Anda sudah menemukan jodoh Anda? Alhamdulillah … 🙂 Belum? Alhamdulillah juga … 🙂 Lho? Lha iya, apapun hidup yang tersedia bagi kita, harus selalu kita syukuri bukan? Yang sudah menemukan jodohnya, alhamdulillah hidup sudah lengkap. Yang belum menemukan jodohnya, alhamdulillah masih memiliki kebebasan …
Jodoh adalah misteri milik Tuhan. Kita tak pernah bisa mengetahui sebelumnya, siapa jodoh kita. Sebagian orang menemukan jodohnya dengan sangat mudah : begitu ketemu langsung merasa ‘klik’, menikah dan hidup bahagia sampai akhir masa. Sebagian yang lain telah melakukan penjajagan yang panjang dan intens (pacaran, gitu deh … ), tetapi setelah menikah ternyata tak menemukan kebahagiaan dan akhirnya bubar berantakan. Ada orang yang bertemu jodohnya pada usia sangat belia, ada juga yang baru bersua setelah setengah baya.
(foto : faithandfamilylive.com)
Sebenarnya, definisi ‘jodoh’ itu apa sih? Apa yang membuat seseorang disebut sebagai ‘jodoh’ bagi orang lain?
Pada umumnya, kita mengatakan dua orang berjodoh jika mereka menikah. Tanpa mencapai jenjang pernikahan, meskipun dua orang sama-sama cinta setengah mati, mereka dikatakan ‘tidak berjodoh’. Maka, jodoh identik dengan pernikahan. Jika pernikahan berakhir, berakhir pula seseorang sebagai jodoh orang lain. Artinya, jodoh bisa berlaku dalam kurun waktu tertentu, dan seseorang bisa memiliki lebih dari satu jodoh.
Apakah dua orang yang berjodoh pasti saling mencintai? Belum tentu. Tidak sedikit pasangan yang menikah meskipun sebenarnya mereka tidak saling mencintai. Jadi, jodoh tidak identik dengan cinta. Kalau begitu, pernikahan juga tidak identik dengan cinta? Waduh, kesimpulannya kok jadi membingungkan ya …. ?? 😦
Pernikahan Muslim dan Hindu di India (foto : Wikipedia)
Dari pada puyeng memikirkan definisi jodoh, saya ingin berbagi cerita tentang ‘perjalanan perjodohan’ saja deh …. 🙂
Ini contoh yang ekstrim gampang. Keponakan saya, seorang pemuda yang ganteng (beneran, asli nggak bohong, penampilannya mirip Surya Saputra), sangat terpelajar (lulus dari Teknik Mesin UGM pada usia 22 dengan IPK di atas 3,5), hidup di abad komputer, punya pergaulan luas, menemukan jodoh dengan cara yang ‘aneh bin ajaib’. Ia alim bukan main, dan tak mau pacaran (takut dosa, gituuh …). Dua tahun sesudah lulus dan bekerja, ia ingin menikah. Lalu ia minta kepada ustadznya untuk dicarikan istri dengan kriteria ‘abcdef ‘ … Oleh sang ustadz, diberikanlah data seorang gadis usia 22 dengan kriteria yang sesuai dengan keinginan keponakan saya.
Mereka dipertemukan secara tidak kentara dalam sebuah pengajian. Setelah melihat langsung sang gadis, keponakan saya merasa ‘klik’ (ya iyalah, wong gadis itu cuantiik mirip Manohara …), dan memutuskan untuk berkenalan. Pertama datang ke rumah si gadis, ia berkenalan dengan kedua orangtuanya. Pada kedatangan yang ke dua, orangtua si gadis bertanya apakah ia serius ingin menjalin hubungan dengan putri mereka. Pada kedatangan yang ketiga, keponakan saya meminta ijin untuk mengajak ayah ibunya melamar si gadis! Hwalaah ….
Begitulah. Hanya tiga kali bertemu, tanpa pacaran, mereka menikah. Ini di Jakarta lho, bukan di pedalaman yang nun jauh dari kehidupan modern. Sekarang mereka hidup bahagia di Jepang, karena keponakan saya bekerja di sebuah korporat besar di sana.
Pengantin Jepang menikah secara Shinto di Takayama (foto : Wikipedia)
Nah, kalau ini contoh yang ekstrim ‘sabar’ dalam menemukan jodoh. Masih kerabat saya juga, saya sebut saja Mbak Ayu. Mbak Ayu berusaha untuk menemukan jodohnya sejak usia muda. Berkali-kali mencoba menjalin hubungan dengan pria, namun selalu saja tak berhasil mencapai jenjang pernikahan. Selalu tidak klop. Jika ia merasa ‘sreg’, pihak pria yang tidak meneruskan hubungan. Sebaliknya jika pihak pria merasa mantab, dia yang gamang dan memilih mundur. Sampai ketika usianya melewati 50, keluarga sudah tidak lagi berharap ia akan menikah. Lagipula, Mbak Ayu sudah memiliki kehidupan yang mapan, dan nampaknya happy menjalani kesendiriannya. Ya sudahlah, mungkin dia memang ditakdirkan hidup sendirian, begitu keluarga berpikir dengan ikhlas …
Tetapi Mbak Ayu diam-diam ternyata pantang menyerah. Ia tetap berusaha, rajin berdoa dan berpuasa. Dan Allah mengabulkan doanya. Pada usia 55 ia menemukan jodohnya, seorang duda berusia 64 dengan status sosial ekonomi yang mapan, sangat sabar, murah hati, mengasihi dan menerima dia apa adanya. Pasangan sepuh ini (Mbak Ayu sekarang berusia 61 dan suaminya 70) sekarang hidup rukun dan bahagia. Senangnya melihat mereka …. 🙂
Ketika jodoh belum juga menampakkan diri, segala cara pun ditempuh. Dulu, pada tahun 80-an, belum ada internet. Media komunikasi sosial yang ada baru radio dan surat kabar. Di sebuah surat kabar nasional, setiap hari Minggu ada rubrik yang namanya ‘Kontak Jodoh’. Orang yang ingin mendapatkan jodoh mengirimkan data dirinya ke redaksi, dan akan dimuat di rubrik tersebut. Peminat mengirimkan surat ke redaksi, dan redaksi yang akan mengirimkan surat tersebut kepada peserta kontak jodoh. Dengan demikian kerahasiaan identitas asli pengirim data terjaga dengan baik di tangan redaksi. Kerahasiaan ini penting untuk melindungi pencari jodoh dari perbuatan iseng yang tidak bertanggungjawab.
