ASYIKNYA PEGANG STIR
Saya suka nyetir, dan sudah pegang stir sejak 23 tahun yang lalu (tentu saja pegang stirnya di dalam mobil yang meluncur, bukan di garasi euy … ). Apa sih asyiknya nyetir? Kan lebih enak duduk manis sebagai penumpang, bertelepon ria sambil kipas-kipas?
Oh, sudah pasti lebih asyik pegang stir. Dengan menyetir sendiri, saya merasa everything is in my control (halah!). Ada sensasi kebebasan, petualangan, gairah, dan kegembiraan yang memenuhi dada. Saat-saat menyetir juga merupakan saat yang betul-betul ‘milik saya’, saat-saat saya memiliki ruang dan waktu pribadi tanpa mengganggu atau terganggu oleh orang lain. Ketika menyetir, saya bisa menyanyi keras-keras tanpa takut membuat rusak telinga orang lain, juga bisa menangis sepuas hati tanpa perlu menjawab pertanyaan orang kenapa saya menangis.
Dan setiran saya bagus loh! Sumpe! Saya selalu menyetir dengan anggun, tanpa goncangan, tanpa hentakan, start dan stop dengan elegant. Pokoknya, gelas berisi air ditaruh di dashboard pun nggak akan tumpah (ya iyalah … wong airnya cuma setengah … hihi). Nggak percaya? Try me!
Siapa mau ikut saya? Ayuuk …
Saya belajar nyetir dari tempat kursus. Tapi sesudah sesi ke-3 (dari 5 sesi ‘kurikulum’ kursus) saya kabur, desersi, drop out. Saya suebbeel karena guru nyetir saya suka jahil, suka pegang-pegang tangan. Katanya sih betulin cara saya pegang stir, tapi itu mah alasan saja. Saya kan nggak bego-bego amat, sampai pegang stir aja harus puluhan kali diajarin. Lagipula, orangnya nyebelin, bau, jelek lagi (kalau good looking kayak Tom Cruise, pasti deh saya habisin 5 sesi saya, bisa-bisa malah ambil kursus lagi, pura-pura belum bisa … hihihi!). So, setelah merasa bisa, saya tinggalkan sesi ke 4 dan sesi ke 5 saya. Silahkan tunggu sampai musim salju tiba, aku nggak akan datang, Mr. Jahil!
Pengalaman pertama membawa mobil sendiri, saya langsung menghancurkan kaca spion samping. Sewaktu mundur, saya hanya melihat ke spion belakang, lupa melirik spion samping. Maka … pyaarr! Spion pun hancur tersangkut pintu garasi. Nyali langsung ciut, rasa percaya diri merosot sampai ke titik terendah. Tapi kalau saya menyerah, saya tidak akan pernah berani membawa mobil sendiri. Maka, saya terus saja. Spion yang pecah? Ah, keciiil itu mah …
Saya enjoy nyetir, sayangnya saya punya musuh berat yang sulit saya lawan. Kalau kurang tidur, dan nyetir agak jauh, saya sering ngantuk. Pernah terjadi, ketika berhenti di lampu merah, saya ketiduran. Baru geragapan kaget ketika pintu mobil digedor orang. Waktu saya menoleh ke belakang, berderet mobil-mobil lain yang nggak bisa jalan karena terhalang mobil saya. Saking lelapnya saya tertidur, klakson yang menyalak seperti terompet perang pun tak mampu membangunkan saya. Ealaah … sleeping beauty kok di lampu merah!
Saat yang lain, nggak ada angin nggak ada hujan (ya iyalah, wong musim kemarau!) ada razia mobil. Razia sepeda motor memang sering, tapi razia mobil sangat jarang dilakukan polisi di Yogya. Entah habis makan jamur beracun atau apa, tiba-tiba sekelompok polisi meminta saya minggir. Saya deg-degan banget, soalnya sudah sepuluh tahun SIM saya mati (astaga!!). Tapi saya nurut saja, minggir dengan anggun (jaim gitu loh!), sambil diam-diam putar otak untuk mengatasi situasi.
“Selamat siang Bu, bisa lihat surat-suratnya?” Pak polisi bertanya sambil memberi hormat dengan mengangkat tangan di kening. Wow … tegap, gagah, dan penuh wibawa dalam pakaian seragamnya. Pantas banyak anak kecil pengin jadi polisi.
“Maaf Pak, saya sedang buru-buru. Ini mobil Pak Mahyudin. Bapak bisa lihat plat nomornya. Atau saya perlu telepon Komandan?” jawab saya dengan pe-de (padahal dalam hati kebat-kebit, emang Mahyudin itu siapa?)
Pak Polisi itu melihat ke plat mobil saya, agak ragu-ragu sejenak, kemudian mengangguk dan tersenyum.
