Ladies and gentleman …
Setelah TV menampilkan tiga tamu pria segala usia : Ata yang muda (tapi bisa apa saja), Pak Eko yang berstatus opa (tapi oke punya), dan Om Nh yang lagi matang-matangnya (tinggal dipetik saja … 🙂 ), kali ini dengan bangga saya menampilkan sahabat wanita saya, Nana Harmanto
Saya menyukai tulisan-tulisan Nana di blognya. Topiknya sederhana, tapi tulisannya mengalir indah, seperti sungai kecil yang bening di bawah rindangnya hutan bambu (wuii … !). Ketika membaca artikel yang dikirimkan Nana, saya cukup surprised, karena berbeda dengan tulisan-tulisan yang biasa dia posting di blognya. Artikel “Coltan” sangat informatif, kaya dengan foto-foto menarik, dan menggugah kesadaran kita akan banyak hal. Daftar referensi yang dipakai Nana membuat saya bangga sekaligus terharu : Nana telah menulis artikel ini dengan sangat sungguh-sungguh. Terimakasih Nana *ngusap air mata* (sori, lebay … 😦 )
Ladies and gentleman, please welcome : Nana!
*undur diri dari beranda, nyiapin kopi dan kacang rebus buat pembaca TV*
.……………………….
Nana dan saya … (buat yang merasa foto dirinya terpotong, maap yee … kirim artikel dulu kalo mau fotonya muncul di TV … hihi 😀 )
Beberapa hari yang lalu, saya menerima sebuah SMS dari Bu Tuti, yang mengundang saya untuk menulis di blog beliau, Tuti Nonka’s Veranda …
Haiyaaa … langsung saya kelimpungan … antara tersanjung sekaligus minder… (ah, mosok siiy … -tuti-). Lha, gimana nggak minder, tulisan-tulisan Bu Tuti selalu menarik dan bernas gitu lho … Gimana nggak tersanjung? Diberi kehormantan menulis di blog tenar … (ow-ow! terimakasih *menjura* 🙂 -tuti-)
Setelah saya pikir-pikir, akhirnya saya setuju untuk ikut menulis di TV. Meskipun Bu Tuti mengatakan tak ada dateline untuk mengirimkan tulisan saya, tapi setelah 2 malam tak tidur nyenyak … (hihi … lebay … ) saya putuskan untuk segera mengirim file tulisan saya.
…………………………………………………..
COLTAN, DARI KONGO KE SELURUH DUNIA
Apa yang kita tahu tentang coltan?
Mungkin Anda, para pembaca, sama halnya dengan saya, belum pernah mendengar tentang coltan. Tetapi, percayalah, Anda semua, dan saya, tergantung pada coltan ini. Kita, manusia-manusia modern ini, nyaris lumpuh tanpa adanya coltan.
Semakin maju produksi elektronik di dunia, semakin kita konsumtif dimanjakan alat-alat elektronik itu, maka kita pun semakin banyak menyumbang bertambah rumitnya konflik di benua hitam di Afrika sana. Tak percaya? (percaya kok … tapi ayo dong cepetan cerita *tepuk-tepuk paha* -tuti-)
Bermula saat menonton MetroTV hari Sabtu, 15 Mei 2010 pukul 17.00 WITA bertajuk “Earth from above”.
Gambar alam berhutan di pedalaman Afrika yang hijau dan indah, menarik perhatian saya. Gambar lalu beralih pada tanah-tanah galian dan buruh-buruh berkulit hitam dengan ekspresi wajah nyaris hampa yang saya tak bisa jelaskan …
Tambang coltan. Itulah topiknya. Saya ternganga melihat tayangan itu (eiit … ditutup dong, ntar laler nyelonong … *ambilin sprei* 😦 -tuti-). Cepat-cepat saya siapkan catatan dan mencatat segala informasi yang berlalu tak kalah cepatnya: Kongo … mineral … buruh … anak-anak … militer … HP … gorila ...
Haduh, otak saya yang cekak jungkir balik serabutan dan catatan saya semakin ruwet … Sayang, tayangan itu pendek saja, hanya merupakan segmen dari keseluruhan tayangan. Saya penasaran, lalu segera googling mencari informasi tentang coltan yang diburu di seluruh dunia hingga menimbulkan konflik berkepanjangan di Kongo…
Dengan malu saya akui (sama, saya juga malu nih … *kompak.modeon* -tuti-) , saya tak tahu apa-apa mengenai coltan, padahal, keseharian saya sangat dekat, bahkan tergantung pada hasil tambang satu ini.
Coltan itu apa sih?
…ilustrasi Bloody coltan…
Source: http://nosequisoc.blogspot.com/2010/03/mobil-tacat-de-sang-coltan.html
Coltan adalah nama industri untuk columbite-tantalite, sebuah mineral berharga yang dihasilkan dari ekstraksi elemen columbium (dikenal kemudian dengan niobium) dan tantalum. Setelah diolah dan dimurnikan, coltan menjadi serbuk logam tantalum, yang bersifat tahan panas dan karat, serta dapat menyimpan tenaga charge listrik lebih lama, sehingga bahan ini menjadi idola dalam pembuatan batere telepon seluler. Tantalum sangat penting dalam pembuatan kapasitor, elemen elektronik yang mengatur arus listrik yang mengalir di papan sirkuit mini dalam perangkat elektronik.
Beberapa produk alat elektronik canggih yang menggunakan coltan untuk menjalankan fungsinya antara lain (contreng yang anda punya, serahkan daftarnya ke saya … -tuti-) :
- Telepon selular
- DVD player
- Laptop dan komputer
- Mesin jet dan roket
- Lensa kamera
- Film X-ray
- Printer ink jet
- Alat bantu dengar (hearing aids)
- Alat pacu jantung
- Bantal udara mobil (Airbag Protection System)
- Game : PlayStation, Xbox dan Nintendo
- Kamera video
- Kamera digital
- Sistem Proteksi cathodic untuk struktrur baja, misalnya jembatan (Chatodic Protection Systems)
- Pelat penopang tulang dan tengkorak dalam bidang kedokteran.
