Catatan :
Tulisan ini pernah saya upload pada bulan Maret 2008, tetapi tampaknya belum banyak dibaca. Agaknya, kecenderungan para pembaca blog adalah membaca artikel yang diupload terakhir saja, sehingga saya merasa tidak ada salahnya mengupload tulisan ini kembali. Siapa tahu ada manfaatnya. Bagi anda yang sudah pernah membaca tulisan ini, mohon maaf dan silahkan dilewati saja. Terimakasih.
KEKUATAN OTAK KANAN
Seorang teman mengatakan, bahwa dia benar-benar tidak punya jiwa seni. Belasan tahun dia tinggal di sebuah kota yang memiliki keindahan alam dan budaya luar biasa, tetapi dia baru ‘melihat’ keindahan itu setelah saya memotretnya dan menunjukkan foto-foto itu kepadanya (padahal saya hanyalah fotografer jadi-jadian, yang memotret hanya dengan ‘auto mode on’ …).
Betty Edwards dalam bukunya “Drawing on The Right Side of The Brain” (1979) menolak gagasan bahwa sebagian orang tidak memiliki kemampuan artistik. ‘Menggambar’ sesungguhnya tidaklah sulit, ia berkata. Yang menjadi masalah adalah ‘melihat’. Dan rahasia untuk melihat — benar-benar melihat — adalah menenangkan otak kiri yang serba tahu sehingga otak kanan yang lebih lembut mengerahkan kekuatannya yang luar biasa.
Otak kiri? Otak kanan?
Otak kita adalah ciptaan Allah yang luar biasa. Otak terdiri atas 100 milyar sel, masing-masing sel berhubungan dan berkomunikasi dengan 10.000 koleganya. Secara bersama-sama mereka membentuk jaringan dari satu quadrillion (1.000.000.000.000.000) hubungan yang menuntun bagaimana kita berbicara, makan, bergerak, dan melakukan segala aktivitas hidup.
Dalam bentuk yang ‘mengerikan’ ini terdapat kemampuan yang melebihi kerja komputer paling canggih sekalipun. Otak kanan dan otak kiri, saling berdampingan.
Otak terdiri atas dua belahan, “otak kiri” dan “otak kanan”. Belahan kiri bersifat rasional, analitis, dan logis, sedangkan belahan kanan bersifat diam, tidak linear, dan naluriah. Belahan otak kiri berpikir secara berurutan, superior dalam analisa, dan mengendalikan kata-kata. Belahan otak kanan berpikir secara holistik, mengenali pola-pola, serta menafsirkan emosi-emosi dan ekspresi-ekspresi nonverbal.
Pada masa Hippocrates, para dokter percaya bahwa otak kiri adalah bagian tubuh kita yang paling penting. Tahun 1860 neurolog Perancis Paul Broca menemukan bahwa otak kiri mengontrol kemampuan berbahasa. Bahasa adalah kemampuan yang membedakan manusia dengan binatang. Oleh karena itu, sisi kiri otak adalah apa yang membuat kita menjadi manusia. Dua abad kemudian, terbukti bahwa pendapat ini keliru. Otak kanan memiliki fungsi yang berbeda, namun sama penting dengan otak kiri. Kedua belahan otak ini bekerja secara bersama-sama, menjadi dasar bertindak bagi seseorang dalam merespon apa yang terjadi di sekelilingnya.
Kemampuan berbahasa seseorang dikelola dari otak kiri. Namun, otak kanan tidak menyerahkan tanggungjawab sepenuhnya kepada otak kiri. Kedua sisi tersebut melakukan fungsi yang saling melengkapi.
“The Thinker”, patung karya Auguste Rodin (1902) yang sangat terkenal. Rodin sendiri adalah pemilik otak kanan yang sangat cemerlang
Setelah berbulan-bulan mendekati gadis idamannya, suatu ketika seorang pemuda mengajak sang gadis makan malam berdua di sebuah restoran. Setelah diam sejenak, si gadis tersenyum dan mengatakan bahwa makanan di restoran itu enak sekali, dan suasananya romantis. Otak kiri sang pemuda menerima informasi bahwa restoran yang akan mereka kunjungi menyajikan makanan enak dan suasana nyaman, sedang otak kanannya memberi tahu bahwa sang gadis siap menjalin hubungan yang lebih dekat dengannya. Otak kiri memahami teks, otak kanan menafsirkan konteks.
