WAKTU BERLARI TANPA KOMPROMI
Apa yang akan terjadi dengan diri kita 30 tahun ke depan? Sudah pasti tak ada seorang pun bisa meramalkannya. Yang jelas, jika diberi usia panjang, saya akan menjadi nenek-nenek. It’s ok, semoga kelak saya menjadi nenek yang sehat, masih produktif, dan masih cantik …. hehehe …
Waktu 30 tahun berlalu tanpa terasa. Tiga puluh tahun yang lalu saya lulus SMA, dan tanggal 24 September kemarin saya bertemu lagi dengan teman-teman SMA dulu dalam sebuah reuni. Ada yang berubah, ada yang tetap. Yang berubah ada yang semakin cantik, semakin ganteng, semakin gemuk, semakin kurus, semakin tua. Hebatnya, ada juga beberapa teman yang hampir tidak berubah, penampilannya masih sama seperti 30 tahun yang lalu. Barangkali mereka adalah para pemburu air ajaib yang kalau dipakai untuk mandi akan membuat awet muda, atau pemilik mesin waktu sehingga bisa melawan putaran waktu yang membuat usia bertambah …
Tak banyak foto yang saya miliki waktu SMA dulu. Waktu remaja saya memang nggak begitu suka difoto, karena waktu itu saya kayak barbel : gemuk, pendek, item, jelek, culun … bleh, pokoknya cermin dan foto adalah musuh bagi saya. Lha kok sekarang, sesudah semakin tua, malah jadi narsis pol? Itulah wolak-waliking jaman ….
Foto di bawah ini dibuat tahun 1979 di sekolah, bersama dua sahabat saya. Pada waktu itu sekolah saya, SMA Negeri I Yogyakarta (SMA paling top se Yogya, sumpe!) sedang merayakan Hari Kartini, jadi kami semua diharuskan memakai pakaian daerah.
Oke, saya akan membuat sayembara dengan foto di bawah ini (Yaelaah … ini jenis narsis apa lagi? Emang ada yang peduli pada wajah jelek saya 30 tahun lalu? Plis deh … !).
Yang manakah diri saya? Tiga penebak jitu pertama akan mendapatkan hadiah …. mentraktir saya makan malam … hahahah !
Para bloger senior (senior umurnya loh, bukan senior keblogerannya), mungkin masih ingat, pada tahun 1978 tahun ajaran baru dirubah dari bulan Januari menjadi bulan Juli. Kalau tidak salah, pada waktu itu yang menjabat Menteri Pendidikan adalah Daud Yusuf. Maka, semua murid dari SD sampai SMA mengalami perpanjangan masa sekolah selama setengah tahun. Seharusnya saya lulus SMA pada Desember 1978, mundur setengah tahun menjadi Juni 1979.
Lalu selama setengah tahun itu kita ngapain? Ya tetap sekolah, dengan materi tambahan yang pada waktu itu diistilahkan dengan ‘pengayaan ilmu’. Saya bisa membayangkan, betapa sibuk dan pusingnya para guru pada waktu itu, karena harus menyiapkan materi tambahan secara mendadak, yang tidak ada dalam kurikulum sebelumnya. Konon, alasan perubahan tahun ajaran baru itu disesuaikan dengan tahun ajaran baru di luar negri, sehingga anak-anak yang akan melanjutkan sekolah ke luar negeri tidak kehilangan waktu. Halaah … padahal berapa banyak sih anak Indonesia yang mampu melanjutkan sekolah ke manca negara? Begitupun, nyatanya kebijakan itu berlaku sampai sekarang, tidak pernah dirubah lagi oleh menteri-menteri berikutnya. Hebat, Pak Daud Yusuf!
Semester ‘pengayaan ilmu’ itu akhirnya berjalan dengan santai, lha wong tidak ada target apa-apa, sekedar mengisi waktu. Itulah sebabnya, pada April 1979 sekolah kami berpesta-ria dengan merayakan Hari Kartini. Semua murid dan guru harus memakai pakaian daerah, lalu kami mengadakan pentas seni, bazar, dan sebagainya.
Kebaya dan kain batik yang saya pakai adalah hasil pinjaman dari kakak, yang dulu dipakai kakak saya waktu ia menikah. Saat itulah untuk pertama kalinya saya memakai sanggul, dengan rambut disasak seperti sarang burung emprit (kalau sarang burung walet mah mending, mahal euy … ).
Ini bukan rombongan lenong yang mau ngamen, tapi teman-teman kelas 3 IPA 2 di depan sekolah. Saya nomor 3 dari kiri.
Nah …. setelah 30 tahun, bagaimanakah suasana pertemuan dua hari yang lalu itu? Sebagian teman sudah beberapa kali bertemu sebelumnya sehingga sudah tidak pangling lagi, tapi sebagian yang lain benar-benar baru bertemu lagi setelah berpisah selama 30 tahun. Acara ‘tebak wajah’ ini cukup seru juga, karena ketika akhirnya mengenali seorang teman yang sudah sangat berubah penampilannya, maka sorak kegembiraan menjadi ekspresi yang biasanya muncul.
Saya cukup surprised banyak teman langsung mengenali saya (padahal saya merasa dulu sama sekali nggak nge-top … ). Dan berbunga-bunga ketika beberapa teman mengatakan saya tak banyak berubah (maksudnya awet muda, gituh … wakaka, ge-er !!). Yang lupa kepada saya, biasanya langsung ngeh ketika teman yang lain mengingatkan, “Nonka, cerpenis …”Β Ternyata, nama saya dulu lebih ngetop dari wajah saya … hahaha! Padahal, itu nama palsu.
