KETIKA MIMPI MENJADI SUMBER INSPIRASI
Andrea Hirata. Anak muda Belitong itu telah membuat sekian juta orang di Indonesia tergugah dari kubangan stagnasi situasi hidup kebangsaan yang menyesakkan dan tanpa harapan. Andrea telah meluncurkan kembang api raksasa ke langit gelap, memencarkan cahaya yang indah kemilau dan terang benderang, membuat kita tiba-tiba tahu apa yang ada di sekitar kita dan apa yang mestinya kita lakukan.
Novel “Laskar Pelangi” adalah novel yang luar biasa. Bahasanya indah mempesona, jalinan kisahnya heroik, namun juga menyayat hati sekaligus lucu menyegarkan. Membaca novel ini membuat kita mengusap air mata haru, sekaligus tertawa terpingkal-pingkal hingga keluar air mata pula!
Menceritakan apa isi novel “Laskar Pelangi” rasanya hanya meremehkan pengetahuan dan pengalaman batin anda, karena saya yakin hampir semua dari kita sudah membaca, paling tidak pernah mendengar tentang novel yang menceritakan perjuangan Bu Muslimah dan sepuluh muridnya ini.
Sampul depan “laskar Pelangi” edisi baru (hard cover)
Novel yang telah menggugah jiwa dan membangkitkan semangat sekian juta orang Indonesia (dan orang luar Indonesia) ini telah diangkat ke layar lebar. Kehebatan novelnya membuat film ini demikian ditunggu-tunggu kehadirannya, dengan penuh debar dan rasa tak sabar. Pada tanggal 12 September 2008 jam 21.30, acara “Kick Andy” di Metroteve yang setahun lalu memperkenalkan novel ini dan membuatnya demikian populer, menghadirkan film “Laskar Pelangi” dengan menampilkan para pemain pendukung serta anak-anak muda kreatif yang berada di belakang pembuatannya.
Salah satu snapshot indah film “Laskar Pelangi”
Kesepuluh pemeran anggota Laskar Pelangi yang terdiri dari anak-anak asli Belitong (Andrea selalu menulis ‘Belitong’, bukan ‘Belitung’) dihadirkan di studio Kick Andy, ditambah dua tokoh pendukung yaitu Flo dan Aling. Salah satu kekuatan novel Laskar Pelangi adalah karena novel ini merupakan rekaman kisah yang benar-benar dialami Andrea Hirata di tanah kelahirannya. Pengambilan syuting yang dilakukan di lokasi asli serta pemilihan pemain dari Belitong dilakukan oleh Mira Lesmana dan Riri Riza, produser dan sutradara film ini, untuk memunculkan atmosfir lokal yang benar-benar asli Belitong.
Melihat Pelangi …. anggota Laskar Pelangi berkumpul dan bersama-sama menyaksikan pelangi
Ibu Muslimah, guru SD Muhammadiyah tempat Laskar Pelangi berjuang menggapai masa depan, menjadi tokoh sentral dalam novel dan film ini. Ibu guru inilah, yang dengan ketulusan, keikhlasan, cinta kasih, sekaligus kecerdasan dan semangat bajanya, yang telah membuat Andrea kecil menanamkan tekad dalam dadanya, bahwa suatu saat kelak dia akan menulis tentang ibu guru yang sangat dicintainya itu. Dalam flm, Bu Mus diperankan oleh Cut Mini, yang memang memiliki kemiripan wajah dengan Bu Mus. Ketika hadir di acara Kick Andy, Cut Mini sempat menangis melihat penayangan snapshot film Laskar Pelangi. Jika pembaca novel Laskar Pelangi saja terharu mengikuti perjuangan Bu Mus dan kesepuluh muridnya, tak diragukan lagi bahwa para pemain film ini, yang menghayati benar semangat Laskar Pelangi, bergaul dengan anak-anak asli Belitong, menginjak tanah dan menghirup udara Belitong, merasa demikian lekat dengan Laskar Pelangi.