Sebagian orang lebih nyaman dengan penalaran yang logis dan berurutan seperti komputer. Mereka cenderung menjadi pengacara, akuntan, insinyur. Cara berpikir mereka adalah L-Directed Thinking, mengutamakan otak kiri. Sebagian orang yang lain lebih cocok dengan penalaran yang holistik, intuitif, non-linier. Mereka cenderung menjadi desainer, penghibur, seniman, konselor. Mereka berpikir secara R-Directed Thinking, lebih mengutamakan otak kanan.
Sketsa otak manusia yang dibuat oleh seniman Priyan Weerappul, di’masukkan’ ke dalam profil David karya Michelangelo.
Kalau kita menengok ke belakang, mulai dari abad ke-18, maka kehidupan manusia di muka bumi telah mengalami beberapa kali perubahan era. Pada abad ke-18, kita berada di Era Agrikultur, dimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menjadi petani. Pada abad ke-19, kita masuk ke Era Industri, manakala sebagian besar orang mencari penghidupan dari pabrik. Abad ke-20 adalah Era Informasi, yaitu ketika para ‘pekerja pengetahuan’ menguasai dunia dengan teknologi informasi digital. Nah, abad ke-21 adalah Era Konseptual, ketika teknologi sudah menjadi sedemikian mudah diperoleh, sehingga orang membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekedar benda yang memiliki fungsi. Perubahan era pada tiap abad itu disebabkan oleh tiga hal, yaitu affluence, technology, dan globalization.
Kita telah pindah dari suatu perekonomian yang dibangun berdasarkan tenaga manusia kepada sebuah perekonomian yang didasarkan pada otak kiri manusia, dan ke depan perekonomian akan berubah lagi, berdasarkan pada otak kanan manusia. Teknologi tinggi tidak lagi cukup. Kita perlu melengkapi kemampuan-kemampuan teknologi tinggi dengan kemampuan-kemampuan yang merupakan high concept dan high touch.
Mozart, musiknya dikatakan mampu keningkatkan kecerdasan bayi yang masih ada dalam kandungan
High Concept mencakup kemampuan untuk menciptakan keindahan yang artistik dan emosional, untuk mendeteksi pola-pola dan peluang-peluang, menyusun repertoar yang mengesankan, dan menggabungkan ide-ide yang tampaknya tidak berhubungan ke dalam suatu penemuan baru.
High Touch mencakup kemampuan untuk memberikan simpati, memahami seluk beluk interaksi manusia, mendapatkan kesenangan dalam diri seseorang dan memberikannya kepada orang lain, dan melewati kehidupan sehari-hari dalam mencari tujuan dan makna.
Di Era Konseptual, seorang pemegang gelar MFA (Master of Fine Arts) lebih dibutuhkan perusahaan dan dunia bisnis dari pada seorang MBA (Master of Business Administration). Ketika ekonomi dan teknologi sudah berlimpah, maka untuk membedakan barang dan jasa yang ditawarkan adalah dengan membuatnya menjadi indah secara fisik dan menarik secara emosional. Maka kemampuan-kemampuan high concept dari seorang seniman seringkali lebih bernilai daripada keahlian-keahlian otak kiri.
Einstein, jenius yang eksentrik
Pada Era Konseptual, kita perlu melengkapi penalaran yang diarahkan otak kiri kita dengan menguasai enam kecerdasan penting yang diarahkan oleh otak kanan. Enam kecerdasan high concept, high touch ini akan membantu mengembangkan sebuah pikiran yang benar-benar baru, yang dituntut oleh era baru ini.
1. Tidak hanya fungsi, tapi juga DESAIN. Tidak memadai lagi menciptakan sebuah produk, jasa, dan gaya hidup yang semata-mata fungsional. Saat ini adalah saat yang secara ekonomi penting dan berharga bagi setiap orang untuk menciptakan sesuatu yang juga indah, fantastis, dan menarik secara emosional.
