KALI INI PIM DAN PIM
Betul, teman-teman. Maafkan jika saya menyiksa teman-teman dengan cerita tentang Jakarta lagi, tentang “24 Sauh’ lagi. Apa daya, saya sedang terpikat pada ibukota negara kita ini. Apa hendak dikata pula, aktivitas saya masih tentang antologi cerpen “24 Sauh”. Tapi saya janji, demi angin dan hujan (soalnya nggak berani demi Tuhan), ini adalah tulisan terakhir saya tentang topik yang insya’allah sudah membuat teman-teman merindukan obat mual …
Hari Kamis malam, saya mengirim sms kepada Mbak Enny , mengundang beliau untuk hadir pada acara diskusi “24 Sauh” di Gramedia Pondok Indah Mall pada hari Jum’at malam. Alhamdulillah Mbak Enny bersedia hadir. Saya khusus mengundang Mbak Enny, karena pada kunjungan saya ke Jakarta sebelumnya, yaitu pada tanggal 13 dan 14 Februari, kami tidak sempat bertemu. Saya juga menanyakan hotel yang bagus di dekat-dekat PIM, minimal di wilayah Jakarta Selatan, karena pengetahuan saya tentang Jakarta sungguh nol besar. Eeeh … siapa nyana Mbak Enny malah menawarkan kepada saya untuk menginap di rumah beliau!
Sejujurnya, pilihan pertama saya jika pergi ke suatu kota adalah menginap di hotel. Bukan apa-apa, saya hanya tidak mau merepotkan jika menginap di rumah seseorang. Lagipula saya menginginkan privacy. Apalagi jika acara saya di kota tersebut cukup padat dan melelahkan, saya ingin tempat istirahat yang nyaman dan memberikan keleluasaan. Dengan tinggal di hotel, saya bisa pergi dan pulang kapan saja, bisa langsung tidur atau mau bermalas-malasan sambil membaca. Bisa order room service atau laundry. Kalau menginap di rumah orang, mana bisa saya berperilaku tak elok demikian? Bisa-bisa kopor saya dilempar ke jalan oleh tuan rumah … hihi.
Tapi tawaran Mbak Enny untuk menginap di rumah beliau sungguh menggoda iman saya. Meskipun baru satu kali bertemu dengan beliau pada Februari 2009, dari tulisan-tulisan di blog beliau, saya tahu beliau sangat kaya ilmu dan pengalaman hidup. Menginap di rumah beliau tentu akan memberi kesempatan yang sangat luas bagi saya untuk menimba ilmu dan belajar banyak. Maka, dengan suka cita saya menerima tawaran untuk menginap di rumah Mbak Enny yang ada di Jl. Ci*****k (eh, maaf …. saya harus merahasiakan alamat rumah beliau, karena kalau semua orang tahu, bisa-bisa Mbak Enny repot kebanjiran permintaan tamu menginap … hehe).
Selain Mbak Enny, saya juga bertemu (lagi) dengan Yoga Amalia , yang saya kenal pada Februari 2009, pada waktu kopdar bersama Mbak Enny dan Mbak Imelda. Wah, senangnya bertemu Yoga lagi …
Santap malam yang lezat, dengan obrolan yang akrab. Pantes nggak sih kalau kami mengaku tiga kakak beradik?
Sahabat adalah milik saya yang sangat berharga. Saya selalu mencintai sahabat-sahabat saya. Karena para sahabat pula, saya datang kembali ke Jakarta. Tanggal 5 Maret 2010, saya bersama sahabat-sahabat penulis “24 Sauh” kembali berkumpul untuk berbincang dan bertemu penggemar di Gramedia PIM. Hadir juga pada acara ini beberapa selebriti ibukota seperti Zara Zetira (model, penulis novel/skenario film), Tere (penyanyi, anggota DPR RI), Sarah Vi (artis sinetron), Tiara Wijanarko (presenter teve), dan Mark Sungkar (aktor). Mereka hadir untuk berbicara tentang wanita dan dunia penulisan, juga membaca puisi.
Ohya, antologi cerpen “24 Sauh” ini mencatat rekor MURI untuk kategori penulis wanita terbanyak dari berbagai latar belakang, serta komentator terbanyak.