Bu Mus dan Pak Harfan, guru dan kepala sekolah SD miskin yang pantang menyerah
Bu Mus dan kesepuluh muridnya yang pemberani, yang kemudian diberinya nama “Laskar Pelangi”
Andy F. Noya, host acara “Kick Andy” yang piawai menghidupkan dan memancing spontanitas para tamunya itu, memperkenalkan satu persatu tokoh Laskar Pelangi. Lintang, anak jenius yang akhirnya terpaksa berhenti sekolah karena ayahnya meninggal dan dia harus bekerja untuk menghidupi emak serta adik-adiknya, A Kiong yang lucu imut-imut, Mahar yang jiwa seninya melonjak-lonjak melampaui keterbatasan kampung udik tempat sekolah mereka berada, Borek alias Samson yang terobsesi ingin memiliki tubuh pria perkasa dan berotot, Sahara yang pemberani dan galak bukan kepalang, Kucai yang tak pernah diijinkan oleh teman-temannya berhenti jadi ketua kelas, Flo anak gedongan yang memilih meninggalkan sekolah elit dan bergabung dengan anak-anak miskin Laskar Pelangi. Anak-anak itu tampil dengan polos dan spontan, jauh dari akting bintang film yang sudah ‘berbau skenario’.
Borek, A Kiong, Mahar, Kucai, dan Lintang diajak ngobrol Andy F. Noya
Mira Lesmana, Sahara, Flo, dan Riri Riza yang duduk di bangku penonton
Nidji, group band anak muda yang sangat populer itu, dipercaya mengisi sound track film Laskar Pelangi. Giring, vokalis Nidji yang rambutnya ‘awul-awul’ seperti mie keriting itu, jauh-jauh hari sudah jatuh cinta berat pada novel Laskar Pelangi dan bertekad kepada teman-temannya bahwa jika novel Laskar Pelangi difilmkan, merekalah yang harus membuat sound tracknya. Tanpa dinyana tanpa diduga, suatu pagi Mira Lesmana mengirim sms kepadanya, menanyakan apakah Nidji mau membuat lagu untuk film Laskar Pelangi yang sedang dibikinnya. Kontan, anak muda yang enerjik ini jungkir balik, berjingkrak melompat-lompat saking girangnya …
Giring menyanyikan lagu “Laskar Pelangi” yang diciptakan Nidji
Dimanakah tokoh Ikal, atau Andrea Hirata kecil yang menjadi lakon utama film ini? Oh, sudah tentu Andy F. Noya tahu betul bahwa semua penonton menunggu-nunggu kemunculan tokoh ini, oleh karena itu ia disimpan dulu, untuk dijadikan ‘gong’ pada akhir acara. Andrea gede dan Andrea kecil muncul bersama menjelang acara berakhir, memuaskan rasa rindu dan penasaran sekian juta pemirsa di studio maupun di seantero Nusantara. Ketika foto masa kecil Andrea ditayangkan di screen, tampak bahwa wajahnya memang mirip dengan Zulfani, pemeran Andrea kecil dalam film Laskar Pelangi.
Banyak hal-hal lucu yang muncul dari kepolosan Zulfani saat menjawab berbagai pertanyaan Andy. Ketika ditanya episode apa yang paling sulit diperankannya dalam film ini, Zulfani mengatakan, pada adegan ketika ia memunguti kapur yang dijatuhkannya, dan bersirobok pandang dengan Aling, gadis Tionghoa kecil yang diam-diam menjadi bunga mimpinya dalam tidur maupun jaga. Ketika Andy bertanya lagi, apa sulitnya, Zulfani menjawab dengan polos “Malu, karena saya belum kenal dengan Aling sebelumnya”. Persis seperti apa yang benar-benar dialami Andrea dalam kisahnya.
Andrea (Ikal) gede dan Ikal kecil …. memang mirip …
Banyak orang yang ‘takut’ ketika novel Laskar Pelangi akan difilmkan. Para pembaca, yang sudah demikian terasuki oleh image tentang Laskar Pelangi, telah memiliki film di otak mereka masing-masing. Banyak yang takut film Laskar Pelangi nantinya tidaksesuai dengan apa yang ada di dalam otak mereka. Namun Andrea Hirata sangat bersemangat memfilmkan novelnya. Ada alasan yang sangat penting baginya, yang mungkin tidak dipahami oleh para pembaca, yaitu ia ingin menghadirkan semangat Laskar Pelangi di pulau kecil tempat ia menjalani masa kanak-kanaknya, ia ingin memompakan semangat Laskar Pelangi di kalangan anak-anak muda di tanah kelahirannya. Ia ingin menunjukkan, betapa impian yang kuat bisa terwujud dalam hidup siapa saja. Dan itu tercermin pada diri anak-anak Belitong pemeran Laskar Pelangi, yang semula begitu jauh di pulau terpencil, lalu mendadak bisa bermain dalam film dan bekerja dengan aktor-aktor dan seniman besar. Andrea ingin menunjukkan, bahwa mimpi adalah milik yang sangat berharga, bahwa mimpi adalah sumber kekuatan.
