Dear friends …
Pacitan, sebuah kota kecil di pantai selatan Jawa Timur, menjadi ‘penting’ semenjak salah satu putra daerahnya, Susilo Bambang Yudoyono, menjadi orang pertama di negeri ini. Kondisi alam Kabupaten Pacitan berupa pegunungan kapur yang kurang cocok ditanami padi, sehingga pertanian di sana lebih didominasi tanaman singkong. Pegunungan kapur ini menciptakan banyak goa indah seperti Goa Gong, Goa Tabuhan, Goa Kalak, Goa Luweng Jaran, dan banyak goa-goa lainnya, diduga merupakan komplek goa terluas di Asia Tenggara. Di wilayah ini banyak ditemukan fosil-fosil purba. Pacitan juga memiliki pantai-pantai yang indah, seperti Pantai Teleng Ria, Pantai Klayar, Pantai Srau, Pantai Pasir Putih, dan pantai-pantai lain yang belum banyak dikenal.
Goa Gong dan obyek-obyekwisata lain Pacitan (foto dipinjam dari sini)
Goa Gong dengan stalagtit dan stalagmit yang merupakan ciri khas goa kapur (foto dipinjam dari sini)
Pacitan juga sempat terkenal karena seorang artis sinetron sensual yang banyak menghiasi layar infotainment dengan berita-berita heboh pernah mencalonkan diri menjadi bupati pada pilkada kemarin. Meskipun konon sudah menyiapkan dana sebesar 7 milyar (waooo …. ) untuk pilkada ini, Jupe akhirnya mundur dari pencalonan. Yeah, lebih enak jadi artis daripada jadi pejabat ‘kali … 🙂
Si Mbak berkampanye di Pondok Pesantren, jadi berbusana sopan 🙂 (foto dipinjam dari sini)
Dalam perjalanan pulang dari wisata ke Jawa Timur lalu, saya berniat mampir ke Pacitan. Tapi karena sudah kemalaman, dan jalan dari Ponorogo menuju ke Pacitan cukup berbahaya (apalagi pada waktu malam), akhirnya saya memutuskan untuk pulang lewat Wonogiri. Nah, tanpa diduga tanpa dinyana, pada saat yang hampir bersamaan ternyata Pak Eko Atmadji, penggemar setia sobat baik saya, melakukan penjelajahan ke pantai-pantai di Pacitan dan berbaik hati mengirimkan kisahnya untuk teman-teman semua.
EE Couple : Pak Eko dan Bu Endang
Yuk kita ikuti kisah perjalanan EE Couple ini … 🙂
……………..
OMBAK BERDEBUR DI PACITAN
Setelah menempuh perjalanan panjang dari Batu, Waduk Selorejo, dan Kediri, kami memutuskan untuk melaju ke jalur selatan melewati Tulungagung, Trenggalek, dan Ponorogo. Perjalanan Kediri-Tulungagung-Trenggalek tidak begitu menarik karena lurus saja dengan permukaan yang datar. Namun, jalur Trenggalek-Ponorogo sangat mengasyikkan karena melintasi perbukitan dengan berbagai kelokan tajam. Sayangnya, aspalnya masih belum mulus 😦
Sesampainya di Ponorogo, kami memutuskan untuk belok ke selatan menuju Pacitan. Ini adalah pertama kali saya ke Pacitan. Sebagian besar jalannya berbukit dengan jalur-jalur berbahaya. Kadang jalan sempit kadang lebar. Aspalnya masih belum mulus. Yang lebih menakutkan adalah banyak lokasi yang longsor. Walah, ternyata perjalanan ke Pacitan dari Ponorogo lumayan sulit. Rumor orang Pacitan lebih merasa jadi orang Jateng daripada Jatim karena sulitnya perjalanan ke Ponorogo dibanding ke Surakarta tampaknya terbukti. Jalan Ponorogo-Pacitan memang seram. Namun, pemandangannya sungguh indah.
Karena tanpa persiapan, kami mencari-cari hotel untuk menginap di Pacitan. Dapat juga sih tapi ndak begitu bagus. Wis ra opo-opo, cuma numpang tidur kok.