Pilihlah aku jadi pasanganmu, jangan kau pilih orang yang lain, yang lain belum tentu setia … Jadi pilihlah aku *melodi lagu ‘pilihlah aku’* 🙂
Jaman dulu, mencari pasangan hidup melalui biro jodoh masih dianggap memalukan, sehingga orang biasanya merahasiakan keikutsertaannya di program tersebut. Sekarang, orang bahkan tidak sungkan-sungkan lagi memasang foto diri mereka (tentu saja yang merasa dirinya cukup fotogenik … 😛 ). Fakta menunjukkan, hampir sembilan puluh persen orang yang mengirimkan data dirinya adalah wanita. Apakah ini berarti lebih banyak wanita yang tidak memiliki pasangan hidup dibanding pria? Atau mungkin, pria lebih gengsi saja … 😀
Seorang kerabat wanita saya, sebut saja Mbak Cantik, pernah mengirimkan data dirinya ke rubrik ‘Kontak Jodoh’ yang saya sebut di atas. Bisakah Anda menebak berapa banyak surat yang diterimanya? Lebih dari 200 pucuk! Profesi para peminat ini aneka ragam, mulai dari guru, lurah desa, pegawai bank, pengusaha bis, dokter, sampai direktur perusahaan. Penampilan mereka di foto juga aneka ragam, dari yang cool sampai yang melas. Saya ikut menyortir surat-surat yang datang, sehingga tahu persis siapa saja yang mengirim surat. Lucunya, ada mantan pacar Mbak Cantik yang juga mengirim surat … ! Ow-ow … 🙄 Dan lebih heboh lagi, ada surat yang dikirim oleh sepupu kami sendiri …. hahaha! Tentu saja Mbak Cantik tak pernah memberi tahu sepupunya itu, dan menjadikan surat itu sebagai rahasia abadi …
Jumlah peminat tampaknya berkorelasi positif dengan data diri yang ditampilkan si pencari jodoh. Mbak Cantik menulis demikian : “gadis Jawa, dokter, usia 27, 155/47, kalem, penyayang, suka bergaul, hobi membaca, main musik, travelling, dan memasak”. Hmm …. cukup menarik juga kan?
Saya pengin sekali mengirimkan data diri saya ke rubrik tersebut, pengin tahu siapa saja yang berminat menjadi pasangan hidup saya (siapa tahu Edwin Lau mau melamar saya … ow-ow … *pingsan mendadak*) . Sayangnya, untuk bisa menjadi anggota rubrik tersebut usia minimal adalah 27 atau janda/duda, yang harus dibuktikan dengan KTP. Nah, pada usia 25 saya sudah keburu menikah ….. 🙂
Jodoh ada di tangan Tuhan (aiih, pepatah kuno ya … ). Kalau sudah tiba waktunya, entah cepat entah lambat, jodoh akan ketemu juga, entah bagaimana caranya. Nah, karena waktu dan caranya masih ‘entah’, memang harus ada upaya untuk menemukan yang ‘entah’ itu. Kalau cuma duduk di rumah, tidak melakukan apa-apa dan hanya menatap langit serta pucuk pepohonan, bagaimana bisa ketemu jodoh?
Di era dunia maya dan teknologi komunikasi super canggih sekarang ini, mendapatkan kenalan baru adalah hal yang sangat-sangat mudah. Tinggal pencet ‘klik’, kita bisa terhubung dengan siapapun, di manapun. Semestinya, menemukan jodoh pun semakin mudah juga ya ….
Ayo, ayo …. para gadis dan para bujangan (eh, janda dan duda boleh juga lho … 🙂 ) temukan jodoh kalian. Atau saya jadi Mak Comblang saja ya? Buka rubrik kontak jodoh di TV? What do you think, friends?
..
Alhamdulillah saya belom ketemu nih..
atau mungkin saya udah di pertemukan tapi saya-nya yang gak tau ya..
* mikir *
mungkin kalau saya jadi Tuhannya pasti marah-marah deh.. “ini anak udah di amprokin ama jodohnya eh malah ngabur.. ”
ha..ha..ha..
..
baru tau kalau ikut kontak jodoh ada batasan usia..
berarti saya udah memenuhi syarat nih.. uhuy..
he..he..he.. 🙂
salut deh sama kesabaran si MbakYu..
sikap pantang menyerahnya patut di tiru nih..
*cateeet..*
haduuh postingan ini agak berbahaya nih, bisa-bisa rahasia abadi surat sepupu ke Mbak Cantik bisa kebongkar lho..
o’.. oww… 🙂 ho..ho..ho…
..
yak ampuun Edwin Law…??
*tanda tanya gede*
saat itu dia masih kecil kali Buk, masih ingusan dan masih maen gundu di lapangan.. hak..hak..hak..
..
meski di era teknologi komunikasi yang super canggih, mencari jodoh kayaknya tetap sama saja dengan jaman dulu..
karena ini soal memilih, iya kan..?
..
-AtA-
..
Tuti :
….
Nah, kalo gitu ini jadi pe-er buat Ata. Mulai sekarang, tanyain semua fans Ata yang berjibun itu, “Eh, kamu jodohku bukan ya?” 😀 😀
….
Iya dong, ada batas minimal usia. Kalau masih remaja, dianggap belum serius, cuma main-main saja. Dulu batasan usia sama untuk pria dan wanita, 27 tahun. Pada waktu itu mungkin pertimbangannya, rubrik itu ditujukan untuk membantu orang yang sudah ‘gagal’ mencari jodoh secara langsung, artinya sampai umur 27 belum menikah (waktu itu umur 27 udah tua banget loh … 🙂 sekarang mah umur 30 masih pecicilan … hihihi ). Sekarang nampaknya ada perubahan paradigma, kontak jodoh bukan lagi ‘pilihan kepepet’, tapi menjadi alternatif yang layak dipertimbangkan. Jadi, kenapa harus menunggu sampai umur 27?
Ohya, seseorang bisa ‘memperbaharui’ iklannya di kontak jodoh lho. Kalau sudah lewat beberapa lama dan belum menemukan yang cocok, kirimkan lagi datanya untuk dimuat. Kan ada kemungkinan orang yang dulu belum membaca data dirinya, sekarang berminat … 🙂
….
Haduh! Iya, ya *tepok jidat* 😦 …
Mudah-mudahan sepupu itu gak baca posting ini deh *berdoa khusuk*
…
Edwin Lau, yes indeed!
Yeah …. namanya juga berkhayal. Boleh dong, mengkhayal aku umur 25 dan Edwin Lau 30 … 😀
…
Jodoh bukan hanya soal memilih, tapi juga dipilih …
Kalem aja Ta …. masih banyak yang antri … 😀
*bagi-bagi nomor antrian buat fans Ata*
*bantuin bunda tuti nyatetin da berapa yang dapet nomer fansnya atta 😀 *
Tuti :
Pasti nomor satunya udah diambil Wi3nd … 😀
jiaaaaaaahhhhh.. 😀
Bunda….bantuin aku cari jodoh donk….. Umur aku udah 27 tahun tp blm jg nikah, 2 bulan yg lalu ak abis putus Dr mantan pacar aku, rencananya October kemarin nikah tp putus gara2 ortu tak setuju… Aku takut bunda jd perawan tua. Karna sulit menemukan jodoh…bantuin donk bunda:)
iya bener .. eh apa yang bener
edo
http://www.kiosvcc.com
Dooo jodohku hihihihi
Whatever dia ter best lah buatku, biar stubborn, sering njelehi pengin ngethak tapi ya dia2 juga yg cengar cengir tiap hari, dia juga yg suka nantang barathayuda…..