Andrea Hirata, orang muda yang berhasil menggugah semangat sekian juta orang untuk bangkit dari kepasrahan kepada nasib, dan bekerja keras untuk memujudkan mimpi
Saya kagum pada Andrea Hirata, absolutely. Bukan saja pada kehebatannya dalam menulis novel, tetapi terlebih pada konsistensi sikap hidupnya. Ia bersikap dan berbuat sama seperti apa yang ia tulis. Ketika kita muak dan putus asa melihat perilaku para politisi dan pemimpin yang serakah, munafik, serta saling berkelahi memburu harta dan kekuasaan, Andrea mengajak kita untuk langsung berbuat apa yang kita bisa, mewujudkan prestasi maksimal yang bisa kita capai.
Sudah barang tentu, setelah menjadi komoditas yang dikelola secara businesslike, Andrea Hirata dan tetraloginya (“Laskar Pelangi”, “Sang Pemimpi”, “Edensor”, dan “Maryamah Karpov”) harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku di dunia bisnis. Namun demikian, ia dan semangat yang dipompakannya tetaplah merupakan kekayaan bangsa yang patut kita hargai dengan setinggi-tingginya.
Laskar Pelangi akan diputar serentak di bioskop-bioskop pada tanggal 25 September 2008. Catat dan luangkan waktu anda untuk menontonnya.
Andrea Hirata dan novelis yang dikaguminya ….. eh, terbalik, Andrea Hirata dan pengagum novelnya …
mbak tuti,
waaah … mau dong ketemu Andrea Hirata, saya baca ke 3 novelnya dan selalu ikuti beritanya.
Mudah2an akan jadi inspirasi dan motivasi anak muda yang lain, seorang Andrea hirata…dari sebuah desa kecil, mampu mandiri, sukses … yang lain seharusnya mampu.
Oh ya, mau upload foto saya waktu nyanyi ?? Boleh, boleh …
Nanti biar pada heran, kok Ibu Dyah bisa nyanyi ???….hi..hi..
bener2 perlu belajar pada mbak tuti
Tuti :
Pengin ketemu Andrea Hirata? Gampang, undang aja Andrea ke Yogya. Dikaitkan dengan event apa gitu di kelompok bisnis Mbak Dyah …. “Kreasi Jilbab Anissa II” atau lomba mbungkus kado di “Kado Kita” …. hehehe … nggak nyambung ya??
Ya deh, suatu saat nanti foto panjenengan yang lagi nyanyi saya upload di blog. Siapa tahu ada produser rekaman yang tertarik, akan tambah satu lagi profesi Mbak Dyah : penyanyi top! 😀
Saya selalu ada waktu luang, tetapi gimana ya caranya bisa nonton pemutaran perdananya. Sabar deh nanti beli DVD nya kalau sudah beredar. Kemarin nggak bisa liat Kick Andy karena lagi keluar rumah. Untung ada ulasan dari mbak Tuti, jadi tau perkembangannya. Semoga bagus filmnya. terimakasih
Tuti :
Ya, saya kira Mbak Yulis bisa beli DVDnya. Cuma, kalau film bagus gitu lebih seru nonton di bioskop. Selain layarnya lebar, ada suasana ‘kebersamaan’ dengan penonton lain, yang akan lebih membangkitkan emosi kita.
Nah, kan Mbak Yulis mau pulang ke Indonesia Desember nanti, mudah-mudahan filmnya masih diputar di bioskop.
