MEMORABLE MOMENTS …
Alhamdulillah … akhirnya Pemerintah mengumumkan bahwa Iedul Fitri tahun ini jatuh pada hari Minggu, 20 September 2009, sehingga umat Islam di seluruh Indonesia dapat merayakan lebaran pada hari yang sama. Segala heboh dan hiruk pikuk perbedaan tanggal yang sempat mencuat, sirna dalam gema takbir yang mengagungkan Tuhan. Allahu Akbar!
Minggu pagi, saya dan suami sholat Ied di halaman Masjid Jami’ Karangkajen. Ini adalah kali pertama masjid yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumah saya tersebut melaksanakan sholat Ied. Biasanya kami sholat di lapangan Kompleks Green House, sekitar 500 meter dari rumah. Karena Masjid Jami’ lebih dekat, kami memutuskan untuk sholat di sana, sekalian ‘ganti suasana’ dan ‘survei lokasi’.
Sungguh menyesal saya lupa tidak membawa kamera ataupun ponsel, sehingga tidak bisa mengabadikan suasana sholat. Padahal ada beberapa moment yang sebenarnya menarik untuk difoto, seperti anak lelaki kecil umur 2 tahunan yang ganteng dan lucu sekali memakai baju koko dan kopiah, atau induk ayam dan lima anaknya yang dengan santai mencari makan di samping saya …
Selesai sholat, kami ziarah ke makam ayah dan bunda saya yang terletak persis di belakang masjid. Di pemakaman ini juga disemayamkan Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Pahlawan Nasional. Makam ayah bunda saya hanya berjarak sekitar 5 meter dari makam Kyai Haji Ahmad Dahlan. Untung suami saya membawa ponsel, sehingga bisa memotret di makam.
Bapak dan Ibu tercinta, semoga Allah memberi tempat yang terbaik bagi Bapak Ibu berdua di sisiNya …
Ayah dan bunda saya dimakamkan dalam satu lubang. Ayah wafat tahun 1967, bunda saya berpulang tahun 2008. Setelah 41 tahun terpisah, akhirnya beliau berdua kembali bersama …
Selesai sholat, kami satu RW syawalan di Masjid Syakirin. Ini masjid yang juga hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumah saya. Kami selalu menyempatkan diri untuk hadir pada acara syawalan RW, karena inilah kesempatan untuk bertemu muka dengan seluruh warga se-RW. Yah, meskipun tetap saja banyak yang tidak saya hafal namanya, terutama dari kalangan anak-anak muda (bukti menyedihkan bahwa saya kurang bergaul dengan tetangga … hiks!)
Dulu, sesudah syawalan RW biasanya saya dan suami langsung sungkem kepada ibu saya. Jarak rumah kami dengan rumah ibu hanya 10 menit saja dengan mobil. Baru kemudian kami ke rumah orang tua suami saya, yang jaraknya sekitar 15 menit (lihaaat … betapa asyiknya tinggal di Yogya, karena segalanya begitu dekat!). Mendahulukan sungkem kepada ibu saya ini bukan karena saya selalu mau menang sendiri, tetapi karena sungkem di rumah ibu saya biasanya tidak terlalu lama, sementara di rumah ibu mertua bisa berjam-jam, sehingga yang sebentar didahulukan dari yang lama. Tetapi karena sekarang ibu saya sudah tiada, maka kami langsung ke rumah ibu mertua.
And … the party started here!
Sebagaimana yang pernah saya ceritakan, di rumah ibu mertua saya selalu ada lapat dan ketupat ketan, makanan khas Melayu. Saya tak pernah masak makanan ini, dan selama hampir 24 tahun selalu numpang makan di rumah mertua, bahkan membawa pulang untuk dimakan di rumah … hahaha! Suatu ketika adik-adik ipar saya ‘gemas’ melihat kelakuan tak elok kakak iparnya, dan meminta saya yang gantian masak, tapi saya konsisten emoh masak (haiyah, konsisten kok untuk kemalasan!). Akhirnya mereka ‘menghukum’ saya untuk menyediakan nasi kebuli sebagai hidangan seluruh keluarga besar di malam lebaran. Ini sih saya oke saja …. soalnya saya tinggal telepon katering langganan saya yang sudah biasa masak nasi kebuli … hahaha!
Ini adalah lapat paling menderita yang pernah saya jumpai : diikat erat seluruh badannya! Adik ipar saya mengaku, waktu membuat lapat itu ia sedang kesal pada suaminya … huwa!!
Sambal goreng ayam ini dibuat dari ayam mati (yee … kalau ayamnya hidup, sudah lari dong!)
Ketupat ketan ini direbus dengan santan kental, sehingga gurih berminyak, dan dimakan dengan rendang … nyam … nyam …
Sebenarnya saya dulu pernah pandai masak (hei, serius nih … jangan ketawa!). Masa-masa kejayaan saya terjadi sekitar lima belas tahun lalu, ketika saya masih rajin masak segala macam lauk, dan … hmm, lumayan tidak bikin orang mules. Lalu ketika saya jadi semakin sibuk, asisten rumah tangga saya latih untuk memasak. Ternyata dia bisa, dan mulailah saya resign dari jabatan ratu dapur.