Dari kiri : Dewi Yanthi, Agnes A. Majestika, Tuti Nonka, Tere, dan Sarah Vi. Wah … terangkat nih pamor saya, duduk bersama selebriti …
Tere, dalam usia yang masih sangat muda sudah menjadi anggota DPR RI, memang suatu prestasi yang sekaligus menuntut konsekwensi.
Zara Zetira, Sadrah, Widyawati, Tuti, Eva, Maria A. Sarjono, Dewi Yanthi, Mark Sungkar, Agnes Majestika, dan Lina. Woow … Mark Sungkar menjadi ‘penyamun di sarang perawan’ …
8 dari 24 ‘tukang sauh’ : Widyawati, Tuti, Yanthi, Sadrah, Ida, Fitryan, Irda, Eva
Persis seperti yang saya duga, Mbak Enny banyak ilmu, banyak pengalaman, dan tidak pelit membagi ilmunya. Praktis sejak menit pertama memasuki rumah, saya keasyikan mendengarkan cerita beliau tentang berbagai hal, mulai dari putra-putri beliau, teman-temannya, hingga masalah perbankan dan skandal bank Century. Obrolan terhenti sejenak ketika saya sholat Dhuhur dan mandi siang (alamaak … panasnya udara Jakarta). Ohya, saya menempati kamar Narpen (hallo Pen, nggak nyangka lho saya bisa tidur di kamarmu … hehe!). Untuk makan siang, Mbak Enny memesan steak Abuba yang …. mmm, yummy … Sayang porsinya terlalu besar untuk saya, sehingga saya hanya makan separuh.
Saya berangkat ke PIM jam 15.30, karena akan bertemu dengan teman-teman penulis “24 Sauh” terlebih dulu. Mbak Enny menyusul, datang ke Gramedia pada jam 19.00, beberapa saat sebelum acara dimulai. Yoga muncul belakangan, sekitar jam 20.00. Kemunculan Yoga adalah surprise bagi saya, karena sebelumnya tak ada kabar darinya.Yasmin, yang semula mengatakan akan datang, ternyata berhalangan karena baru saja pulang dari studi tour ke Yogya, dan masih kecapekan. Oh ya, saya minta maaf tidak sempat mengabari teman-teman yang lain, karena saya memutuskan berangkat ke Jakarta baru pada hari Kamis, dan kebetulan hari itu sangat sibuk dengan berbagai acara di kampus.
Awaas … ati-ati keinjak sepatu Yoga …
Hari Sabtu, Mbak Enny menyediakan waktu sepenuhnya untuk menjadi guide saya. Semula beliau bermaksud menawarkan untuk pergi ke kawasan Kota Lama (Museum Fatahillah dan beberapa obyek lain), tetapi hari itu saya sedang ingin memanjakan diri, maka saya mengajak untuk ke PIM saja. Kebetulan hari Jum’at sore sebelum menghadiri acara “24 Sauh”, saya sempat mampir sebentar ke Metro dan melihat sedang ada sale di sana. Jadilah hari Sabtu itu kami ke Metro, mengaduk-aduk setiap boks dan menyibak seluruh gantungan baju, mencari kalau-kalau ada barang bagus yang bisa dibeli dengan separo harga. Yeeeiy … namanya juga belanja, pasti dong cari diskon yang paling gede! Barang-barang yang disale biasanya stok lama yang tidak habis terjual, tapi bagi saya nggak masalah barang itu stok lama atau stok baru. Soalnya, beli barang stok baru pun, akhirnya toh akan menjadi ‘barang lama’ juga setelah disimpan di rumah. Jadi apa bedanya barang itu menjadi ‘lama’ di toko atau di rumah?