Foto bersama adalah acara wajib dalam reunian seperti ini. Dan perempuan-perempuan seksi (seksi = seket kurang siji = limapuluh kurang satu = 49 tahun) ini pun bergaya tanpa malu-malu, malah bikin malu anak cucu …
Awaas … ! Yang jongkok akan susah berdiri. Maklumlah, tulang hampir setengah abad. Aduh Tari, maafkan diriku menutupi wajah cantikmu. Sungguh mati bukan karena aku iri, tapi karena tak tahu kau kurang tinggi …
Nuri, Tunjung, Tuti, Tiwi, Susi, teman sekelas yang dulu suka tukar contekan … hihi! Loh, emang nggak ada teman laki-laki yang hadir? Oh, banyak, tapi mereka lagi melongo menyaksikan betapa hebohnya (dan centilnya) emak-emak ini …
Jaman dulu belum ada fotokopi, sehingga mencatat pelajaran dari papan tulis masih menjadi acara wajib. Nah, saya sering diminta untuk menuliskan catatan guru di papan tulis untuk disalin teman-teman. Katanya sih (dan saya percaya) tulisan tangan saya bagus (haiyah!). Pak Guru Matematika pernah mengatakan, tulisan saya seperti huruf mesin ketik. Repotnya, karena di kelas saya menulis di papan tulis, maka saya harus menyalin kembali di rumah dengan meminjam catatan teman.
Sayangnya (atau untungnya?) waktu SMA dulu saya tak pernah pacaran dengan teman satu sekolah, sehingga pada acara reuni seperti ini tak akan menemui sensasi CLBK (cinta lama bersemi kembali). Segitu jeleknyakah saya dulu, sampai nggak ada teman laki-laki yang naksir? Aduh … melas temen awakmu, nduk …
Eh, tapi sebenarnya ada teman yang pernah mencoba mendekati saya lho (ciee!). Anaknya pendiam, agak culun, dan kayaknya belum pernah pacaran. Suatu ketika, dia tanya, boleh nggak datang ke rumah. Sudah pasti saya jawab boleh. Masak mau main saja nggak boleh, sombong amat! Yang tidak saya sangka, dia datang pertama langsung pada malam Minggu. Haduuh, gimana sih? Mbok ya main pada hari biasa dulu, selidiki dulu saya masih ‘kosong’ apa sudah punya gandengan. Kalau bunga cantik ini (holoh … holoh … ) memang masih jomblo, baru ngapel malam Minggu. Lha ini, tanpa ba-bi-bu langsung datang malam Minggu.
So, apa yang terjadi di malam ‘nahas’ itu? MAM, yang waktu itu sudah jadi pacar saya, langsung menghadang dengan tanduk dan taring terpasang (eh, emang ada makhluk yang punya tanduk dan taring dua-duanya?). Saya merasa sangat bersalah pada teman sekolah itu, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Habis, masak waktu dia tanya boleh nggak datang ke rumah, saya musti jawab ‘Jangan, aku sudah punya pacar’. Bisa-bisa saya dijawab, ‘Emang gue naksir elo? Ge-er amat!’ . Apa nggak nggeblak saya karena malu?
Yeah, waktu berlari tanpa kompromi.
Kemarin saya bertemu lagi dengan teman yang dulu itu. Dia tanya, ‘Kamu jadi nikah dengan yang dulu itu?’. Saya tak punya pilihan selain menjawab ‘Ya’. Begitulah. Saya hanya pacaran satu kali, menikah satu kali, dengan orang yang sama. Hah! Padahal dunia tak selebar daun kelor (tahu nggak sih, daun kelor itu selebar apa? tak lebih dari seruas jari, sodara-sodara …).
Tiga puluh tahun bukan waktu yang singkat, pasti. Apa yang masih tersisa dari sebuah pertemanan yang telah terlewatkan sekian lama? Beberapa sahabat yang dulu memang dekat, dengan sangat mudah akan menemukan kedekatan itu kembali. Dan tak tertutup kemungkinan, yang dulu sebenarnya tidak dekat, justru sekarang menjadi dekat karena menemukan kesamaan dan kecocokan.
Persahabatan tak mengenal kata terlambat untuk dimulai …
Kisah yang Indah…
Salam kenal Mbak, ditunggu kunjungan baliknya.
Tuti :
Terimakasih, Mas yang rajin belajar (pasti dulu nggak pernah bolos ya … π )
Salam kenal juga, segera berkunjung ke tempat belajar π
(maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!
Tuti :
Silahkan. Perlu bantuan Densus 88? π
ternyata kurang cepet. maklum koneksi milik CDMA.
ha..ha… kalau saya baca buku diary atau lihat foto2 saya dan teman2 zaman jadul saya pengennya tertawa ngakak. Nggak pernah menyangka hari ini akan begini. Makanya gak berani memprediksi besok gimana.
Tuti :
Nggak papa Mas Al(amendah), menempati posisi runner up juga bagus kan π
Kalau nggak berani memprediksi besok gimana, minta ditemenin Mama Laurent aja … π
Wah….seru banget ini!!
Saya baca postingan belakangan, yang pertama dan utama adalah melototin foto-fotonya dulu….hehehe….sambil nebak-nebak…mana ya, Bu Tuti?
Reunian setelah tiga puluh tahun? wah, saya nggak kebayang reuni dengan teman-teman SMA setelah tigapuluh tahun nanti. Lha wong “asal” reuni cuma segelintir teman SMA aja heboh begitu. padahal br 13 tahun lho..
Entah bener atau nggak, kok rasanya para perempuan memang lebih getol untuk reunian ya? dan biasanya lebih heboh! (Bapak-bapak kebagian geleng-geleng kepala).
