, sampai nginep di hotel? Ya ampyuun. Udah gitu, dandannya jam 4 pagi dan baru difoto jam 8 malam … apa bedaknya masih ada yang tersisa? 😀
Wah, ceritanya seru mbak Tuti. Wow thn 1986 mbak Tuti udah wisuda pertama mbak, hem saya masih kls 1 SMP mbak :).
Mbak ngomong2 kok photo sama Mas MAM-nya nggak ikutan diposting? Kan seru … suasananyakan masih pengantin baru 🙂
Mbak apakah waktu jamannya mbak Tuti dulu, ada acara makan2 bareng sejenis perayaan kelulusan bareng teman2 gitu?. Nanti pas di postingan berikutnya ikutan dikulas yach …. (hahaha … request nich … foto2 jadulnya juga mbak sekalian biar tambah seru ….)
Ok, mbak selamat beraktivitas kembali, saya tunggu kelanjutan ceritanya 🙂 🙂 🙂
Best regard,
Bintang
Tuti :
Waktu saya diwisuda, Mbak Lin baru kelas 1 SMP? Wah, jadi nyadar kalau udah tua niy … 😀
Foto-foto dengan Mas MAM nggak dipasang, soalnya malu 🙂 Jaman dulu nggak ada acara makan-makan sesudah wisuda (eh, mungkin ada juga, tapi saya nggak bikin acara seperti itu). Cuma kumpul sekeluarga saja, dengan orangtua, mertua, saudara-saudara kandung dan saudara-saudara ipar di rumah.
Foto-foto jadul saya jelek … 🙂 Pokoknya ‘wagu’ dan bikin malu kalau dipajang.
Ok, selamat beraktivitas juga Mbak Elinda …
untung waktu pendadaran, yang sidang bukan ibu tuti…
aminnn…aminnnnn…
*** emang se’kampus 🙂 ***
Tuti :
Wah, padahal kalau nguji pendadaran saya baik hati loh (kan pernah ngalamin nggak lulus 😀 ). Ngamuknya kan karena harus nunggu teman yang terlambat sampai 1 jam … 😦
IP diatas 3 masih bagus Bu. Saya nggak sampe 3 😦
Tuti :
Amin, terimakasih Is …
Waduh, saya kesengsem mandang foto Is yang cantiik …. (coba saya secantik Isnu 🙂 )
HUahahaha
Ibu Tutiiiii
ceitanya lucu sekali 🙂
jadi ngakak2 bacanya soal kebaya itu bukan soal gak lulusnya lho bu….
ditunggu lanjutannya 🙂
Tuti :
Hihi … iya, memang saya kelihatan tolol banget 😀 Padahal sebenarnya saya punya kain batik dan kebaya yang bagus lho (kan habis nikah, jadi baju-baju pengantinnya masih jreng … 😀 )
Lanjutannya? Sabar ya ….
aku gak rasain pendadaran, D3 tok sih, hehe
Tuti :
Ayo sini, saya dadar … (maksudnya saya bikinin dadar telor 😀 )
Wakakakak ….. Mbak Tuti ini emang kagak pernah mati gaya deh … aku seneng banget liat foto Mbak yang nampak aneh itu … waktu diwisuda tanpa kain ….. eh, pakai rok doang … qiqiqi … tapi suweeerrr … tetep manis kok Mbak …
Tuti :
Itulah nasib saya Mbak Ayik : sekali manis teuteuup maniiiss ….. (*tuing! kejedot tiang listrik*)
Wah, Bu… saya pendadaran baru 2008 kemarin.
Saya kuliah sejak 1996 tapi karena keasyikan kerja lalu memutuskan untuk mandeg dulu dan dilanjut kembali 2006 itupun karena pengen buruan merit 🙂
Pendadaran saya biasa saja… 🙂
Saya pasang strategi jauh sebelum pendadaran, mendekati dosen-dosen dan ‘umuk’ kalau saya jago … dan akhirnya waktu pendadaran mereka cuma manggut-manggut.
Sejam kelar dan lulus tanpa revisi hehehe 🙂
Tuti :
Saya percaya, memang DV tuh jago, lha wong suka berkokok “kukuruyuuuuk …!! ” 😀
Tapi memang, kalau mahasiswa yang diuji menguasai ilmunya, ujian kadang-kadang cukup beberapa menit, kita sudah bisa mengambil kesimpulan : oh, mahasiswa ini tahu permasalahan. Tapi kadang juga saya kejar terus dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih luas dan dalam, untuk tahu sampai dimana batas ilmunya. Kalau sampai sekian jauh dia bisa menjawab semua pertanyaan, tanpa ragu kita akan memberi nilai A.