Jodoh oh jodoh ber tahun2 ya nempel ya?
Nasib …… Nasib berjodoh dengannya
Tapi whatever dia the best one
Iya ra mbak Tut?
Tuti :
Pengin ngethak? Hahaha … 😀 Mbak Wied iki lho !
Memang begitulah. Meskipun sejujurnya mungkin bukan the best, ya di-the best-the best-kan … 😀
Tapi kalau Mbak Wied, saya percaya memang he is the best one …
he he he…lucu..jodoh oh jodoh. emang susah ditebak.
Tuti :
Memang bukan tebak-tebakan kok … 🙂
hyaaa, bunda nulis ini pas lagi musim walimahan;
sengaja ya??! *selidikselidik* 😀
tapi emang sama temen2 juga lagi seru2nya bahas ini sih, qiqiqi
gak ada kesimpulan di ujungnya ya, Bun;
tapi seperti kata bijak–yang nyleneh :p–ini: jodoh emang di tangan Tuhan, tapi kalo gak diusahain ya jadinya di tangan Tuhan terus 😀
yang penting usaha, minimal usaha eksis..biar jodoh anis gampang liatnya gitu *ngacokuadrat*
bunda nikah usia 25 yaa, seperti yang anis harapkan nih;
semoga tercapai harapan anis ya Bun 🙂
Tuti :
Sejujurnya, muncul ide nulis posting ini karena ada sahabat yang sedang sibuk cari jodoh …. 😀
Lucu ini : “jodoh emang di tangan Tuhan, tapi kalau nggak diusahain ya ada di tangan Tuhan terus” … 😀 Kalo gitu usahanya adalah menemukan dimana tangan Tuhan itu berada ya …
Setuju usaha eksisnya, Anis. Mulai sekarang, kemana-mana bawa bendera ya, kibarkan tinggi-tinggi, biar gampang dilihat oleh si jodoh … 😀
Iya deh, saya doain Anis bisa menikah di usia 25. Jangan lupa undang saya ya …
Zaman saya, kayaknya masih malu-malu ikut biro jodoh atau dijodohkan oleh orangtuanya. Tapi zaman sekarang, dimana saat kuliah sibuk dengan segala aktivitas, sampai malam masih di lab (Sabtu Minggu juga)…begitu bekerja mesti ada masa percobaan nggak boleh nikah..jadi pegawai pergi Subuh pulang malam.. rasanya banyak sekali pengetahuan dan ilmu yang harus dikejar. Jadi sekarang nggak malu-malu lagi jika diketemukan dengan seseorang, baik oleh teman, saudara atau orangtua..siapa tahu cocok.
Teman anakku, pas bulan Puasa sholat di masjid, mengobrol dengan ibu-ibu. ehh entah kenapa, rupanya ibu tadi punya 3 anak, lulusan ITB (cowok semua), udah kerja, belum ada yang menikah. Teman anakku, memberikan CV nya pada ibu tadi, dan ibu tadi mengirim CV ketiga putranya. Siapa yang dipilih oleh teman anakku? Ternyata dia memilih putra ibu yang duda, isterinya meninggal saat melahirkan, punya bayi….dan menikah saat belum lulus S1. Jodohkah ini?
Jika zaman teman2ku, menikah antara range umur 22-30 tahun…anak buahku banyak yang menikah umur 31-33 tahun, mereka melanglang buana dulu….atau karena belum ketemu jodoh? Dan banyak juga para manajer, pas salah satunya saya tanya (waduhh saya sampai malu…mantan anak buah)…”Bu, memangnya menikah itu harus? Saya punya kehidupan yang menyenangkan, dan jika ingin punya anak, banyak anak yang tak terpelihara…mengapa mesti menambah orang lagi bu?” Wahh klenger aku mbak Tuti..mudah2an anakku masih tetap mengharapkan pernikahan ya….
(sambil menghitung-hitung umur si bungsu…hehehe)
Tuti :
Menarik sekali kisah teman si bungsu yang menemukan jodohnya melalui percakapan dengan seorang ibu di masjid. Saya membayangkan, teman si bungsu ini pasti memiliki kepribadian yang demikian santun dan mempesona, sehingga seorang ibu yang baru mengenalnya pun langsung tertarik untuk menawarkan ketiga putranya (tiga sekaligus loh, walah walah … *geleng-geleng*). Dan kemuliaan pribadi si gadis terbukti dengan keputusan dia memilih putra sang ibu yang duda, memiliki bayi yang pastinya membutuhkan perhatian dan tenaga ekstra untuk mengurusnya. Mungkin si gadis berpikir, duda itu lebih membutuhkan seorang istri dari pada kedua saudaranya yang masih perjaka. Berarti, si gadis lebih memikirkan kepentingan orang lain dari pada kepentingannya sendiri … Salut!
Tantangan wanita yang sudah ‘dewasa’ dan memiliki posisi mapan memang seperti itu, Mbak. Mereka lebih cermat melakukan ‘kalkulasi cinta’. Aku sekarang sudah punya ini, ini, dan ini. Kalau menikah, dapat apa? Atau justru akan kehilangan? Apalagi yang di kantor biasa menjadi pemimpin dan diikuti anak buah, waa …. butuh perjuangan jika harus menjadi istri yang segalanya harus manut suami …
Ngomogn-ngomong, umur si bungsu kayanya sesuai dengan Ata ya Mbak? Hahaha … cuma ngomongin umurnya aja lho! 😀
Alhamdulillah tanpa terduga-duga sebelumnya saya menemukan jodoh saya….
Tuti :
Alhamdulillah, Mas. Cukup satu saja to? 🙂
Pernah ada cerita, seorang gentleman bernama A tertarik pada seorang lady bernama B, tapi ia tidak punya nyali untuk PDKT. Jadilah ia minta tolong temannya yang juga seorang gentleman bernama C. Setelah menyampaikan maksudnya kok malah tertarik pada B. Jadilah kemudian ia yang PDKT pada B dan berhasil menggaetnya. Nasib bagi A yang kurang berani. Jodoh di tangan keberaniannya.
Ada lagi kasus lain dengan menggunakan nama yang sama, malah B yang suka dengan C. Biarpun C mempromosikan A begitu gencar, B tidak tertarik. Akhirnya tak ada satupun yang nyantel. Jodoh di tangan hati.