- Turbin bertemperatur tinggi.
- Alat-alat pemotong.
(Saya cukup shock mendapatkan fakta bahwa gunting, pemotong kuku dan pisau yang setiap hari saya gunakan pun mengandung coltan meskipun dalam porsi sedikit sekali L ).
Nah, vitalnya tantalum ini menyebabkan dua produsen telepon seluler terkenal di dunia, NO*** dan S*** bersaing ketat dalam memperoleh tantalum sebanyak-banyaknya untuk memenuhi tuntutan produksi. Hal ini berimbas pada meroketnya harga coltan hingga mencapai US$400 hingga US$600 per kilogram, konon 2 hingga 3 kali lipat dari harga emas (ya ampooon, sumpe? mahal amiiir …. *bengong* -tuti-)
Pertambangan tantalum terdapat di Australia, Brazil, Canada, China, Ethiopia, Mozambique dan Kongo. Diperkirakan 80% dari produksi coltan di dunia dihasilkan di Kongo.
Bagaimana coltan ditambang?
Coltan ditambang melalui proses yang cukup primitif dan sederhana, layaknya menambang emas di tahun 1800an.
Menggali lubang dilakukan oleh para pria
Source: http://www.pacebutler.com/blog/cell-phone-recycling-and-gorillas-the-hidden-connection/
Para penambang rata-rata bekerja di bawah tekanan, tanpa helm pengaman dan perlengkapan pelindung standar. Mereka biasa menambang dengan menggunakan tangan dan alat manual. Puluhan pria bekerja sama menggali lubang, menyingkirkan tanah dan kotoran untuk mendapatkan coltan di bawah permukaan tanah.
Penggalian dalam lorong-lorong galian yang sangat dalam dilakukan oleh tim yang terdiri atas 4 orang lelaki. Mereka menggali dalam kegelapan dan kedalaman tertentu selama 30 menit, lalu keluar untuk menghirup udara segar. Kelompok kedua menggantikan menggali selama 30 menit, demikian seterusnya.
Para penambang lalu menyemprotkan air, mengayaknya dalam wadah serupa wajan, untuk memisahkan lumpur dan kerikil tak berharga, dan membiarkan coltan mengendap di dasar wajan. Seorang penambang yang baik mampu menghasilkan 1 kg coltan per hari.
Mengayak coltan
Source: http://dizolele.com/?p=196
Batuan coltan
Source: http://nomasmentiras.wordpress.com/2009/01/26/coltan/
Penambangan coltan dibayar sangat baik untuk ukuran Kongo. Jika karyawan biasa digaji rata-rata US$10 setiap bulan, maka seorang penambang bisa memperoleh US$50 hingga US$200 setiap minggunya (mau dong … yuk, yuk! daripada blogging mulu, ngabisin waktu -tuti-)
Ada apa di Kongo?
Peta Republik Demokrasi Kongo. Kotak merah menunjukkan lokasi pertambangan. Gambar lebih detil di bawah.
Source: http://www.geographicguide.net/africa/congo-democratic.htm
Kongo mendapatkan kemerdekaannya dari Belgia pada tahun 1960, meninggalkan sebuah negara miskin secara ekonomi dan situasi politik yang tak menentu akibat meletusnya perang sipil. Tahun 1965, Jenderal Joseph Mobutu mengambil alih pimpinan dan mengganti nama Kongo menjadi Zaire. Tahun 1997, negara ini berganti nama menjadi Democratic Republic of the Congo.
Kongo sebenarnya sangat kaya, karena memiliki 64% coltan yang ada di dunia. Sayang sekali, konflik di Kongo sangatlah kompleks dengan terus berlanjutnya perang etnis yang melibatkan warga sipil dan semakin rumit dengan adanya para pemberontak di dalam dan di luar Kongo.
Salah satu hasil tambang utama, coltan, telah menjadi ajang perebutan dan sengketa dalam perang tersebut oleh beberapa pihak, terutama karena pertambangan coltan terbesar terdapat di wilayah yang dikuasai oleh para pemberontak.
Lokasi tambang coltan dan milisi yang menguasainya
Source: http://conradiator.wordpress.com/2008/11/11/the-curse-of-congos-mineral-wealth/
Negara produsen elektronik terbesar di dunia, yang telah mengimpor coltan dari Kongo, “dituduh” telah ikut andil memperpanjang dan memperuncing issue eksploitasi wanita, remaja dan anak-anak yang dijadikan buruh tambang, sementara eksplorasi coltan sendiri dikuasai oleh para pemberontak dari dalam negeri dan dari negara tetangga.
Ironisnya, hasil penjualan coltan ke dunia barat digunakan untuk membeli senjata dan kemudian digunakan untuk mempersenjatai para pemberontak yang mengancam ketentraman warga sipil. Kira-kira telah tercacat 6.9 juta jiwa menjadi korban sejak 1998 di daerah konflik di Kongo (6,9 jutajiwa? masya’allah … 😥 -tuti-)
Children soldier
Source: http://www.pacebutler.com/blog/cell-phone-recycling-and-gorillas-the-hidden-connection/
Nah, Eropa dan Amerika menerima tudingan telah ikut andil dalam “membiayai” perang sipil di Afrika karena telah membeli coltan dari benua hitam itu, khususnya di Kongo yang mendapatkan keuntungan langsung dari penjualan coltan.