“Silahkan jalan Bu. Selamat siang. Maaf mengganggu.”
Just like that! Begitu saja saya dilepas, hanya dengan menyebut nama suami saya! Emang Mahyudin itu siapa? Ya bukan siapa-siapa. Wakakak! Saya kembali jalan sambil tersenyum geli. Ternyata gertak sambal saya yang sama sekali nggak pakai cabe itu cukup membuat Pak Polisi mundur teratur. Mungkin dia mikir, daripada berurusan dengan komandannya, lebih aman melepaskan pengemudi mobil yang selain cantik, juga tak bersalah dan taat beribadah ini (holoh, holoh!). Padahal, sebenarnya saya sama sekali nggak kenal dan nggak tahu nomor telepon komandannya!
Terimakasih, Pak Polisi yang baik hati …
Yang sampai saat ini masih mengganggu pikiran saya, saya sama sekali nggak ngerti soal mesin mobil. Mengganti ban pun saya nggak bisa. Kalau di jalan ada masalah dengan mobil, saya tinggal telepon, dan sopir suami saya akan datang untuk membereskan masalah. Huh, kemanjaan seperti ini sungguh membuat saya nggak mandiri. Sudah lama saya pengin belajar montir, tapi belum kesampaian juga. Ada yang tahu dimana tempat kursus montir yang bagus?
Yah, minimal, kalau kelak pensiun ngajar, saya bisa jadi sopir pribadi. Asyik lho punya sopir pribadi kayak saya. Nyetirnya bagus, diajak ngomong apa juga nyambung, jujur dan sopan (ck … ck … ck … ). Sambil nunggu majikan shopping di mall, merawat diri di spa, atau meeting dengan partner bisnis, saya kan bisa ngisi waktu dengan membaca buku, nulis novel, atau ngeblog di laptop sambil menikmati musik melalui Ipod …
Bu Tuti, astaga, 10 tahun tidak memperbaharui SIM ngapain aja. 10 tahun itu figure of speech saking lamanya atau memang betulan. Punya sopir pribadi seperti bu Tuti? Mending enggak deh. Lha dibayar berapa sopir yang memiliki gelar kesarjanaan berderet-deret. Lagian kalau ngobrol asyik malah bisa kebablasen melewati tujuan. He he he. Peace bu
🙂
Tuti :
Pak Eko, saya sudah cek SIM terakhir saya, ternyata masa berlakunya memang belum lewat 10 tahun, tapi baru 8 tahun (hehehe … selisih dikit lah 😀 ). Ngapain aja 10 tahun? Ya ngapa-ngapain to Pak : makan, tidur, kerja, jalan-jalan, baca buku, nonton film, menikmati musik …. yang jelas nggak ke kantor satlantas 😀
Saya kalau jadi sopir pribadi Pak Eko nggak minta gaji kok Pak, paling-paling minta diajari main piano dan gitar 🙂
Kalau kakehan ngobrol terus kebablasen, ternyata memang iya Pak. Makanya betul itu, kalau di bus sering ada tulisan “dilarang bicara sama sopir”. Saya sendiri pernah kebablasen bukan karena bicara dengan penumpang, tapi karena ngikutin mobil orang. Saya lihat ada mobil buaguuus banget di jalan, dan karena penasaran pengin lihat, saya ikuti mobil itu sampai cukup dekat dan bisa lihat merknya. Ternyata Lexus ….. ya iyalah bagus!
hoho..
saya pernah merasakan ‘disopiri’….:) )
Tuti :
Hoho … iya, waktu nonton Laskar Pelangi ya? Tapi kayaknya penumpang gelap tuh, soalnya nggak pake ijin dan nggak bayar 😀
waaahhhh mbaaaakkkk, seru banget hihihi …
1. Soal SIM, udah berlaku lagi kan sekarang? soalnya saya juga sempat bengong, bapak saya yang begitu TAAT pada peraturan pernah nyetir di jakarta 1 tahun dengan SIM mati. Pas saya datang liburan dan saya tahu, saya desak untuk perpanjang, kalo perlu mbayar! hihihi
2. Kursus mobil. Bisa ngebayangin kok mbak si pengajar ngusap-ngusap tangan yang sedang mau ganti kopling. Abis mbak cantik sih hihihi. Kalau di Jepang bisa dituntut loh mbak, dengan alasan sekuhara (sexual harrassment) . Saya juga belajar di kursus sampai tamat soalnya pengajarnya bukan om genit hihihi.
