MEMBANTING TULANG, MEMUNTIR OTOT, MEMERAS KERINGAT
Posting ini tidak ada hubungannya dengan mabuk 300 jam , meskipun sama-sama berbasis angka 3 …..
Beberapa waktu yang lalu saya nonton acara Kick Andy yang menampilkan grup cheerleader Indonesia. Saya berdecak kagum melihat penampilan cheerleaders ini, yang dengan sangat indah melakukan gerakan-gerakan sulit seperti salto, split, melempar tubuh seorang pemain ke udara dan menangkapnya dengan akurat. Saya membayangkan alangkah keras, lama, dan melelahkan latihan yang mereka jalani untuk bisa menampilkan atraksi seperti itu.
Sebuah pertunjukan yang bagus tak muncul begitu saja. Permainan sulap yang hanya berlangsung dalam beberapa detik itu (makanya kalau ada sesuatu yang berubah dengan cepat, orang bilang ‘disulap’ … ) membutuhkan latihan puluhan bahkan mungkin ratusan jam. Itulah sebabnya saya selalu mengapresiasi sebuah penampilan, betapapun sederhananya, karena dibutuhkan latihan yang menguras waktu, energi, pikiran, dan juga emosi, untuk menampilkan sebuah atraksi seni, olah raga, ataupun yang lainnya.
Pada saat berlatih, seorang atlet ataupun pekerja seni harus bersungguh-sungguh mengerahkan segenap kemampuannya. Sangat salah jika ada pikiran ‘ah, kan baru latihan … ntar aja kalau tampil beneran’. Berbagai faktor seperti sorotan mata penonton, arena dengan situasi yang berbeda dengan tempat latihan, serta beban psikologis (terutama jika tampil dalam sebuah kompetisi), seringkali membuat performance hanya mencapai 80% dari saat latihan. Nah, jika pada saat latihan hanya mengeluarkan 75% dari kemampuan yang sesungguhnya, bisa dipastikan pada saat tampil performance akan jauh dari maksimal.
Tampil dalam sebuah grup lebih sulit daripada tampil solo, karena dalam sebuah grup dibutuhkan kerjasama dan kekompakan. Kesalahan yang dibuat oleh salah satu pemain bisa merusakkan penampilan keseluruhan tim. Bayangkan jika dalam sebuah atraksi tim cheerleaders ada salah satu pemain yang salah posisi atau kurang cepat bergerak sehingga pemain yang lain jatuh berdebum, sudah pasti atraksi mereka hancur berantakan. Bermain dalam tim juga menanggung beban psikologis lebih berat, sebab jika melakukan kekeliruan, akan timbul rasa bersalah kepada pemain yang lain.
Berapa jam latihan yang diperlukan untuk bisa menampilkan atraksi seperti ini? (foto : Wikipedia)
Tahun lalu, saya ikut sebuah lomba line dance tingkat provinsi. Eiit … jangan tertawa dulu, meskipun memang menggelikan. Saya, yang sudah bau tanah ini (habis main di sawah soalnya … ) ikut lomba dancing? Yes, it’s really ridiculous, isn’t it? Oh tidak, tentu saja saya tidak menargetkan untuk menang, karena itu adalah mission impossible. Saya mengikuti kompetisi ini hanya agar saya terpacu berlatih dengan serius dan sungguh-sungguh. Juga untuk mengukur, sampai seberapa tingkat kemampuan yang bisa saya capai.
Kompetisi diikuti sekitar 30 orang, banyak di antaranya sudah menjadi pelanggan berbagai lomba. Saya sendiri baru pertama kali ikut. Saya mengikuti dua nomor, yaitu rumba dan waltz. Pada nomor rumba, saya langsung tersisih pada heat pertama. Dancing membutuhkan konsentrasi tinggi, dan ketika entah bagaimana saya blank sesaat, koreografi dance sayapun buyar berantakan. Langkah saya salah pada hitungan sekian detik, dan saya tersesat …. Padahal waktu latihan, kayaknya sudah oke banget lho …. hihi.