Pertanyaannya, sungguhkah Kongo mendapatkan keuntungan besar? (jangan tanya aku Na, belum blajar, semalem listrik mati … 😦 -tuti-)
Laporan PBB mengatakan, Kongo telah mendapat tekanan dari negara tetangga, Rwanda, Uganda dan Burundi yang secara ilegal telah menyelundupkan coltan keluar negeri demi mendapatkan dana untuk membiayai perang sipil mereka. Para penyelundup menjual coltan seharga hampir 1000x lebih mahal dibandingkan harga yang ditetapkan oleh penambang di Kongo. Sedangkan para penambang sendiri, hanya digaji kurang dari US$7 per hari (masih untung jika tidak dirampas pemberontak)
Semua negara tetangga yang terlibat perang menyangkal telah mengeksploitasi sumber daya alam Kongo. Pihak militer Rwanda sendiri telah mengantongi US$250 juta hasil penjualan coltan dalam 18 bulan meskipun tak sedikitpun coltan ditambang di Rwanda (yaah …. bohong aja lu 😦 -tuti-)
Sementara itu, perang sipil terus berlanjut, salah satunya untuk memperebutkan dan mempertahankan lahan tambang coltan. Warga sipil lah yang selalu menjadi korban.
Anak-anak yang terpaksa menjadi buruh tambang
Source: http://nomasmentiras.wordpress.com/2009/01/26/coltan/
Apa akibatnya bagi lingkungan?
Untuk mendapatkan lebih banyak coltan, pemberontak memaksa para penambang merambah jauh ke dalam kawasan hutan lindung dan taman nasional Kongo, Kahuzi Biega National Park. Mereka membuka paksa hutan subur tempat gajah Afrika dan gorilla berkembang biak. Pembukaan hutan telah mengurangi sumber makanan gajah dan gorilla dan merusak habitat kedua binatang tersebut.
Bahkan, kemiskinan dan kelaparan akibat peperangan memaksa para penduduk sipil dan penambang membunuh gorilla untuk dimakan dan dijual dagingnya kepada para pemberontak yang menguasai wilayah tersebut.
Di Kahuzi Biega National Park, tercatat populasi gorilla telah menyusut dari 258 menjadi 130. Tragis! (manusia memang kejam … teganya, teganya, teganya! *melodi ndangdut* 😥 -tuti-)
Program Perlindungan Alam PBB mencatat, jumlah gorilla di seluruh taman nasional di wilayah Republik Demokrasi Kongo telah menyusut 90% dalam 5 tahun terakhir, dari 17.000 ekor gorilla, hanya 3000 ekor yang tersisa kini. Konon, banyak bayi-bayi gorilla yang gagal bertahan hidup setelah terpisah dari induknya yang terbantai (perlu panti asuhan bagi anak-anak gorilla yatim piatu itu ‘kali ya … -tuti-)
Selain itu, hutan-hutan menjadi rusak parah, populasi hewan terancam punah dan menjadi keprihatinan dunia.
Dan kini?
Semrawutnya jalur disribusi antara coltan yang ditambang secara resmi dan coltan hasil operasi para pemberontak cukup membingungkan, dan untuk melacak asal muasalnya pun hampir tak mungkin.
Demi pencegahan, beberapa perusahaaan elektronik di beberapa negara telah mengeluarkan kebijakan menolak menggunakan coltan Afrika, dan memilih mengimpor coltan dari Australia.
Hmm…untuk kita, para pengguna telepon seluler dan computer, memang hampir mustahil untuk berpartisipasi langsung menghentikan eksploitasi coltan di Afrika, sebab, selain coltan ini tak terlihat saat kita membeli telepon seluler dan komputer atau elektronik lainnya, juga sulit membedakan coltan dari sumber penambangan legal dan ilegal. Mau bertanya pada penjual elektronik, saya jamin mereka juga nggak tahu asal muasalnya… (yeah, ditanya coltan aja mereka kagak ngarti, asal muasalnya pulak! 🙂 -tuti-)
Satu hal yang harus kita sadari, di balik kemajuan teknologi yang diagung-agungkan sebagian masyarakat modern, banyak darah tertumpah di belahan bumi sana, menyisakan tragedi kemanusiaan dan “kegorillaan” yang mengerikan…
(Menghela nafas panjang, lalu menimang-nimang hape dan mengusap laptop tersayang : ‘gak nyangka kecantikanmu menyimpan kisah yang tragis dan membuat hati miris’. Oh dear, what can I do to make you happy … *lebay bombay* … )
Sumber:
..
Wah mbak Nana jadi kayak bu Guru..
Yang lagi ngajar geografi, kimia, politik, ekonomi..
Wes pokoknya lengkap deh..hi..hi.. 😀
..
Coltan udah tau sih, tapi untuk penambangannya baru ngeh sekarang..
..
Terimakasih pelajarannya mbak Na.. 😉
..
@ Bu Tuti : daftar contrengan sudah di kirim, tinggal nunggu balesan..
..
-AtA-
..
Tuti :
…
Ata belum tahu to, Nana memang Bu Guru yang nyambi jadi blogger … 🙂
…
Diapalin ya Ta, besok ujian 😀
…
Daftar contrengan sudah dikirim? Siiip …. aku pinjam mesin jetnya ya, buat terbang ke Brumbung 😀
….
Kulonuwun Bu Tuti….
pantes saya kesandung tadi, rupanya Ata sedang memuji (tulisan) saya hihihi… GR…
Saya pantes ya jadi guru? *makin GR*
saya juga jadi ikut belajar dan tambah pengetahuan kok.
By the way, terima kasih apresiasinya ya Ata dan Bu Tuti…
Nana
wah aku tadinya pikir bicara ttg omprengan pake colt hahahaha
salut pada nana dengan tulisan yang serius ini
EM
Tuti :
Masih mending omprengan colt Mbak, tadinya saya pikir tentang pistol … 😀
@ Mbak Imelda: Terima kasih ya Mbak Imel… 🙂
@ Bu Tuti: sumprit didulit jin iprit, saya nggak punya pistol… hihihi 🙂
The other side of Nana …
Nana mempunyai kemampuan menulis yang lengkap …
Curhat Bisa …
Ringan Bisa
Perenungan Bisa
Informatif pun Bisa ..