Apakah perburuan kami memperoleh hasil? Ya, tentu saja. Saya mendapatkan 2 helai blus cantik dengan diskon 50%, dan satu helai blus lain dengan potongan harga 20%. Yang menyebalkan, blus dengan merk yang sama (modelnya berbeda), dua minggu lalu saya beli dengan harga normal, alias tanpa diskon. Padahal selisih diskon 20% itu hampir senilai Rp. 100.000,- … hiks, hiks! Nyesel deh. Coba saya sabar nunggu dua minggu …
Mbak Enny, yang semula tidak berniat belanja, gara-gara saya provokasi akhirnya membeli sehelai blus cantik. Tentu saja ukuran ‘cantik’ bagi Mbak Enny dan saya berbeda. Mbak Enny, dengan karakter yang terbentuk selama puluhan tahun sebagai pejabat bank, tentu saja menyukai model yang simpel namun ‘mahal’. Saya sendiri, karena masih muda (ya’elaah, insap buuuk !) dan suka rada kemayu, lebih tertarik model yang warna-warni, kliwir-kliwir, dan kelip-kelip … hehehe.
Saya sungguh menyesal lupa tidak mengambil gambar rumah Mbak Enny. Padahal saya sudah berniat memotret lukisan-lukisan kristik di kamar Narpen yang lucu-lucu, juga rumah Mbak Enny yang meskipun kecil tapi tertata apik. Wah, harus ke sana lagi dong kalau mau bikin fotonya …
Mbak Enny, terimakasih sudah menerima saya dengan segala keramahan yang menghangatkan hati …
waaah seru banget nih acaranya PIM teruuus… Coba kalau agustus, saya pasti join deh (tapi saya janji ngga ikutan belanja hihihi)
(padahal PIM juga tempat mainnya Om NH loh 😉 ngga ketemu ya?)
Kali ini temanya ungu ya mbak 😀
EM
Tuti :
Semoga Agustus besok saya bisa ke Jakarta ya Mbak. Mbak Imel nggak belanja nggak apa-apa kok, tapi kalau mau bayarin boleh … (lhooo??!!) 😀
Woah, Om Nh suka main ke PIM to? Pantes kemarin saya ngerasa diliatin seseorang, jangan-jangan itu Om Nh yang diam-diam merhatiin saya ya (yeee …. ngawur.com )
Bener Mbak, kali ini temanya ungu. Purple sensation … hahahahh! 😀
Sumpah BU …
Sumpah …
Itu bukan saya …
🙂 🙂
Tuti :
Bukan Om Nh ya?
Kalau gitu ada penggemar saya yang lain
Qiqiqiqi …. 😀 😀
Woh, sepatunya Yoga ngoboi tenan 🙂
Bu, Zara Zettira masih cantik ya hihihihihi 🙂 )
Masih bisa bahasa Jawa atau sudah mbetawi? 🙂 )
Tuti :
Sepatune Yoga kuwi ngogel Don, dudu ngoboi 🙂
Wooh, naksir kecantikan Zara Zetira to Don? Akeh saingane …. 😀 Tapi embuh, si cantik itu apa masih bisa ngomong Jowo, lha kemarin nggak ngobrol je …
Mbak Tuti, yang bikin deg2an setelah menawari mbak Tuti menginap adalah rumah saya di desain tanpa AC….hiks 😛
Tapi…biasanya, teman yang pernah menginap, dan cocok akan datang terus mbak…Silahkan lho….kan udah kenal Tiah.
Bahkan, kadang jika saya repot, karena bukan hari libur..jalan-jalannya ngajak Tiah yang memang jadi asisten udah lebih dari 10 tahun dan kenal sudut-sudut Jakarta. Dia bisa mengurus SIM, paket barang ke Jepang-Amerika, mengantar bahan mengajar saya ke LPPI dst nya.
Rumah saya memang nyaris tanpa hiasan, bahkan lantai dua yang rencana mau dipenuhi rak buku, masih merupakan mimpi…karena pemiliknya sibuk melulu..jadi bukunya ditumpuk dalam 2 lemari hitam dekat meja setrika…hihihi. Dan niatnya memang rumah kecil, tapi masih di Jakarta, kemana-mana naik kendaraan umum dan dekat..dekat pasar tradisional, dekat Mal, dekat rumah sakit, dekat kantor pos, dekat travel kalau mau ke Bandung….memang karena kecil, pohon rindangnya milik tetangga (rumah alm ibu Fat).