Kelamaan tak menyentuh cobek dan pisau, membuat saya sekarang malas masak …. hiks! Apalagi saat ini di Yogya sangat banyak rumah makan dengan berbagai sajian yang mak nyuss, tinggal pilih sesuai selera. Apalagi (nah, ini!), sekarang ada blog tempat saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengekspresikan tulisan nggak genah saya. Masak? Oh, nooo!!
Sebelum makan-makan, seluruh keluarga berkumpul untuk melakukan sungkem kepada dua ibu (dua nenek bagi para cucu). Ibu yang pertama adalah ibu mertua saya, dan ibu yang kedua adalah adik ibu mertua, yang juga tinggal di Yogya. Sungkem dimulai oleh kakak ipar tertua. Cium tangan, cium pipi, lalu permohonan maaf, doa dan harapan saling diucapkan antara ibu dan para putera. Peluk dan cium pipi juga dilakukan antara saudara dan saudara ipar, tetapi tidak dengan ipar yang berlawanan jenis.
Kakak tertua mengawali sungkem kepada adik ibunda (kiri) dan ibunda (kanan). Acara sungkem ini sering diiringi oleh isak tangis dan deraian air mata …
Sebagian dari pasukan Al Mudra. Salah satu kakak tahun ini tidak bisa mudik karena baru saja mendapatkan cucu baru. Meskipun berseragam, abg-abg yang bersimpuh di depan itu bukan anak panti asuhan …
Keluarga suami saya (tujuh bersaudara) adalah keluarga para pembanyol, dengan berbagai gaya, metode, dan triknya masing-masing. Maka kalau sudah berkumpul, yang ada adalah tawa dan tawa. Saya sendiri sebenarnya pendiam dan cenderung serius (sumpe!), jadi kalau sekarang agak suka cengengesan, itu karena sudah terkontaminasi oleh gen Al Mudra (yee … melempar tanggung jawab!)
Horeee!!! Oom MAM bagi-bagi amplop untuk semua keponakan! Hei, periksa dulu amplopnya, ada isinya apa nggak?
Hari lebaran adalah puncak dari segala kelelahan. Setelah berpuasa selama sebulan, stamina mulai menurun (alhamdulillah Tuhan memerintahkan puasa hanya sebulan, bukan tiga bulan terus-menerus …). Menurunnya stamina ini terutama disebabkan oleh jam tidur yang jauh berkurang, apalagi bagi yang terbiasa tidur larut. Seperti saya misalnya, tidur jam 01.00 dini hari, bangun sahur jam 03.00, berarti baru 2 jam tidur. Kalaupun sesudah sahur tidur lagi dari jam 05.00 sampai jam 07.00 (yang mustahil dilakukan oleh para pekerja kantoran), maka total waktu tidur hanya 4 jam. Jika hanya terjadi sehari atau dua hari, mungkin tubuh masih tak terpengaruh. Tapi kekurangan tidur terus-menerus selama sebulan, memang cukup menurunkan stamina.
Persiapan menjelang lebaran, terutama untuk ibu-ibu, juga sangat menguras tenaga. Bersih-bersih seluruh rumah, masak untuk keluarga maupun untuk hantaran kepada sanak-saudara, menyiapkan segala keperluan untuk suami dan anak-anak, apalagi kalau pembantu sudah mudik, whoaa …. itu betul-betul bisa membuat pinggang seperti dipelintir menjadi angka 8!
Bangun pada jam 04.00 pagi pada hari Iedul Fitri, tulang-belulang saya serasa rontok, otot berlepasan, dan nyawa hilang separuh. Setelah pelan-pelan memunguti tulang belulang yang tercerai-berai dan menyusunnya kembali menjadi rangka tubuh, mengumpulkan otot dari segala penjuru dan melekatkannya ke tulang rangka, dan menemukan kembali separuh nyawa saya yang hilang, baru saya bisa bergerak.
Tetapi semua kelelahan itu sebanding dengan kebahagiaan dan kegembiraan merayakan hari yang penuh berkah, hari yang menghantarkan kita kembali pada kefitrian, pada kesucian diri. Semoga saja penyucian yang dijalani selama sebulan ini dapat dipertahankan hingga Ramadhan tahun depan. Insya Allah.
Selamat Iedul Fitri, Minal ‘Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Selamat hari lebaran bu Tuti. Minal Aidzin wal Faizin. Taqabalallahu minna wa minkum. Mohon maaf lahir dan batin. Sampaikan pula ucapan lebaran saya pada mas MAM.
Lebaran kemarin saya di Jogja. Malamnya ke Surabaya untuk berlebaran bersama ibunda. Karena pembantu di Surabaya baru pulang hari Sabtu, saya di Surabaya sampai Sabtu lalu pulang ke Jogja. Pekerjaan besar sudah menunggu. Adik-adik saya sudah pada pulang lagi ke rumah masing-masing.