And yes indeed …
dibalik gadget yang kita pegang …
bisa jadi tersimpan ceritera yang ironis seperti ini …
Thanks Nana
Thanks Ibu Tuti
Salam saya
(tulisan orang-orang pada diceletukin ditengah-tengah … kok tulisan saya tidak ya …???)
(ada apa ini … )
(mengernyitkan dahi … penuh selidik …)
Hahahaha
Tuti :
Iya Om … tulisan Om memang gak saya celetukin, hawong Om sudah heboh banget gitu, gak ada tempat tersisa bagi saya untuk nyeletuk 😦
Kalah deh saya … tapi kalo kalahnya sama Om, gak papa kok. Kalah terhormat, gitu loh … 😀
*aduh, saya kesrimpet dipuji Om NH…
@ Om NH: saya memang punya side A dan side B. Side C dan D sekalian Om…hehehe… terima kasih apresiasinya ya Om..
@ Bu Tuti: Om NH mengeryitkan dahi Bu Tuti… nah..nah…penuh selidik pula! cepet kita foto yuk Bu… trus nanti baru diceletukin..hihi… *dijewer Om*
Tuti :
Siip … udah kufoto Na … yuk yuk kita celetukin 😀
* Wah, trims informasinya… perlu dikumpulkan juga nih batery selular yg sdh rusak, jangan2 masih mempunyai nilai jual kandungan Coltan-nya…
* Karena sumbernya terbatas dan hanya ada di daerah tertentu, jangan2 kelak Coltan digolongkan sbg logam mulia.
* Nah, diantara kita pasti memakai setidaknya 1 dari 17 item produk di atas….berarti secara tidak langsung ikut andil dengan apa yg terjadi di Kongo.
Tuti :
* Betul Mas, harga coltan lebih mahal dari emas loh! 🙂
* Sekarang saja sudah menjadi batu mulia, sampai menimbulkan perang antar negara
* Waduh, ini pilihan sulit. Apa sanggup kita hidup tanpa minimal satu alat di daftar tersebut?
@ Bu Tuti: Bu, saya numpang kenalan dengan Pak Karma Suta di beranda Ibu ya…
@ Pak Karma Suta: salam kenal, Pak…terima kasih sudah membaca ya, terima kasih juga unutk Bu Tuti yang sudah mengeditnya..
ya, sumber coltan (yang bermutu tinggi) memang hanya ada di daerah tertentu hingga harganya melambung tinggi.
Batere telepon seluler yang rusak dan dikumpulkan masih berharga nggak ya Pak?
Saya malah jadi berpikir begini: kalau mencari coltan demikian repot dan menimbulkan sengketa dan pertumpahan darah, lalu “bekas” coltan yang sudah terpakai mungkin hanya akan jadi timbunan sampah…kok sepertinya ada bagian yang ironis ya… bahasa Jawa-nya ada yang di-eman-eman…
Saya setuju dengan Bu Tuti, keseharian kita sudah sangat tergantung pada minimal satu alat di daftar di atas.
* Iya sama-sama salam kenal juga mbak Nana, saya hanya jadi pembaca saja…gak punya Blog.
* Saya hanya bisa menduga2, mungkihkah ex batery HP atau ex 17 item tsb unsur “Coltan-nya” tidak mengalami perubahan struktur kimia, shg masih bisa di daur ulang (@Pemulung.com, hehehe…).
info yang menarik! baru ngeh ada mineral berharga yg namanya coltan. tapi emang skrg manusia kok serakah banget ya mengeksploitasi alam? padahal bumi ini kan tetap harus dijaga kelestariannya. contohnya aja tambang emas di Indonesia, udah mo habis kali ya… sedih 😦
congrats buat bunda tuti untuk kolaborasinya yg makin menarik ajah ^^
Tuti :
Iya, manusia memang makhluk yang paling pintar, sekaligus paling serakah. Kepintaran manusia bukannya dipakai untuk menjaga alam tempat mereka hidup (loh, kok ‘mereka’ sih, emangnya aku tidak termasuk manusia? 😀 ) tapi justru untuk merusakkannya.
Terimakasih Yani, congratsnya lebih pantas untuk Nana deh … 🙂
@ Mbak Yani: salam kenal ya Mbak Yani…
wah, jujur saja saya juga baru beberapa hari lalu mendengar issue tentang coltan ini, lalu tertarik untuk googling sana-sini dan membagikannya kepada siapa saja. Miris ya, keserakahan manusia bisa sampai menimbulkan sengketa dan perang..hiks…
@ Bu Tuti: setuju Bu Tuti, manusia itu mahluk paling pintar, paling manipulatif dan paling serakah. hehe…saya manusia, pinter enggak, manipulatif dan serakah iya… hihi… 🙂
waduh situasi di kongo itu mirip banget kayak filmnya leonardo dicaprio itu ya, yg judulnya blood diamond?
wah ternyata coltan ini dimana2 toh, makasih banget ya na atas infonya ini, kalau bukan karena kamu (dan bu tuti) saya gak tau kalau ada benda ini di dunia hehehehe
Tuti :
Wah … saya belum nonton “Blood Diamond” tuh, jadi gak bisa komen … 😦
Iya, saya juga baru tahu tentang coltan ini dari tulisan Nana. Informasi yang sangat bagus, dan salut buat Nana … 🙂
@ Didot: Salam kenal ya Didot…
sewaktu saya nonton MetroTV dan googling, jujur, saya berpikiran sama dengan Didot, ada kemiripan situasi dengan setting film Blood Diamond. Hanya yang jadi sengketa adalah berlian-berlian yang diperebutkan dan diselundupkan dengan banyak korban jiwa.
setahu saya sih, Afrika memang gudangnya tambang berlian bermutu tinggi. saya bahkan nemu peta Afrika Tengah yang penuh dengan lambang berlian di internet. saya nggak pasang link-nya di komen ini, takut ditangkap satpam berandanya Bu Tuti 🙂
Terima kasih sudah baca ya…
@ Bu Tuti: wah, beranda Bu Tuti rame ya…saya jadi tambah kenalan nih… *kepala saya juga jadi makin gede dipuji terus hihihi… *
saya salah satu penggemar tulisannya nana… 🙂
great info nih… saya juga baru tau tentang coltan. hehe.