Selamat ya mas Donny, ujian cuma sejam dan lulus tanpa revisi. Kalau saya yang nguji DV, pasti saya juga cuma manggut-manggut 😀
daripada ngurusin yang kaya semakin kaya ..
ayo dukung si miskin untuk berbisnis dan usaha ..
Mudah2an bisa mensejahterakan Keluarga Dan Membantu Sesama ..
Amin ..
kunjungi link ini ..
http://aghi182.wordpress.com/2009/06/14/pulsa-harga-super-duper-murah-daftar-gratis-komplain-nya-ok-fasilitas-lengkap-hanya-di-sini/
thx ..
Tuti :
Promosi kok nggak pakai salam, permisi dan minta ijin yang punya blog … 😦
Yes Indeed …
Saya lebih tertarik mengomentari foto nya …
Jika saya ada disana …
Saya pasti nyeletuk …
“Mau Karnapal ddiiikkk ???”
hehehe
Tuti :
Hehehe … Om, itu yang mau wisuda pake rok, kayak anak SD yang berperan jadi wisudawati ya? Maklum Om, masih anak-anak, jadi belum pantas pakai kain kayak mbak-mbak …
Terimakasih Om 🙂
Kok saya mbaca tema ini mendadar ingin komen di sini ya…
Jadi ingat waktu saya dulu ujian kelulusan dan presentasi tugas akhir S1 (di UNPAD) tahun 1992, saya sebenarnya lagi sakit chicken pox, badan dan muka lagi bentol-bentol, terasa capek dan semalam sebelumnya suhu badan saya naik 100°F. Walaupun malem itu sebenarnya saya udah siap lahir batin untuk presentasi dan ujian, tapi saya belum memutuskan apa besok paginya mau ujian apa ditunda. Akhirnya pagi, badan terasa lebih enak alhamdulillah, dan suhu tubuh udah turun jadi 98.5°F. Ya udah, jadinya dengan mendadak saya putuskan untuk jadi ikutan ujian dan presentasi. Untungnya beberapa hari sebelumnya udah disiapkan bahan2 ujian berupa transparan untuk OHP (dulu sih boro2 ada Microsoft PowerPoint
jadi kekihuehehehe…… Hanya saja waktu itu agak lemes memang. Karena waktu itu di Bandung sendirian (kos2an) dan kebetulan nggak ada yang nganterin terpaksa deh akhirnya manggil taksi. Tapi alhamdulillah hasilnya baik walaupun sayang hasilnya nggak bisa maksimal. Ya, maklumlah waktu itu kondisi nggak fit 100%,alesan, lah wong keputusan ikut ujiannya juga mendadak sih…….Jadi laper pengin bikin telor dadar sama cheddar cheeseTuti :
Mas Yari, 100oF itu berapa derajad Celcius? Kasih rumus transformasinya dong, biar teman-teman nggak pada bingung. Jangan-jangan dikira 100oCelcius, kan sudah mateng itu Mas Yari 😀
Ohya, penyakit Chicken Pox itu apa to? Kok saya belum pernah dengar. Bukan flu ayam ya?
Nah, kalau dadar telor dan cheddar cheesenya saya mau ….
Ternyata ada juga orang yang tertidur tapi nyambung. Sahabat saya juga punya kebiasaan tidur waktu kuliah, tapi nyambung, yang ndak tidur malah dak nyambung.
Tuti :
Wah, saya dulu juga sering tertidur kalau lagi dengerin guru atau dosen kasih kuliah. Nyambung? Nggak! (ya pantaslah …. hehehe 😀 )
Bu, keliatan dari lirikan mata dari wisuda wisudawati lainnya yaa … hehehehe … kayaknya dikirain nyasar sama yang lain ya buu …
Tuti :
Iya tuh, pasti pada ngerasanin saya ya, keliatan banget dari ekspresi wajah mereka … hihihi …
Wah lucu dan seru nih tulisan bu dosen, besok2 mampir lagi deh..
Untung deh yg telat temen dosen bukan mahasiswanya, bisa kena semprot kiri kanan atas bawah xixixi..