Semoga mbak Tuti nggak kapok ya…monggo lho mbak…sayang kemarin nggak sempat ketemu suami…ehh kalau ada suami nggak bisa mondar mandir tanpa jilbab ya
Tuti :
Meskipun tanpa AC, rumah Mbak Enny nyaman kok 🙂
Wah, jadi lain kali saya boleh datang lagi? Terimakasih …. 🙂 apalagi ada asisten hebat yang serba bisa. Eh … Tiah nggak diajarin ngeblog Mbak? Kan bisa nggantiin Mbak Enny posting atau njawab komen-komen, kalau Mbak Enny pas lagi sibuk … 😀
Memang lokasi rumah Mbak Enny sangat strategis. Mau kemana-mana dekat (kecuali ke Ancol ya … hihihi … ). Lain kali pengin ikut belanja ke pasar Mede, Mbak. Oh ya, kemarin kan belum ke Chitos juga 🙂
Betul Mbak, kalau ada Bapak di rumah, saya malah nggak jadi nginap. Sungkan … Lagipula, kan jadi ngganggu honeymoon-nya Mbak Enny 🙂 🙂
wow, ceritanya seru mbak….ngebayangi kalo saya ikutan nimbrung…pasti tambah rameee….hahaha…..
Wah bunda Ratna dpt tamu kehormatan nich, asyik yach Bun ?
Hem…tapi kalopun dikabari, saya pasti nggak bisa kumpul mbak….lagi flu…badan masih meriang…nggak fit, hihihi…
Jadi Libur Sabtu Minggu kemarin dirumah doang, sambil males-malesan 🙂
Ok, mbak ditunggu ceritanya yang seru selalu 🙂 🙂 🙂
best regard,
Bintang
Tuti :
Mbak Linda …. ma’aaaf, saya kemarin nggak sempat ngabari. Lagi pula, hari Jum’at malam saya pikir Mbak pasti baru pulang dari kantor, apalagi rumah Mbak di Jakarta Timur, kayaknya jauh banget kalau ke PIM. Mana Jum’at malam itu lalu lintas Jakarta pas macet-macetnya.
Sekarang sudah sembuh kan Mbak, meriangnya? Syukurlah … 🙂 Kalau ke Jakarta lagi lai kali, saya kontak deh. Salam buat dua jagoan yang lucu-lucu, Farid dan Ghalib. Mereka sehat-sehat kan?
salam manis 🙂
bu tuti, jilbabnya janjian sama mbak yoga ya? hihihi… sama2 ungu. 24 sauh lagi dipromosiin ya? sepertinya menyenangkan … bisa bertemu para sahabat, mengobrol panjang lebar… hmmm 🙂
Tuti :
Iya tuh … saya kok bisa kompak sama Yoga, pakai jilbab ungu dan baju batik ungu … 😀 Baju Mbak Enny, meskipun sedikit, ada nuansa ungunya juga. Tapi ini bukan ungu warna berkabung lho … 🙂
Ya, 24 Sauh memang lagi dipromosiin. Sayang distribusinya belum merata, belum semua toko buku memajang antologi ini 😦
Bertemu dan berbincang dengan sahabat memang selalu menyenangkan, Kris. Kapan ya kita bisa bertemu lagi?
…
Astaga…24 sauh lagi?
😀 😀
Gakpapa buk, kan masih anget..
Sekalian promosi..
He..he..
…
Duduk sama artis bener-bener bikin pamor bu Tuti menyala… coba pake’ jilbab merah buk, pasti pamornya lebih mencorong lagi..
He..he..
Ngapunten, guyonan buk…
*takut dilempar koper*
😀
…
Tuti :
…..
Maap Ta, iya 24 Sauh lagi … hiks! 😦
Memang masih anget, jadi gencar ditawarkan sebelum keburu dirubung laler (pisang goreng kali … 😉 )
…..