Kalau reunian begitu, yang seru adalah mengenang kejadian-kejadian lucu (dan memalukan) yang terjadi di sekolah dulu, waktu diceritakan kembali, masih aja bikin ger-ger-an..lebih bagus lagi kalau si oknum pelaku sampai malu dan bersemu merah pipinya…huaaa…makin jadi bulan-bulanan deh…eh, tapi nggak semua begitu ding, semakin dewasa, orang juga semakin “nggenah” kok sikap dan bercandanya…
Bu Tuti bahagia banget di foto hehehe….
Tuti :
Lah, kok jadinya malah nggak ikut nebak foto, Na? Nggak pengin dapet hadiah po? (*nggak lah yaw, wong hadiahnya disuruh nraktir … hihi* π )
Memang betul, yang getol reunian biasanya adalah perempuan. Maklumlah, dari sononya perempuan memang suka kumpul-kumpul, ngobrol-ngobrol, kangen-kangenan. Lihat aja, mana ada arisan bapak-bapak, yang ada juga arisan ibu-ibu π . Laki-laki kayaknya juga jarang merindukan sesama teman lelakinya, nggak kayak perempuan yang bisa kangen-kangenan sampai tujuh hari tujuh malam. Bukti lain, di dunia maya yang suka kopdar juga adalah para bloger wanita (hallo Mbak Imel, Mbak Enny, dua ratu kopdar kita ini π ).
Betul, paling seru dalam reunian adalah mengenang kembali cerita-cerita lucu jaman dulu. Tapi kalau reuni sudah berlangsung berkali-kali, cerita seru jaman dulu itu lama-lama akan habis juga, sehingga harus diciptakan bahan obrolan ‘baru’ yang hangat agar pertemuan tetap seru, tidak ‘mati api’ …
Saya kelihatan bahagia di foto? Kirain, kelihatan cantik … qiqiqi π
* Berarti saya seangkatan mbak Tuti, acr yg sama reunian TRI DASA WARSA juga kami laksanakan hari Rabu 23 Sept di Indramayu, tapi khusus III IPA 1 & 2 thn 78/79 (SMAN Indramayu)…skrg SMAnya sudah bernomor-nomor.
* Terimakasih mbak, saya ikut hanyut dgn untaian cerita diatas, krn ya spt itulah kenyataannya, apalagi ada 2 guru yg sempat hadir…teman2 ada yg tambun, ada sdh full uban rambutnya, ada yg tetap terlihat fresh, juga ada yg sekalian undang2 akan mantuan bulan depan (mumpung kali….).
* Ternyata asyik juga bisa kumpul teman2 apalagi yg baru sempat ketemu ya mbak, memory lucu yg sdh terlupakan mampu dirangkai kembali…..
* Waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan…30 Tahun yang akan datang??? Wallahualam…….
Tuti :
* Wah … kita se-angkatan ya. Kalau gitu, mestinya panggil nama aja langsung, nggak usah pakai ‘mbak’ atau ‘mas’ π
* Betul, kebanyakan teman memang sudah berubah penampilannya (ya iyalaah … 30 taon!). Bahkan ada beberapa teman yang sudah meninggal π₯ Beberapa mau mantu, beberapa sudah punya cucu, tapi ada juga yang baru mau nikah (lagi) … π
* Paling asyik adalah ngerjain teman yang dulu pacaran dengan sesama teman satu angkatan, wah … bisa dikerjain habis tuh π
* 30 tahun ke depan, format komunikasi antar manusia seperti apa ya? Pastinya blog, fb, dll sudah ketinggalan banget. Wah, nggak bisa ngebayangin …
di foto yg bertiga dg kebaya dan sanggul itu bunda pasti yg di tengah kan.. ya ampuun.. ndut bangeett.. hehhee.. cantik euy.. π
senangnyaaa yg reunian ibu-ibu tapi tetap semangaattt.. π
asikkknyaa.. hehe..
Tuti :
Saya ndut bangeeets? Hiks π₯ …. tega nian Yuyun bilang saya ndut … tapi manis kan? Iya kan? Awas kalau bilang nggak π
Begitulah ibuk-ibuk, sukanya kumpul, makan, ngobrol … Habis, mau ngapain coba? Mosok nebang pohon, nggali pasir, atau ngangkat truk … π
Ihhh si mbak bikin tebak-tebakan tapi dijawab sendiri di foto berikutnya hahaha. Ya jelas di foto yang bertiga mbak yang tengah duongg… Aku menang loh, jadi nanti dicatet kalau kita ketemuan aku yang musti nraktir ya hihihi.
Perpanjangan setengah tahun… aku alami juga mbak, kalau 1978 berarti waktu saya masih SD tuh.
Saya SMA, juga ngga (boleh) pacaran mbak. Lagian di sekolah kami perempuan semua, jadi musti cari di ladang tetangga, alias PL atau Canisius yang laki-laki semua. Nah! di kelas dua ketemu deh “someone”, tapi karena tidak satu sekolah jadi lewat surat-suratan aja tuh mbak hehehe. Dan kemarin wkt saya pulkam sempet ketemuan loh…. tapi sama istrinya sekalian hihihi.