Pada nomor waltz, saya lebih baik. Saya tak membuat satu kesalahanpun ketika tampil selama 2 menit. Just remember, ini bukan tari Jawa yang gerakannya luambaat itu, tapi waltz yang setiap gerakannya dilakukan dalam hitungan detik, dan harus urut nggak boleh salah, jadi waktu 2 menit itu cukup lama (*membeladiri.com*). Meskipun demikian, saya yakin tidak lolos ke babak berikutnya, karena rival-rival saya sungguh bagus. Maka selesai tampil, saya menyimpan sepatu dan duduk manis sebagai penonton di baris terdepan.
Penampakan hantu di arena kompetisi? Kok gambarnya kabur kayak foto makhluk halus …
Saya surprised ketika peserta-peserta yang lolos ke babak final dipanggil untuk masuk ke lantai dansa, dan nomor saya termasuk yang dipanggil. Ya’elaah … sepatu dansa saya sudah masuk tas, tasnya ada di ruang ganti, ruang gantinya terletak nun jauh di bagian belakang. Tidak mungkinlah meminta panitia untuk menunggu saya memakai sepatu dulu, sementara peserta lain sudah dalam posisi siap di lantai dansa. Maka dengan legowo saya mengangkat tangan dan menyatakan mundur dari babak final. Kecewakah saya? Nggaklah. Bisa masuk babak final saja sudah seneng banget, lha wong niatnya cuma ikut-ikutan …
Saya mulai belajar dancing sekitar tiga tahun yang lalu, tapi sampai sekarang rasanya belum banyak yang saya capai. Kata seorang bloger muda dari Kediri , karena faktor U. Faktor U? What is that? Faktor U itu, sodara-sodara … adalah uzur! Wakaka! Iya deh … saya terima vonis ini dengan ikhlas dan sabar. Biarlah uzur, yang penting sehat dan bahagia, ya kan … ya kaaan? (*maksa.com*). Anak muda ini sekarang lagi ngebet pengin belajar dansa, dan saya akan tantang dia sebulan lagi, bisa nggak mengalahkan saya ….. hehehe !!
Pada dasarnya, saya tidak begitu suka berolahraga. Sejak SD sampai SMA, nilai olah raga saya selalu pas-pasan (itupun mungkin berkat belas kasihan guru … hiks!). Renang adalah satu-satunya olah raga yang dulu sering saya lakukan. Oh ya, saya pernah terjun dari papan lompat setinggi 3 meter, bisa berenang gaya apa saja meskipun tidak terlalu jauh. Tetapi semenjak saya berjilbab, renang jadi bermasalah. Meskipun sekarang sudah ada pakaian renang yang menutup seluruh tubuh, saya belum berpikir untuk nyemplung kembali ke kolam renang.
Kasian Aan … sudah pahanya diinjak Iin, nggak kelihatan pula di foto … hiyaaa!
Sebagai gantinya adalah dancing. Olah raga ini benar-benar fun karena memadukan olah raga, olah rasa, dan olah pikir. Untuk bisa dancing, kita harus menyelaraskan kepekaan musik, gerak tubuh, dan kekuatan otak untuk mengingat koreografi (urutan gerakan). Jenis dance sangat banyak (cha cha, rumba, salsa, jive, bachata, waltz, tango, samba, dll), macam koreografi apalagi, tak terbatas. Dance juga sangat menyenangkan pada kesempatan happy hour.
Di sanggar tempat saya berlatih, saya berteman dengan banyak ibu-ibu, yang hampir semuanya memiliki faktor U. Salah satu ibu, usianya sudah 72 tahun. Sumpe, tujuh-puluh-dua tahun! Dan beliau masih tampil cantik, masih bisa berdansa. Hebat nggak sih?
Setiap enam bulan sekali kami mengadakan acara happy hour, dan menari bersama-sama. Ini kesempatan yang selalu ditunggu-tunggu. Kadang kami tampil bersama dalam sebuah koreografi, dan untuk itu diperlukan latihan yang tidak mudah. Meskipun semua sudah menguasai langkah dasar dancing, tapi untuk menampilkan sebuah koreografi baru perlu latihan berkali-kali. Yang merepotkan adalah jika ada salah satu yang tiba-tiba mengundurkan diri, maka formasi akan berubah total, dan koreografi pun berubah.