Tuti :
Maaf lahir batin juga Pak Eko. Kayaknya saya banyak salah deh, soalnya sering ngerjain Pak Eko … 🙂
Wah, lebaran di Surabaya? Menggantikan tugas pembantu? Emang Pak Eko bisa masak, nyapu, dll? Kalau memang bisa, saya mau lho Pak, meng’hire’ panjenengan … hehehe … tapi nggak kuat bayarnya …
Pekerjaan besar yang menunggu itu apa Pak? Job baru menggantikan pembantu juga? Qiqiqi 😀
Sudah hampir selesai ya Pak disertasinya. Saya tunggu kabar promosi doktornya (dan syukurannya tentu :D)
selamat idul fitri Ibu.. mohon maaf lahir dan batin..
jadi ingat waktu simbah saya masih sugeng, selalu ada acara sungkeman… n pasti ada air mata yg berlinang, dan cilakanya saya pasti dpt urutan paling bontot, lha anak ragil dari anak ragil he..he..
tp indah sekali moment itu 🙂
Tuti :
Selamat Idul Fitri juga Bro, maaf lahir batin juga …
Wah, Bro Neo anak ragil to? Sama Bro, saya juga anak ragil. Memang anak ragil itu selalu pinter-pinter, ganteng dan ayu kayak kita ya (hahahah! kate siape?)
Sekarang simbah sudah ‘seda’ semua ya Bro? Ya sudah, sungkem sama saya aja … 😀
Mbak
Selamat Idul Fitri, Mohon maaf lahir batin ya.
Aduh kepengen makan ayamnya tuh. Kalau lapat itu, bentuknya mirip dengan burasa dari makassar. Ngga tahu rasanya sama atau ngga.
Jadi mbak bawa nasi kebuli ya? masih ‘ngebul’ ngga waktu bawanya hehhehe. Biarlah buatan katering, kan disuruh bawa, bukan disuruh masak hiihihi.
Saya di sini cuma bisa ngebayangin masakan khas lebaran aja. Mau masak opor, kok udah bosan. Yang lainnya juga kalau pedas, anak-anak tidak bisa makan. Akhirnya saya sempatkan buat kue Afrikaans aja (cake pakai vla+ muisjes)
EM
Tuti :
Maaf lahir batin juga Mbak Imel …
Saya belum pernah makan burasa, nggak tahu rasanya seperti apa. Kalau lapat, terbuat dari beras, direbus dengan santan, rasanya asin-gurih. Bahkan tanpa lauk apa pun, lapat sudah enak dimakan.
Kalau nasi kebuli, Mbak Imel sudah pernah makan? Nasi ini berbumbu rempah yang cukup tajam, dimasak dengan minyak samin, pakai daging kambing. Lauknya adalah semur daging, sambal goreng hati/daging, dan acar matang.
Sekarang parcel lebaran juga banyak yang sudah bukan makanan kering lagi, tapi berupa cake, tart, dan kue-kue ‘besar’ dari bakery. Kemarin kami menerima kue tart coklat yang enak sekali (padahal biasanya saya kurang suka coklat, karena di lidah saya rasanya terlalu manis).
Pengin nyicicipi kue Afrikaansnya Mbak … 😀
laah mbak Tut, saya jadi berderai2….
lebaran saya disini tahun ini ngga sholat, ngga dapat informasi dimana sholat yg selalu pindah2 tiap tahun itu,
telp. mesjidnya “not in service”… hubby ga bisa skip dari kerjanya … (dia harus kerja lembur hari minggu ini)
Untung dua sobat saya (dua2 nya lain agama) menyediakan diri menemani saya.
Mau ke konsulat jauh … harus nyebrang laut dan perjalanannya paling ga 5 jam …. (sambil nunggu ferrynya).
pasti terlambat juga.
Jadi tiap saya baca blog yg cerita ttg lebaran, airmata saya langsung berderai.
looh koq malah curhat…..
Tapi saya menikmati bersama sobat2 saya…..walau cuma ber 4.
Tuti :
Waah, yang berderai-derai itu tawa atau air mata, Mbak?
Memang susah ya kalau tinggal di luar negri, dimana lingkungan berbeda agama, adat, dan kebiasaan dengan kita. Untung ada sahabat2 yang baik hati, yang mau menemani Mbak Wieda. Mbak cerita nggak kepada sahabat2 Mbak tentang lebaran di Indonesia? Kalau ada video atau foto-fotonya, mungkin asyik juga ya cerita kepada mereka, agar mereka lebih paham lagi betapa haru birunya hati Mbak Wieda (terus bisa nemenin nangis, gitu … hihihi … ). Eh, katanya Mbak Wieda ditemani dua sahabat, kok di akhir komen ditulis ber 4?
Semoga tahun depan bisa sholat Ied ya Mbak. Mungkin harus lebih gencar cari informasi tempat sholatnya 🙂
“…anak lelaki kecil umur 2 tahunan yang ganteng dan lucu sekali memakai baju koko dan kopiah…” itu, Daffa Bude,,,
Tuti :
Waah … betul sekali, Daffa. Memang mirip sekali dengan Daffa. Kirimin Bude foto Daffa yang pakai baju koko dan kopiah ya … 🙂
Sugeng Riyadi, Bu! Wah kisahnya seru dan… Eh kok ponakannya Pak MAM manis2 hahahaahha!!!
Tuti :
Maturnuwun Mas DV. Ponakannya Pak MAM manis-manis? Wooo … jebul masih punya perhatian pada yang manis-manis juga to? (ya iyalaah … kalau yang asem buat Mbak Joyce aja yang lagi ngidam 😀 )
Hahahaha… *hush ngakak, pdhal belum sikat gigi*, Aseli postingan ini lucu, geli dan jenaka. Pengen semua dicmnt! ;D ..