Kalau A gentlement kota tinggal di Surabaya dan B lady udik tinggal di pedalaman Cirebon. Mereka tak saling kenal dan tak punya hubungan kekerabatan. Di atas kertas kemungkinan berjodoh keciiil banget. Eh A naik mobil ke Bandung, mogok di desanya B. Terpaksa nginep di rumah B. Eh kok akhirnya berjodoh. Ini benar-benar jodoh di tangan Yang Maha Kuasa.
Tuti :
Kalau seorang mantan mahasiswa menikah dengan mantan dosennya karena sering bekerja bersama di berbagai proyek, berarti jodoh di tangan proyek ya Pak? 🙂
saya sih punya perinsip gini bunda,
Misalkan aja Tuhan punya tangan kayak kita manusia ini. Di tangannya Tuhan itu kita tempatkan calon pasangan dambaan kita. Nanti pada akhirnya Tuhan lah yang memilihkan calon pasangan yang ada di tangan-Nya itu.
Jadi mirip pepatah “Jodoh ada di tangan Tuhan”.
Tapi bukan berarti manusia lepas tangan, pasrah gitu aja.
Harus ada usaha 😀
Tuti :
Kalau begitu, berdoa semoga calon pasangan yang akan dipilihkan Tuhan itu adalah calon pasangan yang dititipkan Wijna ya … 🙂
Usaha sambil nggowes ya Na … 🙂
jodoh? hmm….sy jadi speechless…
jadi pengen nangis juga…. hehe….
ngomenin balesan bunda ke Ata aja ah..
27 tahun dah ‘gagal’ menemukan jodoh ya Bun?
Wah…tinggal menghitung hari ni sampai batas waktu mendapat gelar ‘gagal’.. Hoho…
Eh, tapi bener juga kok, kalo sekarang life begin at thirty..
Coba bayangkan, kalo dihitung secara umur dan perjalanan karir. Kuliah S1 rata2 selesai di usia22/23. Lalu bekerja. 2 atau 3 tahun kemudian ambil S2, berarti usia 25/26-an lah ambil S2nya. Lulus 2/3 tahun kemudian. Usia 28/29 baru lulus S2. Nah..setelah itu hidup dimulai….
Hmm…pasti ada yg ngomenin: kenapa gk sambil menyelam minum air? Sambil study sambil nyari jodoh?
Hehe…itu juga cuma cara sy sj buat ngeles knp sampai skrg blm ktmu jodoh 😀
Oiya, ngomenin komennya Wijna.
Katanya: jodoh itu di tangan Tuhan. Dan kalau kita nggak mengambilnya, dia akan tetap ada di tangan Tuhan. Itulah yang disebut meminta dan berusaha. Betul Bun??
Tuti :
Waduh … saya nggak bermaksud membuat Titik jadi pengin nangis lho … *merasa bersalah* 😦
Itu anggapan orang jaman dulu, kalau sampai usia 27 belum menikah, berarti ‘gagal’ menemukan jodoh secara ‘normal’, dan perlu dibantu dengan cara ‘khusus’ dan ‘istimewa’ … 🙂
Life begin at thirty? Maju dong … dulu orang bilang life begin at fourty.
Nyante aja Tik, jaman sudah berubah. Sekarang mah biasa orang belum menikah pada usia di atas 30. Ya itu tadi, karena sibuk sekolah, sibuk bekerja, sibuk ngerjain orang … eh, nggak ding 😀
Wah, ternyata kompak pendapat dengan Wijna ya. Ya sudah, bareng-bareng aja nyari tangan Tuhan yang nyimpen jodoh itu … 🙂
Wahh.. jodohh.. saya dulu bercita-cita menikah di umur 25 tahun. Sudah lewat sih, tapi semoga ga lewat banyak..
Meski dulu banyak dekat dengan cowo, tapi karena sifat yang tidak cocok, toh tidak berjodoh juga.. dengan yang sekarang, meskipun terhalang berpulau-pulau jauhnya, sifatnya masuk dan langgeng.. mungkin itu namanya suratan juga.. dan semoga saya memang berjodoh dengan yang sekarang ini.. Amin
Tuti :
Terhalang berpulau-pulau? Ke arah timur, barat, atau utara? Kalau ke selatan nggak mungkin kan ya, secara di selatan Jawa nggak ada pulau lagi … 🙂
Begitulah jodoh, meskipun berdekatan dalam waktu lama, belum tentu berakhir dengan pernikahan. Iya deh, aku doain dengan yang sekarang ini bakal berlanjut sampai ke sakramen pernikahan. Jangan lupa undang saya ya … 🙂
saya belum tau jodoh saya bu, mudah2an jodoh saya yg saat ini lagi menjalin hubungan serius dengan saya ya…
menarik sekali cerita2 sepupu ibu dan mbak cantik, serta juga cerita bu enny tentang teman anaknya yg menemukan jodoh di masjid.
saya pribadi setuju, jodoh ada waktunya, dan ada akhirnya, kadang jodoh yg terbaik ditemukan kemudian setelah kegagalan berumah tangga (mungkin harus menarik pelajaran dulu dari kegagalannya itu ya?? )
perlu ditambahkan, gak mesti saling mengenal untuk menjadi jodoh.
kenyataan membuktikan, ada orang pacaran (baca : saling mengenal) selama 5 tahun , namun setelah menikah hanya bertahan tidak sampai 1 tahun
ada juga orang yg tidak saling mengenal (seperti contoh ibu tuti), bahkan ekstrimnya dijodohkan, tapi awet sampai kakek nenek.
jadi mengenal itu tidak jadi ukuran sih kalau menurut saya.
dan terakhir, jangan pernah menyerah, seperti cerita bu tuti, ada orang menemukan jodoh di umur yg sudah sangat terlambat, tapi itulah jodohnya, itulah takdirnya, bukan berarti dia tidak berusaha, tapi Allah yg berkuasa menentukan mana yg terbaik buat kita masing2.
tulisan yg sangat bagus bu, didot like this 🙂
Tuti :
Iya deh, saya doakan Didot berjodoh dengan gadis yang sekarang sedang menjalin hubungan serius dengan Didot. Nggak usah nunggu lama-lama Dot, kalau memang sudah cocok, nikah aja langsung. Insya’allah kalau diniatkan untuk ibadah, Allah akan melimpahkan rahmat yang tak terkira … 🙂
Begitulah Dot, jalan hidup orang tidak sama. Ada yang sekali menikah untuk selamanya (dan lancar-lancar saja), ada juga yang menemui batusandungan dan baru menemukan yang terbaik setelah mencoba beberapa kali. Yang penting adalah tidak boleh berputus asa, dan selalu mau mencoba lagi, bukan?
Tentang penting nggak kenal dulu dengan calon pasangan, menurut saya tergantung banyak faktor. Jika kebetulan karakternya memang sesuai, meskipun belum pernah kenal lebih dulu, bisa saja pernikahan lancar. Atau, belum pernah kenal, karakter sebenarnya juga tidak terlalu cocok, tetapi keduanya dilandasi niat untuk beribadah, pernikahan akan berjalan aman.