Tuti :
Kalau kena semprot kiri kanan atas bawah, pasti basah kuyup ya 😀
Terimakasih Septa, silahka mampir terus. Lain kali bawa apa kek : kue, buah, atau voucher belanja … 😀
hihihi .. pasti serasa jadi artis ya bu,
semua mata memandang,
pastinya nggak pake kedip
sayang kan kalo liat yang aneh-aneh, terus ngedip.
tapi ibu mending lho, disuruh ngulang,
lha saya itu lulus sih lulus, ‘
tapi pengujinya bilang begini:
“anda lulus saya kasih A, tapi bukan berarti anda pintar … bla .. bla .. bla ” 🙂
*btw, trontonnya dah nyampe dengan selamat,
makasih banyak ya Bu*
Tuti :
Saya mah biasa aja Mas, soalnya emang sudah biasa jadi artis dan jadi pusat perhatian orang (*jeder! nabrak gerobak sampah*)
Itu kalau kalimat penguji Mascayo dilanjutkan, bunyinya kan gini : “anda lulus saya kasih A, tapi bukan berarti anda pintar, melainkan anda jenius!” Nah …. hebat kan? Plok, plok, plok!
Syukurlah kalau truk trontonnya sudah nyampai, dan nggak kena tilang di jalan 🙂
he he he, pengakuan dosa niy, awalnya dah berpikir “gara2 pengantin baru”, pikirannya dah aneh2, terlalu meresapi kekekek … eh, ternyata memang sibuk bgt. maaf ya bu h2…salam kenal ^_^
Tuti :
Pengakuan dosa diterima. Jangan diulang lagi dosanya ya!
Pikiran nggak boleh aneh-aneh, nanti masuk “Guiness Book of Record” 😀
Terimakasih sudah berkunjung Zulhaq, salam kenal juga … 🙂
insyaallah bu, nggak akan diulangi he2
Tuti :
Syukurlah kalau nggak akan diulangi. Tapi bukan berarti kapok kan? 😀
Ujian lagi boleh lho, besok di S1 jurusan yang lain, S2 dan S3
skarang masih usum gak siy mbak konde sebesar ban vespa?
Tuti :
Kondenya masih usum, yang sudah nggak usum vespanya … 🙂 🙂
Halo Ibu Tuti..
asli lucu banget pengalaman ibu..
foto yang terakhir itu, ampun dehh.. bikin cekikikan sendiri nih…
ditunggu postingan lanjutannya Bu..
^_^
Tuti :
Hallo Indah,
Foto terakhir itu memang ‘legendaris’, nggak bakal bisa diulang … 😀 (ya iyalah, kan saya nggak bisa muda lagi kayak 23 tahun yang lalu)
Silahkan tunggu lanjutannya di pos ronda 😀
Salam kenal Ibu Tuti,
Maaf ya Bu, baru kenal saya udah langsung mau komen soal foto wisudanya … habis ngga nahan, hehehe … Itu lho, dasi kupu-kupunya … wuakakaka … asli lutju … Maaf ya … 🙂
Tuti :
Salam kenal juga Soy (bukan say lho … 😀 )
Dasi saya itu kupu-kupu beneran lho, saya tangkap dari kebun terus saya keringkan … wakakaka!
Di Bantimurung, Makassar, yang merupakan taman pelestarian kupu-kupu, banyak lho kupu-kupu yang memang segede itu ukurannya, bahkan lebih gede lagi. Saya beli beberapa kupu-kupu kering waktu kesana. Coba belinya sebelum wisuda, pasti dasi saya bener-bener kupu-kupu asli … 😀
Mau belajar di sini…
Nyasar kesini karena secara nggak sengaja terbawa tronton yang habis ngirim hadiahnya Mascayo…
Kulonuwun Bu…
Tuti :
Silahkan belajar Mas Marsudi, harus rajin dan patuh pada bu guru ya 🙂
Wah, sopir truk tronton saya memang hebat, pergi bawa hadiah untuk Mascayo, pulang bawa Masmarsudi …
Monggo, monggo pinarak Pak …
hi..hi..hihiiiii…. susah ya lulus S1 tu Eyang Tuti? ntar Daffa S2 ajalah… biar tak payah sangat lulusnya.
tapi kalo Daffa kuliah Eyang udah nggak ngajar lagi ya? yaaaa… gimana ya?
aci Eyang Tutiiii…. yaya ntuuuum…
( terimakasih Eyang Tuti, assalamu’alaikum)
Tuti :
Untuk Eyang Tuti memang susah, tapi untuk Daffa nggak susah kok lulus S1, S2, dan S3. Nanti kalau Daffa ujian pendadaran, yang nguji bukan Eyang Tuti, tapi cucu-cucu Eyang … 🙂
Terimakasih Daffa, belajar yang rajin ya.