Jilbab merahku lagi dicuci Ta, jadi terpaksa ganti yang ungu
Nggak usah takut Ta, nggak bakal aku lempar koper kok, paling-paling juga aku hantam pake sauh, kan aku punya 24 … (doh, dooh … 😀 )
…..
waduh, satu buku saja sudah membuat Bunda sibuk. Apalagi kalau berbuku-buku 🙂
Tuti :
Kalau berbuku-buku, jadinya kios di Shopping Center … 😀
@DV, kuwi asline sak dengkul hehehe… 😉
Tuti :
@ DV, ojo percoyo nek Yoga durung mbukak dengkule … 😀
Ibu Tuti, senang bertemu Ibu kembali dan terimakasih banyak atas hadiah buku-bukunya plus traktiran dinner yang lezat.. 🙂
Tuti :
Terimakasih juga Yoga sudah menyempatkan datang dan jadi fotografer dadakan … 🙂 Hasilnya bagus-bagus lho 🙂
Kayknya mengesankan … selamat
Tuti :
Memang mengesankan Bang EWA, terimakasih … 🙂
Wah, bener2 waktu di Jakarta ibu manfaatkan langsung dengan indah 🙂
Tuti :
Betul, Kang Achoey. Lain kali boleh nggak mampir ke Mie Janda? 🙂
jadi pengen baca 24 sauh…..
salam,
Tuti :
Silahkan Pak Progo … terimakasih 🙂
salam,
wuih, seru banget ceritanya Bu Tuti, bikin iri, belum lagi pakai acara ngubek2 sale, pasti asik dan heboh ya .
Dan kelihatannya acaranya padet banget ya Bu Tuti.
Semoga selalu sehat ya Bu, dgn kegiatan yg bejibun itu.
salam hangat utk keluarga.
selalu sehat ya,amin.
salam.
Tuti :
Ya ya ya … bertemu dengan sahabat-sahabat memang selalu seru dan heboh. Semoga suatu saat kita juga bisa bertemu ya, Bunda 🙂
Terimakasih doanya, semoga Bunda sekeluarga juga selalu dalam keadaan sehat wal afiat …
salam 🙂
Jakarta maning Jakarta maning. Tapi, OMG Abuba? Aku pengin bu. Kebetulan saya sudah satu bulan di Jakarta mau deh nanti ke Abuba. Sudah pasti C******k itu yang ada markas Marinirnya to.
PIM memang tempat luxurious yang nyaman dikunjungi. Harusnya nanti bu Tuti juga mengunjungi Grand Indonesia atau hmm Pacific Place. Tempat luxurious lainnya yang dijamin kaki kita nggak nginjak bumi :-). Jangan cuman Pasar Baru aja ya bu.
Now the next subject is how to write an excellent academic writing or academic report. Tul kan bu?
Tuti :
Walaah … Pak Eko masih di Jakarta to? Nggak pulang-pulang? Kerasan temen … 🙂
Abuba memang enak Pak, perlu dicoba. Tapi saya nggak tahu, di C******k ada markas marinir apa nggak, hawong kemarin nggak mampir ke sana 🙂
Yeeeiy … saya sudah ke Grand Indonesia, Pak. Plaza Senayan, Senayan City, juga sudah. Tapi Pacific Place memang belum. Memang di mall-mall itu kita nggak nginjak bumi Pak, hawong di gedung tinggi gitu loh … 😀
Kalimat Pak Eko yang terakhir membuat saya membik-membik .. hiks, hiks! 😥 Iya Pak …. kembali ke meja belajar Pak … kembali jadi kutu komputer … 😉
Waduh marai membik-membik. Wis bu, ndak usah dipikir. Mengko lak dadi dewe. 🙂 (Ngimpi kali ye)
Tuti :
Membik-membiknya cuma sebentar kok Pak, sekarang sudah ceria lagi 😀
Iyo-e Pak, saya ngimpi sudah ujian terbuka … hehehe …
panjang banget jadi males baca
Tuti :
Mang sape suruh baca?
Wah bu Tuti wira-wiri Jakarta – Jogya terus, ya.
Saya beberapa hari ini lewat doang depan Abuba, mau mampir ntar nunggu traktiran dari 24 sauh bu Tuti, hehehe….
Tuti :
Iya bang, kebetulan bolak-balik ada urusan ke Jakarta 🙂
Wah, kalau tahu Bang Alris mau juga Abuba, kemarin saya ajak mampir makan siang di rumah Mbak Enny … 🙂
“siyul2” doloooo……yuhuiiiii udah baca 24 sauh
udah sampai dengan selamat….mbak Tut…..ih Poly koq terkubur gitu seh????
tega niannnnn….hiks..hiks hiks (udah baca cuma ga brani baca semua nya)
ngiridotcom ngeliat 3 “dara” yg satu make sepatu laras panjang….hehehehehehe
kapan giliran saya kopdar yah?