Biar sudah mau seket, yang penting narsis ya mbak….hehehe
EM
Tuti :
Hwaaa …. iya ya, clue tebakannya sudah dikasih, jadi pasti ketebak deh (eh, tapi sebenarnya memang disengaja, biar ketebak dan ada 3 orang yang bakal mentraktir saya … hihihi π )
Kalau saya, SMPnya yang cewek semua. Tapi sekolah yang muridnya satu jenis itu ternyata malah kurang bagus, soalnya siswa jadi cenderung bandel dan ‘berani’ (mungkin karena ‘napsu’nya tidak tersalurkan … hihihi π ). Pada waktu kelas 1 SMA, saya sangat canggung bergaul dengan teman pria, nggak tahu ‘harus gimana’ gitu … π
Eh, itu isteri ‘ex someone’ tahu nggak tentang ‘the old story’ antara Mbak Imel dengan suaminya? Kalau dia tahu, bisa jealous dong … hihi
Betul Mbak, biarpun sudah se-k-si (seket kurang siji) yang penting narsis dan ada yang mau di’narsis’i π
hihihi si mbak dibahas,
si isteri tau banget lah mbak, kan dia adalah sahabat yang jadi tumpahan curhat kemudian jadi isterinya. Jadi tahu banget tentang saya hihihi.
Tapi baik-baik aja kok mbak. Kalo menurut saya malah CLBK itu adalah yang paling sulit untuk berkembang. Karena masa lalu kan tinggallah sejarah dan tidak bisa beradaptasi lagi dgn masa sekarang sehingga menjadi selingkuhan misalnya. hihihi
EM
Tuti :
Wah … hebat dong kalau sang isteri tahu, dan nggak cemburu … Pe-de abis dia ya. Atau mungkin pura-pura aja nggak cemburu?
Kalau menurut pengalaman … eh, pengamatan saya (soalnya saya nggak punya pengalaman), CLBK bisa juga menyala lagi dengan hebat loh! Mungkin tergantung dulu putusnya gimana. Kalau dulu sebenarnya masih cinta, tapi karena satu dan lain hal terputus, apalagi sekarang kurang bahagia dengan pasangan, CLBK bisa berbahaya.
Tapi memang, banyak juga CLBK yang cuma tinggal kenangan, dan kesetiaan ‘penderita’nya pada pasangan sekarang tak tergoyahkan. Yaah … namanya juga manusia, macam-macam ceritanya …
Mbak Imel kayaknya termasuk golongan yang kedua … tak tergoyahkan oleh CLBK. Ya iyalaah … wong sudah ada Mr. Gen yang ganteng abis gitu (loh, kok saya muji suami orang? Hihihi …. π )
Hahaha…
Hihihi…
Wakakaka..
Kikikik…
Owh.. gemuk, pendek, item itu barbel ya, kirain pantat kuali
Saya nebak photo yg tengah buk.
kalo bener nraktirnya di warteg aja ya, gak biasa makan di resto hihi..
Tuti :
Hahaha … hihihi … hehehe …. π π π
Gemuk, pendek, item, dan berat, itu barbel 5 kg, yang diangkat satu tangan itu lho … kalau pantat kuali kan enteng …
Yuhuiii … kamu pemenang ketiga Ta, sesudah Nana dan Mbak Imel. Sip, siip! Wartegnya dimana, ayuk kita berangkat π
Bu Tuti… ternyata kita satu almamater!!! cuma beda 15.5 th masuknya, tp beda 15 th lulusnya saya lulus th 94 ibu…
pasti seru sekali reuninya…. lha wong narsisnya aja di bawah tulisan “jer basuki mawa beya” he..he…
btw th alumni sgitu ada yg masih kenal gak ya?? kalo gak keliru di sekitar tahun-tahun itu ada ketua OSIS yg initialnya GBS ya?
Tuti :
Bro Neo, ternyata kita nggak cuma sama-sama anak bungsu (dan sama-sama cakep & pinter … ) tapi juga sama-sama alumnus SMA Negri I Yogya, sekolah paling hebat sak Yogya … ! Jangan-jangan, lama-lama akan ketahuan kalau kita sama-sama keturunannya Mbah Anu … Ayo dilacak silsilah kita tujuh turunan ke atas dan tujuh turunan ke samping … π
Wah jaan, Bro Neo ini orang Yogya asli, masih bisa baca huruf Jawa ‘honocoroko’. Hebat! Lha saya malah nggak merhatikan tulisan di atas ukiran itu jee … π Itu tempatnya di Gallery Saptohudoyo, Jl. Solo depan Bandara.
Sebenernya tahun 2005 kami pernah reuni yang lebih besar khusus angkatan 79, diadakan di SMA, dan yang datang sekitar 100 orang (dari 6 kelas). Ketua OSIS yang inisialnya GBS? Waduh, angel kuwi le ngeling-eling, Bro. Saya tahunya GBU jee … God Bless U π
aih… asyiknya reuni seperti itu. apalagi setelah 30 tahun. wuih… bukan waktu yang singkat itu bu tuti. berarti panitianya mantap banget bisa ngumpulin orang-orang yang sudah tidak bertemu selama 30 tahun…
berarti bu tuti dan bang mam adalah pasangan yang benar-benar setia ya… sekali dan untuk selamanya, hahaha… π
ya, bu tuti benar, bahwa reuni sangat mujarab untuk menghangatkan kembali pertemanan yang sudah terjalin tahunan lalu dan bahkan dapat mengakrabkan yang dulu tidak akrab. saya juga pernah merasakannya….
Tuti :
Iya Da, rasanya amazing bisa ketemu teman yang sudah 30 tahun tak berjumpa. Ini terwujud antara lain berkat jasa fb, selain jaringan di antara teman-teman yang sudah terjalin sebelumnya melalui berbagai media.