Pagi-pagi kami berangkat dengan maksud keliling kota dan mencari pantai yang katanya indah. Karena masih pagi dan hari Minggu, Pacitan masih sepi. Kotanya kecil, dan tampak mulai menggeliat untuk membangun. Apa ada hubungannya dengan kepresidenan SBY yang putra Pacitan? Wah, saya ndak mau berspekulasi ah … (ndak papa berspekulasi, semua orang juga sudah mafhum kok Pak 🙂 -tuti-)
Dari hotel diinformasikan bahwa pantai yang layak kunjung adalah pantai Srau dan Klayar. Katanya, pantainya putih dan indah. Ada juga pantai dekat Pacitan namanya Teleng. Tapi karena pasirnya gelap ya kemudian kami abaikan dan langsung ke Srau. Perjalanan ke Srau cukup menegangkan karena jalannya sungguh sempit, berbukit, dan sepi. Sepi memang menakutkan karena membuat sopir terlena untuk tancap gas. Beberapa kali kami nyaris celaka dengan perilaku sopir yang terlena tersebut. Namun demikian, aspalnya mulus.
Ceria warna merah muda di Pantai Srau
Akhirnya sampai juga ke pantai Srau. Suasana sepi dan tidak banyak orang jualan. Ada dua kelompok penikmat pantai. Pertama adalah para pendekar Merpati Putih yang tadi malam baru saja melakukan latihan. Kedua adalah beberapa teenagers yang tampaknya baru datang dengan membawa sepeda motor. Pantainya indah dengan pasir yang putih. Ombaknya berdebur kencang, khas pantai selatan Jawa. Sangat disarankan untuk tidak mandi di pantai. Tampaknya ombak laut cukup berbahaya. Karena agak ke tengah, isteri saya dihantam ombak dan jatuh. Untung tidak keseret ombak (wah, bandel juga Bu E ya … 🙂 -tuti-)
Setelah puas potret-potret rasanya sudah puas melihat pantai secantik ini. Ingin langsung pulang ke Jogja. Begitu keluar dari area pantai ada jalan bercabang yang menunjukkan arah pantai Klayar. Kepalang basah, sudah sampai di Pacitan kok nggak sekalian. Langsung kendaraan saya arahkan ke pantai Klayar. Dengan kondisi jalan yang sama akhirnya saya sampai di pantai. Eh, ternyata bukan pantai Klayar. Itu adalah pantai Pasir Putih … (lho, jadi penunjuk arahnya salah to Pak? 😮 -tuti-)
Pantai Pasir Putih sama indahnya dibanding pantai Srau. Kelebihannya adalah perilaku ombaknya disukai para surfers. Tidak aneh jika kami bertemu beberapa surfers bule yang sedang istirahat. Ada satu surfer yang sedang menikmati surfing di pantai Pasir Putih. Setelah tiga kali menikmati surfing akhirnya ia kembali ke pantai. Pantainya sepi dan bersih. Rasanya saya nggak mau pulang untuk menikmati pantai ini (yo wis, pindah KTP sini aja Pak 😀 -tuti-).
Kemudian kami memutuskan untuk terus mencari pantai Klayar. Berdasarkan petunjuk penduduk setempat, saya menuju pantai dengan jalan lebih singkat. Petunjuk saya ikuti. Biasanya, kemudahan akan diikuti oleh ongkos yang mahal. Hal itu terjadi pada kami. Jalannya luar biasa jelek, sempit, dan berbukit. Katanya sih sebentar tapi kok rasanya nggak ada habis-habisnya. Setelah keluar jalan yang jelek, kami memasuki jalan yang agak bagus tapi curamnya luar biasa. Saya jadi teringat jalan Sarangan – Tawangmangu yang curamnya sampai 60 derajad. Nah jalan menuju Klayar juga demikian. Jantung saya terpacu keras melewati jalan yang sulit tersebut. Akhirnya, kami menemukan jalan yang jauh lebih mulus dan tidak berbahaya. Kemudian, baru saya tahu bahwa jalan tersebut adalah jalan utama ke Klayar, bukan jalan yang saya lalui tadi (ongkos mahal jalan singkatnya jantung mau copot itu ya Pak? 🙂 -tuti-).