Tuti :
Sesama penggemar nih, Arman 🙂
Info yang bagus dan menarik … setuju!
@ Arman: Aha…ketemu di sini, Arman… big thanks ya… 🙂 my pleasure to share new infos and knowledgement…
@ Bu Tuti: beribu terima kasih, Bu….
[…] Monggo, saya persilakan para sahabat semua untuk mengunjungi beranda Bu Tuti, untuk membaca di sana. Yuk…bersama-sama ke sana, bawa tikar dan snack sendiri yaa… Bu Tuti, kulonuwun…. […]
proficiat mbak nana,
lengkap banget , trims ya udah nambahin ilmu
kalau boleh bilang sih mbak nana ini nulisnya enak banget
(jangan2 penulis juga spt bu tuti ya?)
aku terkesan banget tulisan tentang neneknya mbak nana yg punya sifat seperti peneliti itu
Tuti :
Tulisan Nana enak ya, Mbak Monda? Apalagi kalau dimakan pake sambel … hihi
Ya, saya juga terkesan dengan kisah nenek Nana yang menetaskan telur ular itu … 😀
@ Kak Monda: Terima kasih juga ya Kak Monda atas apresiasinya.
Waduh, saya belum layak disebut penulis, apalagi dibandingkan dengan penulis sekaliber Bu Tuti, nggak ada apa-apanya saya Kak Monda… *ngglesot minder, ngapus ingus*
hihi..Kak Monda masih ingat aja cerita tentang nenek saya yang nyentrik itu..
@ Bu Tuti: hahaha…yang enak krupuknya doang Bu Tuti…kalau kerupuknya mlempem, musnahlah segala rasa itu *halah…
hoho…Bu Tuti masih ingat cerita tentang nenek saya yang netesin telur ular ya…kalau saja nenek saya masih hidup, akan saya minta dia untuk mendirikan panti asuhan untuk bayi-bayi gorilla Kongo…. 🙂
Wahh..tulisan Nana mengejutkan…..tapi dari tulisannya di blog saya tahu, kalau Nana ini diam-diam menghanyutkan….ehh dari sisi positif lho.
Biasanya Nana menulis ringan, tapi didalam tulisannya tadi sebetulnya tidak ringan, tapi ada unsur pembelajarannya, unsur kasih sayang pada sesama, serta motivasi….jadi tulisan Nana sebetulnya kalau diperhatikan sangat “dalem” (istilah Jawa..opo ya mbak Tuti bahasa Indonesia nya yang pas?), tapi ditulis dengan bahasa yang ringan sehingga kita terasa membaca seperti air mengalir saja.
Btw..makasih Nana….pengetahuan tentang coltan nya
Tuti :
“dalem” itu bukannya justru istilah dalam bahasa Indonesia, Mbak? Kalau dalam bahasa Jawa apa ya … waduh … ‘jero’ mungkin? 🙂
@ Bu Enny: waduh, saya tersanjung dipuji setinggi langit begini…matur sembah nuwun, Bu Enny… saya juga ikut merasa senang bisa berbagi pengetahuan, dan saya juga masih harus tetep belajar nulis lebih baik lagi supaya lebih mengejutkan lagi…lho..lho? nanti pembacanya jadi jantungan dong? 🙂
sekali lagi terima kasih ya Bu Enny…
@ Bu Tuti: dalem dalam bahasa Jawa= saya (halus) >> yaelah Na… nggak nyambung… 🙂 <<
Tulisan Nana, selalu penuh ilmu.. diramu secara ringan.
Tulisan Nana sangat pantas untuk tampil di media massa, tul gak Mbak Tuti..?!
atau udah ada tapi akunya yg gak tau..? 😀
Tuti ;
Tul Bundo, setuju! Tulisan Nana layak muat di mass media terkemuka. Nah, apakah sudah atau belum, saya juga belum dapat bocorannya … 🙂
@ Bundo: wahh….terima kasih Bundo…pujian lagi untuk saya. Bu Tuti juga berperan sangat penting untuk mengedit dan menampilkan tulisan ini, Bundo…
@ Bu Tuti: [Tulisan Nana layak dimuat di mass media terkemuka]…. *tambah GR*
lha ini layak tayang di sini:
please welcome!! TV!! and again TV!! 🙂
Wuih… tulisan Nana ini dahsyat sekali.. informatif dan sangat bermanfaat. Sepertinya Nana berusaha keras untuk memberikan yang terbaik bagi Bu Tuti… Salut!