Ngelirik cogan 2thn, bersilahtrmi dgn induk ayam, “dihukum” masak, dan baru tau deh ibu dosen ini seperti puzzle anakku! Lha, bisa bongkar-pasang tulang belulang hwahahahaha…
Hari ini bakal mesem2 trus ingat Bu T! Dan setulusnya, Mohon Maaf Lahir Batin, maafkan jika ada salah kata, salah comment dan salah ketik! *mikir angka 8 dan pinggang yg terplintir…*
Tuti :
*Yang belum sikat gigi harap ngakaknya ditutup handuk!*)
Hehe … untung yang dilirik cogan umur 2 tahun ya Mbak … kalau cogan umur 20 tahun, ganjen dong saya 😀
Halaman masjid tempat sholat ied itu memang berbatasan langsung dengan rumah penduduk, dan karena tanggal 1 Syawal sudah nggak puasa, maka induk ayam itu pagi-pagi sudah menggiring anak-anaknya mencari sesuap nasi … (eh, kalau sesuap nasi, kekenyangan ya si ayam 😀 )
Sama-sama Mbak Henny, saya juga mohon maaf lahir batin kalau suka ngerjain teman-teman yang komen di blog saya 😀
Selamat Idul Fitri Bu Tuti, mohon maaf lahir dan batin…
Ehm… jadi juga nih makan lapat-nya, berasa sampai Kweni enaknya, hehehe… 😀
Kami justru merasa santai di Lebaran kali ini, tidak perlu sungkeman ke rumah ortu ataupun mertua. Lha wong jauh di Sumatera sana jhe… Makanya, kemarin sehabis syawalan di Kweni, kamipun memutuskan untuk bersilaturrahmi ke “teman lama” di Gembira Loka, hahaha…. 😀
Tuti :
Selamat Iedul Fitri juga Da, maaf lahir batin juga …
Wah, mestinya Uda sekeluarga kemarin saya undang ke rumah ibu mertua saya ya, supaya bisa makan lapat rame-rame 😀
Lebaran bersilaturahmi kepada ‘teman lama’ di Gembira Loka? Mereka masih ingat Uda ya? 😀 Saya sudah lama sekali tidak kangen-kangenan dengan ‘teman-teman lama’ itu … Lain kali kalau ke Gembira Loka lagi, sampaikan salam saya ya Da 😀
Met Lebaran Ibu…Maafkan anakmu ini kalau ada salah2 kata ya…siapa tau pernah salah ngomong atau salah comment…Maaf lahir batin ya ya Bu 😉
btw…sholat IEdnya khusyuk gak? kok masih sempet2nya liat ayam nyari makan di samping…hehehehehe…btw bagi2 dunk masakan lebarannya untuk anak kost…anak kost yg satu ini gak mudik bu 😦
Sekali lagi…Selamat Hari raya Idul Fitri ya Bu, maaf lahir batin…semoga Allah memerikan limpahan pahala Ramadhan kita…Amin….
Tuti :
So pasti lah Ri, sebagai ibu yang baik, saya selalu memaafkan anak-anak saya (apalagi yang manis-manis kayak Ria 🙂 ). Sebaliknya juga ya Ri, sebagai orang tua, saya juga minta maaf kalau ada salah-salah kata. Maklumlah, orang tua yang sudah pikun, peyot, dan rabun kayak saya, sering salah berperilaku … 😦
Yee … sholatnya khusuk dong. Lihat ayamnya waktu ndengerin khotbah sesudah sholat. Saya liatin terus tuh ayam, soalnya khawatir tiba-tiba … crot! 😀
Aduuh … kacian anakku yang nggak mudik ini. Udah gitu, tinggal di tengah ‘Duri’ lagi. Ati-ati ya, ntar ketusuk … 😀
Amin do’anya ya Ri, semoga Ria sukses jadi anak kost … eh, sukses jadi bos!
Selamat Idul Fitri, mohon maaf atas segala kekhilafan.
Mbak, di rumah ibu dulu, makanan pas malam Lebaran ada lepetnya (mungkin namanya jadi lapat untuk bahasa Minang). Makan ketupatnya saat Bada kecil, atau Lebaran ketupat, yaitu setelah Lebaran (Idul Fitri).
Setelah tinggal di Jakarta, pas Lebaran masakannya ketupat, opor, sambal goreng ati dll….pernah buat lepet (isinya ketan dicampur kelapa dan kelapa muda di iris2), tapi anak2 tak suka, jadi ya yang makan saya sendiri.
Kali ini Lebaran di Bandung, sholat Ied dihalaman SMK persis dibelakang rumah saya. Selesai sholat langsung halal bil halal dengan warga satu RT, yang menyelenggarakan gantian….setelah itu baru masing-masing ke rumah keluarga yang lain. Karena sudah tak ada ayah ibu, juga ayah ibu mertua, Lebaran saya tetap di rumah (Bandung atau Jakarta), biasanya adik-adik yang datang karena saya anak sulung, demikian juga suami.
Tuti :
Selamat Idul Fitri juga, Mbak Enny. Maaf lahir batin atas segala kesalahan …
Lapat yang saya ceritakan itu beda dengan ‘lepet’ yang diceritakan Mbak Enny. Kalau ‘lapat’ ala Sumatera ini, terbuat dari beras, direbus dengan santan dan diberi sedikit garam, jadi rasanya gurih-asin, tidak hambar seperti lontong atau ketupat. Dimakan dengan irisan labu air dan kentang rebus, ditambah sambal goreng ayam dan kari ayam.