Sebaliknya, meskipun sudah pacaran lama, kalau sebenarnya tidak cocok tetapi ngotot, bisa jadi sesudah menikah akhirnya tidak bisa bertahan karena adanya perbedaan yang terlalu besar. Bisa juga kedua pasangan sebenarnya cocok, tapi karena ada godaan oleh kehadiran orang ketiga, pernikahan menjadi bubar … 😦
Terimakasih Didot, salam buat calonnya ya 🙂
alhamdulillah….mendapat banyak hal2 penting dari posting & komen2 ini… terimakasih….
Tuti :
Alhamdulillah … ada yang bisa dipetik dari obrolan ini
Terimakasih juga, Mechta 🙂
jodoh emang gak bisa ditebak datengnya dari mana ya bu.. bisa dari mana aja… 🙂
btw ide bagus tuh buka biro jodoh disini. hahaha.
Tuti :
Asal bukan datang dari kuburan ya Man …. itu mah gendruwo atawa kuntilanak … hihihi … 😀
Hwaaa… Soal jodoh, topik yang selalu saya hindari tiap ada acara kumpul keluarga 😀 Apalagi kalo udah sampai ke pertanyaan yang satu itu tuh… (apa cobaaa? :-P)
Bunda Tuti berminat sama Edwin Lau juga? Kita saingan dunk… Hihihi… 😀
Tuti :
Pertanyaan apa, Mida? Emang jawabannya gak bisa dicontek dari buku ya? 😀
Salah …. Edwin Lau yang berminat sama aku. Nah, kalau dia juga berminat sama Mida, baru deh kita saingan … 😀
saya setuju kalo jodoh identik dengan pernikahan, krn itu adalah akhir dari semua proses perjalanan cinta pasangan.
Tuti :
Kesetujuanmu sudah saya catat, Julian 🙂
ALhamdulillah saya telah dipertemukan dengan jodoh saya
Dengan perantara Facebook 🙂
Tuti :
Kalau begitu, untuk Kang Achoey yang berlaku adalah “jodoh ada di tangan facebook” 🙂
Saya dan istri adalah salah satu contoh orang yang menikah setelah kenalan lewat internet sekitar awal 2000 an dulu 🙂
Waktu belum ada facebook dan twitter.. adanya mIRC 🙂
Tuti :
Aku kenal internet baru tahun 2007 je Don … ndeso ya? 😀
Yo wis ben, sing penting ketemu jodo … hahaha ..
“Gue gak mau pacaran sama cewek yang bedaknya tebel, pipinya kayak di tampar, terus alisnya kayak orang tattoan!”
Itu kata seorang pria beberapa tahun lalu, mbak. Tapi ternyata, beberapa tahun kemudian. Perempuan dengan gambaran di ataslah, yang dia nikahi.
Hihihhi, iyah, itu memang pengalaman pribadi suami akuhhh, mbak. Lucu banget ya cara Tuhan mempertemukan kita dengan jodohnya.
Intinya sih, jangan pernah berhenti berusaha. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan…persis kayak kerjaan! *dikeplak Mbak Tuti*
Tuti :
Ow-ow … nggak lah kalau ngeplak Yessy *paling juga nendang …. :D*
Syukurlah si Ayah dulu nggak sesumbar gini : “aku nggak mau nikah dengan Rianti Cartwright”. Kalo dulu dia sumpah begitu, pasti sekarang Yessy nggak punya Tangguh (tapi ‘tangguh’ yang lain … 🙂 )
menarik memang membahas masalah yang satu ini
jodoh memang misteri TUHAn, tapi bisa terkuakkan juga jika umatnya mau berusaha, tidak hanya menunggu dan berdiam diri, dan menutup diri.
terlebih dizaman yang suda canggih ini, dari maya bisa ke nyata.
tapi yang lebih penting adalah Libatkan ALLAH selalu, agar tak salah memilih nantinya.
sebab DIAlah sang penilai sejati 🙂
* hwaaaa..anakutanngomonginjodoh *nyengir..
Tuti :
*manggut-manggut terpesona mendengar kalimat bijak anakutan*
walaupun jodohku kadang sering ngeselin, bikin bete juga suka bawel………
bagiku tetaplah dia yg terbaik,
yang selalu ada ketika dibutuhkan,
dan selalu juga bikin tertawa, ketika aku suntuk……..
Semoga jodohku ini yg terakhir (* mosok wis nenek2 mau ganti2 jodoh, apa kata dunia? *) 😀 😀 😀
salam
Tuti :
Orang yang paling dekat dengan kita, memang seringkali juga yang paling banyak bikin kita kesel Bunda 🙂 Kalau yang jauh mah, gak ngaruh ke kita …
Apa kata dunia? Bunda nggak tahu ya, dunia akan berkata “Asyiiiiik ….. !!” 😀 😀
klo saya yg udah punya anak-bini, kira2 masih bisa dapat jatah jodoh lagi ga yach?…. hehehe…
Tuti :
Intip aja ke tangan Tuhan … 😀
* JODOH memang misteri, makanya harus yakin bahwa
Tuhan yang menentukan….semoga tidak ada yang me-
nyesali dan menyalahkan diri sendiri.
* Saya ikut mengamini bahwa “Jodoh” diaktualisasikan
dengan Pernikahan mbak…..tapi mungkin di negara2
tertentu, ada pasangan hidup yg beranak-pinak yang
tidak dalam ikatan formal pernikahan —> terus yg ini
disebut JODOH apa bukan ya mbak?.
* Itu program TAKE ME OUT di TV jg mirip biro jodoh, awalnya
terlihat serius, dan mungkin ada yg serius sampai berlanjut
ke jenjang pernikahan….tapi skrg sepertinya hanya main2.
Tuti :
* Kalau kita sudah yakin bahwa jodoh ditentukan oleh Tuhan, pasti nggak akan menyesali ya. Kalau menyesali, berarti melawan kehendak Tuhan. Yang sulit dan rumit adalah ketika ada masalah dengan pasangan hidup, yang membuat kita bimbang untuk memutuskan akan bertahan atau berpisah. Apakah pasangan yang sudah tidak cocok ini adalah jodoh yang bagaimanapun juga harus kita terima, atau kita punya hak dan wewenang untuk memutuskan perjodohan (mengakhiri pernikahan?)
* Waduh … kalau untuk kasus seperti itu saya nggak bisa komentar Mas … 😦
* Sebagai program televisi, “Take Me Out” pasti tak lepas dari unsur hiburan. Jadi mungkin saja, agar lebih seru lalu ditambahi dengan unsur rekayasa …
Silahkan mencoba Cari jodoh di Asmarakita.com
Semoga berhasil mendapatkan jodoh
Tuti :
Ayo, ayo …. siapa berminat? 🙂 🙂
Telah dituliskan oleh Tuhan siapa jodoh kita, itu yang menjadi pegangan utama. Namun karena kita tidak mengetahui hal-hal yang gaib dan menjadi urusan Tuhan maka kita wajib berikhtiar plus berdoa.