Tuti :
Wah, 24 Sauh sudah sampai ke Canada ya? Lha saya, salah satu penulisnya, malah belum … 🙂
Iya, Poly akhirnya terkubur. Memang sedih sekali, tapi apa mau dikata, ceritanya memang begitu. Loh, Mbak Wied kok nggak berani baca semuanya, kenapa? Emang serem ya? Hiks!
Giliran Mbak Wied kopdar pastilah besok kalau Mbak pulkam ke Indonesia, atau ada yang menerbangkan saya ke Canada … 😀
Ibuuuu, ya ampun ketemuan sama Zara Zettira ZR!, Maria A Sardjono!, Tutinonka ;)… penulis hebat semua…
Menginap di rumah teman?..hehehe…kebayang deh asyik dan serunya… Tadi aku dah mampir juga di blog Bu Enny… Ah, persahabatan yang manis sekali…
Tuti :
Iya Hen, kemarin memang ketemu sama beberapa seleb. Tapi saya yakin, mereka nggak kenal saya dan nggak akan ingat kalau pernah ketemu saya … hiks! 😦
Memang senang sekali bisa menginap di rumah teman yang ramah dan pandai ngobrol seperti Mbak Enny. Tetapi, tanpa menginap di rumah seorang sahabat pun, persahabatan bisa dijalin dengan sangat manis kok. Maklum, tidak semua orang kondisinya sama, kan? 🙂
selamat ya atas launching bukunya…. asik dong ya sekalian launching bisa sekalian jalan2 juga. hehehe.
btw sekalian komen postingan yang sebelumnya tentang google maps yang ngasih arah ngaco ke hotel quality, wah payah banget ya google maps kok gak akurat. padahal lumayan jauh juga dari monas ke pangeran jayakarta. well anyway untung dapet supir taxi yang baik ya. lain kali sebaiknya tanya temen2 di jkt dulu untuk nyari hotel. soalnya sebenernya banyak hotel lain yang bagus dan harganya juga miring. harga 400rb untuk hotel alia yang bintang 1 sih kemahalan menurut saya.
salam kenal ya… 🙂
Tuti :
Terimakasih Mas Arman. Launchingnya sudah tanggal 1 Februari yang lalu, dalam sebuah acara yang jauh lebih meriah. Acara di Gramedia PIM kemarin hanya dialog tentang kepenulisan dan jumpa penggemar saja.
Waduh, saya nggak pernah nyebut nama hotelnya secara lengkap lho! 😀 Tapi memang iya, saya juga heran Google Map kok bisa nyasar begitu 😦
Iya, kemarin ke Jakarta terakhir sudah tanya teman, eh … tapi orang Jakarta sendiri belum tentu tahu hotel yang bagus dan murah lho, secara orang yang tinggal di Jakarta kan justru nggak pernah nginap di hotel di Jakarta 🙂
400 ribu terlalu mahal untuk hotel bintang satu? Iya juga sih …. Tapi meskipun cuma bintang satu, kamarnya lumayan bagus kok. Lagipula, saya males cari-cari hotel lain lagi 😦
Salam kenal juga, Mas Arman …
wow….speechless neh
kalau pejabat makin lama
makin ketahuan bakat korupsinya,
kalau mbak tuti
semakin lama, semakin kelihatan
kelihatan dan pamornya yg mencorong….
btw, mbak enny begitu baik,
karena tutinonka juga org yg baik…
kebaikan pasti diganjar kebaikan
mantaaaap…..maju terussss
Tuti :
Pamor saya itu cuma sementara kok Bang, dapet bias dari seleb yang duduk di samping saya aja. Begitu sendiri lagi, mati deh pamor saya … gelap kayak bulan gerhana 😀
Mbak Enny memang sangat baik, maka saya senang sekali bersahabat dengan beliau, supaya bisa belajar menjadi baik juga 🙂
Abang sendiri, orang baik juga kan? Percaya deh … 🙂
This is the beauty of Blogging …
Dari awal sampai akhir saya membaca postingan ini …
Saya tersenyum terus Bu …
Persahabatan Bu EDRatna dan Bu Tuti hangat sekali …
Waktu itu Ibu EDRatna sempat sms saya … mengajak ketemuan di PIM … (yes indeed … betul kata Imelda … ini “my playing ground”).