2. Tidak hanya argumen, tapi juga CERITA. Ketika hidup kita penuh dengan informasi dan data, mengumpulkan argumen saja tidaklah memadai. Seseorang entah dimana pasti akan menemukan sesuatu yang berbeda untuk mengcounter maksud kita. Di titik inilah persuasi, komunikasi, dan pemahaman diri diperlukan untuk menciptakan suatu kisah yang menarik.
3. Tidak hanya fokus, tapi juga SIMPONI. Banyak hal di era industri dan era informasi membutuhkan fokus dan spesialisasi. Namun ketika pekerjaan ‘kerah putih’ dialihkan ke Asia (seperti misalnya teknologi komputer ke India), dan direduksi ke dalam software, ada sebuah penghargaan pada kecerdasan sebaliknya : menggabungkan bagian-bagian, atau membentuk simponi. Apa yang menjadi permintaan terbesar saat ini bukanlah analisa namun sintesa, melihat keseluruhan perspektif, melintasi batasan-batasan, dan dapat mengkombinasikan bagian-bagian terpisah ke dalam satu kesatuan baru yang mengesankan.
4. Tidak hanya logika, tapi juga EMPATI. Pemikiran logis adalah salah satu hal yang membuat kita menjadi manusia. Namun dalam sebuah dunia yang penuh dengan informasi dan alat-alat analitis yang maju, logika saja tidak cukup lagi. Apa yang akan membuat seseorang atau satu kelompok lebih maju adalah kemampuan mereka untuk memahami relasi dengan orang lain, mempererat hubungan, dan peduli kepada orang lain.
5. Tidk hanya keseriusan, tapi juga PERMAINAN. Sudah pasti setiap pekerjaan harus dipikirkan secara serius, tetapi bersikap tenang, memiliki selera humor yang baik, dan kemampuan untuk bermain membuat terciptanya keseimbangan dan tercapainya kesuksesan.
6. Tidak hanya akumulasi,tapi juga MAKNA. Kita hidup dalam dunia yang berisi kelimpahan materi. Kesejahteraan itu membebaskan kita dari perjuangan sehari-hari untuk sekedar mempertahankan hidup. Kita memiliki kebebasan untuk memperoleh kesenangan-kesenangan yang lebih bermakna : tujuan, transendensi, dan pemenuhan spiritual.
(Sumber : “Misteri Otak Kanan Manusia”, Daniel H. Pink, 2007, foto : Wikipedia)
Hore! Juara satu!
Di restoran sang gadis berkata: “darling …, masakan resto ini sunggyuh uenak…tapi masih lebih mak-nyus masakan ibuku di rumah lho…*kedip-kedip*”
Otak kiri pemuda menangkap: “masakan resto ini enak, tapi hmm…tidak yang terenak..”
Otak kanan pemuda menterjemahkan: “woloh…dia minta di lamar!” *dhung!*-jatuh semaput!
Tuti :
Selamat atas kemenangan Ernut! (*celingukan* … lomba opo sih?)
Di restoran, Ernut berkata : “Makanan disini enak, porsinya kecil-kecil”
Otak kiri pemuda menangkap :”Wah, Ernut belum kenyang”
Otak kanan pemuda menafsirkan : “Ernut minta dibungkuskan untuk makan sahur sekeluarga” Hwaduh … padahal keluarganya 11 orang …
Memang lebih canggih otak manusia ketimbang komputer. Komputer diciptakan kan karena hasil kerja otak manusia.
Tuti :
Betul Pak Edi. Jadi kenapa ya kita harus pakai komputer, wong otak kita lebih canggih dari komputer? (*bingung*)
“Otak kiri memahami teks, otak kanan menafsirkan konteks”
High Touch
High Concept …
Berat ini bu …
Atau mungkin aku yang ndak nyucuk ya …
Hmmm I need to re-read again …
(I’ll be back …)
Tuti :
Berat ya Pak? Nggak harus diangkat kok. Cukup diiris kecil-kecil, terus dicucuk satu-satu (lebih sedap pakai sambel … )
(*bercanda mode on*)
Mbak Tuti,
Kulo nuwun, saya Ayik 2Kribo. Kemaren sudah ngintip2, tapi baru sekarang berkesempatan menyapa..salam kenal ya…
Itu otak enak banget ya…(*dibayanginnya dalam keadaan anget2 sudah digoreng*)…wuikkk….(koment Ernut untuk koment Ayik: Nggilanik Yik, koment yang tak cerdas…!)