3. Saya tidak pernah mengantuk kalau menyetir. Tapi begitu tidak menyetir? Langsung ngelempus kayak kerbau. Abis goyangan mobil kan enak mbak hihihi. Saya ingat mbak pernah cerita soal tidur siang di mobil. Tapi bahaya ah mbak kalo ngantuk lalu nyetir. Jangan diulangi ya mbak …(soknasehatin.com)
4. Kalau saya ke Yogya lagi bisa ngerasain setirannya mbak yang maknyus itu ngga? Mbak juga terbiasanya nyetir jarak jauh ngga? Saya paling jauh dari Jakarta-Anyer saja. Apalagi sekarang kalau bawa anak susah untuk nyetir. Kai pengennya duduk nyetir juga hihihi.
EM
Tuti :
Hehehe … seru dan nggak mutu ya? 😀
1. SIM saya belum hidup Mbak. Sebenarnya saya pernah mau memperpanjang, dengan minta tolong tetangga yang memang sering ngurus perpanjangan SIM (dia kerja di Satlantas). Saya sudah kasih uang 500 ribu. Eh, SIM nggak jadi-jadi juga, malah sekarang dia pergi entah kemana. Kesel deh … ! Tapi memang perlu juga cari SIM baru, soalnya siapa tahu suatu saat ketangkep polisi yang nggak takut gertak sambal saya ya 😀
2. Iya, itu Mr. Jahil melakukan sexual harrasshment ya, meskipun dalam kadar yang sangat ringan. Waktu itu (23 tahun yang lalu) saya kan masih muda, lagi lucu-lucunya, dan imut-imut (hihihi ….). Kalau sekarang, wooow … jangan tanya! Gue gampar lu! (eh, bukan nggampar Mbak Imel lho … 😀 )
3. Memang iya sih, bahaya kalau lagi ngantuk trus nyetir. Tapi gimana kalau sudah terlanjur di jalan? Mosok berhenti di pinggir jalan, terus tidur di dalam mobil? 🙂 Nanti kalau saya diculik, diangkut sama mobil saya pakai mobil derek, gimana hayoo … Iya deh, trims nasehatnya Mbak. Lain kali kalau ngantuk saya mau stop di restoran saja, terus panggil taksi …
4. Nyetir jarak jauh sih nggak jauh-jauh banget Mbak, sekitar 150 km. Pernah sampai ke Semarang dan Purwokerto. Tapi grogi juga kalau bawa Mbak Imel, habis setiran Mbak kan lebih canggih dari setiran saya …
bu tuti kalau lagi nyetir memang anggun dan “lupa diri” (catet lupa diri)… maksudnya…? beberapa kali saya berpapasan dg bu tuti di karangkajen, saya sapa dg bunyi klakson motor dan pakai angkat tangan segala… eh, ternyata dicuekin, hiks! 😦
tapi sekarang saya tahu sebabnya.. ternyata bu tuti lagi berkaraoke ria di mobil, makanya gak fokus sama orang di luar, hehehe…. 😀
bu tuti mau belajar montir? gak usah jauh2 bu… ke tempat saya saja, dijamin ibu bakal bisa bikin rendang…? lho, kok gak nyambung? emang montir itu ngapain… huahahaha… 😀
Tuti :
Waduuuuh …. ma’aaapkan daku, Uda …. sungguh mati saya nggak tahu kalau disapa Uda di jalan. Habis, saya suka pangling kalau ketemu orang pake helm (apalagi kalau helmnya model ‘cakil’, atau yang pakai kaca penutup wajah). Dan memang, saya jarang memperhatikan wajah orang di jalan. Yang diperhatikan ya jalannya, dan kendaraan yang ada di jalan.
Ohya, saya juga agak ‘hati-hati’ membalas lambaian tangan orang. Suatu ketika, ada seseorang yang rasanya saya kenal melambaikan tangan, lalu saya balas. Eh, ternyata dia melambai kepada orang lain di belakang saya …. hehehe …. malu deh!!
Montir rendang? Boleh banget Uda. Sekalian balado ya 😀 😀
saya pingin bisa nyetir tapi belum punya mobil
Tuti :
Nggak ada aturan yang mengharuskan orang bisa nyetir harus punya mobil lho Mas. Itu para pilot juga nggak punya pesawat, para masinis juga nggak punya kereta api, para nakhoda juga nggak punya kapal 🙂
bu, saya sudah sejak SMA bisa naik motor, tp kalo soal permontiran ya masih nggak ngerti. padahal klo motor kan lebih gampang drpd mobil ya?
Tuti :
Jadi masih mending saya ya? (padahal saya juga nggak tahu mesin motor, bahkan naik motor pun entah masih bisa apa nggak 🙂 )
Wakakakak…ngakak sampai terkencing2 saya baca postingan ini, pagi-pagi…seger dehhh…
Besok kalau saya pas di Yoigya trus ketangkep razia polisi saya mau bilang ” saya adiknya istrinya Pak Mahyudin,Pak…”, mandi (manjur) apa ora ya Mbak kira2 ?