Pantai Klayar dengan jajaran nyiur melambai
Lidah air putih menjilat pasir putih Pantai Klayar
Begitu sampai di pantai Klayar, kami terpana. Ternyata indah sekali. Pantai terindah di Jawa yang pernah saya lihat. Countournya juga bagus. Pasirnya putih. Dan yang penting, sepi. Hanya ada beberapa mobil dan kelompok teenager yang bawa sepeda motor. Kembali shutter kamera saya bekerja keras karena ditekan terus-menerus demi memotret keindahan pantai ini. Semua rasa deg-degan akhirnya terbayar dengan pantai indah ini.
Dari tiga pantai yang saya kunjungi, tampaknya wisata pantai di Pacitan bukanlah untuk berenang tapi untuk memotret dan memancing. Pantai-pantai di Pacitan memang layak dikunjungi untuk para pemotret yang menyukai keindahan alam. Sayang sekali, kamera saya sudah layaknya pensiun karena menghasilkan gambar yang kurang maksimal. Lain kali akan kembali dengan “senjata” yang lebih canggih tentunya (asal bukan bom ya Pak, bisa ditangkap Densus 88 😦 -tuti-)
Setelah puas, kami memutuskan untuk pulang langsung ke Jogja. Perjalanan pulang juga penuh perjuangan karena kami tersesat. Dengan perjalanan panjaaang yang mengikuti jalan yang sempit, naik turun, dan banyak belokan berbahaya, akhirnya kami tiba di Pracimantoro. Legalah saya, karena perjalanan Pracimantoro-Wonosari tidaklah terlalu sulit. Hanya saja, kami kembali tergoda untuk mengunjungi Museum Karst Indonesia yang baru dibangun yang berlokasi di Pracimantoro. Tapi karena kami sudah lelah dan ingin segera pulang, kami tunda dulu berkunjung ke Museum Karst tersebut (kalau lain kali mau ke Museum Karst, ajak saya ya Pak 🙂 -tuti-)
………………
Catatan presenter TV :
Hmm …. jadi penasaran pengen melihat indahnya pantai-pantai di Pacitan. Nunggu kalau jalannya sudah bagus saja ah …. Tapi kapan? Tahun 2014 sudah dekat, ada kemungkinan Pacitan turun dari panggung politik Indonesia, dan pembangunan infrastruktur bakal tersendat 🙂
He he he, maturnuwun bu Tuti. Memang perjalanannya penuh dag dig dug. Itu karena salah jalan ketika pulang ke Jogja. Kalau lewat jalan normal tidak terlalu dag dig dug. Oleh sebab itu, siapkan peta yang canggih.
Hayo siapa mau ke Pacitan. Nanti saya mau buka travel agent khusus ke Pacitan. Utamanya ke pantai. 🙂
Tuti :
Ternyata pengalaman perjalanan pulang kita hampir sama ya Pak, salah jalan. Pak Eko nggak bawa peta waktu itu? Nah, kayaknya pepatah “malu bertanya sesat di jalan” bisa diubah menjadi “malas membawa peta sesat di jalan” 😀
Saya mau ke Pacitan, tapi nunggu ada jalan tol sampai ke pantainya 😛
Kalau peta ini, rasanya sih sudah bawa peta Jatim dan Jateng. Tapi rupanya jalan yang saya lalui tidak masuk dalam peta. Jadinya kesasar dan hanya mengandalkan radar sopir berpengalaman.
Ini proyek potensial bu. Sebagai mantan ahli geodesi, bu Tuti buat proposal untuk pemetaan jalan-jalan kecil di Pacitan.
mantabs emang caty’s house.. kapan2 klo ada waktu mo mampir aja dech… thank referensinya yaw
Sumpah.. belum pernah ke pacitan. Ternyataaaa… kereeeeen…
🙂 Salam,
Mochammad
http://mochammad4s.wordpress.com
http://piguranyapakuban.deviantart.com
Tuti :
Walah … kok pake nyumpah-nyumpah segala sih? 😛
Memang keren, makanya sumpahnya diubah : “sumpah, aku mau ke Pacitan” 🙂
He he he, sumpah samber tumpeng, memang keren abis. Hanya saja kameranya kurang baik sehingga gambar kurang maksimal. TInggal eksplore ke guanya.