Oya, itu foto siapa ya, yang terpotong? Apa foto Bro waktu masih langsing? **berpikir keras untuk mengetahuinya** 😉
Tuti :
Betul Da, tulisan Nana ini dahsyat. Dua hari nggak nyenyak tidur lho! Saya benar-benar merasa tersanjung Nana mau bekerja keras membuat tulisan untuk TV. Thanks again, Nana … 🙂 *menjura*
Foto yang terpotong itu siapa ya? Bentar … bentar … tanya ke Uni Icha ah … wakaka! 😀
Seperti yang pernah saya tulis dahulu soal tambang di berbagai negara, ternyata benar thesis saya, bahwa eksplorasi kekayaan alam suatu negara, tidak pernah mengayakan negara yang bersangkutan, tapi justru lebih memiskinkan mereka… Saya suka geram melihat fenomena ini, tapi tak mampu melakukan apa-apa. Di negara kita sangat banyak daerah tambang yang bakal jadi kota mati, tak dilirik lagi sama sekali… Duh… 😦
Btw, saya juga sangat berharap, orang yang fotonya terpotong itu segera menampakkan wujud aslinya. Ayo… segeralah kirim tulisanmu ke TV, biar kami tahu siapakah dirimu yang sesungguhnya… 😉
Tuti :
Bekas tambang yang sekarang menjadi kota mati itu sudah terjadi antara lain di kota Dabo, juga Belitung. Bontang di Kaltim juga terancam akan menjadi kota mati jika hasil tambang di sana habis beberapa tahun lagi …
Bahkan di tambang-tambang yang masih aktif, seperti Freeport, kita hanya memperoleh konsesi yang sangat kecil, sementara kerusakan alam demikian parah dan tidak bisa lagi diperbaiki 😦
Mudah-mudahan, setelah kesibukannya agak reda, tokoh yang fotonya terpotong itu bisa segera mengirimkan tulisannya ke TV. Saya sungguh menungu-nunggu tulisan beliau. Tapi untuk sementara ini, biarlah beliau konsentrasi dulu pada tugas yang jauh lebih mulia, yaitu menyelesaikan disertasi 🙂
Saya mendoakan agar beliau segera mengirimkan undangan ujian terbukanya kepada saya 🙂
@ Uda: Terima kasih ya Uda… saya berusaha sebaik mungkin supaya nggak malu-maluin…lha wong mau mejeng di beranda Bu Tuti yang apik je… *wink-wink*
@ Bu Tuti: haha…sebenarnya saya lebay kok waktu bilang nggak nyenyak tidur selama 2 hari. lha wong 3 hari kok…*gubrak!
hihi…nggak ding… jadi ikut seneng bisa berbagi di TV…
*bersimpuh, sungkem*
Dear Ibu Tuti,
maafkan saya yang lancang menyalami para tamu sebelum menyalami Bu Tuti sang empunya beranda.
Terima kasih ya Bu, sudah meluangkan waktu untuk mengedit tulisan saya, dan menunggu E-mail2 saya yang lama saya kirimkan.
Awalnya saya akan memasang foto-foto gorilla yang terbantai, tapi saya urungkan niat, karena mengerikan…aduh, saya nggak tega deh…
lalu saya akan ganti dengan gambar gorilla Kongo yang masih hidup, tapi saya rasa sudah terlalu banyak foto juga ya.
Setelah tulisan ini di upload…nah! itu dia… gambar gorilla hidup berbaju hitam di samping Bu Tuti… 🙂
Salam hangat selalu, Bu Tuti…
Tuti :
Ah, saya ngeditnya nggak banyak kok … sedikiiiit saja, karena tulisan Nana memang sudah bagus, dan hampir semuanya perlu dibaca teman-teman, sehingga sedikit sekali yang saya ringkas.
Iya, saya juga berusaha menghindari gambar-gambar yang ‘mengerikan’ di blog ini. Takutnya jadi blog horor … hehehe 😀
Nah, di samping gorilla hidup berbaju hitam pada foto di atas, ada simpanse berbaju dan berjilbab hijau muda … 😀
salam hangat juga, Nana …
Dimanapun tampaknya memang eksploitasi alam membawa pertikaian ya.. jadi ingat kasus Teluk yang identik dengan politik padahal dibalik itu ada urusan rebutan minyak yang mendunia…
Nice writing, Na..
Bu Tuti, kapan saya masuk TV 🙂 ??
Tuti :
Wah … TV ukuran berapa ya yang muat dimasukin DV? 😀
Silahkan Don, kalau berkenan nulis, maturnuwun sekali. Kirimkan ke emailku ya … 🙂
@ DV: suwun, Don…
@ Bu Tuti: saya ikut nunggu-nunggu tulisan DV di TV nih, bu Tuti…eh, DV dan TV mirip ya? 🙂
alhamdulillah, mampir kesini, langsung dpt pengetahuan baru.
aku baru tau kalau ada barang tambang bernama coltan itu.
terimakasih Mbak Nana telah berbagi melalui tulisan yg hebat ini.
salam
Tuti :
Kata Om Nh, inilah ‘the beauty of blogging’, kita bisa bertukar ilmu dan pengalaman. Blog Bunda juga kaya dengan ilmu, yang menambah wawasan bagi siapa saja yang mampir kesana. Mari kita sama-sama saling berbagi, Bunda 🙂
@ Bunda: Terima kasih Bunda atas apresiasinya… seperti kata Bu Tuti, baca blog Bunda juga selalu dapat pengetahuan baru.
Salam hangat, Bunda dan Bu Tuti…
Jadi mikir-mikir mau beli barang elektronik.. baru tau juga kalo ternayata ada cerita di balik barang-barang sehari-hari itu.. 😦 kenapa selama ini kurang terekspos ya?
Apa kelak bisa ditemukan alternatif pengganti coltan ya? Kasihan anak, cucu dan cicit nanti ga sempat kenalan dengan gorila, hehe..
Tuti :
Selama ini kurang terekspos, karena kalah dengan berita-berita selebriti dan politik dalam negri yang selalu gonjang-ganjing …;)
Alternatif pengganti coltan mestinya ada, hanya kita perlu menyelidikinya.
Kalau kelak anak cucu cicit kita gak sempat kenalan sama gorila, buka saja blog TV. Di headernya ada gorilla duduk di sofa … 😀
@ Mbak Clara: salam kenal, Mbak Clara..
Ya, sepertinya memang issue tentang coltan ini nyaris nggak terekspos di Indonesia. Saya juga kebetulan nonton MetroTV waktu pertama kali mendengar tentang coltan ini, itupun program dari luar negeri (thanks to MetroTV).