Tuti :
Monggoo … silahkan masuk Jeng Ayik. Saya tahu kok kalau kemarin diintip (makanya terus ‘in action’). Salam kenal juga …
Pernah makan otak manusia ya? Hwaduuh, mesti hati-hati nih kalau dekat Ayik, ternyata lebih kejam dari Ryan ….
Mbak, di dalam pendidikan dan pelatihan, sekarang orang tak hanya meningkatkan skill saja, tapi juga membangunkan kemampuan yang meningkatkan motivasi….mensinergikan otak kiri dan kanan…makanya dalam pelatihan ada pencampuran antara hard and soft competence….
Jika kita punya anak, dianjurkan juga melatih kedua otak ini….jadi ada latihan ketrampilan, namun juga ada latihan seni, agar kehidupannya seimbang.
Dan orang yang karirnya pesat adalah orang yang communication skill nya tinggi….tak hanya pintar di kelas saja…
Tuti :
Wah, Mbak Enny sebagai pakar pelatihan pasti faham betul masalah otak kanan dan otak kiri ini. Memang istilah hard and soft competence ini sekarang sudah sangat dikenal.
Dulu orang sering menganggap kemampuan di bidang seni kurang penting dibanding kemampuan di bidang science, tapi ternyata pendapat itu sama sekali tidak benar. Saya setuju sekali bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh rapor bagus dan IP tinggi, tapi juga oleh kepribadian dan kemampuannya bersosialisasi.
Dear mbak, sori ttg komen sodara kembarku ayiek ya..wong bicara ilmiah kok malah mikirnya thotholan…huehe..(jadi ingat cerita ibuku, dulu pas aku kecil kaluk ditanya pingin makan pake lauk apa, aku jawab “iwak otak”…)
Tuti :
)
Gak opo-opo Nut, sodara kembarmu itu kan identik dengan dirimu to?
Hehe, “iwak otak” memang gak ada, yang ada adalah “otak iwak”, contoh : “otak iwak pitik”, “otak iwak kebo” ….. (lah, podo bae iku!
ga tau knp, tiap kali iseng2 tes online perihal ‘otak’, selalu otak kiriku yg lebih dominan, sementara suami dgn soal tes yg sm, sll mendapat hasil yg seimbang, antara otak kanan dan otak kiri.
hihihi
Tuti :
Wah, berarti otak suami ada di tengah ya (seimbang kanan dan kiri ….. 😀 )
tulisan mbak tuti yg brilian ini (high concept, high touch)
agaknya perlu dicopy paste sekaligus
dipresentasikan di kalangan politisi kita
agar mereka bs hijrah dari low politics
menuju high politics
Tuti :
Perlu diperjelas nih, yang brilian itu ‘saya’ atau ‘high concept, high touch’nya? (supaya jelas, komisinya untuk siapa, gitu lho 😀 )
Wah, politisi kita kayaknya nggak suka main yang tinggi-tinggi Mas (takut jatuh ‘kali … ). Sekarang ini mainnya bukan saja di low politics, tapi ‘under low politics’. Mungkin terinspirasi iklan rokok “How Low Can You Go” …. 😀
Setelah membaca tulisan mbak Tuti, sepertinya otak kanan saya yang lebih dominan. Karena saya selalu mengutamakan perasaan. Contohnya ketika melihat seorang pencuri yang digebuki sampai mati, aku berfikir memang dia bersalah tapi bagaimana dengan keluarganya? siapa yang memberi makan anak dan istrinya? atau nonton film action semua pada mati dan tinggal sang pemeran utama yang hidup saya akan berfikir lagi, kasihan dia orang tidak berdosa kok mati tertembak dll. trus jadi sedih dan dada sesak padahal itu cuman film…. 😦 saya aneh apa gimana ya? Tapi untungnya hal hal tersebut yang membuat suami saya mencintai saya… 😛 terimakasih
Tuti :
Horee ….!! Hidup otak kanan! Hidup cinta!