Tentang saya dan MAM, doakan semoga abadi selamanya ya Da. Saya kenal pertama tahun 1977, menikah tahun 1985. Jadi sudah hampir 32 tahun saling mengenal. Istilahnya, sudah tahu isi perut, isi dada, dan isi kepala masing-masing (maksudnya usus, jantung, dan otak … π )
Soal reuni, agar pertemanan lama itu tetap selalu fresh, harus diberi ‘muatan’ baru. Soalnya, kalau cuma berdasarkan pada kenangan lama, lama-kelamaan akan habis juga sensasinya …
Postingan Bu Tuti selalu menarik. Penuh dengan canda. 30 tahun waktu yang panjang untuk melihat perubahan pada seseorang. Pertanyaan saya: apakah kondisi teman2 saat ini sudah terprediksi 30 tahun yang lalu. Misalnya: oh teman ini jago bidang ini, pasti nanti jadi anu. Atau, misalnya: si anu agak lelet, eh sekarang malah jadi pengusaha. Dsb…Mungkin menarik untuk jadi kajian psikologi. He he….
Tuti :
Hehe … terimakasih Bang. Ternyata semua orang suka bercanda ya π
Kalau dulu sih, 30 tahun yang lalu, saya tahunya cuma : teman-teman saya itu pinter-pinter semua. SMA saya adalah SMA paling top, siswa yang masuk ke situ adalah juara-juara dari berbagai SMP bukan saja di Yogya, tapi banyak dari kota-kota lain. Di kelas, saya termasuk ranking menengah ke bawah … ihiks π¦
Dari SMA N 1 masuk ke perguruan tinggi negri, khususnya UGM, cuma seperti naik kelas saja, karena hampir semuanya sukses masuk ke UGM. Kalau tentang bakat masing-masing … wah, dulu belum ada tes psikologi massal ya π
waow…… reuni memang membuat kita tertarik ke masa lalu, semuanya, -kecuali kulit yang telah keriput tentunya- seperti terulang kembali……
saya masih muda, perjaka, ganteng lagi buk (hoek)… jadi belum pernah menghadiri reuni manapun, kecuali makan-makan diluar dengan teman SD bisa disebut reuni….
wah, sudah lama saya tak mampir ke blog ibuk tuti ini (kayak dah sering baca aja, padahal baru dateng 3 kali)
mampir juga lah ke langit tempat saya bernaung buk … kalau kopi bisa diselipkan di blog, maka ibuk akan saja jamu deh…..
hiihihi
Tuti :
Halo perjaka muda yang ganteng … uhuk … uhuk! (*terbatuk-batuk*)
Yang disebut reuni adalah ketemuan kembali dengan teman yang sudah lama berpisah, jadi makan-makan di luar dengan teman SD pun bisa juga disebut reuni. Nah, berkunjung kembali ke blog ini (untuk ke tiga kalinya), apakah bisa disebut reuni juga? Ehm … boleh deh π
Mampir ke langit tempat Mas Au(rora) bernaung? Waduh, naik apa ya ke langitnya? π π
Tapi insya allah saya akan segera naik ke langit, apalagi dijanjikan akan disuguh kopi, minuman kesukaan saya π
Itβs ok, semoga kelak saya menjadi nenek yang sehat, masih produktif, dan masih cantik β¦. hehehe β¦
>>>>huwaaahahaaa …. seperti Oma Daffa ya Bude Tuti??, karena nggak mungkin seperti Opa kan?, dan satu lagi Bude, jangan pensiun dulu ya, Daffa pengen jadi mahasiswamu Bude, Daffa mau meyerap habis semua ilmu Bude, kecerdasan Bude, kejenakaan Bude, kesabaran Bude, kecantikan Bude, eeee …. kegantengan Pakde daaaaannnn, semua harta Bude dan Pakde … hahahahahaaaa …. indahnya dunia ini! Aaaah, 30 years more … who am I ?
Tuti :
Allo Daffa … π
Bude percaya, oma Daffa cantik, pintar, baik hati, dan pasti sayang banget sama Daffa kan? Kenalin dong Bude sama oma Daffa, biar Bude bisa belajar dari beliau.
Bude nggak boleh pensiun dulu ya? Wadoow …. padahal Daffa masih luamaa untuk jadi mahasiswa. Kasihan Daffa nanti diajar Bude yang sudah nenek-nenek pikun … hehehe …
30 years later, you will be a smart, handsome, and nice gentleman, young boy!
Itβs ok, semoga kelak saya menjadi nenek yang sehat, masih produktif, dan masih cantik β¦. hehehe β¦
30 tahun yang lalu, Saya sudah bertugas 1 tahun di Bangkinang-Kabupaten Kampar Riau, apa tugas Saya?, sama seperti 31 tahun sesudahnya ( right now ) yakni “berbual” tentang matematika di depan kelas, didepan Siswa SMP. 31 tahun Saya “berjualan” matematika kepada sedikitnya 3.720 orang pembeli ( 3 kelas X 40 orang x 31 tahun ), banyak diantara mereka yang sukses dalam pendidikan mereka, ( dokter, ir, ekonom,,, dll, ada juga yang hari ini menjadi atasan Saya di Sekolah yang sama, bahkan Jadi Kadis Dikpora.
Saya memulai hari pertama Saya sebagai “pembual” pada bulan Februari 1978, ketika itu Saya Adalah “pembual” matematika pertama di sana, karena (mash ingat?), matemaktika baru dimulai th tsb secara nasional, setelah hampir dua tahun diujicobakan di berbagai sekolah diberbagai daerah.
Adalah Prof.Dr.Andi Hakim Nasution penulis buku teks matematika diknas tsb. Dan ada satu hal dari mulut beliau yang senantiasa Saya ucapkan melalui mulut Saya kepada Siswa2 Saya tiap tahun. apa itu?
Sungguh sangat segar masih dalam ingatan Saya, bahkan dalam ingatan banyak mantan siswa Saya, seperti pernah diucapkan seorang dokter spesialis , dan seorang geologist (dulu siswa Saya), “Pak Saya masih ingat pesan Bapak ” jika kantongmu belum terisi matematika, jangan kamu coba-coba pelajari Fisika”, demikian kata mereka dalam suatu kesempatan “chating”.