Tuti:
Eiit!! Terkencing-kencing? Hayo, cepetan dipel …! Lain kali pakai pampers ya mbak, biar nggak bikin banjir lokal …. 😀
Kalau Mbak Ayik ke Yogya, terus ketangkap razia polisi, bilang aja, “Saya adik keponakan bekas tetangganya isteri Pak Mahyudin”, pasti manjur (soalnya Pak Polisi puyeng 😀 )
Hahaha….khas mbak Tuti, bandel, lucu dan konyol…
Lha pak Polisi itu lho, sampai terkesima dibilangin itu mobil pak Mahyudin…soalnya nomor AB 1 MM…pasti orang terkenal tuh.
Saya kebalikannya, biasa muterin Jakarta, tapi ga berani nyopir…dan punya SIM hahaha.
Soalnya udah terlanjur menikmati fasilitas…saat masih lajang, kan bus di Jakarta gede2 dan bersih (PPD), saya ingat masih bisa baca novel sambil naik bis. Terus setelah menikah, antar jemput suami, diteruskan ikutan antar jemput (bersama teman2 sekompleks).
Dan karena satu kompleks (104 rumah) teman sekantor, saat mejeng di depan pintu pagar, banyak yang nawari ikut (jika sopir jemputan terlambat)..dan tinggal pilih mau ikut mobil yang mana..dan sopirnya berdasi pula. Dan kemudian dapat mobil dinas….plus sopir….
Tapi ternyata kedua anakku juga tetap pilih naik bis, bajaj, taksi, dibanding nyopir sendiri..kecuali terpaksa
Tuti :
Iya, nomor mobil itu memang ‘sakti’ Mbak Enny. Kalau pake mobil itu, saya sering dilihatin orang, mungkin dikira isteri Gubernur … qiqiqi … Tapi nggak ding, karena isteri Gubernur Yogya kan Gusti Kanjeng Ratu Hemas, dan semua orang kenal wajahnya. Jadi saya mungkin dikira sopir pribadi GKR Hemas …. ya lumayanlah ….. 😀
Wah, saya ngiri lho sama Mbak Enny, lha tinggal milih sopir-sopir berdasi, mobil segala merk 🙂 . Pola hidup kita memang beda, jadi kebutuhan sarana dan prasarana hidup juga beda. Mbak Enny kan orang kantoran yang berangkat pagi pulang sore, ada fasilitas kantor pula, jadi kebutuhan akan alat transportasi lebih tertata. Kalau saya kan ibu rumah tangga yang nyambi kerja, dan setiap hari bisa muter ke banyak tempat. Beli lombok yang bagus di sini, beli garam di sana, beli merica di situ … Mobil juga kayak lemari berjalan, isinya dari buku sampai sepatu. Lha kalo nggak bawa mobil sendiri, bisa-bisa saya dikira pedagang barang keliling 😀
Saya pernah baca postingan Mbak Enny tentang nyetir mobil, kalau nggak salah judulnya “Nyetir Mobil, Susahkah?”
Wah kita bener-bener satu club mbak…saya juga sopir AKAP (Antar Kota Antar Propinsi), pengalaman seru terakhir terjadi wiken kemarin saat saya main ke rumah adik, mobil saya mencium mobil orang…tapi itu bukan kemauan saya, kemauan mobil saya sendiri…wong sayanya tidak sedang berada di belakang stir. Saya lupa tidak pasang henrim (soalnya jalanan juga tidak terlihat menurun lho, sumprit mbak..)…tak lama ketika saya sedang asyik ngobrol dgn adik di ruang tamunya ada seorang datang ditemani sarpam…”bu, mobilnya nabrak!”…”hah?”…wah ya sudah…bayaran deh!!
Btw, SIM yang udah mati sepuluh tahun itu…ngg…memang syungguh terlalu mbak! (kabbuur…takut dipanggilin kumandan!)
Tuti :
Horee!! Ketemu teman seprofesi, sesama sopir 😀
Wah, mobil Mbak Nut berciuman dengan mobil orang? Napsu banget sih … hihihi …. Mobilnya pasti udah akil baliq ya.
Teman saya juga pernah lupa memasang rem tangan ketika parkir, dan mobilnya nyebur ke sungai. Dia heran banget, katanya “Lha wong tak tinggal ora suwe lho!” . Laaah … kalau tanahnya memang miring, ya nggak masalah sebentar atau lama untuk membuat mobil meluncur mengikuti gaya gravitasi.