Saya menyesal sekali tidak bisa kesana Malam itu …
eniwei …
Sukses untuk 24 sauh …
Sehat dan Bahagia selalu untuk Bu Tuti juga Bu Enny dan Yoga …
Salam saya
Tuti :
Om, kalimat Om “This is the beauty of blogging” itu yang selalu menyemangati saya untuk bertemu dengan teman-teman lho … 🙂
Bu Enny memang selalu ramah dan hangat kepada siapa saja. Saya beruntung menjadi salah satu orang yang dianggap sahabat oleh beliau.
Nggak apa-apa Om nggak bisa datang malam itu di Gramedia. Lain kali diganti aja dengan mentraktir saya di La Piazza kalau saya pas ke Jakarta lagi, ya Om? *ngelunjak.com*
Terimakasih atas dukungannya untuk 24 Sauh, Om … 🙂
salam saya juga
Senang sekali membaca postingan ini. Padahal malam itu saya sedang kosong loh…
Ha ha ha…
Selamat buat 24 Sauh nya….
Tuti :
Terimakasih Bang Hery 🙂
Loh, memangnya Bang Hery tinggal di Jakarta? Wah, apa saya yang sudah pikun ya …. 😦
Saya jadi semakin kepengen ketemu Bu Enny nih Bu Tuti…wah-wah…bertiga bisa senada gitu ya bajunya? pakai dress code nih, hehehe…
Kali ini, kopornya nggak terbawa pesawat lain lagi kan Bu?
Saya sempat ngubek-ubek toko buku kok belum ada 24 Sauh ini…. kecewahh dehhh….. 🙂
Tuti :
Memang menyenangkan sekali berbincang dengan Mbak Enny. Jadi kalau suatu saat Nana ke Jakarta, coba saja kontak Mbak Enny. Selama beliau tidak sedang ada acara lain, pasti dengan suka cita akan menemui Nana.
Iya tuh … bajunya kok bisa senada, terutama saya dengan Yoga. Padahal nggak janjian lho … 🙂
Alhamdulillah, kali ini kopor saya selamat, cuma agak kotor dan lecet sedikit … hiks! 😥
Iya memang, “24 Sauh” baru ada di Jakarta, itupun tidak di semua toko .. hiks … hiks! Enggak tahu tuh distribusi Erlangga kok payah banget 😦
bu Tuti makin banyak aja kopdarnya, asyik ya bu
makin kenal makin sayang kan
Tuti :
Iya Mbak Monda, kalau ada kesempatan, saya selalu meluangkan waktu kopdar dengan teman-teman. Memang, sesudah kopdar pertemanan jadi lebih dekat. Kapan ya kita bisa kopdar? 🙂
Tuti
Kapan launching 24 sauh, sepertinya seru dan penulis atau komentatornya juga seru-seru, semoga ga ketinggalan kalau pas launching. Sekali-sekali pengin nonton yang berbau seni, rasanya hari-hari penuh dengan masalah teknis yang membosankan.
Ani R
Tuti :
Ani, launchingnya sudah tanggal 1 Februari 2010 yang lalu di Jakarta. Wah … telat ya. Tapi nggak apa-apa, masih ada kesempatan lain kan. Semoga.
Ya, teman-teman baik sekali, mau menuliskan komentar di sini. Terimakasih untuk semuanya 🙂
salam,
Tuti
salam kenal..
Tuti :
Salam kenal juga
ud brapa karya tulis y ud diterbitkn…?
[…] kebetulan … Salah satu Teman maya saya … Ibu Tuti Nonka, narablog dari Yogyakarta … seorang penulis cerpen kondang pada jamannya, rupanya mengenal […]
Tere, dalam usia yang masih sangat muda sudah menjadi anggota DPR RI, memang suatu prestasi.
keren..keren..keren…!!!!
Tuti :
Memang … keren! 🙂
[…] Tuti Nonka : ASTAGA, JAKARTA LAGI Ini tentang peluncuran Buku “24 Sauh” yang salah satu penulisnya adalah ibu Tuti. […]