Mbak Enny dan suami sama-sama anak sulung to? Pak Trijoko itu anak bungsu ya. Saya juga anak bungsu, jadi sampai kapan pun, selalu kena giliran menyambangi saudara yang lebih tua … 🙂
[…] Alhamdulillah … akhirnya Pemerintah mengumumkan bahwa Iedul Fitri tahun ini jatuh pada hari Minggu, 20 September 2009, sehingga umat Islam di seluruh Indonesia dapat merayakan lebaran pada hari yang sama. Segala heboh dan […] Go to Source […]
Bu Tuti, selamat Idul Fitri ya. Mohon maaf lahir batin. Tuh ketupatnya kok kayaknya menggoda iman begitu ya! Udah diisi ketan, direbus pakai santan kental pula 🙂
Tuti :
Ternyata yang bisa menggoda iman bukan cuma bisikan setan, tapi ketupat juga ya 😀
Iya Kris, ketupat ini memang beda dengan ketupat Jawa yang terbuat dari beras (dan rasanya hambar). Ketupat ketan ini gurih-asin, dan dimakan dengan rendang yang gurih pedas … wooh, memang nyam-nyam … 😀
Mbak tutiiiii…koq saya nggak kebagian ketupat dan angpaw nya??? kenapaaaaaaa?
(tapi biarlah itu nggak penting kan)
۞۩۞ تقبل الله منا ومنك ۞۩۞ Selamat hari raya idul fitri 1430 H Minal aidzin wal faidzin Mohon maaf lahir dan batin
here’s hoping that we all shall be enlightened by the almighty, and forgiven for our wrong doings! Ameen, May Allah bless us all.
best regards,
Pakde
Tuti :
Pakdeee ….. kebagian kok ketupat sama angpawnya, tapi diambil sendiri ke Yogya ya … 😀
Selamat Idul Firi juga Pakde, mohon maaf lahir batin ya …
salam dari Yogya,
Tuti
Angpaw …
hahaha … ini lah indahnya …
BTW … senang sekali melihat keluarga besar berkumpul ya Bu …
Thema nya pun (sebagian) Putih … cerah …
Salam saya Ibu
Tuti :
Om, bagi-bagi angpaw nggak? Ini niih … yang di Yogya, nungguin 😀
Iya Om, berkumpul dengan keluarga besar adalah saat-saat yang membahagiakan. Apalagi keponakan-keponakan sudah remaja, bahkan ada yang sudah menikah, jadi tambah ramai dengan cucu-cucu …
Salam lebaran ya Om 🙂
Waaaah bunda lebarannya seru banget (baca: makanannya TOP :P) hehehehe
Selamat hari raya Iedul Fitri 1430H ya bunda 😉
Mohon maaf lahir dan batin.
btw, blog mengalahkan masak yah 😉 hihihi
keren !
Tuti :
Maaf lahir batin juga ya Ka 😀
Iya nih, masak kalah sama ngeblog. Sebelum ada blog, masak kalah sama jalan-jalan, membaca buku, nonton film, dll. Pokoknya, masak tuh kalah melulu … nggak pernah menang … hehe 😀
Btw bunda….
angpau buat saya manah?
Ngarep.com ^_^
hihii
Tuti :
angpaw buat Eka? Hwaa …. habis Ka. Kalau diganti bakpaw gimana ? 😀
aduh daripada angpau saya lebih milih bakpau loh mbak…
nanti dijemput deh bakpaunya 😉
EM
Tuti :
Waah … padahal isi angpaunya bisa buat beli bakpau satu becak lho Mbak, kalau cuma ditukar satu bakpau kan rugi … hihihi 😀
setiap taon saya selalu siapkan handycam utk rekam sholat bareng anak2 & istri ….
yg nggak ada taon ini, foto2 bareng keluarga besar krn tak mudik ke rumah ortu & mertua 😦
apa masih ada lapat yg menderita + ayam + ketupatnya … 🙂
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Wa Ja’alanallahu Minal ‘Aidin Wal Faizin
Lagi Gempa Lebaran
Yang mau tahu kondisi live jalan lewat kamera dari jalan mudik boleh mampir ke sini
-http://richocean.wordpress.com/2009/09/21/video-live-malam-hari-pertama-situasi-jalan-lebaran-idul-fitri-1430h-jalur-utara-%e2%80%93-selatan-jawa-merak/
-http://richocean.wordpress.com/2009/09/21/video-live-malam-hari-pertama-situasi-jalan-lebaran-idul-fitri-1430h-jawa-tengah-%e2%80%93-solo/
Yang mau mudik naik mobil pribadi boleh mampir ke blog saya
-http://richocean.wordpress.com/2009/09/15/tips-mudik-mobil-pribadi-bandung-malang-lewat-jalur-tengah-jawa/
Buat rekan2 yang mau berikirim2 ucapan Idul Fitri, boleh mampir ke tempat saya,
-http://richocean.wordpress.com/2009/09/14/kirim-sekarang-ucapan-idul-fitri-anda/
atau jika sempat main ke blog saya ttg wisata alam:
-http://richmountain.wordpress.com/wisata/rizqi-firdaus-agro-wana-widya-wisata-1/
salam kenal 😆
Tuti :
Quote : setiap taon saya selalu siapkan handycam utk rekam sholat bareng anak2 & istri ….