Waahh…nambah satu lagi nih tujuan wisata… Subhanalloh Indonesia kaya bgt ya Bu, ga akan habis2 nih keliling nusantara..
Tuti :
Betul banget Orin, makanya ayo kita jelajahi, kenali, dan cintai tanah air kita ini 🙂
(sebelum tergadai kepada bangsa lain 😦 )
Memang bu Orin (seperti kenalan lama ajah, :)), kalau soal laut dan perpantaiannya, Indonesia memang paling keren sedunia.
Soal tergadai, apa iya sih Indonesia akan tergadai bangsa asing. Tapi kalau dikhianati para koruptor, nah mungkin baru benar.
Bunda, cekikikan sama komentar presenter TVnya 😀
Betul-betul pantai yang indah Bun,
mari beramai-ramai ke sana sebelum ada yang tersendat 😉
Tuti :
Kalau aku jadi SBY *khayalan sableng* , aku akan kebut pembangunan jalan ke Pacitan sebelum 2014. Jadi kalaupun turun dari kursi, Pacitan sudah ‘terlanjur’ (kok terlanjur sih?) terbuka terhadap dunia luar 🙂
Apanya yang tersendat ya? Jalannya? Kalau itu mah merata di seluruh Indonesia, kecuali Bali.
Ya …
Pantai-pantai pacitan ternyata indah ya Bu …
Terutama Pasir putih itu …
Salam saya Bu Tuti
Tuti :
Pantai-pantai dan goa-goa di Pacitan ini sama karakternya dengan yang ada di Kabupaten Gunung Kidul DIY, karena memang satu deretan Pegunungan Kidul. Pantainya memang indah Om, tidak seperti pantai utara Jawa yang datar-datar saja. Jadi, kapan mau ke Pacitan Om? Pak Eko sudah siap jadi pemandu wisata tuh … 😀
salam saya juga, Om …
Ketahuan nih si Om ternyata dulunya surfer juga ya. Xixixixi.
wah iya pantainya bersih ya…
Tuti :
Memang. Lebih bagus mana sama pantai-pantai di Amerika? 🙂
Benar mas Arman, bersih. Karena memang masih sepi. Kalau sudah ramai ya akan sama dengan pantai-pantai lain di Indonesia yang terkenal indah namun kotor akan sampah.
..
miris ternyata banyak yg gak tau keindahan pantai2 di pacitan.. 😦
sebenarnya di kabupaten sebelahnya yaitu trenggalek banyak juga pantai keren yg belom banyak orang tau..
..
makasih promosinya pak Eko.. 😉
..
Tuti :
….
Memang lebih banyak yang belum tahu dibanding yang sudah tahu, makanya ayo nulis kekayaan alam dan budaya Indonesia, supaya bisa saling berbagi pengetahuan 🙂
Nah, sebagai langkah awal, Ata nulis pantai-pantai di Trenggalek ya 🙂
…
Iya nih mas Ata, buat laporan pandangan mata dong. Biar kita tahu ternyata pantai di Trenggalek nggak cuma Pantai Prigi saja. Di Malang katanya ada pantai Segaraanakan di pulau Sempu (pantai Sendangbiru) yang katanya mirip dengan pantai yang di film “The Beach”nya kang Leo(nardo de Caprio)
..
salah satu pantai di trenggalek yang lumayan bagus silahkan baca dipostingan saya yg ini http://septarius.wordpress.com/2009/09/15/rainbow-beach-trip/
pulau sempu itu sudah mendunia Pak, termasuk 10 pantai terbaik di dunia..
sebuah pantai di tengah pulau..
sayangnya lagi orang jatim sendiri banyak yg gak tau..
yang jadi kendala menuju pulau itu musti naik kapal kecil, agak nyeremin.. 😦
..