Karena ada anggota yang suka jilbab merah, semuanya ikut merah …
So …. shall we dance? (halah, itu mah judul film … )
Pertamax ga ya? Wahh.. ternyata bu Tuti suka nari dan olah raga.. mantapp..
Tuti :
Pertamax kok, Cla 🙂
Cuma suka aja, tapi nggak mahir
waaah…keren buuu..sumpah deh
Tuti :
terimakasih, tapi bukan sumpah pocong kan? Hiiiy …. 😦
hidup merah putiiiih hihihi
hebat mbak, masih berani ikutan kompetisi.
Aku ngga pernah ikut lomba-lombaan sih …pengecut 😀
EM
Tuti :
Merah putih memang selalu jaya Mbak, di Indonesia maupun di Jepang 🙂
Ikutnya cuma iseng-iseng aja kok, biar latihannya serius karena punya target. Bukan target menang, tapi target untuk bisa tampil tanpa salah …
Kalau Mbak Imel ikut lomba, semua lawan pasti keder …. 😀
faktor U ? kirain usia (sama aja yah?? ) heheheheh 😀
Tuti :
Faktor U itu : Umur, Usia, dan Uzur … 😀
…
O’ow..O’ow..
Semoga nggak ada yg nge-klik link itu..
*berdoa dgn menengadahkan tangan dan muka memandang keatas*
“plis, Tuhan”
…
Tuti :
….
Emang Ata kenal sama anak Kediri itu?
Berdoa sambil menengadahkan tangan dan muka memandang ke atas, semoga ada pesawat milyarder lewat dan menjatuhkan butir-butir berlian atau lembaran merah bergambar Soekarno – Hatta … 😀
….
Tuk wak ga tuk wak ga (eh lolos jadinya)
Tuk wak ga pat tuk wak ga pat (wah kebanyakan ngitung, jadi nggak lolos)
Mungkin karena itu bu Tuti tidak lolos. Untung nggak jadi juara. Bisa-bisa blog ini jadi arena dansa deh.
Tetap semangat tetap berdansa dan tetap sehat selalu. Pokoke mak-jreng (lantas nari Waltz)
Tuti :
‘tuk wak ga pat’ itu latihan baris Pak. Kalau hitungan dansa, ‘one two three and four’ (halah … opo bedane? hihi … 😀 )
Kalau jadi juara, mungkin saya alih profesi jadi guru dansa aja Pak. Nggak perlu susah-susah mabok 300 jam untuk bikin disertasi … 🙂
Btw, jadi ingat nih … Pak Eko masih punya janji yang belum dipenuhi, yaitu belajar dansa. Hayooo … !!
Hik, saya diingatkan pada janji yang telah lalu tapi sulit dipenuhi. Nanti kalau tugas besar sudah kelaar ya bu. Mudah-mudahan ada waktu. 🙂
Tuti :
Waktu itu pasti akan ada kalau di’ada’kan, Pak … 🙂
Oke, selamat menyelesaikan tugas besar, semoga lancar dan berhasil dengan gemilang ya Pak. Jangan lupa undangannya untuk ujian terbuka.
biar uzur yang penting maknyusss…….
Hidup Mbak Tuti..!!
Tuti :
Lho! Siapa bilang saya sudah uzur? 😀
Hidup juga Dewi !!
Wah-wah, salut berat buat mbakku satu ini 🙂 🙂 🙂 Tetap jiwa muda & energik…salut2 🙂 🙂 🙂
Hem, mbak ternyata latihan dance itu susah yach mbak….
karena hampir 5 bulan ini kita lagi di gembleng oleh Mas Dinan Fariz & Linda Moenir dlm latihan untuk Gading Nite Carnaval yang akan diadakan tgl 22 Mei 2010 nanti (malam Minggu mulai +/- pkl 18.00 sd +/- 22.00 / selesai). Ada mobil hias, dll juga.