Berikhtiar kan banyak caranya, termasuk memasang iklan di biro jodoh, ikut take him out,dll.
Pernikahan sebaiknya dilandasi oleh rasa cinta, baik cinta yg tumbuh sebelum menikah maupun yang tumbuh setelah menikah. Konon, jaman dulu/mungkin juga jaman sekarang masih ada pria-wanita menikah karena di jodohkan oleh orangtuanya. Karena bhaktinya kepada orang tua, si anak ikut saja rencana perjodohan itu. Kalau menikah tanpa cinta, saya belum bisa membayangkan bagaimana rasanya.
Pernikahan sebaiknya diniatkan sebagai ibadah secara ikhlas sehingga Insya Allah barokah dan selalu dalam petunjuk dan bimbingan-NYA. Pernikahan dengan motif untuk menguras harta mertua atau agar derajatnya terangkat oleh kemashuran mertua kemungkinan tidak langgeng jika pondasinya tidak kuat.
Karena suami dan isteri adalah manusia yang berbeda maka untuk menghilangkan perbedaan itu sangatlah mustahil. Perbedaan tak akan semakin merusak jika perbedaan itu dikelola dengan baik berdasarkan prinsip saling menghormati, mengerti dan menghargai.
Jika suami makan lombok sak ciprit saja sudah mules, sementara si isteri minimal harus mengunyah lombok sekilo baru puas, yaaa sang isteri jangan egois donk. Buatlah makanan yang tak terlalu pedas untuk suami.
Sebaliknya, suami juga harus memahami bahwa si isteri adalah manusia dengan jenis kelamin wanita yg konon lemah gemulai. Makanya suami jangan terburu-buru bilang ” Cepat donk jalannya…”. Langkah laki-laki dan wanita jelas berbeda.
Wis mbak, nek kepanjangan entar dimarahi mbak Lily.
salam hangat dari Surabaya
Tuti :
Terimakasih untuk wejangannya yang sangat bermanfaat, Pakde. Inilah senengnya kenal dengan Pakde yang bijaksana dan kaya pengalaman : bisa berguru dan menimba ilmu tentang kehidupan.
Nggak kepanjangan kok Pakde, malah masih kurang. Jangan khawatir, Bunda Lily nggak bakalan marah. Tuh, malah senyum-senyum sambil ngasih bunga ke Pakde … 🙂 🙂
salam hangat dari Yogya
awww kisah hidup mbak Ayu so sweet banget 🙂
percaya kalau setiap perempuan menyimpan tulang rusuk seorang laki2 hihi
Tuti :
Haa?? Setiap perempuan menyimpan tulang rusuk seorang laki-laki? Kayak penjual iga bakar dong … hihihi 😀
Saya tidak tau apa itu sejatinya Jodoh …
Yang saya tau adalah …
Bahwa pasti ada orang yang “sangat cocok” dengan kita …
sangat cocok bukan berarti sesuai dengan kriteria kita …
namun cocok artinya … adalah sama-sama rela mengakui dan memahami dan mengerti kekurangan masing-masing …
Karena manusia tidak ada yang sempurna bukan ?
dan mungkin itulah yang disebut Jodoh …
entahlah
salam saya
Tuti :
Ehm, definisi jodoh menurut Om menarik juga 🙂
“Pasti ada orang yang sangat cocok dengan kita. Sangat cocok bukan berarti sesuai dengan kriteria kita …
namun cocok artinya … adalah sama-sama rela mengakui dan memahami dan mengerti kekurangan masing-masing …”
Betul Om, selama kedua belah pihak rela mengakui, memahami dan mengerti kekurangan masing-masing, pasangan itu pastilah berjodoh. Sebab bila salah satu pihak atau kedua-duanya sudah tidak lagi rela mengakui, memahami dan mengerti kekurangan masing-masing, pastilah pernikahan itu sudah berakhir …. yang artinya perjodohanpun berakhir …
Terimakasih tambahan wawasannya OM
salam saya juga 🙂
kunjungan perdana bunda.. (^_^)
wow bahasannya jodoh..
i like it (^_^)
tapi kadang saya masih suka mikir..
jodoh itu ketetapan atau pilihan.. (^_^)
gimana dengan orang yang pada saat menikah di hadapkan pada dua pilihan..
menikah dengan pria ganteng tapi jahat..
atau mnikah dengan pria jelek, miskin tapi baik..
kemudian dia memilih yang ganteng..
dan kemudian dia hidup menderita…
apakah itu adalah ketetapan..
atau dia karena pilihannya…
Tuti :
Selamat datang My (haduh, manggilnya gimana ya … 🙄 ), terimakasih sudah berkunjung …
Pembahasan tentang jodoh memang selalu menarik 🙂 Mungkin karena manusia memang diciptakan berpasang-pasangan, jadi secara naluriah pasti akan mencari pasangannya.
Tentang kasus yang ditanyakan My, menurut saya itu adalah jodoh pemberian Tuhan. Bahwa dia yang memilih, tentu saja iya, karena kalau tidak memilih kan dia tidak menikah? Lalu, kalau memang jodoh, mengapa dia menderita menikah dengan si ganteng yang jahat? Lho, kan Tuhan memang tidak menjanjikan bahwa jodoh kita pasti akan membahagiakan kita? Sama juga, Tuhan tidak menjadikan semua manusia memiliki jalan hidup yang mudah. Itulah ujian. Nah, siapa yang lulus ujian, yang berhasil mengatasi permasalahan dan mengubah penderitaannya menjadi kebahagiaan dengan cara mengelola hati dan jiwa, dia akan menjadi insan yang lebih baik, lebih mulia …
Hyaah … sok tau deh saya 😀
Katanya kalau kita menjodohkan dan berhasil, akan dapat rumah di surga. Rasanya semakin tua saya merasa sudah saatnya pindah profesi jadi mak comblang atau yang modern, biro jodoh. Biar dapat banyak rumah di surga, kemudian saya sewakan. Ha ha ha.
Dasar orang ekonomi, mikir surga aja masih disertai bisnis.
Tuti :
Setuju pak, saya dukung rencananya untuk menjadi Pak Comblang (bukan ‘Mak’ dong … :-o).