Ata, perjalanan ke pantai Segara Anakan naik kapal tidaklah menyeramkan karena cuma nyebrang kurang dari 100 meter dari pantai. Yang menyeramkan itu jalan dari pendaratan tersebut menuju pantai tersebut. Jalan kira-kira dua jam melalui onak dan perdu (katanya yang pernah kesana). Jadi pengin kesana nih. Mumpung ada anak di Malang. 🙂
Wahh…pak Eko honeymoon kedua ya…..
Pantainya sungguh indah ya…
Jalan Ponorogo Pacitan memang terkenal seremnya walau katanya sangat indah, justru karena itu ortu melarang saya ke Pacitan…apalagi pantainya sering menarik orang.
Teman saya, saat ditempatkan sebagai Pimpinan Cabang di Pacitan, putranya terseret pasir isap…tante dan omnya yang menggandeng tangannya tak kuat menahannya…entah didaerah pantai yang mana. Apakah ada papan petunjuk daerah yang dilarang ini pak Eko?
Akhirnya saya bisa membaca tulisannya pak Eko di TV ini
Tuti :
Ini bukan hanimun kedua, Mbak Enny … tapi hanimun yang kesekian kali 🙂 . Lha wong saking seringnya pergi bersama … *ngiri*
Untung saya kemarin nggak jadi lewat Pacitan. Lha sudah malam, sudah capek, kalau lewat jalan yang berbahaya kan serem banget (meskipun pengalaman saya lewat Wonogiri juga tak kalah serem 😦 )
Tentang pasir isap itu … waduuuh, ngeri banget ya? Mestinya untuk wilayah-wilayah yang berbahaya seperti itu harus diberi tanda larangan masuk …
Memang hanimun kedua version kesekian. :). Soal pasir isap, kok malah baru tahu sekarang. Nanti dicari lagi deh infonya. Jadi pengin tahu seperti apa sih pasir hisap itu? (nyrempet bahaya)
itu catatan presenter TV yg terakhir… bisa aja ya hahaha…
usil tp ngena bgt deh keknya…hahay
Tuti :
Iya … presenternya memang usil, bisa-bisa dicekal …. 😀
Siapa berani cekal bu Tuti? Fansnya sak jagad.
Saya pernah ke Pacitan hanya dua minggu sebelum gempa Jogja dan itu selalu terkenang dalam ingatan 🙂 Pantainya memang indah, meski presiden yang dihasilkan dari sana… ya, tau sendirilah hahaha
Tuti :
Beliau kan memang bukan ‘presiden pantai’ Don … 😀
Mungkin keindahan pantai-pantai di Pacitan setara dengan keindahan pantai-pantai di Gunung Kidul ya?
Yah, presidennya memang begitu. Tahukah, dalam periodenya perekonomian Indonesia mengalami masa terbaik setelah krisis ekonomi?
wah..pantai-pantainya bagus-bagus ya bu..
Tuti :
Aslinya lebih bagus dari fotonya Fit, silahkan buktikan 🙂
mencintai pantai..syng d smdng tdak ada..hehee
Tuti :
Carilah selain di Sumedang 🙂
Bukankah pemandangan pegunungan Sumedang sangat cantik?
Subhanallah, ternyata banyak tempat2 indah utk memanjakan mata dan hati di negeri kita ya Mbak Tuti
alhamdulillah, dgn mampir kesini, jadi tau, walau cuma lewat foto, namun terasa begitu indahnya pantai2 di Pacitan ini 🙂
salam
Tuti :
Betul Bunda Ly, tanah air kita ini memang persis seperti kata pepatah, ‘bak zamrud di Katulistiwa’
Rugi sekali kalau kita tidak mengenal dan mencintainya 🙂
salam
Tambah satu fans pengagum keindahan pantai-pantai Indonesia.
Pantai Lagoi Bintan juga indah banget, Mba. Tapi udah di patok oleh pemilik hotel-hotel berbintang hingga orang yang bukan tamu hotel tsb gak bisa masuk *pengalaman diusir security hotel..hihi..*
Sayang banget, sih…
Tuti :
Waah …. jadi masyarakat umum nggak bisa lagi ke Pantai Lagoi? Hiks … hiks … 😦
Ya sutra lah, kita cari pantai-pantai lain yang masih gratis-tis, nggak kurang-kurang kok banyaknya … 🙂
Perlu dicari dasar hukumnya nih. Pantai itu harus menjadi milik publik ataukah dapat dibuat milik pribadi?