Memang dari tulisan-tulisan Mbak Yulis, saya bisa melihat (ya iyalah, mosok tulisan didengar … 😀 ) kalau Mbak Yulis sangat sensitif dan lembut. So pasti ini yang membuat Mr. Marvin nggak ragu-ragu memperistri gadis Magetan yang cantik ini (padahal Magetan itu dimanaaaaa …. pasti pikir Mr. Marvin … hehehe)
Wow bagusnya postingan mBak Tuti, kalau saya nggak baca (dulu) karena belum daftar he he. Saya pernah pula membuat tulisan serial otak dalam kaitan menulis. Mari manfaatkan otak kiri-kanan, kan punya kita yang dihibahkan Allah SWT. Salam Ramadhan.
Tuti :
Terimakasih Bang EWA. Sebagai penulis andal, sudah pasti bang EWA memiliki otak kiri dan kanan yang canggih dan seimbang, karena bahasa dikelola oleh otak kiri sedangkan imajinasi dan artistik dikembangkan otak kanan (eh, berarti otak kanan-kiri saya canggih juga dong …. *jebyuur, kecebur got*)
Salam Ramadhan juga.
dalam test kemampuan, ada IQ, ada EQ dan SQ
kombinasi Inteligence, Emotional dan Spiritual dibutuhkan keseimbangannya untuk menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna.
dalam test kapabilitas :dengan variabel fisik, akal dan akhlak. maka manusia yang diidamkan itu adalah yang akalnya baik, fisiknya baik dan akhlaknya baik.
yang tragis adalah akalnya buruk, fisiknya buruk, akhlaknya buruk.
yang berbahaya adalah : akalnya bagus, fisiknya bagus, akhlaknya buruk, bisa jadi penjahat kelas kakap. Apalagi kalau dikaitkan dengan otaknya ternyata belahan kiri jauh lebih dominan….hi..hi… manusia ini pasti dangerous and trouble maker.
Tuti :
Kalau untuk jadi bloger, kapabilitasnya harus gimana bang? Akalnya panjang sehingga ide tulisan nggak habis-habis, fisiknya kuat sehingga tahan duduk berjam-jam di depan kompiu, akhlaknya jujur dan ramah sehingga tidak menipu pembaca? Wah, hebat juga tuh para bloger … 😀
Nah….kan…mbak Tuti lebih mengerti dari saya, yang sehari hari masuk keluar kampung, membina Posyandu dan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini, sering menerima pelatihan tentang bagaimana anak2 diberi rangsangan agar kecerdasan emosinya juga maksimal. Lemahnya kita ya mbak… perempuan lebih senang lihat TV (infotainment ) dari pada membaca. Kata seorang Profesor… dosen saya dulu ketika di Ekonomi UGM….perempuan itu kalau baca koran, majalah bermutu….judulnya saja sudah lumayan…minimal tahu yang sedang terjadi….wah…sediiiih,
Tuti :
Wah, Mbak Dyah ngece saya. Lha wong saya cuma baca buku sedikit, panjenengan sudah ikut pelatihan dan mempraktekkan ke masyarakat luas, pengalaman sak abreg-abreg, ya jelas lebih faham panjenengan to.
Tentang hobi para ibu dan remaja putri nonton infotainment dan sinetron, saya juga prihatin. Gimana ya caranya mengajak ibu-ibu agar memiliki kegiatan yang lebih cerdas? Tapi sinyalemen Profesornya Mbak Dyah itu agak ‘nyelekit’ juga lho. Sekarang cukup banyak kok perempuan yang pintar dan bermutu, capable dan smart. Contohnya : lha ini priyayinya : Mbak Dyah.
kiraiin kemana Bude Tuti, ga maen-maen ke rumah Daffa, Bude lagi nulis yang serius-serius kayaknya, takut ngganggu Bude aah, 🙂 sebenarnya Daffa telanjur kaget tuh nampak gambar Otak ( punya sapa ya? tu otak kasian banget di pajangi Bude – kan bisa masuk angin Tho? ), Takut!!…liat yang melingkar-lingkar kaya ulaaaaaaarrr…. hiiiihhh..,
calam cayaaaang,
Dafffa
Tuti :
Eh, kayaknya Bude belum lama tuh main-main air aqua di rumah Daffa?
Iya nih, Bude dikritik teman, kok akhir-akhir ini tulisannya cair banget, narsis pula. Puya topi aja dipamerin, punya ponakan aja diceritain …. wakakaka 😀 Jadinya Bude coba kembali nulis kayak dulu, yang agak informatif gitu, biar ada manfaatnya bagi pembaca.