Selain itu peserta harus mengenakan pakaian Carnaval yang pasti heboh, ….jadi nggak kebayang dech gimana nantinya, tapi tetap enjoy aza dech namanya juga buat happy-happy doang, hahaha….
Gimana mbak, ada rencana datang utk menyaksikan JFFF & pesta belanja & makan tentunya ?.
best regard,
Bintang
Tuti :
Dansa yang beneran memang nggak mudah Mbak Linda. Belajar posisi badan, posisi kaki, cara melangkah, dan cara bergerak saja bisa berbulan-bulan. Belum belajar koreografinya.
Wah, asyik ya dilatih pakar dansa yang udah jempolan. Pasti bisa kok Mbak, dan semoga sesudah acara Gading Nite Carnaval besok, Mbak Linda tertarik untuk tetap berlatih dancing. Selain sehat, happy dan fun lho!
Belum tahu nih, bisa nonton nggak acara JFFF besok Mei. Semoga tugas-tugas sudah kelar, sehingga saya bisa mencuri waktu ‘lari’ ke Jakarta. Sukses ya Mbak!
salam hangat, 🙂 🙂 🙂
mantab banget sampai masuk babak final. sayang sepatunya sudah masuk tas terlebih dulu.
hahahahaha
Tuti :
Tumben nggak diawali kalimat “Mohon izin mengamankan posisi …. ” 😀
Iya tuh, sepatunya sudah terlanjur masuk kotak, padahal nggak mungkin dansa tanpa sepatu dansa … 😦
Wah, lha kok fotone dibikin kabur?
Kutebak pasti kameranya sampai takjub lalu takut mengkerut 🙂
Tuti :
Bukan …. itu fotonya dibikin kabur untuk menyamarkan wajah stress penarinya … hihihi 😀
baru saja saya ditawari ikut kursus Salsa, dan saya jawab “No, Thanks” :p
Tuti :
Someone : “Wijna, would you dance with me?”
Wijna : “No, Thanks!!”
Someone : “Too bad. How about nggowes?”
Wijna : “Sure! Let’s go! I can’t wait!!”
wah, ibu memang dominan
sampai semua penari pake baju warna merah
ehm jadi kebayang kalau semuanya jadi pada pake jilbab keajak ibu 🙂
Tuti :
Kebetulan aja, semua suka warna merah (mungkin biar kelihatan agak ‘segar’ gitu … 😀 )
Semua ikut pakai jilbab? Hehe … 🙂
Wah, salut Bu Tuti masih tetap enerjik….
gimana kalau Bu Tuti bikin video dancing? sekalian ngajarin kami yang buta soal dancing ini… 🙂
Yang pertama kan CD rekaman suara Bu Tuti, saya udah dapet kan, nah, yang kedua, VCD dance mentoring…gitu, gimana, usul saya bisa diterima? 🙂
Tuti :
Energiknya orang dengan faktor U, Na … hehe 😀
Sebenarnya tahun ini saya memang berencana membuat VCD dancing, tapi ternyata saya harus konsentrasi penuh pada penelitian disertasi dulu, jadi kayaknya diundur kapan-kapan deh … 🙂
* Top Markotop mbak….saya paling suka kalau lht dance yg bepasangan, waltz maupun cha cha dgn bermacam2 variasi gerakan shg enak dilihatnya….
* Kalau tahun ini ada lomba lagi, ikut lagi ya mbak….
Tuti :
* Saya sudah menulis beberapa artikel tentang dancing. Jika berkenan, silahkan Mas Karma buka pada kategori ‘Dance’
* Ikut lagi? Waduh, waduuh …. faktor U-nya sudah semakin berpengaruh secara signifikan Mas 😀
beri aku kesempatan
satu jam saja………..