Looh … jadi Mas Richo nggak ikut sholat, ngrekam pake handycam doang? 😀
Lapat yang menderita sudah nggak ada Mas, soalnya sekarang lapatnya sudah bahagia 😀 , ayam matinya sudah dikubur (jadi sambal gorengnya nggak ada lagi), dan ketupat ketan tinggal bungkusnya di kantong sampah 😦
Terimakasih info lebarannya Mas (numpang promosi ni yeee …. 😀 )
Jangan kau gulung sajadahmu, meski Ramadhan tlah berlalu, krn ibadah tak mengenal waktu, met idul fitri
Tuti :
Kalau sajadahnya dilipat, boleh kan? Biar nggak kotor. Ntar kalau mau sholat dibuka lagi, gitu … 😀
Selamat Idul Fitri juga, Mas Rizal
Yah… saya berharap… kepada saudara-saudari Muslim dan Muslimah termasuk saya sendiri, mudah2an moment idul fitri ini dapat digunakan sebagai penerus spirit Ramadan, dan bukan hanya sekedar ritual-ritual idul fitri yang hanya sekedar hura-hura dan lain sebagainya….
**halaah kok nggak pantes ya aku kalo ngomong serius**
Tuti :
Setuju, Mas Yari. Semoga segala kebaikan yang kita lakukan pada bulan Ramadhan lalu dapat kita lanjutkan pada bulan-bulan mendatang ini.
** halah, bukannya Mas Yari justru selalu ngomong berat, ilmiah, dan serius? **
Mohon Maaf Lahir dan Bathin dulu ah sebelum cuap2 n menyantap hidangan yang disiapkan oleh tuan rumah hehehe…
waduh, klo ngomongin masalah makanan utama pada hari lebaran…
tentunya semua pasti tertuju sama ketupat…
kayanya lebarang kurang sreg n kurang ofdol tanpa makan ketupat…
ketupat sudah seperti makanan wajib pada hari lebaran…
walaupun terkadang ibu saya hanya buat ketupat saja tanpa ada lauk dan juga sayurnya…
memang ketupat yahud banget deh…
Mantap banget…
apalagi klo pake sayur soun n opor ayam…
ga bakalan bosen deh…
yang pasti, Hidup Ketupat hehehe….
Iklan Gratis
Tuti :
Mas Iklan, panjenengan ini lagi iklan ketupat opo piye? 😀 😀
ngaturaken sugeng riyadin.. kaliyan mbok menawi wonten lepat kulo.. atur maaf kageng segala kalepatan kulo..
(bener nggak ya bahasanya .. lha wong saya wong etanan je ..hihihi)
Tuti :
Bahasanya bener kok Mas, cuma kurang tepat … 😀
Nggak apa-apa, dimaklumi wong Suroboyo, beda karo priyayi Yogya 😀
Ngaturaken sugeng riyadin ugi Mas Kartiko, kupat duduhe santen, menawi wonten lepat nyuwun pangapunten ….
met lebaran Mbak Tuti
yang baik hati……
maaf atas segala kekhilafan,
ke mana aja kok
gak nampak2,
masih lebaran terus ya ?
btw, kalau masih
ada tersisa kue
lebarannya
kirimin dong……
🙂
Tuti :
Selamat lebaran juga Bang Mike 🙂
Mohon maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan. Kayaknya saya banyak salah nih, suka ngerjain Abang … 🙂
Lho, saya nampak terus kok Bang. Tapi kalau ngelihatnya dari Medan, yang nggak nampak, wong jaraknya ke Yogya ribuan kilometer 🙂
Kue lebaran masih banyak Bang. Abang pilih dulu ke rumah saya, baru nanti saya kirim ke rumah Abang … 😀
Bundaa…. lebarannya rame banget yaaak.. ngumpul sama ponakan-ponakan yg ga mau ketinggalan kebagian angpao.. hehehe…
MINAL A’IDIN WALFAIDZIN YA BUAT BUNDA TUTI DAN PAK MAM SEKELUARGA.. MET LEBARAN 1430 H.. MAAFIN SALAH-SALAH SAYA.. he he..
semoga lebaran-lebaran ke depan kita bisa silaturahmi terus walaupun lewat dunia maya.. amiinnn… 🙂
Tuti :
Yuyun, iyaa … lebarannya rame banget (dan capek juga 😦 ). Yang saya ceritain di atas baru lebaran hari pertama dengan keluarga MAM, belum lebaran hari kedua dan ketiga dengan keluarga saya dari pihak ayah dan pihak ibu, belum lebaran dengan teman-teman. Pokoknya cape deeeh …. 😀
Maaf lahir batin juga ya Yun, semoga lebaran tahun depan Yuyun sudah bisa menjalaninya bersama … ehm … masih nunggu undangan nih 😀
* Selamat Idul Fitri juga…..Syahdu dan sakral sekali suasana keluarga besar dirumah mertua mbak Tuti ya…
* Hmmm…nyam, nyam nyam uenaak sekali hidangan lebarannya tuh, untk menu lebaran sih paling asyik dengan pura-pura gak tahu mengenai KOLESTEROL dan ASAM URAT.