Saya menerima gaji pertama Saya ketika itu Rp. 8.500, ketika itu lagu “Pa Guruuuu,,,yang ini apa namanyaaa….” Oma Irama sangat terkenal, hingga selalu dinyanyikan orang bila melihat Saya lewat dekat mereka, menghibur??,,, menghina??? entahlah, yang penting Saya bisa dari gaji sekian itu Alhamdulillah Saya dapat membiayai adik Saya yang masih SMP ketika itu, dan Alhamdulillah sekali lagi, anak tertua Adik Saya itu diwisuda sebagai Sarjana Kedokteran, sekarang koAs.
Saya, orang kecil berpenghasilan kecil dengan cita-cita BESAR, besar? IYA bagi Saya sangat besar, apa itu? jadi camat, buapati, gubernur, menteri? ooo,,, tidak cita-cita Saya tak menyangkut jabatan/karier, tapi cita-cita itu “Mengatarkan anak2 ke pendidikan yang lebih tinggi dan lebih baik dari Saya dan Isteri Saya”, alhamdul;illah sekali lagi, 2 dari anak-anak Saya sudah Bekerja tanpa sempat menganggur bahkan seharipun. Yang pertama (Pi) lulus tes Dosen thn. 2005 ketika masih menjalani Program M.Sc di Universitas Putera Malaysia.
Asragfiruulah,,, ampuni Aku ya Allah, tidak bermaksud menyombong Ya Allah, bahkan ini adalah sebuah bentuk ekspresi Rasa Syukur kepada Mu Ya Allah yang maha mengetahui setiap yang tersembunyi. Aku tau Ya Rabb, tak satu partikelpun dalam tubuh kami yang luput dari monitoring Mu.
Tuti : tanpa terasa, didepan laptop ini, di depan Tuhanku air ini jatuh dan vahkan menambah kuah lontong yang belum siap Saya santap. Entah Mengapa PostinganMu begitu membuat Saya begitu antusias mengekspresikan jalan-jalan setapak yang pernah Saya lalui baik semasa sendiri maupun selalma mengayuh bersama Isteri.
Alhamdulillah yang berikutnya Putera Saya kedua Lulus Tes Perusahaan IT ( India/British) ~ 2 minggu setelah diwisuda sebagai Sarjana (IT) di ITS Surabaya dan bekerja di perusahaan Tsb. di Kuningan -Jak, setelah di godok di Pune – India ~ 6 bulan.
Maaf, Mbak Tuti, Saya terlanjur memanggil Ibu dengan “Tuti” saja tadi. Reuni?,,, Saya belum pernah ikut acara Reuni setelah 34 tahun meninggalkan bangku SMA, Saya sering mendengar akan ada Reuni SMAN Tg.Pinang,,, gimana yaaa… rasanya Saya merasa ,,, ap gitu…
Perpanjangan???, ya, Saya masih ingat, adalah seorang Menteri P dan K, yang meraup dua Nama Nabi menjadi Namanya. Menteri itu yang merubah jadawl libur Sekolah yang sampai hari ini masih terpisah Ramadhan dengan libur sekolah. Padahal ketika itu banyak sekali protes dan kritikan bahkan tudingan yang menganggap kebijakannya bertujuan memisahkan generasi muda Islam dari kesakralan ritual bulan Ramadhan. entahlah,,, nciik.. oiii.
Maaf Budi Tuti, Saya kok jadi lupa diri nih , tanpa terasa apa namanya ini, komentar kok rasanya lebih panjang dari yang dikomentari…. yang jelas akan ku ahiri dengan ucapan “Terimakasih Yang Luar Biasa Pada Bu Tuti “, Ibu adalah roh (bolg Sadam7) sekaligus Jatung Saya dalam ber”Blog”, Engkau yang pertama meniupkan roh dan menggerakkan jantung tersebut hampir dua thn yang lalu, hingga tiap detik detak jantung ini aku selalu ingat padamu,,,,, weleeehhh terobsesi 30 years ago.
That’s all, TQ so much for read what’s on my mind, regards.
Tuti :
Pak Ha-ha, bagaimana kalau saya sediakan kapling khusus untuk Pak Ha-ha, supaya Bapak bisa menulis di sini? π π
Saya sungguh terharu dan bangga membaca perjuangan dan kesuksesan yang telah diraih putra-putri Pak Ha-ha. Pastilah semua itu berkat kerja keras, kegigihan, kasih sayang, dan do’a tulus Pak Ha-ha dan Ibu.
Saya juga merasa tersanjung luar biasa, telah Bapak anggap sebagai roh dan sumber semangat dalam nge-blog. Wah, ini berlebih-lebihan Pak … pujian yang terlalu tinggi untuk hal-hal sederhana yang saya lakukan. Begitupun, saya mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya.
salam saya,
Tuti
SMA 1 boleh dicap Teladan tapi siapa yang nggak kenal SMA Kolese De Britto? Heheheheh … hidup De Britto! π
Tuti :
Yee … SMA paling top teuteup SMA N 1 Teladan, Don! Namanya aja SMA Teladan …
SMA Kolese De Britto? Ehmmm …. boleh juga. Sebenernya aku dulu juga mau masuk De Britto, tapi ditolak soalnya pakai rok … hihihi π
Hidup Teladan dan De Britto! π
mbak tuti …. mohon maaf semua salah dan khilaf … semoga ibadah kita diridhoi Nya.
halah …. foto2 jaman SMA nya seruuu tenan! Yang di foto bertiga … mbak Tuti yang ditengah to ?
btw, reuni … ketemuan teman teman jaman dulu pasti menyenangkan … dan tak terasa telah puluhan tahun yang lalu … pasti rebutan ngobrol sana sini …
Tuti :
Mbak Dyah, sama-sama …. saya juga mohon maaf lahir batin ya π
Iya, kebetulan saya masih menyimpan beberapa foto SMA dulu. Sampai albumnya sudah ganti beberapa kali, karena rusak dan jamuran (untung fotonya masih awet).