(dance with me)
o..la…la, itu cuma judul film
huuuebat benar mbak yang satu ini,
main borong segala…..,
sudahlah novelis, cerpenis,
akademis, melankolis dan jagoan dansa pula
amboooooi……. 🙂
untungnya mbak tuti,
tak seperti mereka itu, yang suka
monopoli dan rangkap jabatan…….
hmmmmmm 🙂
Tuti :
Masih kurang Bang : sopiris (tukang nyopir), sapuis (tukang sapu di rumah), setrikais (tukang setrika baju suami), gardenis (tukang rumput halaman), dapuris (penguasa dapur), juga … manis dan romantis (kalau ini ngawur … wakaka 😀 )
Eh, saya rangkap jabatan juga lho Bang, itu tuh … yang berderet di atas itu kan jabatan mulai dari sopir sampai tukang setrika 😀
Waduhh jilbab merah……
Dan semuanya merah…dan ceria….
Wahh mbak Tuti, kalau rumahnya dekat, pasti saya juga mau ikutan, biar ada faktor U..
Dance menarik..karena olahraga dicampur senang mendengar musik.
Akhir2 ini saya suka menonton di AXN tiap Senin malam jam 20.00 wib, acara “So you think you can dance”…semacam American Idol, namun dari sisi tari..penari harus bisa bermacam-macam gaya, dari rumba, waltz, cha cha, kontemporer, jive, tap dll…waduhh melihatnya seneng banget. Kali ini ada dua penari yang cedera..lha menarinya kayak gitu…tapi nontonnya asyik.
Tuti :
Ayooo … pindah Yogya saja Mbak Enny, biar bisa gabung ke sanggar dansa bersama saya 🙂
Memang betul, faktor U itu nggak ngaruh, nggak penting, nggak boleh jadi hambatan. Kita harus bisa mengisi waktu dengan sebaik-baiknya, dengan kegiatan yang positif dan membahagiakan, iya kan?
Wah, saya nggak pernah nonton AXN. Pasti seru banget ya. Dulu saya ngikutin yang ada di teve swasta Indonesia (kalau nggak salah Anteve). Memang asyik, bikin kita berdecak kagum. Lomba dansa selebriti itu akhirnya dimenangkan oleh Surya Saputra dan Cynthia Lamusu. Padahal Surya Saputra berangkat dari nol, nggak bisa dancing sama sekali. Tapi dia mau berlatihkeras, dan akhirnya bisa juga menari dengan bagus. Kalau Cynthia Lamusu memang seorang dancer.
Wis jian eidyan tenan iki …
Salut bu …aku salut …
Kapan-kapan mau juga nih diajari dancing sama ibu …
Salsa ya bu …
Latihannya sama Bu Tuti …
Nanti dancingnya sama …
sama …
sama …
Ada deh … (halah)
Salam saya Bu …
Tuti :
Hyahaha … 😀 😀
Yang eidyan siapa Om?
Om mau belajar salsa? Beneran Om? Waduh, waduh ….. ayo Om, saya mau banget … nonton (kalau ngajarin, bukan kapasitas saya Om 😦 ). Pasangannya sudah nunggu lho Om. Itu tuh … artis ayu yang sekarang jadi anggota DPR, Venna Melinda. Saya ulang ya Om : Ve-na Me-lin-da! Apa nggak berbunga-bunga Om bisa salsa-an sama do’i? 😀
salam salsa Om !
Sik … sik … sik …
Aku tak nyisir sik …
(trainer ganjen)
Tuti :
Ini cerminnya Om *ngangsurin copotan kaca spion* 😀 😀
hahahaha….seru mba baca dancingmu….mba udah U mah bukan halangan berolahraga, salute ama kegiatanmu dancing macem2 itu, sampai pernah mencoba berkompetisi. Aku suka berenang loh mba, karena hanya renang olahraga satu2 yang aku suka *hihihhi cuweklah dengan baju renang sekarang yang tertutup semua, ga ada yahud2nya di body huahahahha*….