Saya pesan satu rumah ya Pak, soalnya saya belum tentu dapat kapling di surga … :D. Kalaupun ternyata saya dapat kapling, gak papa kan punya dua, yang satu buat sehari-hari, yang satu lagi buat liburan akhir pekan 😀 Rumahnya dijamin bebas banjir to Pak 😀
aih… sudah beralih ke soal jodoh tho…?
artikel sebelum ini kayaknya menarik sekali ya bu tuti, banyak penggemarnya… kapan-kapan kita ngobrol soal itu ya bu tuti, hehehe.. 🙂
soal jodoh yang dalam artian pasangan hidup (istri/suami), memang penuh misteri. namun, meski itu rahasia Tuhan, usaha ke arah situ patut dilakukan. kalau dalam istilah para ustadz di tipi; menjemput jodoh.. hehehe… 🙂
berteman, menurut saya juga masuk dalam kategori “jodoh” ini. sebagai contohnya, ya… persahabatan yang terjalin melalui jagat maya ini… terus terang, saya gak pernah lho merencakan untuk kenal sama bu tuti, tapi ternyata nasib mempertemukan kita melalui blog… dan akhirnya, kita saling kenal dan berteman.. bukankah itu juga jodoh namanya? hahaha… 😀
Tuti :
Iya Da, beralih ke soal jodoh. Debat soal otak terus bikin pusing (padahal ngomongin soal jodoh bisa bikin pusing juga … hehhe … ). Tapi topik tentang otak tengah memang menarik, karena otak ini bagian dari tubuh kita yang paling penting dan masih menyimpan banyak mistei. Nah, kalau ide tentang jodoh ini terinspirasi oleh teman kita dari timur yang lagi sibuk milih pasangan … 😀
Da, kalau istilahnya ‘menjemput jodoh’ berarti sudah tahu arahnya ya? Kalau nggak, jemputnya kemana dong? Bisa-bisa jemput di bandara, padahal jodohnya datang naik delman … hihihi …
Ya iyalah … saya juga nggak merencanakan kenal dengan Uda Vizon. Tapi bener juga Da, bahkan di jagat mayapun, ada teman-teman yang ‘klik’ dengan kita dan bisa menjadi sahabat baik, ada juga yang ‘lewat’ begitu saja.
Hm, masukan baru nih dari Uda : ada jodoh pasangan hidup, ada jodoh teman … 🙂
halo bunda tuti…apa kabar?
udah lama gak main kesini tau2 dapet suguhan tentang jodoh hehehehehe…
kalau aku pengen ikutan di comblangin bunda, kira2 ada pasangan yang cocok buatku ga? 😀
kalau menurut aku ya bun, jodoh itu tidak hanya urusan suami istri atau pasangan. Bahkan bertemanpun kita jodoh2an…ada yg berteman tapi akhirnya gak cocok karena salah satunya tidak bisa menerima kekurangan yg lain ya namanya tidak berjodoh juga kan 😉
Tuti :
Hallo Ria, alhamdulillah kabar baik. Aku juga lama nggak nengok ke blog Ria nih, semoga baik juga ya … 🙂
Jodoh buat Ria? Insya’allah adaaaa ….. Kriteria Ria yang seperti apa sih? Asal masih berwujud manusia (ya olooh … pastilah nggak mau cari jin ya? hihihi … ) insya’allah ada. Makanya ayo, ayo kita temukan … 🙂
Wah, Ria nampaknya sependapat dengan Uda Vizon, bahwa teman pun ada ‘jodoh’nya. Aku juga sependapat Ria, ada kalanya kita merasa ‘klik’ dengan seorang teman, meskipun baru sebentar kenal. Sebaliknya, dengan teman yang sudah bertahun-tahun kenal, ya cuma gitu-gitu aja … 😉
bukankah kita diciptakan sudah berpasang2, jadi tentu sudah disediakan jodoh untuk masing2….
Tuti :
Betul Joe, tinggal berusaha saja untuk menemukan pasangan kita itu … 🙂
Sekarang emang lagi musimnya nikah, ya, bu…
Undangan Nikah bertebaran dimana-mana….
Semoga memang merekalah pasangan yang berjodoh….
^_^
Tuti :
Betul, apalagi pada hari Minggu kemarin, pas jam 10, tanggal 10, bulan 10, tahun 2010 … wah, banyak pasangan ingin menikah pada saat itu 🙂
Ya, semoga pasangan-pasangan itu abadi selamanya …
Jodoh tidak selalu identik dengan Cinta !
Tetapi “Cinta” bukanlah sekedar mencari pasangan yang sempurna, melainkan dapat menerima pasangan kita dgn lebih sempurna…yah sempurna luar & dlm…
Alah….lebay banget yach mbak, teori saya diatas…. tapi sepertinya kata-kata di atas yg membuat saya tetap menjalani kehidupanku sampai sa’at ini….
hahaha….jadi gimana githu…kalau membahas soal jodoh, cinta, pasangan dan sejenisnya, hehehehe…….
Duh kabur dulu mbak….diuber meeting…..hahaha….
Best regard,
Bintang
Tuti :
Quote : “Cinta” bukanlah sekedar mencari pasangan yang sempurna, melainkan dapat menerima pasangan kita dgn lebih sempurna…yah sempurna luar & dlm…
Wah, setuju sekali, Mbak Linda. Menerima dan mencintai dengan sempurna, wow indahnya …. (meskipun sering kali tidak gampang 🙂 ).
Ehm … kok jadi ‘gimana githu’ Mbak? Kayaknya banyak cerita nih. *nunggu Mbak Linda berbagi cerita* 🙂
salam hangat Mbak …
saya pernah pacaran 7 tahun…tapi ternyata bukan jodohku.
tidak pernah berpikir untuk menikah dengan orang asing, apalagi orang Jepang. Tapi, itu jodohku. Mungkin diawali dengan ,”Loh kamu tanggal lahirnya sama denganku ya?”
Dan teringat sejak datang ke Jepang, aku suka sekali mendengar sebuah lagu “Ii hi tabidachi”, yang dalam liriknya : “Entah di mana di Jepang ini, ada yang seseorang yang menungguku”….
Jodoh? Soulmate? Memang sulit didefinisikan.
EM
Tuti :
Tujuh tahun dan akhirnya berpisah ya Mbak? Pasti menyedihkan, tapi lebih baik sedih di awal daripada sudah terlanjur menikah dan ternyata tidak cocok. Ehm … apakah itu yang membuat Mbak Imel memutuskan untuk pergi ke Jepang? Aiiiih … mau tahu aja *jitak kepala sendiri* 😀
Kayaknya sejak awal memang Mbak Imel sudah mendapat ‘sign’ akan hidup selamanya di Jepang, dengan menyukai lagu “Ii hi tabidachi” itu. Apalagi sekarang sudah ada Riku dan Kai. Itulah jodoh. Semoga selalu bahagia dan diberkati Tuhan ya Mbak … 🙂
Setuju Imel…
Zaman dulu, namanya lulusan Fak Pertanian IPB..mesti mak bleng masuk Departemen Pertanian, Bulog dan kawan2nya. Lha kok lamaranku kayak hilang (atau nggak diterima)…sampai saya masukkan lamaran di Bank BUMN, pas udah lulus tahap ke 6 (wawancara), baru panggilan dari mana-mana datang….jodohkah?
Terus cari rumah..kalau belum sreg juga jangan dipaksa….