Betul Mbak, pada acara reunian seperti itu, semua orang sibuk rebutan ngobrol dengan teman-temannya sendiri, sehingga sulit sekali untuk meng-handle jalannya acara. Nggak ada yang mau mendengarkan MC … hahaha. Saya kapok jadi MC acara reuni … makan hati! π
foto pertama, Mbak Tuti
yang di tengah,
yang paling memesona
(benar kan, ditunggu hadiahnya)
btw, Mbak Tuti doeloe
dan nanti tetap sama saja,
tetap keyeeeen……
selalu ceria, optimis,
dan penuh humor nan intelek
tepatnya, Mbak Tuti
adalah perempuan yang
cantik luar dalam alias
istri yang salehah
(al-mar’atush-shalihah)
π
Tuti :
Abang betul, saya yang di tengah … π Tapi hadiahnya bukan dari saya Bang, justru Abang yang harus mentraktir saya makan malam. Hayo, kapan hadiahnya mau direalisir? Tapi di Yogya lho Bang, kalau saya yang harus ke Medan, mahal euy … π
Cantik luar dalam? Emang Bang Mike sudah pernah lihat ‘dalam’nya? π
Terimakasih sanjungannya Bang … jadi tersipu-sipu nih saya …. π
Dulu, 10 tahun yang lalu, teman2 SMA saya kalau diajak reuni pada menghindar … tapi sekarang, mereka pada berebut (halah) pengin dan ngotot minta digelar reuni… Saya tahu, 10 tahun yang lalu, seumuran kami memang sedang mencari jatidiri (halah lagi) merasa belum mantap secara ekonomi dan psikologis. Sekarang di saat umur sudah kepala 4 dan segalanya mulai mapan, maka mereka sudah lebih PD ketemuan dengan teman lama … benarkah analisa saya … ?
Tuti :
Analisa Mbak Ayik benar 10000% (wah … pakar analisis ilmu sosial nih π )
Sebagian teman yang mungkin merasa ‘kurang beruntung’ secara sosial dan finansial, memang cenderung enggan datang reuni. Padahal yang seperti ini semestinya nggak boleh terjadi. Tetapi tetap saja, dalam budaya masyarakat yang semakin materialistis, orang cenderung (sadar atau pun tidak) menilai seseorang dari kemampuan materialnya …
Nah, kalau Mbak Ayik paling getol reuni, berarti Mbak Ayik pasti sudah jadi selebriti top dong … π Selebriti dunia blog dan fb, maupun selebriti Karanganyar dan ndalem Badran π
Ooh.. baru tau nih, kalo gemuk pendek item ntu barbel … berarti kebalikannya ama barbie dong hehehehe …
Tuti :
Wakaka … betul, betul π
Wow…jadi bernostalgia nich mbak…seru banget…salut mbak Tuti masih simpan foto2nya dan masih kontak dengan temen2nya…wah2 pasti acaranya heboh dan seru dgn mengingat2 peristiwa lalu yang lucu2….
Hahaha…mbak saya ngebayangi temen mbak Tuti yang dulu sempet main kermh mbak Tuti itu & ketemu Mas MAM….Hihihi…pas ketemuan orgnya sa’at reunian pasti dia ikutan cekikikan bila inget peristiwa itu yach mbak, hahaha π π π
Best regard,
Bintang
Tuti :
Iya, memang seru sekali ketemu teman-teman lama. Apaalgi teman yang dulu sering barengan belajar, jalan-jalan, dan bikin kenakalan-kenakalan … hehe … Nggak terasa kalau sekarang sudah pada tua-tua …
Kalau teman yang itu, karena pada dasarnya orangnya pendiam dan serius, ya enggak pakai ketawa cekikikan Mbak, cuma senyum aja … π π
salam hangat,
wow..mbak Tut..reunion setelah 30 th?
aseek…bener2 aseek…..tebakan saya bener oiii photo pertama yg ditengah)
saya barusan nelp teman saya (yg 30 th an ga pernah jumpa)
dia janji datang mengunjungi saya di Canada…mbayangin aja udah seneng banget..
Tapi saya minta mereka datang th depan pas menjelang summer (biar ndak kadhemen)
mbak Tuti klo ke Canada mampir dan nginep di rumah saya yah???
Tuti :
Teman yang 30 tahun nggak jumpa mau datang? Waah … seneng banget ya Mbak. Kira-kira bakal pangling nggak? Cerita yang tertinggal selama 30 tahun pasti nggak bakal habis diceritakan dalam 30 hari ya … π
So pasti! Kalau saya ke Canada, pasti saya mampir ke tempat Mbak Wieda. Masalahnya adalah : kapan bisa ke Canada? hehehe … π
looh…saya terharu mbaca cerita pak Haswardi Hasan..
pak guru satu ini “Oemar Bakri” nya Iwan falls…
prof doctor insinyur diciptakan…..wowwwww….saya jadi ingin mengenal beliau….