Oh, itu otak mainan kok Daffa, bukan diambil dari kepala orang. Jangan takut (tapi ngeri boleh, wong Bude juga ngeri kok lihat yang mlungker-mlungker itu).
calam cayang juga untuk Daffa ya …
Bude Tuti!…, ntar biar Mami Papi ta suruh baca ya Bude, biar mereka mengerti “Daffa”, kalo takar-takaran Bude, Otak Daffa ni gimana ya??? penilaian Bude Tuti? Tapi jangan ngasih nilai rendah ya Bude Dosen?… kaan nanti IPK Daffa jadi elek lho!
Tuti :
Wah, bagus tuh kalau Mami Pami mau baca, biar Daffa dibesarkan dengan cara yang benar, sehingga kelak jika mungkin maka (terusnya gimana tuh?) Daffa akan menjadi orang besar.
Nakar otak Daffa? Waduh pakai apa ya nakarnya. Kalau pakai timbangan, berarti otak Daffa harus dikeluarin dulu dong ….. wihihi… ngeri dan kaciaan.
Tapi kalau lihat catatan harian Daffa yang dibuat Opa, Daffa berbakat jadi pemain basket (jago lempar), berbakat juga jadi seniman (bikin candi dari bantal Mami), juga jadi insinyur pengairan (numpahin aqua segalon). Kesimpulannya : otak Daffa kanan kiri seimbang. Bravo!!
waktu ikut pelatihan manaj proyek di diklat perusahaanku, dikasi tips buat tau bagian otak manakah yg paling dominan.
caranya adalah angkat kedua tangan ke atas kemudian telapak tangan saling berangkulan, jika telapak tangan kanan yg berada di atas maka yg dominan adalah otak kiri, begitu jg sebaliknya.
Tuti :
Wah, gitu ya ngukur dominannya otak? Lha kalau yang nggak punya tangan sejak lahir, gimana ya?
Terimakasih tipsnya, Pim.
kayaknya otaknya enak tuh mbak…..
Tuti :
Halo Ayik …. ada teman satu species nih, penggemar makan otak ….. hiiii
Wah, gambar2nya cantik sekali buk…. samal kenal ya.
Tuti :
Gambarnya cantik? (*bingung*)
Kayaknya di postingan ini nggak ada gambar yang pake lipstik deh …
Salam kenal juga, Revi.
wah… otakku dimana nih….
oh ya saya lupa….>>>> ini kok masih, sambil pegang2 lutut…. rupanya otaknya di dengkul
(hik… hik… hik…)
salam kenal
Tuti :
Pak … Pak, yang di dengkul itu bukannya kutil? Otak Bapak kan
sudah dimakan ayambersemayam dengan anggun di dalam kepala…Salam kenal juga Pak
(*ampuni kekurangajaran pemilik blog ini ya Pak*)
Mbak…mbak…
Saya MA tuh… bukan MFA bukan MBA gimana dong hihihi.
(Tepatnya MEd sih)
Kira-kira keterima ngga yah kalau melamar pada perusahaan Mbak? 🙂
EM
Tuti :
MEd itu bukan ‘Master Edan’ toh? Wakakaka …. 😀
Ngelamar di perusahaan saya? Perusahaan saya yang mana ya? Kalau Meryll Linch, baru aja goncang tuh di bursa Wall Street. Kayaknya saya malah bakal mem-PHK banyak karyawan. Maap ….
ntar tak lamar aja
^_~
maaf OOT mbak
saya baru ikut test ini
http://mindmedia.com/brainworks/profiler
menarik juga hihihi
My Brain Usage Profile:
Auditory : 60%
Visual : 40%
Left : 35%
Right : 64%
kalau iseng 🙂
EM
Tuti :
Wah, menarik juga untuk ikutan test otak ini. Ntar deh saya coba.