Soal SIM saya yang sudah 10 tahun mati (eh, di reply comment Pak Eko sudah saya ralat, ternyata baru 8 tahun … ), memang keterlaluan ya? Sssstt …. jangan bilang-bilang Pak Polisi ya, ntar saya ditilang beneran 😦
Umi … mau ngajari aku nyetir gak??? He3 … paling males buat belajar nyetir nih … padahal bapak-ibu udah nyuruh2 terus … males abis … kayake lebih keren naek motor… atau menthok2 ya naek metromini aja deh …. 🙂
http://sendit.wordpress.com
Tuti :
Mau belajar nyetir sama saya? Boleh, tapi bawa mobil sendiri ya, jemput ke rumah saya (lho, berarti sudah bisa nyetir sendiri dong … 😀 ). Kalau Sendit suka naik metromini, gimana kalo jadi sopir metromini aja? 🙂
Kalau saya mulai nyetir usia 12 tahun, walau waktu itu pedal masih belum nyampai dikit. Nyampai sih nyampai cuma harus agak jinjit. Paling asyik punya mobil stir kiri di jalanan yang kiri seperti di Indonesia ini. Saya masih punya mobil VW beetle Wolfsburg asli Jerman yang stir kiri waktu ayah saya masih tinggal di Vancouver, Canada tahun 1962-1966. Saya belon lahir waktu itu
bahkan belon dibikin!. Itu VW udah veteran banget meluncur di tiga negara, Kanada, AS dan Indonesia. VW tersebut sekarang udah ‘pensiun’ tapi masih jalan sampai sekarang dan paling2 hanya dipakai buat pergi ke mini market di dekat2 rumah adik saya di Jakarta. Huehehe…..Tuti :
Usia 12 tahun Mas Yari sudah nyetir? Waa … pasti belum punya SIM tuh. Nggak pernah ketangkep polisi ya?
Tapi itu VW hebat banget, sudah keliling Canada dan Amerika. Pasti pajaknya mahal ya waktu dibawa masuk ke Indonesia. Tapi saya bingung, katanya sudah dipensiun, tapi kok masih dibawa jalan-jalan ke minimarket. Maksudnya pensiun itu nggak bayar pajak lagi ya … hehe
Huahahaha….. ya nggak lah…. kan ‘pensiun’-nya dalam tanda kutip jadinya itu fungsi figuratif **halaah**. Maksud pensiun itu adalah itu mobil udah nggak dipakai lagi untuk berpergian jauh2 abis sayang sih, nilai historisnya jauh melebihi nilai ekonomisnya. Dan itu mobil masih terawat dengan baik sampai sekarang. Kalau pajak kendaraan bermotornya sih masih dibayar dong, bahkan kendaraan2 tua pajaknya malah naik padahal nilai ekonomisnya menurun sesuai ‘depresiasi’. Huehehe…….
Tuti :
Wah, hebat Mas Yari sanggup memelihara benda yang bernilai historis begitu. Kalau saya mah mobil sering jual beli (tapi bukan makelar loh 😀 ). Kalau mau beli baru, yang lama dijual. Kalau nggak gitu, dari mana duit untuk beli yang baru? Lagipula, terlalu banyak mobil repot ngerawatnya. Itu mobil saya sudah seumur anak lulus SD tuh, mau dijual untuk ganti yang baru kok harganya jatuh banget, jadi sayang (apalagi dulu belinya muahaaal — untuk ukuran kantong saya tentu … 😀 ). Mobil ‘seken’ buatan Eropa harga jualnya memang tidak sebagus mobil Jepang merk T*****a …
wah kalo saya dulu kursus mobil di jogja … setengah hari langsung minta “ijol” guru … hehehe .. masalahe gurune galak, daripada berantem didalam mobil, so mending minta ganti hihihi
Tuti :
Iya ya … kenapa saya dulu nggak minta ganti guru saja? Soalnya waktu itu masih kecil (kecil? 😀 ) jadi masih takut-takut … (kalau sekarang mah nakut-nakutin )
Wahaha … keren deh bunda …
wiken yang menyenangkan baca postingannya … menghibur banget .. 😀
kapan-kapan saya mau juga dong nyobain sopirannya bunda Tuti .. pasti asik. Ya asal jangan ketemu pak polisi lagi .. hihihi ..
have a nice weekend.. 🙂
Tuti :
Kalau mau nyobain sopiran saya, musti ambil nomor dulu, soalnya banyak yang antri … hihihi. Dan kalau ketemu Pak Polisi lagi, Yuyun aja yang saya tinggal buat jaminan 😀
Met wiken Yuyun …
Pengalaman nyetir? Wah … kalau saya sih …”witing isa jalaran merga kepeksa”…. Sama dengan Mbak Tuti, saya juga bisa nyetir karena kursus, tahun 1998. Dan sama juga, saya juga tak menyelesaikan kurikulum yang sudah ditetapkan …. akhire isa tapi ya mung isa-isanan. Karena keenakan disopiri suami …. maka ya gak berkembanglah ketrampilan saya …..