Hmmm belum pernah nonton dan belum pernah baca novelnya hehehe…. Tetapi yang jelas banyak kejadian (terutama di Indonesia), novelnya bagus tetapi setelah diangkat ke layar putih hasilnya mengecewakan, entah karena sutradaranya kurang bisa menjiwai novelnya, entah anggarannya kurang, entah sutradaranya kurang kreatif dsb… Yang jelas kalau sudah jatuh cinta dengan novelnya dan ingin lihat filmnya, harus udah ‘siap2 untuk kecewa’ karena mungkin visualisasi yang ada di film
jauh sekalisedikit berbeda dengan visualisasi yang ada di benak kita saat membaca…..Tuti :
Belum baca “Laskar Pelangi”? Waaa….. kemana aja Mas? Heboh banget tu novelnya …
Betul, film seringkali ‘tidak seindah’ novelnya. Itulah yang dikhawatirkan para pecinta Laskar Pelangi ketika mendengar novel ini akan difilmkan. Mengapa film tidak seindah novelnya, karena dalam novel imajinasi bisa berkembang tanpa batas, sementara dalam film banyak sekali keterbatasan yang menjadi kendala. Seperti kasus “Ayat-Ayat Cinta” (belum baca juga ya Mas? Walah … ), novelnya saya kurang suka, filmnya apalagi, saya sebel. Memang menonton film dan membaca novel harus dilakukan dengan kacamata yang berbeda (yang satu merah, yang satu ijo …… 😀 )
Salut buat Andrea Hirata, saya sudah membaca “edensor” dan “sang pemimpi”… tapi terus terang belum untuk yang “laskar pelangi”. Belum sempat dan sekalian menunggu rilis film sekalian. 😛
Tuti :
Edensor adalah yang paling lucu dan seru dari ketiga novel yang sudah terbit. Wah, kok bisa belum baca “Laskar Pelangi”? Idealnya tiga novel itu dibaca urut, karena ceritanya sambung menyambung.
Seperti mimpi “si Ikal” Andrea jg di acara Kick Andy!, jangan2 pilemnya lebih bagus dari nopelnya. Let’s see…
Meskipun sy blm baca ampe akhir cerita Laskar Pelangi ini, coz blm sempat en cm bc lewat e-book, tetap penasaran dg akting para pemainnya.
Btw, poto terakhir
(yg dikit narsis), bung Andrea menemui Ibu dmn tuh? (kebalik gk ya??)Tuti :
Poto terakhir sedikit narsis? Salah. Yang benar, poto terakhir itu narsis poool ….. 😀
Hehe, biar aja, saya senang banget bisa punya foto itu, saya tempel di halaman pertama ketiga novel Andrea, yang juga sudah dicoretin tandatangannya (ck ck ck …).
Jadi ingat masa muda, ketika saya masih ngetop dulu (walah, kapan??? ). Banyak fans yang kirim surat dan datang minta tanda tangan. Hehehe …. nostalgila … 😀
Ketemu Andrea dimana? Wah, biarlah itu menjadi rahasia kami berdua …. 🙂
Biasanya kalau sebuah novel sudah diangkat ke layar lebar pasti akan diusung pula menjadi sebuah sinetron di televisi. Dari ketiganya, yang paling bagus adalah versi novelnya, sebab novel menggambarkan isi cerita secara keseluruhan.
Tuti :
Setuju, Mas Mufti. Itulah sebabnya saya tidak mengijinkan novel saya difilmkan …. 🙂
(*nggak usah didengerin, lagi kumat*)
kalimat yang menyebut, mbak Tuti kagum kepada Andrea bukan karena kehebatannya menulis novel, tp lbh karena konsistensi sikap hidupnya……., merupakan key word dlm tulisan mbak yg sangat inspiring and educated ini…….
ya,…..kita memang hrs bs meneladani mbak Tuti yang dikagumi novelis itu………(ehhhh, kebalik ya ?
langsung ngacir takut diomelin)
Tuti :
Uhuq uhuq (*langsung tersedak dipuji Mas Agus*).
Saya nggak dikagumi Andrea nggak papa kok Mas, yang penting dia mengagumi saya … lho?? (*gubrak, jatuh kecebur got ….*)
Wah, aku belum pernah nonton nih.
Tapi kayaknya seru banget ya?
Tuti :
Memang belum ada yang nonton Mas Edi, lha wong baru tanggal 25 September besok diputar di bioskop.