* Selamat memulihkan stamina kembali…….
Tuti :
* Ya, suasana di rumah keluarga besar mertua saya diawali dengan syahdu, tapi diakhiri dengan ketawa haha-hihi … maklum semuanya suka bercanda 😀
* Kolesterol? Asam urat? Hm … untuk sejenak, forget it … 😀
* Untuk memulihkan stamina, ditunggu kiriman suplemennya, Mas Karma 🙂
hahaa… curiga nih kalau pake amplop ntar isinya dikit. kekekekk…
asyiknya acara berlebaran ala mbak tuti. bersama ponakan-ponakan yang udah pada gede, pasti rame banget deh. tapi hati-hati jangan kebablasan buka puasanya lho, mbak. jaga kesehatan setelah keramaian usai.
selamat merayakan idul fitri buat mbak tuti dan keluarga. mohon maaf lahir dan batin. taqabbalallahu minna wa minkum.
Tuti :
Biarpun dimasukin amplop, nggak bisa ngasih sedikit, Mbak Yulfi … lha wong keponakan-keponakan itu sudah pada berani komplain je …. kalau kurang dari standar ‘tarif’, bakal digugat ke mahkamah keluarga … hihihi 😀 (*bercanda*)
Nggak kok, saya bukanya sedikit-sedikit saja. Dan puasa ini berat badan saya turun 3 kg … lumayan kan? 🙂
Selamat Idul Fitri juga Mbak Yulfi, maaf lahir batin dan selamat menikmati lebaran bersama keluarga.
Mohon maaf lahir batin Bu Tuti. Barangkali ada komentar saya yang tidak berkenan.
Btw, kalau dari foto, lapat itu seperti bacang ya. Dibungkus daun terus diikat tali. Terus, kupat ketannya persis yang dibuat mami saya dan banyak ditemukan di Medan.
Mengenai angpao, tahun ini yang lagi ngetrend kayaknya udang pecahan 2.000-an. Tapi tidak semua senang menerima uang baru ini. Ponakan saya yang sudah kelas 3 malah komplain karena angpaonya banyak berisi uang 2.000-an. Padahal anak sebesar itu sudah mengenal arti uang.
Tuti :
Sama-sama Bang Hery, saya juga mohon maaf lahir batin, pastinya banyak jawaban komentar, atau komentar saya yang terlalu bercanda dan mungkin tidak berkenan di hati Bang Hery.
Lapat seperti bacang? Mmm … nggak juga, Bang. Kalau bacang kan ada isinya (daging) ya? Kalau lapat hanya berisi beras saja, tapi direbus dengan santan dan dikasih sedikit garam, jadi rasanya gurih.
Hwaaa … kalau keponakan-keponakan saya nggak mau lagi uang Rp. 2.000-an Bang. Maunya yang biru (50 ribu) atau merah (100 ribu). Beugh, bikin bangkrut oom dan tantenya … haha … 😀 Tapi senang kok, wong ngasih angpaonya juga cuma setahun sekali pas lebaran …
Selamat Idul Fitri, Bu Tuti…
maaf lahir batin ya Bu…
aduh, baca postingan ini jadi mesam-mesem sendiri, ketawa sendiri dan ngiler sendiri melihat foto-foto hidangan itu..(sayang cuma foto, mbok ya di dobel klik langsung muncul nyata gitu…) trus kalau Klik kanan muncul angpaw….
hihi…ngimpi…
wahhh…rame banget nih lebarannya Bu…meriah banget kayaknya…
Tuti :
Maaf lahir batin juga, Nana 🙂
Hahaha! Dobel klik langsung muncul makanan nyata, dan klik kanan muncul angpaw? Saya juga mauuu kalau ada yang bisa gitu (mau antri ngeklik, bukan pasang yang di-klik 😀 )
Iya, lumayan lebarannya rame. Ini belum semua diceritakan, yang bersama keluarga saya dan teman-teman belum ditulis nih …
Selamat idul fitri dan mohon maaf…
Tuti :
sama-sama Mas Deni, saya juga mohon maaf …
Selamat Idul Fitri 1430 H
Minal aidin wal faizin
Mohon maaf lahir dan batin
salam hangat dari Surabaya
Tuti :
Selamat Idul Fitri juga, Pakde
Mohon maaf lahir batin juga
Pripun kabare Suroboyo? 🙂
Selamat idul fitri Mbak, mohon maaf lahir dan batin. (maaf hampir telat dah H+6).
Wuih kayaknya lebaran kali ini aku nggak bisa merasakan gurihnya itu ketupat. Jadi pengin.
Tuti :
Selamat Idul Fitri juga Mas Nur, nggak apa-apa, belum telat kok 🙂
Tapi kalau pengin merasakan gurihnya ketupat, ya sudah telat 🙂 Mudik ke Ponorogo ya?
Assalamu’alaikum,
Memorable moments – nya yang mana Bu ? Numpang makan 24 jam, bawa pulang makanan atau ……………
SELAMAT IDUL FITRI 1430 H. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.
Taqabbalallahu minna wa minkum.
Salam buat seluruh keluarga
mbak tuti … maaf lahir batin.
yang menarik lapat dan sambal goreng ayamnya … lezaaat …
saya beberapa kali mendatangi syawalan … dimana-mana opor dan lontong …
Eh, tau2 awake pegel … kolestrol naik … dasar awak tuwa … he..he..he….