Tapi … karena suami tugas ke Tokyo selama beberapa tahun ….. nah … kepeksa nih … katrampilan terpendam harus dibangkitkan lagi …. Kalau nggak … mobilnya buat apa, trus klau anak-anak sakit atau kalau ada perlu yang mendadak gimana? Maka ya itu tadi … witing isa jalaran merga kepeksa …. Bahkan masalah ngisi aki, ngisi air, ngecek minyak rem, saya sendiri yang harus menjalani … lha siapa lagi??? Berarti … satu tingkat ketrampilan saya di atas Mbak Tuti ya … Kalau Mbak Tuti kan apa-apa dah ada yang nangani, termasuk ngelap …. Saya pernah kok liat mobil Mbak Tuti dilap di garasi pas pagi2 saya lewat … dan yang jelas …. yang ngelap bukan Mbak Tuti …. Hehehe …. (kapan ya saya bisa liat Mbak Tuti ngelap mobil??? Mimpi kali ya??)
Tuti :
Pertama, saya ngiri lho … Buhan keenakan kemana-mana disopiri suami. Lha suami saya nggak pernah nyopiri saya je. Kalau pas pergi sama suami, malah saya yang jadi sopir, swear. Soalnya dia malas nyetir, lagipula sering ada telpon masuk ke hp-nya, jadi akhirnya ‘udah deh, biar aku aja yang nyetir’ saya bilang.
Kedua, saya ngiri, Buhan lebih terampil dari saya soal ganti oli, minyak rem, air aki, dan ngelap mobil 😀
Boleh dong, kapan-kapan mobil saya dirawat Buhan, pasti lebih teliti dan rapi … Iya tuh, saya nggak pernah urusin mobil, lha nanti staf saya nggak punya kerjaan kalau saya ngelap mobil sendiri 🙂
Kalau pas lewat di depan rumah saya, mampir dong! Mosok cuma lewat aja.
Yaahhh .. bu, kenapa trik ngelabui polisinya dibocorin disini? sekarang jadi ketahuan deh …
*musti cari trik lain lagi nih … (padahal nggak punya mobil hehehe)
Tuti :
Nggak apa-apa, lain kali kalau dicegat polisi lagi, saya akan bilang “Bapak tahu nggak, ini mobil Mascayo! Atau saya telponkan Presiden?” 😀
[…] ini terinspirasi oleh tulisannya Mbak Tuti yang berjudul “Nyopir Ampe Mati“. […]
Hohohoohoo NYopir ampe mati…
Jangan ah, takuttttt….
Banyak bahaya di Jalan…
Semoga selamat selalu ya …:)
Salam hangat Bocahbancar……
Tuti :
‘Mati’ disini kan dalam tanda kutip, Mas Joko. Maksudnya, mati saking asyiknya, gitu loh. Kayak dulu kan pernah populer buku “Mati Ketawa Cara Rusia”, yang diikuti buku “Mati Ketawa Cara X, Y, Z ….”.
Kalau mati beneran waktu nyopir, hiiii …. nggak lah. Saya pilih mati di tempat tidur yang empuk aja 😀
Wah, udah segede gini masih ‘bocah’, gimana waktu kecil yaaa? 😀
Salam,
Kok judul postingannya “Nyopir Ampe Mati”, Bun ..?
Tuti :
Kalau judulnya “Nyopir Ampe Idup”, berarti yang nyopir mayat dong …. hiiiiii …. 😀
(untuk penjelasan yang serius, silahkan baca jawaban saya untuk Mas Joko ‘Bocahbancar’)
sy william chen dari kuala lumpur malaysia. bisa kenal.
Tuti :
Salam kenal, Mr. William ….. sudah pasti kita bisa kenal 🙂
ass. tulisan nyopir ampe mati!!! waah penuh gelitik juga ini judulnya, oke salam kenal buat mbak dan keluarga.
Tuti :
Semoga pembaca ‘kagak ampe mati’ … 😀
Terimakasih Mas Alfi, salam kenal juga, dan salam untuk keluarga.
maaf, bu, saya baru bisa megang setir di dalam mobil yang mogok dan angkot yang pak sopirnya lagi kencing, maklum duit yang ada baru bisa buat beli sekrupnya doang… 🙂
Tuti :
Nggak apa-apa, masih bagus megang stir di dalam mobil, bukan megang stir yang digantung di tembok 😀
Eh, ngomong-ngomong … sopir angkot itu juga nggak punya angkot lho, toh dia bisa nyetir. It means, ar-ti-nya …. tidak harus punya mobil untuk belajar nyetir mobil. Kalau bisa nyetir, kan bisa jadi sopir?