Nonton ya Mas, pasti seru (apalagi kalau bawa mercon …. 😀 )
Mulai cekalang Daffa mau banyak-banyak tidur lagi Bude, biar sering mimpi, kalo da gitu kan banyak dapet sumurnya sumber inspirasi ya.
Tuti :
Iya Daffa, nanti pasti Daffa dapet inspirasi gimana caranya ngutak-atik laptop Opa, agar Daffa bisa blog walking ke semua blog yang ada di dunia maya ….
Saya juga salah satu pengagum buku-buku Andrea…lucu, berisi, mengharukan, detail….pokoke keren habis..
Tuti :
Wah, kita se’nasib’ dong kalao gitu. Eh, Andrea itu sudah punya isteri apa belum sih? (yeeee …. apa hubungannya?)
Saya menunggu filmnya, katanya akan main untuk liburan lebaran ini di bioskop….
Tuti :
Betul, Mbak Enny. Akan diputar di bioskop mulai tanggal 25 September, menjelang Lebaran. Mau beli tiket sekarang? Bisa lewat saya …. (lho, kok terus nyalo … 😦 )
Aku punya kakak ipar (kakak istriku), seorang guru SD (di SD Negeri Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan), kira-kira tiga bulan yang lalu berceritra di rumah kami tentang Laskar Pelangi. Sebenarnya kakak ini orangnya introvert, sering digoda oleh saudara-saudaranya karena suka mengalah, banyak berkorban untuk keluarga, dan tak pernah mau menang sendiri.
Tapi bercerita tentang Laskar Pelangi, matanya berbinar-binar dan semangatnya menggelora. Itulah jiwa seorang guru ya. Aku teringat dengan : Lagu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa ,sssssttt…..terpujilah engkau wahai…………….. bapa…ibu…guru………
Salut kepada Andrea dan koleganya, termasuk dheeek Tuthi Soemarningsih.
Tuti :
Bang Sis, ‘tanda jasa’ memang nggak perlu kok, yang penting ada ‘tanda terima’ amplop …. hehehe 😀
Wah … Bang Sis jangan mengubah-ubah nama saya dong …. harus pake upacara adat tuh …
Novelnya sudah saya beli, tapi belum juga sempet di baca, jadi masih terbungkus. Besok deh. kalo sempet saya baca juga.
Tuti :
Wah …. Pakde, rugi lho kalau novelnya cuma ditumpuk aja di rak buku. Silahkan dibaca, ditanggung nggak kecewa (atau kecewa nggak ditanggung? …. 😀 )
teringat dengan tulisan mbak ini
saya merasa perlu menunggui recorded
Kick Andy Minggu siang kemarin…..
saya betul2 terharu….
wl hanya melihat sepintas potongan film Laskar Pelangi itu
thanks atas tulisan mbak tuti yng inspiratif ini
*ternyata tak cuma Andrea Hirata saja perlu dikagumi,
mbak tuti juga……sebab antara Andrea dgn Tutinonka pny kesamaan ; sama2 memiliki konsistensi sikap dalam menjalani kehidupan
Tuti :
Saya juga ingin nonton kembali penayangan ulang pada hari Minggu siang kemarin, sayang sekali ada acara di kampus, jadi lewat deh …
Saya yakin mas Agus juga salah seorang yang memiliki konsistensi sikap seperti Andrea. Sebagai mantan aktivis HMI, pasti idealisme itu tak pernah hilang.
Terimakasih atas pujiannya (baju saya kok jadi sesak nih ….. 😀 😀 )
Hhmmm … satu lagi novel yang di filemkan …
Masing-masing punya kelemahan dan kelebihan sebagai media ekspresi …
Yang jelas Laskar Pelangi … (juga Sang Pemimpi dan Edensor ) adalah novel-novel inspiratif …
Mudah-mudahan Miles Production berhasil mengangkat Novel ini kedalam layar kaca ya Bu …
Kita tunggu …
Kita tunggu …
(sudah tidak sabar lagi ini …)
(Juga menunggu “Maryamah Karpov” tentu …)
Tuti :
Tentu, Pak NH ….