Suami…? Wahh…berkelak kelok kayak sungai yang akhirnya masuk ke laut…hahaha…sempat stres juga…lha pacaran lama putus…terus setiap kali, udah terasa dekeeeet… akhirnya putus juga gara-gara nggak sreg…
Akhirnya…. sholat malam, mohon ditunjukkan yang mana sih…..ehh suatu ketika ketemu teman lama, suatu kesempatan saya diajak ke tempat kos nya untuk dikenalin sama teman-temannya…ehh ruangan tempat kost nya persis mimpi yang datang berulang-ulang menemani tidurku. Langsung dehh…dalam hati…ini dia…. (hahaha…kok kayak nangkep apa ya…)
Tuti :
Wah, jalan untuk menemukan pasangan hidup berkelak kelok kayak sungai yang akhirnya masuk ke laut ya Mbak? Lumayanlah, di sungai kan bisa berenang. Ada lho yang jalannya naik turun gunung, menerabas hutan menantang badai … 🙂
Memimpikan ruangan kost calon suami? Bukan memimpikan sosok orangnya ya Mbak? Untung waktu itu Bapak belum pindah kost ya. Lha kalau sudah terlanjur pindah dan kamar kostnya dihuni orang baru, kan bisa salah pilih jodoh … hehehe … 🙂
menurut saya, cari rumah, kerjaan, apalagi pasangan hidup, adalah jodoh2an.
ketiganya membutuhkan perasaan “klik”.
meskipun udah klik, kadang ketika dikejar pun belum tentu dapet, bisa jadi memang bukan jodoh kita, atau BELUM jodoh kita.
klo keukeuh mau kalkulasi di atas kertas juga bisa saja. seringkali berhasil, tapi kadang biarpun sudah jungkir balik, kok ya belum bisa.
dulu saya mengincar/lamar beberapa kerjaan, adaaa aja batu rintangannya (mulai dari tiba2 ada ujian di kampus, atau udah sampai hampir tanda tangan kontrak tiba2 kurang sreg, atau kelewatan hari seleksinya).. sadar2 jalan hidup membawa saya ke sini. klo dirunut, dulu mungkin ga kebayang bakal “iseng” terdampar di sini, tante..
semoga ini memang yang terbaik. dan emang harus jadi yang terbaik ya tante, ga boleh pasrah gitu aja 🙂
Tuti :
Kalau aku nggak cuma cari rumah, kerjaan dan pasangan hidup yang harus ‘klik’, beli sepatu pun harus ‘klik’ … 😀
Hah … ‘iseng’ terdampar di situ? Orang lain mati-matian untuk bisa ke’situ’ lho Pen, dan belum tentu berhasil. Jadi, kayaknya memang jodoh Narpen untuk menjalani hidup di’situ’. Insya’allah itu yang terbaik, dan aku yakin Narpen nggak bakal pasrah kok … (ntar pasrahnya sama suami aja ya … hihihi … )
mencari jodoh
emang bs membuat
orang pinter menjadi bodoh….
lalu, jodohku siapa ?
dan jodohmu siapa ?
siapapun jodohmu
itulah yang terbaik….
dan siapapun jodohnya
itu harus disyukuri…..
jodoh….ohhh…jodohhhh…..ohhh
🙂
Tuti :
Jodoh Bang Mike siapa? Lah, kan sudah ada Bang … 🙂
Harus disyukuri juga kan … (kenalin dong 🙂 )
sampe ke biro jodoh, …….. setiap orang kan udah ada pasangan bkan..
salam ..
Tuti :
Ke biro jodoh itu salah satu upaya untuk menemukan pasangan …
salam juga 🙂
alhamdulillah sudah ketemu bunda.. 🙂
saya takjub dengan mereka yang selalu sabar menantikan jodohnya sampe usia tidak muda lagi..
emang bener sekali lahir, jodoh, mati adalah rahasia Tuhan. Mo diusahain kayak apa.. keputusannya tetep di tanganNya.
anyway, ngeblog itu juga bisa jadi sarana cari jodoh juga lho Bunda Tuti.. saling mengenal lwt tulisan …
Tuti :
Alhamdulillah, semoga awet, rukun, dan cinta selamanya ya Jeng … 🙂
Yang sabar itu karena memang harus sabar. Lha gimana kalau belum ketemu, mosok harus panik terus nabrak-nabrak 😀
Betul jeng, ngeblog juga bisa jadi sarana cari jodoh. Tapi buat yang belum nikah aja ya, jangan cari jodoh untuk yang kedua, ketiga, dan ke sekian … 😮
Ehm … apakah ini pengalaman pribadi? 🙂 🙂
Assalamu’alaikum bunda Tuti. Wah…nyuwun pangapunten sampun dangu kulo mboten sowan. Pas lihat ada tulisan jodoh kok langsung deh badan yang agak meriang karena lagi flue berat jadi seger. Saya juga setuju, jodoh adalah misteri. Dan misteri ini clue nya hanya Tuhan yang tahu. Mau dtg dr mana, lewat apa dsb. Saya juga merasakan soalnya. Siapa yang diharap eh siapa yang datang hahaha. Alhamdulillah walau pun tidak sesuai plan untuk bisa menikah umur 27, tapi insya Allah Ayahnya Dita adalah jodoh seumur hidup saya. Amin 🙂
Tuti :
Wa’alaikumsalam Bundit 🙂
Iya, sudah lama Bundit nggak mampir ke sini. Tapi nggak papa kok, pasti lagi sibuk dengan pekerjaan dan ngasuh Dita, kan? Terimakasih lho, sudah mau mampir lagi …
Alhamdulillah, pasti ayahnya Dita adalah pilihan Allah yang terbaik buat Bundit 🙂 Semoga selalu dilimpahi rahmat dan barokahNya. Amiin … 🙂
mudah2an saya mendapatkan jodoh yang terbaik..
Amin..
Wah deg2an juga ya masa-masa menjelang usia pantai masuk ke pernikahan..
😀
Tuti :
Amin, semoga menemukan pasangan terbaik …
Santai saja, kalau sudah jodoh nggak akan kemana … 🙂
Saya punya banyak stock perjaka nih.. ayo ayo…
Tuti :
Stocknya banyak, didiskon nggak tuh? 😛
W suka kata” mbak..
Klo diam di rumah mana ada yg nyamperin..
Klo mbak mau jd mak comblang, tolong cariin cewk bwt w donk mbak..
Selama nie nyari sendiri lom pernah ada yg cocok..
asalamualaikum ?
tolong bu . di liat gmna jodohku nanti cpa ?
aku takut menemukan jodoh yang salah …
bisa di liat cri”nya …
tahayul ce vi cpa tau anda di kaci tau ma Tuhan di suruh sampaikan ke aku hembb
ku tgu lz”an
lagi butuh niiih ada sesiapa gk aq cowok 27thn
No. q 0169512213
sms/call
Aq tunggu yah.
http://www.mencari janda.com