Semoga kelak ditemukan bahan alternatif pengganti coltan dan eksploitasi coltan di Kongo segera berakhir…
@ Bu Tuti: saya ikut berharap, semoga cepat diadakan penelitian mengenai alternatif pengganti coltan ini, jadi ke depannya, Kongo segera bebas dari eksploitasi dan kekerasan…
Wah saya hampir ketinggalan info informatif nich….Maklum mbak Tuti & mbak Nana, masih heboh event JFFF kemrin2, hahaha….
Wow, tulisan mbak Nana, baik topik , bhs dan gbrnya bagus banget. Saya sampai bacanya 2 kali.
Nggak nyangka yach, ternyata dibalik benda2 yang selalu setia menemani kita , benda2 yang terkadang jadi simbol menaikkan gengsi kita itu, tersimpan banyak luka & duka, peperangan, kelaparan, bertindak aniaya terhadap hewan, tumbuhan & alam… (duileh….bhsnya mulai lebay, dech, hihihi…).
Hebat….kasih 4 jempol buat artikelnya mbak Nana dan juga mbak Tuti selalu editornya….Artikelnya Mantap….ntar putraku tak suruh ikutan baca biar pengetahuannya nambah 🙂
Akhir kata (sebelum lanjut aktivitas lagi), saya ucapkan selamat atas semakin eksisnya blog TV ini.
Bravo untuk para blogger !!!.
best regard,
Bintang
Tuti :
Iya nih … saya nunggu posting JFFFnya. Ayo dong, kapan dipublish? 🙂
Baca tulisan Nana sampek dua kali? Uhuyy … (saking terpesona ato saking gak paham? hihihi … )
4 jempol itu, 2 jempol tangan dan 2 jempol kaki ya Mbak? Buka sepatu dulu dong kalo gitu, terus angkat kaki tinggi-tinggi. Siyaaap? Satu … dua … tiga … yak!! *jepret jepret jepret* 😀
@ Mbak Elindasari: Terima kasih atas apresiasinya ya.. terima kasih juga telah meluangkan waktu di antara segala kesibukan Mbak untuk membacanya, sampai 2x pula…. (boleh kan saya panggil Mbak?)
Artikel JFFF-nya dimasukkan TV aja, Mbak… gimana?
@ Bu Tuti: ayo, Bu Tuti… Mbak Elindasari segera dirayu untuk nulis tentang JFFF di TV. Saya dukung deh… pakai 4 jempol juga hihi… 🙂
wah …hebat tulisannya…saya ga pernah tau ttg coltan jadi gamblang banget…..(ndesit mbanget kan saya ini?)
thx Nana….saya jadi rada mudeng (hehehehe daya donk saya memang rodho2 rendah) mengenai coltan ini…
dan Nana ini emang bakat jadi pengajar..tulisannya runtut
gambar2 nya jelas buanget….
Tuti :
Ndesit tapi tingalnya di Canada. Lebih ndesit saya Mbak, yang tinggal di dekat Bantul … 😀
Hallo Na, kayaknya ada yang mau nawarin kerja nih … hihihi … 🙂
@ Mbak Wieda: salam kenal ya Mbak…
Terima kasih banyak atas apresiasinya ya…
Wah, saya memang terbiasa nulis panjang nih, hihi…dengan kata lain, bakat ngibul ngalor ngidul…
Untunglah yang terlalu panjang udah diedit oleh Bu Tuti. Terima kasih sekali lagi, Bu Tuti.. :
@ Mbak Nana & Mbak Tuti, artikel tentang JFFF sudah saya posting di blog saya. Atas permintaan sahabat2 & teman2 internal, sengaja artikelnya saya posting di blog saya sendiri. (Biasa mbak, alasan yang rada klise krn harus up load photo yang rada banyak & rada narsis, hahaha….)
So, jadi silahkan menyimaknya di rumah maya saya sampai bosan, wakakak….
Ok, mbak Nana & mbak Tuti saya pamit meluncur pulang ke rumah dulu yach, krn 2 pangeranku sudah telp sampai 2 x, see you 🙂
Best regard,
Bintang
Tuti :
Nggak papa Mbak, posting tentang JFFF memang lebih tepat muncul di blog Mbak Linda. Langsung meluncur ke sana untuk menikmati foto-foto Mbak waktu in action … hehehe … ! Siip, siip!!
Salam sayang untuk kedua pangerannya ya Mbak : Farid dan Ghalib. Wah, senengnya dikangenin pangeran-pangeran ganteng 😀
salam hangat,
Saya pikir komoditi terpenting yang ada dalam barang-barang elektronik adalah karet karena merupakan isolator terbaik. Terbaik karena dapat dibentuk sesuai dengan model dasar barang. Ternyata tidak hanya karet, Coltan juga penting bagi barang eletronik modern. Belum lagi timah dll. Wah, wah saya jadi ketinggalan jaman.
Soal karet cerita di balik produksinya juga sama mirisnya dengan Coltan. Hanya saja karet tidak melibatkan darah tetapi melibatkan hegemoni pasar antara negara maju dan sedang berkembang. Dan itu sudah berlangsung sejak barang elektronik menjadi komoditas paling laku untuk barang industri.
Sebuah informasi yang menarik bu. Tidak kalah seru dibanding blood diamond.
Tuti :
Nggak ketinggalan kok Pak, si Jaman masih nunggu di pos ronda … hehehe … 😀
Nah, kayaknya soal karet Pak Eko yang harus nulis nih. Ayo dong Pak … Masak rela kalah sama Nana *ngomporin.com* 😀
@ Pak EKo: Salam hangat Pak Eko,
saya jadi ikut penasaran pada kisah karet ini. Semoga Pak Eko berkenan menuliskannya. Terima kasih sudah membaca ya Pak Eko..
@ Bu Tuti: Jadi ada jilid 2 untuk Pak Eko nulis nih… 🙂
wow…tak percuma tutinonka
mengundang nana harmanto
menyumbang postingan ke TV
ternyata postingan nana memang
sangat berkualitas, educated
sangat lengkap dengan data akurat
btw, saya baru paham soal coltan
setelah membaca postingan ini
nice post……, mantap sista 🙂
Tuti :
Iya, betul Bang. Tulisan Nana memang bagus, saya beruntung Nana mau menulis untuk TV.