Wakakak, mbak Tuti, saya sampai terkekeh-kekeh baca tulisan & komentar2 disini. Hahaha…ternyata pak polisinya bisa dikerjain juga yach mbak.
Wah ini kabar bagus mbak buat saya, berarti kalo ke Jogja kita bisa muterin kota Jogja sampai puas dong, khan ada mbak Tuti yang jago nyetir, asyik…. Hus nggak sopan, emang sopir pribadimu apa, hahaha …. becanda mbak 🙂 🙂 🙂
Mbak Tuti seneng banget lho, sekarang mbak Tuti tetap bisa kita jumpai di postingan2nya, emang tulisan2 mbak Tuti selalu bikin saya kangen 🙂 🙂 🙂
Best regard,
Bintang
Tuti :
Yang ‘juga manusia’ bukan hanya rocker Mbak, tapi ‘polisi juga manusia’ 🙂
Ayo aja …. kapan Mbak Lin dan keluarga mau liburan ke Yogya? Pokoknya sang sopir akan siapa mengantar kemana saja, asal … dibikin gambar yang cantik kayak di blog Mbak Lin itu 😀
Terimakasih kalau tulisan saya berkenan. Iya, ternyata untuk berhenti nulis sama sekali sangat sulit. Jadinya nulis lagi deh, meskipun tidak sesering dulu. Saya juga selalu senang lho baca tulisan-tulisan Mbak Lin yang inspiratif.
salam hangat,
Hahahha …
Sumpah bu …
Guru kursus nyetir Ibu itu bukan saya …
Kalo saya dulu justru … muridnya yang suka ujuk-ujuk teriak … lalu meluk saya … kalo lagi belajar nyetir trus kaget karena mobilnya loncat … hahaha
But yang jelas bu …
Bagi saya …
Saya merasa sangat ganteng sekali … jika sedang mengendarai mobil … (swer …)
(mirip supir angkot soale …)
hahaha …
Tuti :
(*berpikir keras*)
Yang bener? Guru kursus setir saya dulu bukan Om Nh ya? Mosok sih? Kok nggak mirip (lho, piye sih? hawong pancen wong liyo …. 😀 )
Lha, ketahuan … pasti Om kalo ngajarin nyetir dibawa lewat jalan yang berlobang-lobang dan banyak polisi tidurnya, biar mobilnya melonjak-lonjak terus muridnya nubruk meluk Om … qiqiqiqi …
Emang sopir angkot ganteng ya Om? Kalo Om jadi sopir angkot, pasti angkotnya penuh terus, soale penumpang seneng dengerin cerita-cerita lucu Om 🙂 🙂
wah ibu hebat, kalau saya boro-boro bu … hihihihi maklum belum punya mobil jadi kagak bisa nyetir
Tuti :
Kalau semua orang belajar nyetirnya nunggu punya mobil, susah cari sopir bus Om … 😀
oalah bu… kalo mobilnya jenis yang itu sih ketrampilan montir juga percuma…
lha kalo rusak montir biasapun gak bisa memperbaiki je…
yang susah paling ban bocor .. saya pun juga males jongkok + ndelosor kebawah untuk ganti ban..
mending panggil tukang becak atau orang disekitar situ..
kesimpulannya .. daripada kursus montir mobil mending kursus mencuci mobil saja.. hehehe…
Tuti :
Iya juga sih, mas Kartiko. Itu mobil kalau ‘sakit’, ‘ngeluh’nya di layar dashboard masih pake boso Jerman je. Lha dukune mung ngerti boso Jowo, yo wis pokoke diobongke menyan wae … 😀 😀
Iya juga sih (lagi) kayaknya nggak pantes saya ndlosor ke kolong mobil ya? Timbang klumut dan gluprut (halah! bahasa apa ini?) oleh debu dan segala minyak, mending saya duduk manis dan suruhan MasKartiko yang ndlosor … eh salah, suruhan orang yang masuk ke kolong 😀
Usul diterima, saya akan kursus nyuci dan nyetrika mobil aja …
gak kuat ngegajinya kalau punya sopir kayak gini…
Tuti :
Kalau nggak kuat, diangkat pake derek mas …
wah, nyopirnya ekstremm, hehe salam kenal.. mampir ya ke blog saya…
Tuti :
Ekstremnya dimana? (*bingung*)
Salam kenal juga, Novian. Ok, langsung meluncur kesana …
Wah, yang seru plat mobilnya, Bu.. AB 1 MM 🙂 *ngeling-eling wong top sopo sing mobile kuwi yo plat-e heheheh*
Saya sampe bulan ke tujuh di sini belum nyetir Bu.