Novel dan film punya ‘bahasa’ masing-masing untuk menyampaikan keindahannya. ‘Gawat’nya, penulis novel memiliki imajinasi yang kadang kala sulit divisualkan, misalnya ‘bidadari menari dalam pelukan pelangi ‘ …. Meskipun pada saat ini, gambar-gambar seperti itu bisa saja divisualkan dengan teknologi digital. Tetapi memvisualkan kerinduan Ikal pada Aling, sungguh tidak mudah.
Nah, yang lebih ‘gawat’ lagi, pembaca novel biasanya juga punya imajinasi sendiri yang tanpa batas, sesuai dengan intensitas emosi dan wawasan yang dimilikinya. Lima juta pembaca, bisa muncul lima juta imajinasi yang berbeda.
Kita harus siap dan ‘rela’ menonton film yang mungkin berbeda dengan imajinasi kita ….
pemutaran perdana tanggal 25 september ya Bu.. semoga masih bisa nonton rencana balik ke Bangkok tgl 3 oktober nih..
Tuti :
Iya, Jeng Zahliy. Wah … baru mudik nih? Lebaran di tanah air ya. Selamat antri tiket deh, soalnya pada minggu awal pemutaran film, saya menduga penonton akan mbludak
wah bu tuti ini sm andrea hirata lucunya sama dech… (jd pengen nyubit pipi saking lucunya,hehe…)
baca nopel andrea ngekek2, baca postingan n komentar bu tuti ngakak2….
saya blm baca laskar pelangi, baru baca “sang pemimpi’ sama “edensor”, itu aja pinjeman…(gak modal…)
pengen skali2 ke bioskop nntn pilem (ya iyalah masak nntn sirkus….), apalagi pilemnya keren gni…(kl dr nopelnya sich gtu ya…), tp anak dirumah sapa yang njagain…???
bu tuti…tulung kulo nitip anak sekedhap angsal mboten njih??? hehehe…. (wah bu tuti…udh jd humas, mau nyalo tiket, mlh skrg disrh jd baby sitter jg…)
just kidding njih,bu…
Tuti :
Wah, mas Oen belum tahu ya, saya ini konsultan novelnya Andrea. Si Ikal itu belum berani menyerahkan novelnya ke penerbit kalau belum saya rekomendasi. Waktu saya diam saja baca ketiga novelnya, Andrea kalang kabut. Dia mendesak saya, apakah “Laskar Pelangi”, “Sang Pemimpi” dan “Edensor” kurang lucu? Terpaksalah saya mengaku, ketika baca “Laskar Pelangi” kaca mata saya ketinggalan, sehingga saya pegang novelnya terbalik. Ketika baca “Sang Pemimpi” saya sedang menahan pipis, sehingga takut jebol. Lha waktu baca Edensor? Andrea tanya. Saya bilang, waktu itu saya lupa nggak pake gigi palsu, jadi takut dia semaput lihat gusi saya yang gundul ….
Mas Oen mau titip anak? Welhadalah …. emang tempat penitipan barang di stasiun udah penuh?
😀 😀
Membaca 3 novel Andrea Hirata (terutama yang Laskar Pelangi) adalah emosi yang terus campurbaur, antara terharu, tersenyum, manggut-manggut, mbrebes mili sampai ngakak-ngakak bu…
Tuti :
Memaaaang ….. makanya rugi banget yang belum baca novel-novel ini. ‘Gila’ memang si Ikal itu. Kebetulan semua lagu yang dia sebut di novel-novel itu saya tahu, kebetulan lagi saya 10 tahun sekolah di Muhammadiyah, jadi term-term yang dia pakai itu saya kenal betul.
gimana kalo laskar pelangi di ganti laskar joko tingkir kaya julukan tim sepak bola dari PERSELA lamongan
he…he….
Tuti :
Kayaknya harus nyewa kapal dulu deh, soalnya dari pulau Belitung ke Jawa Timur kan nyebrang laut …
jadi pengin baca nih novel, di mana2 blogger cerita soal laskar pelangi
Tuti :
Mbak Ely belum baca to? Walaah …. ayo cepetaaaan …..
hidup Laskar Pelangi….aku juga pecinta LP…ga’ sabar tgl 25 nonton. Di bioskop ya…..