Tuti :
Pak Haswardi pasti senang sekali kalau Mbak Wieda pengin mengenal beliau. Mampir saja di blognya …. tapi di blog tersebut beliau memerankan diri sebagai cucu kesayangannya yang baru berumur 2 tahun, Daffa. Lucu lho π
Aaadddooohhh …
Aku ketinggalan yang ini nih …
Aku cuma mau komentar …
1978 … Perpanjangan waktu itu aku masih kelas 3 SMP …
And yes … sekolah di eret-eret setengah tahun …
Ceritanya ada disini …
Tuti :
Iya Om, saya sudah baca cerita Om dieret-eret itu …. dulu waktu barusan diposting, malah sudah ningal komen juga. Dari posting itu juga saya tahu ternyata Om masih kecil (hah? kecil?) waktu saya SMA. Jadi, kayaknya sebutan kita ini nggak pas deh Om. Mestinya saya panggil Om dengan ‘dik’, dan Om panggil saya dengan ‘mbak’? Gimana … gimana …. setuju Dik Trainer? Qiqiqiqi π π
Ngintip jawaban teman lain …
mengenai foto pertama …
Ibu Tuti (-) K yang ditengah ???
Ah ndak percaya aku …
(lho ya ngeyel …)
Tuti :
Lho, kok ndak percaya itu pegimana to Om? Apa perlu tes DNA?
(Nggak percaya soalnya saya cantik banget ya Om, padahal sekarang ancur … π¦ )
ya empooot… 30 tahun yang akan datang…???
masih idup nggak ya…?
udah kaya nggak ya….?
udah sukses blom ya…?
kalo dah meninggal, bahagia nggak ya di alam sana…?
Mbak, aku sedih tapi juga cengengesan baca kisah Pak Haswardi diatas, (sampai air matanya nambahin kuah lontong…. hehehe… jadi asin dong, Pak…)
Jangan sedih, Pak.. toh, Bapak udah berhasil mengantarkan murid-murid Bapak menjadi orang sukses, dan punya anak-anak yang sukses pula. Itulah hadiah dari Allah untuk Bapak di dunia, ntar di akherat Insya Allah lebih dahsyat hadiahnya, Pak…(semoga!)
Berbahagialah Bapak karena telah menjadi manusia yang berguna untuk orang lain, itulah yg sebaik-baik manusia.
(halakh…kok sok tua begini… π )
Tuti :
Hihihi …. ketawa baca daftar pertanyaan Dewi untuk 30 tahun ke depan π
Yang jelas, 30 tahun ke depan blog Dewi pasti sudah dikunjungin jutaan orang … haha.
Wah, kayaknya Dewi jadi ‘jatuh simpati’ kepada Pak Haswardi nih. Mumpung masih lebaran, cepetan kirim parsel ke beliau, Wi!! Dekat kok dari pulau terpencil tempat Dewi tinggal (hihi .. π ), kan beliau tinggal di Pekanbaru.
wuahhhh…
gak terima kalo SMA 1 paling TOP
MOEHA donkkk π
masak sih foto pertama ibu yang tengah??bukannya yang baju kuning itu kan (mang ada??)
busyeettt nih ibu udah SMA, aku nembe lahir
:::Persahabatan tak mengenal kata terlambat untuk dimulai :::
afdhal like this (jempol)
Tuti :
Moeha? Woooh … Afdhaluddin ini alumni Moeha to? Pantes (pantes apanya? rada ‘gimana’ gitu … hihi π )
Bener Dhal, di foto itu aku memang make baju kuning, tapi berhubung dikarenakan oleh sebab tertentu, baju kuning itu dipinjam oleh orang dari partai tertentu, dan aku dipinjami baju merah milik partai tertentu, dengan alasan tertentu (*kok aku jadi ikut sinting ya?* )
Iya Dhal, jangan-jangan emakmu adalah teman SMAku … π
Mbak, tega banget ngomong jujur: “pulau terpencil tempat dewi tinggal” di depan masyarakat blogger begini….hiks..hiks..hiks… Pakai senyum lagi…
Aku kan malu, Mbak. Kmrn kan, aku ngakunya tinggal di New York…. Mana ngk bawa daun pintu (yg Mbak kasih kmrn) lagi tuk nutupin muka, cuman ada daun telinga doang…..
π¦
Yang benar bukan pulau terpencil, Mbak…
PULAU TERTINGGAL…hahahahaha…
jadi mikir: *kokbisayaakunyungsepddenganmalangnyadisini*
π¦
Tuti :
Hihihihi ….. π ma’aaap kalau kubilang Dewi tinggal di pulau terpencil. Kalau nggak salah ingat (kalau salah ya minta maap lagi) Dewi tinggal di Tanjung Uban kan? Ya ampuuun …. udah terpencil, ubanan lagi … hiks … hiks …!
Nggak apa-apa Wi, yang penting kan kalau liburan nginapnya di JW Marriot New York, belanjanya ke Paris, dan makannya ke Italy. Orang yang ngaku tinggal di Jakarta, belum tentu pernah nginjak JW Marriot Jakarta loh … (apalagi nginjak hotel itu pas dibom) π¦
Hehehe…fotonya lucu-lucu…walau pake kebaya masih sama, tapi kenapa ya model sanggulannya bisa beda?
Saat alumni teman seangkatan IPB, dan menayangkan foto lama..waduhh malunya…lha saya dan teman2 cewek masih bergaya pakai mini….hahaha…tak terbayangkan.
Tuti :
Model sanggulnya sama Mbak (model sarang burung emprit itu … wakaka π ) cuma dilihat dari samping dan dari depan jadi kelihatan beda.
Mbak Enny pakai rok mini? Haha, boleh dong sekarang diulang … π
ckikik, ckikik…
fotonya, jadul banget….
tapi bener, pas foto reunian, bu tuti masih (kelihatan) muda…
Tuti :
husy … yang cekikikan ditilang polisi lho! π
Namanya juga foto tigapuluh tahun yang lalu, Mam. Di foto reunian aku kelihatan muda? Cihuiiii …. ! Tengkiu- tengkiu, tengkiu …. π