Masih baru mau mencari SIM Australia dan itu tidak mudah 🙂
Doakan saya hehehe…
Tuti :
Mobil AB 1 MM itu milik Marilyn Monroe, waktu dia jadi warga Yogya 😀
MM di belakang itu inisial suami saya, Mahyudin al Mudra (awas … bukan Mati Muda lho! kalau Memang Manis, itu untuk saya 😀 *plaakk!* )
Nyari SIM Ostrali memang susah, atau susahnya karena Mas Donny orang asing disana? Iya deh, saya doain, semoga cepet dapet SIM, biar bisa segera meluncur kemana-mana dengan nyetir sendiri.
Ceritanya asyik banget, Bundaaaaaa… Aku sampai terkikik geli bacanya. Mulai dari kisah sopir Tom Cruise, lalu soal Pak Pulisi yang digertak itu, sampai ke sopir gaul yang nunggu majikan sambil ngeblog! huahaha… Bunda, Bunda… Lucu bangetttt…
*peluk Bunda Tuti, ah.. kangen banget aku*
Kapan-kapan, kalau Lala ke Jogja lagi, mau dong ngebuktiin soal gelas di atas dashboard mobil… Tapi janji, ya, nggak pake nyanyi2 mbrebeki kuping apalagi nangis2 bombay tanpa alasan… hehehehe
Mwah,mwah!
Tuti :
Sopir gaul? Hehehe … sopir gak tahu diri ‘kali 😀
Nah, kalau sopirnya aja kayak aku, pasti majikannya harus kayak Lala, iya toh? Ayo, ayo … kapan mau ke Yogya (tapi nanti gelasnya isi sepertiga aja ya, dan alasnya dilem ke dashboard … qiqiqi …. )
Lama nggak nengok aku, tak pikir arek Suroboyo iki wis lali karo mbokne sing neng Yogya. Sibuk mesbuk ya?
Muaah … mmmuaaahh!! (*langsung ngelap bekas lipstik di pipi*)
-Yo jelas enak wong mobile yo enak mbak.
-jangan lupa baca doa sebelum brangkat dari rumah yo mbak,ben slamet ndak halangan apa2.
-Taati peraturan lalu lintas walau nggak ada polantas ( halahhh niru rambu2 nih)
-Jangan menggunakan hp utk tilp,atau sms. Hpnya di blesekno dulu biar gak gatel untuk sms an
-Saya dulu pernah kena tilang waktu bertugas di Namibia.Baca selengkapnya di blog ya,judulnya “Polisi Dunia kok kena tilang”. Itu pengalaman waktu jadi anggota UN-Peacekeeping Force
-Saya kok lebih tertarik kalimat mbak yang berbunyi “Try me”
-salam
Tuti :
– Oh, gitu ya? Jadi enaknya bukan karena sopirnya canggih ya? Ok, diterima 🙂
– Doanya lengkap Mas, ndrindil, nganti tekan tujuan dongane durung rampung …
– Pasti taat kok (kecuali kalau pas lupa)
– Hp-ne diblesekno? Wah, sakne …! Tapi ok deh, memang nyetir nggak boleh sms-an, ndak salah pencet (lho, bukannya ndak nabrak?)
– Kena tilang di Namibia? Ada uang damai nggak disana? Sama nggak dengan polisi Indonesia?
– Tertarik “Try me”? Waduh, jangan berpikiran macem-macem lho Mas … hihihi 😀
– wasalam
(*beginilah komen gaya militer : singkat, tegas, jelas* Siap Jendral!)
huheuheuh saya pengen banget belajar nyetir tapi kok males ya? padahal sudah waktunya kayanya… gantiin mama nyetir kemana mana…
hm… pengalaman ama polisi si mama tuh yang banyak!
yang nyetirnya juga udah puluhan taun 😀
23 mah umur buat saya.. bukan lama nyetir hehehe
Tuti :
Nah, betul tuh Nat. Kan udah 23, udah waktunya nggantiin tugas mama. Keponakan saya yang baru umur 18 saja udah saya suruh kursus lho. Nggak boleh males belajar ah. Percayalah, kalau udah bisa nyetir, nanti kemana-mana enak, bisa jalan sendiri, nggak tergantung sama orang.
Eh, mama Natazya sebaya saya ‘kali ya. Salam deh buat mama, salam sopir! 😀
lucu….dari mbaca blog nya bu tuti jadi smakin smangat nyetir dewean…nda ngeluh….mbi nyetel musik keras2 ( koyok anak muda gitchu). salam nal bu.
salam kenal,,q mau bagi ilmu ttg komputer,,kunjungi ya blog ini,,semoga bermanfaat
http://yoyon12.wordpress.com
Tuti :
Thanks …