Kapan mba mempertunjukan dancing mu hayuk donggggg…
Tuti :
Kayaknya faktor ‘U’ itu harus diubah terjemahannya, bukan ‘uzur’ tapi ‘ultimate’ , hahaha … 😀
Ikut kompetisi cuma iseng aja kok Va, meskipun kalau menang pasti senaaang banget 😀
Masih suka renang sampai sekarang, Va? Habis nulis posting ini, aku juga jadi kangen banget pengin renang lagi. Besok deh, kapan-kapan. Eh, apa maksudmu dengan “cuweklah dengan baju renang sekarang yang tertutup semua, ga ada yahud2nya di body huahahahha …. ” . Jadi Eva kalau renang pakai baju apa? Bikini? Haduh, haduuh …. qiqiqi 😀
Menari membuat hati senang dan menyehatkan badan… meski dibahas faktor U di tulisan Bu Tuti, belum tentu henny lebih luwes lho…
Tuti :
Betul Henny, dancing memang membuat kita gembira. Dan karena Henny belum memiliki faktor U, pastilah bisa lebih luwes dari saya 🙂
wah… mantap betul bu tuti ini. masih sanggup dan semangat mengikuti perlombaan. biar faktor U tidak menjadi persoalan dalam sebuah perlombaan, lain kali adakan saja perlombaan kelompok umur, kayak sepak bola gitu… 😀
btw, kalau saya ikut latihan, lucu gak ya…? 😀
Tuti :
Jadi lombanya kelompok E (emak-emak) dan I (inyiak-inyiak) gitu ya Da? Wakaka!!
Uda mau ikut latihan? *cari kasur krn nggak tahan mau ketawa guling-guling*
Uda kayaknya lebih cocok tari piring, nanti saya yang bawain sendoknya … 😀
Kalo denger soal latihan keras, banting tulang, peras keringat, jambak2 rambut (nah kalo yang terakhir ini cuma saya aja kayanya karena stress :p ). Dan setelah melalui beberapa bulan perjuangan latihan tibalah hari penentuan itu. Saatnya perform dengan sebaik mungkin dan kesalahan kecil bisa berbuah penyesalan besar. Dan keberhasilan menjadi sebuah hadiah terindah (mulai lebay), saya jadi inget masa-masa ikut paskibra di sekolah, Mba Tuti. Masa-masa latihan buat lomba keterampilan baris-berbaris atau buat tampil di hari upacara kemerdekaan. Wah, itu pengalaman yang tak terlupakan. Dan juga karena berkelompok, betul sekali kekompakan penting banget, jadi kebersamaannya benar2 nikmat terasa. 🙂
salam
-japs-
Tuti :
Perhatian!!! Balik kanan langkah tegap majuuuuuu …. (“jalan!!”nya ditunggu-tunggu nggak terucap juga, padahal badan sudah condong ke depan semua …. jadi akhirnya pada jatuh telungkup … hihihi 😀 )
Aku dulu nggak lolos seleksi paskibraka Japs, soalnya untuk mencapai tinggi minimal harus pake sepatu berhak 7 cm. Padahal, mana ada baris pakai high heel ya … 😀
wah, hebatnya Mbak Tuti ini, selalu semangat, sampai ikut lomba dan masuk final pulak…………… 😀 *salut*
salam
Tuti :
Ndak Bunda, itu cuma iseng saja kok … cari-cari kesibukan yang bikin sehat …
Terimakasih Bunda 🙂
salam
hebat mbak, masih bisa dan mampu bersaing dengan lawan²nya
mampir balik ya
Tuti :
Terimakasih. Insya’allah akan segera kunjung balik …
jadi inget tarian terakhirku bunda…itu sekitar pertengahan tahun 2008 hohohoho…tarian kreasi dengan lagu “wonder women” nya mulan jameela…huhahahahaha…koreografinya ya beramai-rami deh…hihihihih
sampe sekarangpun kalo aku nonton videonya amit2 deh bikin malu 😛
ohya..ohya…itu yang berjilbab merah cantik banget sih 😉
Tuti :
Kalau lagu pengiringnya “Wonder Woman”, pasti itu tarian kreasi modern ya. Diposting dong … pengin lihat waktu Ria nari. Pasti heboh 😀
Tahun 2008 kan baru saja, jadi sekarang pasti masih bisa dong nari lagi?
Jilbab merah itu memang bikin meriah (tapi bukan cantik ah … *tersipu malu* 😀 )