Tuti :
Ayo balapan ke bioskop …. satu, dua, tiga ……… dooor!!
aku penggemar Laskar Pelangi dan tetraloginya (walau belom baca semua…), aku juga penggemar Andrea Hirata, tapi yang paling penting untuk dicatet: AKU PENGGEMAR BLOG MBAK TUTI, ….. Soalnya mbak Tuti tuh lucu kalo nulis, lucu juga kalo balas komen. Tapi bikin aku nangis waktu baca ulasan Mbak Tuti tentang sang Ibu. Ijin ya Mbak aku link ke blogku. Aku baru beberapa hari ini bikin blog, blom ada isinya…hehehe. Mau belajar dulu ma Mbak Tuti…. (nggak pake “K” kan…?)
Tuti :
Terimakasih Dewi. Wah, jadi terharu nih … uhuk uhuk … 😦
Padahal aslinya saya nggak lucu lho, serius … sejuta rius malah. Aku banyak belajar dari Andrea Hirata juga. Tulisannya kan indah, mengharukan, tapi juga membuat kita terpingkal-pingkal. Tapi saya mah jauuh dibanding Andrea, jauh lebih cantik maksudnya (ya iyalah …. wong Andrea nggak pernah pake bedak dan lipstik 😀 )
Halo bu Tuti, sudahkah panjenengan mirsani film LASKAR PELANGI? Jika sudah minta dong komentarnya. Kami (saya memberanikan diri dengan randuweisin sebagai wakil dari penggemar Blog Tuti Nonka alias Tuti Nonkers, he he he) sungguh-sungguh sangat menantikan ulasan yang ndemenakake dari bu Tuti lho. Sampai sekarang saya belum bisa nonton akibat urusan keluarga. Ulasan sangat dinantikan oleh Tuti Nonkers yang dari luar negeri lho. Maturnuwun.
Tuti :
Hahaha …. Pak Eko bisa aja.
Sampai hari Sabtu (hari ini) saya belum berhasil dapat tiket. Penuh poool. Ponakan saya antri hari Jum’at siang kemarin, sampai hari Sabtu malam tiket sudah habis. Wah, perjuangan nonton Laskar Pelangi ternyata cukup berat … 😀
Pak Eko lagi di luar negri to?
upsss== mau nanyak niii….
yang menjadi LINTANG dewasa di filmm nya laskar pelangi tuu
paa LINTANG yang sebenarnyaaa….????????????????????????
coalnya penasaran aja nii!!!! sampai2 ke bawa dalam mimpi…
Tuti :
Waduh, saya belum sempat nonton filmnya tuh. Ntar kita tanyain ke Riri Riza ya …
dulu kan fakultas sy ( Sastra Indonesia Undip) ngdain event dgn mendatangkan andrea hirata, nah bodohnya sy ga ntn, soalnya dulu sy agk gak peduli dgn laskar pelangi…
padhal skrg sy hihterissss abisssssss.
andrea tu jenius ya? setuju kan?
Tuti :
Wah …. inilah yang namanya “sesal kemudian histeris abisss …”
Andrea sekarang sibuk keliling ke banyak kota-kota di Indonesia. Coba aja buka blognya, siapa tahu dari blog Andrea bisa diperoleh informasi kapan dia akan hadir di Semarang lagi. Kalau nggak salah, blog Andrea adalah http://sastrabelitong.multiply.com
Andrea jenius, so pasti setujuu …
aku sangat senang nonton film LP, yang paling terkesan adalah tokoh lintang………seorang anak yang pandai, cerdas dan penuh tanggung jawab…. tapi tidak bisa sekolah karena keadaan….. lintang di negeri ini nasib seperti kamu sangat banyak….. aku pengen ketemu lintang
Tuti :
Memang betul, Lintang di negeri ini masih sangat banyak. Maka bersyukurlah anak-anak yang bisa meneruskan sekolah, dan harus belajar dengan sebaik-baiknya. Tapi konon, Lintang itu adalah tokoh fiktif, tidak seperti anggota LP lainnya yang memang benar-benar ada orangnya.
Mbak ,
Mbak ada situs youtube kick andy yang menampilkan mereka ?
selamat sore ,, saya indah, saya ingin bertanya, bagaimana saya bisa mendapatkan link download utk bisa melihat videonya ? mohon bantuannya mbak ?