Lamlekooom …
Heheheh… saltum..ya, bun?
Seru juga kalau liat2 foto2 lama gini..
Tuti :
Saltum dan salting … 😀
Ya, ini foto bersejarah. Udah 23 tahun yang lalu lho … wuih, lama banget ya
wah… jadi teringat akan masa masa kelam dulu…
bagi saya juga..
hal yang paling menegangkan semasa kuliah adalah 15 menit sebelum sidang pendadaran di mulai, dan 5 menit sebelum dibacakan hasil sidang pendadaran…
Tuti :
Jadi pas ujian pendadaran malah rileks dong? Itulah yang bikin pikiran jernih dan lulus ujian … 🙂
Wah…, jadi inget pas kuliah nih…
Tuti :
Bukannya inget pas ujian pendadaran?
wah … yg komen dah pad lulus2 kuliah … aku ndiri yg belum … kayaknya pengen cpet2 lulus nih …
owh. ia, lam knal ya mbak ..
Tuti :
Ayo, cepetan lulus. Semoga ujian pendadarannya sukses ya!
Salam kenal juga, Rizoa
hehehe.. mantaaaabs surantaaaabs buuuu…
Salam Sayang
Tuti :
mantaaabs surantaaaabs itu orang mana sih? 😀
Terimakasih KangBoed
ha..ha.ha… ada penggal cerita yang menarik, dan saya nggak percaya… *Apa iya..masak, cuci, bersih bersih sendiri ??* serius nih ??
Btw …. semua orang punya cerita menarik …. dan tentu punya foto wisuda, yang kalau kita lihat sekarang jadi aneh, apalagi saya tahun 1981. Tapi saya golongan taat lho mbak, pakai kain kebaya dan sanggul ….
Tak tunggu cerita S2 dan S3 nya…
Tuti :
Weladalaaah …. Mbak Dyah nggak percaya to kalau saya masak, cuci, dan bersih-bersih sendiri? Lha wong waktu itu masih manten baru je mbak, belum punya asisten, jadi semua dikerjakan sendiri. lagi belajaran jadi ibu rumah tangga. Wah jaaan … judeg tenan!
Lho, saya itu memakai rok justru karena taat pada peraturan je Mbak. Jebul liyane podo ngeyel kabeh. Sing bener malah dadi salah … 😀 😀
kok fotonya yang hasil “jepretan si bapak” itu gak dimasukin Bu???
hehehe….
[jadi terbayang2 beberapa waktu lagi akan tiba saatnya bagi saya u/ pendadaran]
btw ternyata fotonya wisudawan tahun jadul itu lucu2 ya Bu’
(apalagi yg pake dasi kupu2) hihihi
== salam kenal==
Tuti :
Iya, itu foto jadi hak milik mutlak teman saya, saya aja nggak boleh minta copynya … 😀
Foto wisudawan yang pakai dasi kupu-kupu itu langka lho, nggak ada duanya … hahaha!
Selamat menghadapi ujian pendadaran ya Ajun, saya doain dapat dosen penguji yang murah hati dan nggak telat datangnya 🙂 (kan stress duluan nunggunya)
Salam kenal juga Ajun.
1. teman Mbak Tuti yang suka tidur tapi pertanyaannya nyambung itu kenal sama Gus Dur ya ? atau gurunya sama? kok perilakunya sama … hehehe …
2. saya ngakak, kak, kak … lihat photo wisuda itu. aneh bin ajaib, di antara kain jarik yang bertebaran. udah gitu PD banget posisi photonya maju gitu, hahahaha …
3. apa kabar ?
4. sampun … 🙂
Tuti :
)
1. Lho, gimana sih Mas Goen …. teman saya itu memang Gus Dur! Dikira siapa?
2. Kalau saya nggak PD, masak berani masang foto di blog to Maaas … (*itu sih narsis* heu!!
3. Sae sadayana …. mugi-mugi Mas Goen lan sedoyo tiyang Semarang ugi pinaringan sehat lan sugih (lho, nek kabeh sugih sing dizakati sopo?)