Sama, saya juga baru tahu tentang coltan sesudah membaca tulisan Nana ini 🙂
@ Pak Mikekono: terima kasih apresiasinya dan pujiannya Pak. Senang bisa berbagi pengetahuan baru.
Salam hangat selalu, Pak…
@ Bu Tuti: Wah, Bu..saya tersanjung sekali…maturnuwun..
saya langsung inget dengan film yang dibintangi L. Dicaprio.. saya agak lupa judulnya.. kira2 settingnya ya di Congo. berkisah ttg tambang batuan yg sangat berharga. entah emas ataukah coltan.
trus satu lagi, film Wolverine.. waktu para mutan dibawa ke Afrika untuk mengambil batuan yang menyimpan energi luar biasa. apakah itu coltan.. saya agak lupa..
tapi kalau melihat setting film2 tsb… di afrika sana.. di Congo.. emang ada benda yang sangat berharga sbg sumber energi yg langka dan banyak dicari..
Tuti :
Film yang dibintangi Leonardo di Caprio itu judulnya “Blood Diamond” (saya belum nonton, tahu dari komen teman-teman aja … 😀 )
Memang benua Afrika kaya dengan batuan dan mineral berharga, termasuk berlian-berlian terbagus asalnya dari sana. Sayangnya, kekayaan itu banyak dikeruk oleh bangsa lain, sementara bangsa Afrika sendiri tak bisa menikmatinya … 😦
@ Elmoudy: bener yang dikatakan Bu Tuti, film yang Anda maksud itu Blood Diamond, sesuai judulnya, yang jadi sengketa memang berlian Afrika.
Wolverine… saya belum nonton….nggak bisa komen jadinya…
@ Bu Tuti: kapan-kapan nonton Blood Diamond deh Bu…tapi siap-siap ada dar der dor-nya hehe… 🙂
Yes, I like this one note…walaupun panjang, kontruksi logikanya, terstruktur dengan baik, dan epistimologi pesan yang di sampaikan, berkorelasi satu sama lain….
Tuti :
Weleh … komennya teoritis-intelektual banget 🙂 Pakar bahasa ya Mas?
Terimakasih kunjungannya … 🙂
@ hanyanulis: Terima kasih sudah membaca ya Mas…wah, komennya ini tampaknya benar-benar dari ahlinya nih..
@ Bu Tuti: wah, idem dengan komen Bu Tuti yang ini… 🙂
luarbiasa! membaca wawasan yang menyenangkan. tapi ndak nyangka juga, ternyata sedemikian tragis yaa nilai dibalik coltan .. lebay juga jadinya.
Tuti :
Iya Mas, memang apa yang tersembunyi di balik coltan ini luar biasa mengejutkan …
@ Mascayo dan Bu Tuti: sama dengan saya… awalnya saya juga kaget dan terbengong-bengong membaca fakta-fakta dari referensi yang ada… memilukan ya?
cckckckckkckc..
terima kasih mbak Nana atas info coltan ini..
jarang banget dengarnya 😀
penambangannya mirip emas ya..
tapi kasihan banget anak2 dieksploitasi.. demi hidup ? hikss hikss jadi ingat film laskar pelangi…..
banyak kisah dibalik produksi coltan ini…
(langsung melihat HP yg terletak di samping PC )
@Bu Tuti nyerahin daftarnya kemana ya? 😆
Tuti :
Sini … sini … daftarnya serahin ke saya *ngintip apa aja yang dicontreng Delia, siap-siap minjem* 😀
@ Delia: salam kenal ya Delia… terima kasih juga sudah membacanya.
Saya rasa anak-anak itu benar-benar dieksploitasi, dikuras tenaganya, bisa jadi dengan upah minim, bagus kalau nggak dirampas pemberontak. Barangkali mereka bekerja bukan untuk mencari penghidupan/uang, tapi lebih untuk sekedar bertahan hidup. (lebih baik jadi buruh tambang daripada di-dor!)
@ Bu Tuti: saya malah belum nyerahin daftar saya ya Bu? hehe.. 🙂
terinspirasi dari mana ya menulis ulasan ini..
kok rasanya penasaran..
thanks before..
Tuti :
Sudah diceritakan dalam tulisan kan, dari sebuah tayangan di televisi. Silahkan ditelisik kembali … 🙂
hidup kapitalis, i like them..
I really like your post . It’s really interesting. I really appreciate that .Thanks for sharing with us.
[…] logam-logam berbahaya itu dengan ditambang dari dalam perut bumi. Bisa dibaca di artikel Coltan yang ditulis oleh Nana Harmanto sebagai penulis tamu di Tuti Nonka’s Veranda. Penambangan […]
saya sedang menyiapkan renungan untuk disampaikan di hari minggu lusa… saya memerlukan ilustrasi tentang buruh tambang yang harus bekerja keras, tidak hanya menerobos tanah tapi juga batu padas untuk menemukan barang yang berharga, sedemikian keras seharusnya seorang yang akan mengajar umat mempersiapkan dirinya dengan menggali Kitab Suci…
Coltan dari Tuti Nonka’s Veranda… tulisan yang informatif dan reflektif…
terima kasih… Tuhan memberkati…!
ini mah ngopi abis dr internet (ga percaya..?? silahkan googling coltan, akan keluar tuh cerita2 di afrika) di Indonesia jg byk coltan.. sy geologist dan tahu persis apa tuh coltan, kita sdg survey coltan tsb.. coltant itu merupakan mineral strategis yg terdiri dari Niobium dan Tantalum (silahkan check di wikipedia).. Hrg nya saat ini kisaran $500/kg.. Mantap toh