..
wilayah bintan resort itu sudah dikontrak puluhan tahun sama pihak asing pak..
..
Si artis yang itu malah lebih cakep kalo berpakaian sopan ya, Mba. Lebih enak dilihat keknya….
Tuti :
Betul, betul, betul …. *ipinupin.modeon* 😀
Dianya sendiri mungkin yang nggak puas kalau sopan (lho??)
SI artis kayaknya cakep luar dalam. Xixixixi
Satu lagi bukti kalau pantai indah di Indonesia itu gak cuma ada di Bali.
Mudah-mudahan suatu saat bisa keliling Indonesia.
Tuti :
Memang pantai indah di Indonesia ada di mana-mana.
Keinginan kita sama : mudah-mudahan suatu saat bisa keliling Indonesia 🙂
Pantai indah di Indonesia tampaknya merata di seluruh pulau. Silahkan memilih satu saja pasti akan terpuaskan an bisa mewakili keindahan pantai di seluruh Indonesia
wah..ternyata perjuangan dlm perjalanan membuahkan hasil yang sepadan yach pak Eko…photo2nya menunjukkan bahwa sesungguhnya panorama Indonesia itu tak kalah elok dgn yang ada di luar sana….Tampak masih perawan & eksotik…ceileh…..
Sayang menuju kesana rada sulit yach pak….coba kalau transportasinya ok…pasti byk peminatnya, hehehe 🙂
Mbak Tuti…trm ksh yah…udah mengudarakan bintang tamu yang yahut kayak pak Eko….pokoknya pilihan postingannya mantap 🙂
Tuti :
Iya Mbak, infrastruktur jalan memang sangat penting untuk kemajuan dan pengembangan suatu wilayah. Tapi untuk membangunnya memang mahaal … 🙂
Terimakasihnya pada Pak Eko, Mbak Linda. Sudah mau menyumbang tulisan buat TV 🙂
Best regard,
bintang
Masalah besar kita merata di seluruh Indonesia, infrastruktur yang mendukung pembangunan ekonomi
Salam bu Tuty
ini kunjungan perdana,
melihat picture, ulasan, rasa2 nya klo sy ke Tuban gak ke Pacitan pdhal sama2 JATIM yah, btw dekat gak yah, gak tau aku…hoho
sy cuma sering maen ke Tuban..
salam hangat dari Makassar
Tuti :
Salam juga, Dhymalk …
Tuban dengan Pacitan rasanya jauuh …. Tuban di pantai utaraJawa, Pacitan di pantai selatan
Semoga suatu saat bisa menyusuri Jawa Timur dari Tuban sampai Pacitan 🙂
salam hangat dari Jogja …
Sayangnya beberapa obyek wisata, terutama pantai di Jawa kebanyakan nggak dirawat dan terkesan kumuh.
Retribusi jalan terus tapi perawatan diabaikan.
Tuti :
Semangat pengelola pariwisata Indonesia memang harus dirombak ya Pak Mars, bukan mengeruk uang sebanyak-banyaknya dari wisatawan, tapi memberikan pelayanan sebaik-baiknya …
He he he, mau duitnya tapi nggak mau kerjanya.
Laut itu….
Sejauh mata memandang telah ditinggalkan catatan resahnya di bibir pantai
ketika airnya menyapu keriuhan burung-burung
dan di sana, kerjap mata tak mampu berkata
hanya berdecak, “Masya Allah…”
Tuti :
Indah sekali rangkaian kata-katanya, Bang Zul 🙂
Tak bisa saya menyusun kalimat puitis seperti itu …
Tak mampu saya berkata apa-apa
Selain ucapan terimakasih tak berhingga
Selamat pagi, Indonesia emang asyik, cuma kurang di explore potensinya… begitu ada yg jadi pejabat, baru deh diurusin…
Tuti :
Selamat pagi Mbah Jiwo …
Baguslah kalau yang jadi pejabat mau ngurusin Indonesia. Banyak malah ngurusin kantongnya sendiri 😦
Selamat menjalankan ibadah puasa bu Tutinonka. Maaf lahir batin.