4. Menawi sampun, piringipun langsung dipun asahi piyambak …. 😀
saya sih tak percaya…
orang secemerlang Mbak Tuti
sampai dinyatakan tak lulus
mungkin dosennya lagi mabok kaleee
hehe 🙂
Tuti :
Wah, kok nggak percaya sih Bang? Bukan dosennya yang mabok, tapi saya yang mabok … 🙂 mabok belajar
Bu Tuti, harusnya panjenengan masuk MURI cabang Jogja lho karena (mungkin) pertama kali satu-satunya wisudawati tanpa kebaya. Saya bisa membayangkan wajah bu Tuti ketika tahu ternyata lain sendiri. You were at the point of no return. Ya sudah kebacut semua perasaan ditelan saja. Harusnya foto itu disumbangkan ke UGM untuk reminder, jangan sampai salah kostum. 🙂 piss bu he he he.
Kalau saya untungnya sekali pendadaran lulus. Ketika wisuda adik-adik sering ngledek saya ketika pakai seragam wisuda. ” waiter … waiter !!”. Lha gimana, seragamnya pakai pakaian putih celana panjang hitam dan dasi kupu-kupu. Tinggal kasih kain putih persis waiter. Gak apa-apa, kan pelayan masyarakat ya.
Tuti :
Sumpah Pak, saya manut peraturan dari unversitas lho, bahwa wisudawati diminta memakai rok dan dasi kupu-kupu. Heiraan … kenapa nggak ada yang patuh pada aturan itu ya? Kenapa nggak ada sanksi untuk yang melanggar? Dan kenapa nggak ada reward untuk yang patuh kayak saya? (*geleng-geleng kepala*)
Saya juga harusnya sekali ujian lulus lho Pak. Nggak lulusnya kan gara-gara saya punya suami (lho …. kok suami yang jadi kambing jantan … eh, kambing hitam … 😀 )
salam bu…
wah tahun 1986 saya masih kelas 2 SD tuh hehehe…
jadi ingat jaman wisuda. semua pakaian wisuda yang saya pakai itu sebagian besar pinjaman. malas beli toga sih jadi pinjam sama teman yang sudah lulus duluan. dasi punya bapak. tapi nggak pakai kebaya hehehe…
teknik geodesi ya, saya kira sipil.
Tuti :
Lho, toga bukannya dipinjami dari universitas? Memang Mas Ger dulu kuliah dimana? Kuliah subuh ‘kali ya …. (becanda Mas 😀 ).
Teknik Geodesi adalah S1 saya yang pertama. S1 yang kedua memang dari Teknik Sipil. Gitu Mas …
bu tuti lulus tahun ’86? ya amppuuun… waktu itu saya masih kelas 4 sd. tp ngomong2 soal kostum wisuda, benernya lebih enak pake rok gitu. kalau mau difoto kan jadi bisa cepet lari mendekati sang pemotret hehehe.
Tuti :
Mau difoto lari mendekati sang pemotret? Weew … nanti yang kelihatan hidungnya aja dong 😀
Betul, wisuda pakai rok lebih praktis, tapi kita ini memang suka membuat yang gampang menjadi susah … 😀
Hihihi, tante… *asal panggil tante 😀
istilahnya unik ya, pendadaran..
Salah kostum.. gak banget juga yah tante..
Klo cerita temen saya lain lagi.. udah sibuk milih kebaya dari jauh2 hari, eh pas wisuda, ternyata toga-nya yang model ketutup banget :p sia2 deh milih kebaya cantik2 itu..
Tuti :
)
Wah, seneng banget saya dikunjungi Narpen 🙂 🙂
Iya, istilahnya kok ‘pendadaran’ ya? Mungkin mahasiswa itu ibarat telor, dari telor mentah, diublek-ublek, dibumbui, lalu digoreng menjadi dadar telor, sehingga menghasilkan sesuatu yang siap disantap (emang sarjana makanan?
Sebenarnya nggak apa-apa sih pas pakai toga kebayanya ketutup, habis itu kan bisa foto-foto tanpa toga (pakai topi dan samir aja, sambil pegang gulungan ijazah). Eh, jadi ingat cerita Mbak Enny, yang nungguin Narpen dandan wisuda sejak jam 4 pagi, dan baru difoto jam 8 malam. Huaa …. (ngebayangin capeknya 😀 )
hehehe … pagi2 baca ini menghibur betul bu … saya geli banget liat poto itu, liat deh, temen2 ibu pada nengok semua ke ibu, dan liaaat deh ekspresi mereka … hihihihi
Tuti :
Hihihi …. memang, saya ndeso banget ya? Habis mau gimana lagi, nggak mungkin pulang untuk ganti baju kan. Begitulah nasib saya … 😥
[…] Sumber […]