Hasil test Mbak Imel artinya apa kira-kira? Kemampuan pendengaran lebih bagus dari kemampuan penglihatan? (ya iyalah … kan mantan penyiar radio). Otak kanan lebih dominan dari otak kiri? Wah, kalo gitu cocoknya jadi matematikawan, fisikawan, kimiawan, dan bakwan …. qiqiqi …
[…] mengulas tentang otak, baik tentang otak laki-laki dan otak perempuan oleh Mbak Tuti, juga tentang High Concept, High Touch. Tapi tadi pagi saya bertandang ke blog milik deden di Samarinda, dan membaca tulisannya tentang […]
wah wah wah, so nice postingan ini, sudah masukkan halaman ini di bookmark saya, sebagai salah satu referensi, so nice !!
Tuti :
Terimakasih, Mas Hilal. Mudah-mudahan tulisan kita bisa saling mengisi ya. Saya juga banyak belajar dari tulisan di blog Mas Hilal …
sangat membantu infonya 🙂
makasih..
tapi saya mau nanya, kalo otak kanan sama kirinya seimbang berarti kemampuan apa dong yang lebih menonjol?
mohon di jawab ya 😀
terima kasih..
Tuti :
Kalau otak kanan dan kiri seimbang, berarti orang tersebut jenius … 🙂
makasih mbak atas tulisan ini
mungkin emang udah lamaan, tapi asli tulisan ini ndak kacangan. sayangnya saya baru tau pas cari tau banyak hal ttg otak kanan, sehubungn kebutuhan saya untuk mecari tau apa yg terjadi pada balita saya
belakangan ini balita saya memberikan sinyal yg saya “curigai” itu adalah salah satu bentuk ungkapan dari otak kanannya, dia baru 4 th dan baru bisa membaca, kegemarannya membaca itu membuatnya mampu melahap banyak buku. (—banyak dibanding anak seusianya maksud saya). kemudian tiba-tiba dia bisa bermain keyboard dan menemukan notasi – notasi dari sejumlah lagu anak2
iseng saya test, dg cara menekan acak sejumlah notasi —- sekedar ingin tau apakah dia menghafal ataukah merasa?— hasilnya?! alhamdulillah, ternyata dia bisa menjwb dg benar walau tanpa melihat tuts apa yg saya tekan
Mbak, saya butuh info lebih banyak nih….. terutama ttg apa dan bgmn sebaiknya menyikapi bakat kekuatan otak kanan balita saya,
tq banget ya Mbak….
Tuti :
Bunda, terimakasih sudah mengapresiasi tulisan saya. Tapi mohon maaf, saya bukan ahli di bidang ini, hanya sekedar tahu sedikit dari membaca-baca. Jadi saya tidak bisa memberikan saran apa-apa. Akan lebih baik kalau Bunda membawa sang putra ke psikolog anak, yang pastinya lebih tahu bagaimana sebaiknya mengembangkan bakat putra Bunda.
salam manis 🙂
[…] bedanya orang yang didominasi oleh otak kanan dan otak kiri? Saya pernah menulis tentang otak di sini , tetapi tak ada salahnya saya ulas lagi, siapa tahu ada yang belum pernah membaca, atau belum […]
mohon ijin share ya, bu, hari ini td saya baru trima hasil finger print anak saya, Zidan (21 bulan), dia cenderung dominan di otak kanan, jd saya penasaran googling tentang potensi otak kanan sampe ‘nyasar’ di tulisan berharga ini. maturnuwun sanget 🙂
Tuti :
Silahkan, Mbak Yunia. Bersyukur ya Zidan cenderung dominan otak kanan. Semoga Mbak Yunia bisa membimbingnya dengan baik, sehingga kecerdasannya berkembang dengan sempurna dan kelak menjadi orang yang sukses.
Terimakasih sama-sama 🙂
kwakakakaakak
Tuti :
*celingukan*
suara apa sih itu … ??
kwakakakaak
komen’y asik……..
jadi geli ngebaca’y..
jadi tambah semangat jalan2 di sini
Tuti :
Oke, selamat jalan-jalan. Ati-ati kesandung … 😀
keren bgt info ini
saya pernah baca bahwa albert einstin
mengakatan seni (mengunakan otak kanan) lebih baik dari ilmu pengetahuan (dalam buku marketing is bulshit)
dalam Al quran juga menjelaskan kanan lebih baik dari pada kiri
Tuti :
Terimakasih …
Sebenarnya yang paling baik adalah keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri, karena masing-masing bagian otak memiliki fungsi yang saling menunjang …
🙂