Tuti :
Sama-sama Bang Alris, selamat menjalankan ibadah puasa, mohon maaf lahir batin juga
Pada tahun 2000 yg lalu saya bersama kawan2 yg ikut dalam sebuah pelatihan di Jogja diajak berwisata ke Pacitan. Tempat yg dikunjungi adalah Goa Gong dan Pantai Pasir Putih.. Memang benar, pemandangan di sana indah sekali..
Tentang jalannya, tak diragukan lagi, memang mendebarkan dan yg pasti, bikin mabok, hahaha… Banyak anggota rombongan yg mabuk kepayang ketika itu.. 😀
Tuti :
Tahun 2000 Uda sudah di Yogya? Wah … pantas sudah lengket banget dengan kota tercinta ini, sampai anak-anak bahasa Jawanya sudah medok, nggak ada bekas Minangnya blas 😀
Kalau dulu jalan ke Pacitan tak diragukan lagi bikin mabuk kepayang, sekarang mungkin bikin melayang-layang 😛
bundaa.. kalau mau dolan ke pacitan sama aku yah. aku mau ikuuut..
(ahahhahaha).
aku pernah ke pacitan sekitar tahun 2007, waktu itu numpak motor dari Jogja, rencananya mau ketemu sama calon mertua (eh tapi pulang dari sana hubunganku sama yang ngajak ke pacitan malah gagal (eh curhat deh jadinya Bun..)
jalannya lumayan kok, lumayan naik turunnya
🙂
hehehehe. yuuuk bun touring ke pacitan, dua hari ajah. hihihihi
Tuti :
Naik motor ke Pacitan? Ya’elaah … *geleng-geleng* 🙂
Tapi karena bersama anak calon mertua, apapun dilakoni ya, Ais? Jangankan cuma ke Pacitan, samudera pun diarungi jalan kaki (hyaaa … 😀 ). Mungkin jodoh Ais memang bukan dengan keluarga presiden (eh, orang Pacitan itu kerabat SBY bukan? 😛 )
Iya deh, kapan-kapan kita bermabukria ke Pacitan …
Indah pantainya bun! Sukaaaa 🙂
Pengen ikutan surfing (kayak bisa aja) hahaha
Aku belom pernah kesini sih bun, tapi kalo ada kesempatan catatan perjalanan bunda ini pasti jd guide berharga
*salam supir* eh 😀
supir yg ini udh gak ugal2an lho bun hehe
Tuti :
Aku juga belum pernah ke Pacitan, Eka 🙂 Kayaknya nunggu kalau jalannya sudah bagus deh …
Ok, sesama supir yang sudah tidak ugal-ugalan, yuk kita salaman … hehehe
hmm.. belum pernah ke Pacitan, tapi pernah masuk gua.. jadi kangen masuk lagi, hehe..
Tuti :
Aku pernah masuk ke Goa Jatijajar di wilayah Banyumas. Goanya terang, indah, dan sudah dibuat undak-undakan dengan pegangan, sehingga nyaman bagi pengunjung. Di Toraja, masuk ke goa yang berupa kuburan manusia, penuh kerangka bertebaran, tanpa penerangan, sereem … 😦
wiih…pemandangannya bagus2 ya buu… jadi pengen kesana nii…
Tuti :
Iyaa … saya juga belum pernah ke sana lho 🙂
sekarang lagi tinggal di pacitan, tapi belum sempet jalan jalan hoho
Semua itu bullshit banget …! Selama masih dijajah bangsa jawa .. Indonesia hancur … Engak perlu pantai bagus .. Yang perlu beras murah , rumah sakit murah … Sekolah,n perumahan … Bangsa jawa ..satu pulau jawa ..tukang tipu semua .. Kami orang sulawesi n papua bersatu kami akan keluar dari negara jawa ini … Mati pun mau .. Biar bisa merdeka bangsa kami ..
Ok banget
LESTARIKAN KEINDAHAN INDONESIA-PACITAN…
From : MJ^^