Tuti :
Mbak Dyah, maaf lahir batin juga 🙂
Besok kapan-kapan saya antar lapat dan sambal goreng ayam ya (haiyah! wong saya nggak bisa masak gitu lho … 😀 ). Memang betul, masakan lebaran itu sarat lemak … lha wong itu yang bikin enak dan lezat jee … Harus siap dengan obat penurun kolesterol Mbak … 😀
MBak Tuti, Mohon ma’af lahir bathin juga yach….
Hem makanan pada sa’at lebaran memang selalu ditunggu2 karena selalu ada menu khas andalan para keluarga.
Kalau dirumahku lebaran kemarin sempet ada “model & tekwan” mbak, sayang saya nggaks sempet foto2, karena rada sibuk nyiapin ini & itu pas saudara2 pada berkunjung.
Karena menu yang dibuat oleh saudara yang lain berbeda kita2 bisa saling barter, hahaha….
Wah-wah Mas MAM bagi2 ampau lebaran yach….pasti event ini yang selalu ditunggu para keponakan, hehehe….asyik abis makan enak dapat ampau…bisa buat beli2 sesuatu nich, hahaha….
🙂 🙂 🙂
Best regard,
Bintang
Tuti :
Maaf lahir batin juga, Mbak Elinda.
Betul … lapat, ketupat ketan, dll itu memang cuma disediakan di hari lebaran saja. Entah kenapa ya. Padahal di hari-hari lain sebenarnya bisa juga bikin mkanan itu.
Hari kedua lebaran, dan seterusnya, biasanya kami makan yang segar-segar, seperti soto, dll yang berkuah bening, soalnya hari pertama sudah makan yang berlemak dan bersantan kental. Nah, ‘model dan tekwan’ juga empek-empek itu termasuk yang seger-seger Mbak, enak sekali disantap sesudah jenuh dengan makanan yang bersantan.
Sudah jadi kebiasaan memang, bagi-bagi angpaw pada hari lebaran. Kriteria keponakan yang dibagi angpaw adalah yang belum menikah dan belum bekerja … 🙂
salam hangat,
Mbokde….I’AM BACK (halahhhh)
Selamat Iedul Fitri, Minal ‘Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin yahh..
*Cium tangan*
maafkan ananda ini kalo ada comment2 yang kurang enak dan menyesatkan..
hehehehehe
*amlop isi duitnya mannna??*
Tuti :
Iya deh, aku juga mohon maap lair batin, njobo njero, kiwo tengen, nduwur ngisor …
Cium tanganku? Nggak lagi pilek to, Dhal … 😀
Amplop isi duit? Sejak kapan kamu jadi keponakanku? (*bingung*)
Iya Bu, udah 2 kali panitia Masjid Jami’ Karangkajen ngadain Shalat Ied. Wah tahun 2009? Ada beberapa dokumentasinya lho ini diambil di grup Karangkajen di fb:
http://www.facebook.com/group.php?gid=59706439554&v=photos&so=0.
Kan dibikin dokumentasi pakai video cam jg tho 🙂 Wkt itu Ibu lg dmn?
Iya, biasanya di lapangan tennis Green House. Sebenarnya lebaran kemarin (2010) mau ke Green House soale kangen aja, kan Jum’atan jg di Masjid Jami’ jadi bosen gitu. Eh pas mau nyabrang kok ya orang2 pada berjalan ke Masjid Jami’ ya? Kupikir udah telat yg di Green House. Akhirnya ya balik lg ke Masjid Jami’ hehe..
Ternyata kok orang2 pada lbh suka di Masjid Jami’ terutama yg tinggalnya di Jl. Sisimangaraja. Padahal kl ke Green House kan sama jauhnya ke Masjid Jami’ 🙂
Lha Ibu sendiri pas Shalat Ied kmrn dmn? Di Masjid Jami’ bkn?
Tetangga saya, Widya ini: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=105632286117286&set=t.59706439554 dan keluarganya setelah shalat Ied tidak lupa berkunjung ke makam ayahnya di belakang Masjid Jami’.
Makam kakek dan paman saya juga disitu. Tp saya lbh memilih silaturahmi bersama keluarga kemarin.
Makanan khas melayu yg saya kangenin Lemang Tape (tapi Org Minang menyebutnya lamang tapai). Seneng aja klo ada Ibu2 lewat dpn rumah sambil teriak “Lamang Tapai…”.
Eh salah ya jadi Lamang Tapai itu khas Sumbar? Yg khas melayu itu Kue Jala. Makannya sama kuah rendang.
Tuti :
Waktu sholat Ied tahun lalu di halaman Masjid Jami’, saya di bagian jamaah putri … 🙂
Iya deh, nanti saya lihat dokumentasinya di fb. terimakasih informasinya ya …
Sholat Ied tahun ini saya kembali ke lapangan tenis Green House. Soalnya tahun kemarin merasa kurang nyaman di halaman Masjid Jami’. Terlalu sempit, dan tanahnya nggak rata, kurang bersih juga. Mungkin karena tahun kemarin baru pertama kali dipakai, jadi masih belum begitu siap ya?
Rahmat asli dari Karangkajen, atau pendatang dari Melayu? Saya suka kue jala juga. Kuahnya bisa kari daging atau kuah manis …